Anda di halaman 1dari 14

Textbook Reading

EYE MOVEMENTS
( CN III, IV AND VI)

Oleh ;

dr. Wilasari Novantina

Pembimbing :

dr. Henry Sugiharto Sp.S

PPDS NEUROLOGI UNIVERSITAS SRIWIJAYA PERIODE


JULI 2016
Duus’
Topical Diagnosis
in Neurology

Anatomy · Physiology · Signs · Symptoms


4th completely revised edition
Mathias Baehr, M.D.
Professor of Neurology and Chairman
Department of Neurology
University of Goettingen
Goettingen, Germany
Michael Frotscher, M.D.
Professor of Anatomy and Chairman
Department of Anatomy and Cell Biology
University of Freiburg
Freiburg, Germany
With contributions by
Wilhelm Kueker
Founding author Peter Duus
Translated by Ethan Taub, M.D.
400 illustrations, most in color,
by Professor Gerhard Spitzer and Barbara Gay
Thieme
Stuttgart · New York

Baehr, Duus' Topical Diagnosis in Neurology © 2005 Thieme


All rights reserved. Usage subject to terms and conditions of license.

2
Textbook reading

PERGERAKAN MATA ( N III, N IV, N VI)


Tiga Saraf kranial yang mempersarafi otot-otot mata : nervus okulomotorius, nervus
trokhlearis, nervus abdusens.

Nuklei nervus okulomotorius dan nervus trokhlearis terletak di tegmentum mesensefali,


sedangkan nucleus nervus abdusen terletak di bagian tegmentum pontis di bagian bawah dasar
ventrikel keempat.

Diskusi pergerakan mata pada bab ini akan dimulai sesederhana mungkin, misalnya
dengan pergerakan satu mata yang dicetuskan impuls pada masing2 saraf ke otot mata. Namun
harus diingat bahwa pergerakan mata biasanya konjugat, yaitu keduanya biasanya menuju kea
rah yang sama (umumnya horizontal atau ventrikel) pada kedua mata pada saat yang
bersamaan. Gerakan konjugat horizontal, khususnya, melibatkan pergerakan simultan pada
kedua mata pada arah berlawanan dari garis tengah; satu mata bergerak ke medial, sedangkan
mata lainnya bergerak kearah lateral. Dengan demikian pergerakan konjugat bergantung pada
ketepatan koordinasi persarafan kedua mata, dan nuclei otot yang mempersarafi gerakan mata
pada kedua sisi.

Nervus okulomotorius (N III)

Area nuclear nervus okulomotorius terletak di substansia grisea periakueduktus


mesensefali, ventral dari akuaduktus, setinggi kolikulus superior. Area ini memiliki dua
komponen utama (1) Nukleus parasimpatis yang terletak di medial, disebut nucleus Edinger
Westphal yang mempersarafi otot intraocular (m.sfingter pupilae dan m. siliaris) dan (2)
kompleks yang lebih besar dan terletak lebih lateral nucleus untuk empat dari enam otot2
ekstraokuler (m. rektus superior, inferior dan medialis serta m. obliquus inferior). Selain itu juga
terdapat area nuclear kecil untuk m rektus palpebrae.

3
Serabut radikuler yang keluar dari area nuclear ini berjalan kearah ventral bersama
dengan serabut parasimpatis; beberapa diantara serabut-serabut tersebut menyilang garis
tengah dan sebagian lagi tidak menyilang.

Nervus okulomotorius pertama-tama berjalan kea rah posterior diantara a. serebrealis


superior dan a. sereberalis posterior. Terusun dekat tepi tentorial, kemudian menembus
duramater, berjalan melewati sinus kavernosus, dan memasuki rongga orbita melalui fissure
orbitalis superior.Bagian parasimpatis saraf membentuk cabang disini dan berjalan ke ganglion
siliare, tempat berakhirnya serabut pragangloinik dan sel-sel ganglion membentuk serabut
postganglionic pendek untuk mempersarafi otot-oto intraokuler.

