Nama Kelompok :
1. Hilldya Amilia Prastiti / 19700005
2. Fadila Putri Masita / 19700020
3. Ananta Sandi Putra / 19700030
4. Cindy Peviliantono Putri / 19700031
5. Nita Septiana Putri Adiningtias / 19700045
6. Radina Dewi Sariva Y / 19700059
7. Khansa Qonita Arista Widya / 19700071
8. Dimas Ghani Ananda / 19700084
9. Intan Purnama Sari / 19700095
10. Ni Putu Ayu Tarissa Aprilia Ratri / 19700109
11. I Ketut Gede Toya Sedana / 19700122
12. Ni Putu Dinda Prasasti / 19700133
13. Gegegl Purnomo Wicaksono / 19700145
A. Latar belakang
A. Definisi
B. Etiologi
C. Epidemiologi
D. Klasifikasi
1. Stadium Catarrhal
Ditandai dengan peningkatan secret di hidung (pilek), bersin, demam
ringan, dan batuk ringan (tanda – tanda nonspesifik) yang
berlangsung selama 1 – 2minggu. Pasien yang tidak diobati dapat
menularkan infeksi selama 3 minggu / lebih setelah timbulnya
serangan batuk mengi. Lalu secara bertahap akan bertambah parah.
2. Stadium Paroksismal
Tahap yang paling khas dan berlangsung 2 – 4 minggu. Ditandai
dengan batuk yang lebih sering dan kejang, juga terdapat semburan /
paroxysms, serta batuk yang cepat dikarenakan kesulitan
mengeluarkan lendir yang kental dari trakeobronkial. Selama
terinfeksi, pasien bisa menjadi sianotik (membiru) karena . Pada bayi
dan anak – anak, pada fase ini akan tampak sangat sakit dan juga
tertekan. Kelelahan dan muntah juga terjadi. Gejala – gejala pada
fase ini sering terjadi di malam hari dengan rata – rata 12 serangan /
24 jam. Disetiap minggu berikutnya, serangan dan gejala yang ada
pada fase ini akan meningkat.
E. Mekanisme
F. Gejala Klinis
G. Pemeriksaan Penunjang
Foto toraks perlu dibuat pada semua pasien batuk kronik, bila ada
foto lama ikut dievaluasi. Foto toraks perlu dibuat pada hampir semua
anak dengan batuk kronik untuk menyingkirkan kelainan respiratorik
bawah dan patologi kardiovaskular. Uji fungsi paru dilakukan pada semua
anak yang sudah mampu laksana (di atas lima tahun), sebelum dan
setelah pemakaian bronkodilator (Setyanto, 2016).
H. Diagnosis
I. Diagnosis Banding
Diagnosis Banding dari pertusis menurut (Kapita Selekta edisi IV) yaitu :
- Infeksi virus : Adenovirus, respiratory syncytial virus ( RSV )
- Infeksi M pneumonia yang menyebabkan bronchitis kronis (pada anak
besar atau remaja )
- Bordetella Parapertussis
- Bordetella Bronchiseptica
J. Penatalaksanaan
Sariadji, K., Rizki, A., Sunarno, S., Puspandari, N., Rachmawati, F., Muna, F.,
Khariri, K., Heriyanto, B., & Putranto, R. (2016). Studi Kasus Bordetella
Pertussis pada Kejadian Luar Biasa di Kabupaten Kapuas Kalimantan
Tengah yang Dideteksi dengan PCR. Jurnal Biotek Medisiana Indonesia,
5(1), 51–56.
Setyanto, D. B. (2016). Batuk Kronik pada Anak: masalah dan tata laksana. Sari
Pediatri, 6(2), 64. https://doi.org/10.14238/sp6.2.2004.64-70
WHO. (2013). Pocket book of hospital care for children: guidelines for the
management of common childhood illnesses. World Health Organization.
Abdoerrachman, 2007. Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Long, SS., et al (2016). Pertussis (Bordetella pertussis and Bordetel-la
parapertussis). Nelson textbook of pediatrics. 24(1). pp 587-589
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2007.Ilmu Kesehatan Anak Jilid
II.Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI : Jakarta
Buku Kapita Selekta edisi IV
Hulu, V. T., Salman, S., Supinganto, A., Amalia, L., Khariri, K., Sianturi, E., ... &
Syamdarniati, S. (2020). Epidemiologi Penyakit Menular: Riwayat,
Penularan dan Pencegahan. Yayasan Kita Menulis.
Setyanto, D. B. (2016) ‘Batuk Kronik pada Anak: masalah dan tata laksana’, Sari
Pediatri, 6(2), p. 64. doi: 10.14238/sp6.2.2004.64-70.