Nervus trokhlearis (N IV)

Nukleus saraf kranialis keempat terletak di ventral substansia grisea perikuaduktus tepat
di bawah kompleks nucleus okulomotorius setinggi kolikulus inferior. Serabut radikularnya
berjalan di sekitar substansia grisea sentralis dan menyilang di sisi kontralateral di dalam velum
medulare superius. Nervus Trokhlearis kemuadian keluar dari permukaan dorsal batang otak,
muncul dari tektum mesensefali menuju sisterna kuadrigemina. Perjalanan selanjutnya ke
bagian lateral mengitari pedinkulus serebri menuju permukaaan ventral batang otak, sehingga
saraf ini mencapai orbita melalui fissure orbitalis superior bersama dengan nervus
okulomotorius. Kemudian berjalan ke m obliquus superior yang dipersarafinya. Pergerakan
mata yang dipersarafinya antara lain, pergerakan mata ke bawah, rotasi interna, dan abduksi
ringan.

Nervus Abdusens ( N VI )

Nukleus nervus keenam terletak di kaudal tegmentum pontis, tepat di dasar ventrikel
keempat. Serabut radukuler saraf ke tujuh melingkari nucleus nervus abdusens di lokasi ini.
Serabut radikuler nervus abdusen berjalan ke pons dan keluar dari batang otak di taun
pontomedullaris. Kemudian berjalan di sepanjang permukaan ventral pons di laterl a. basillaris,
menembus dura, bergabung dengan saraf lain ke otot2 mata di sinus kavernosus. Di dalam
sinus, nervus kranialis III,IV dan VI memiliki hubungan spasial yang erat dengan cabang pertama

4
dan kedua nervus trigeminus, serta a. karotis interna. Selain itu, nervus di sinus kavernosus
teerletak sangat dekat dengan degan bagian lateral dan superior sinus sfenoidalis dan sinus
etmoidalis.

Paresis otot-otot Mata

Kelemahan pada satu atau beberapa otot ekstraokuler mengganggu pergerakan mata
yang terkena dan menghambat kemampuannya untuk melirik kearah tertentu. Tes reflex
kornea, yaitu penulis mencatat posisi reflex cahaya pada kedua kornea dari sumber cahaya
yang diletakkan di depan mata pada garis tengah, sering menunjukkan asimetri ringan, yang
menunjukkan deviasi ringan pada aksis visual mata saat istirahat. Tes diplopia dengan
menggunakan kacamata merah-hijau, atau dengan kibasan cahaya, menunjukkan bahwa
bayangan yang timbul dari mata yang terkena adalah bayangan yang terletak di arah mata yang
normalnya digerakkan oleh otot yang paresis. Kedua bayangan terpisah jauh ketika pasien
melirik kea rah ini; bayangan yang lebih perifer adalah bayangan yang berasal dari mata yang
terganggu.

Deviasi horizontal posisi mata disebut esotropia (deviasi ke dalam), eksotropia (deviasi
ke luar), sedangkan deviasi vertical disebut hipertropia dan hipotropia.

Lesi di nucleus salah satu nervus kranialis yang mempersarafi pergerakan mata kira-kira
akan menyebabkan deficit yang sama seperti lesi yang terjadi pada saraf perifernya. Lesi
nuclear biasanya dapat dibedakan secara klinis dari lesi nervus karena adanya deficit lain akibat
kerusakan struktur batang otak di sekitar nucleus yang rusak.

Kelumpuhan Nervus Okulomotorius

Kelumpuhan n okulomotorius total menimbulkan kumpulan temuan sebagai berikut

1. Ptosis, disebabkan oleh paralisis m. levator palpebrae dan kontraksi m. orbikularis okuli yang
tidak teroposisi, yang dipersarafi oleh nervus fasialis.

2. Posisi mata terfiksasi, melihat ke bawah dan keluar

5
3. Dilatasi pupil

Paralisis otot2 intraokular terisolasi, misalnya m. sfingter papillae dan m. siliaris disebut
oftalmoplegia interna. Bola mata tetap dapat bergerak secara leluasa tetapi terdapat paralisi
absolute pada pupil, yaitu hilangnya reflex cahaya langsung maupun tidak langsung, serta
hilangnya reflex akomodasi sehingga pengelihatan menjadi buram. Oftalmoplegia interna
adalah akibat kerusakan selektif pada serabut parasimpatis nervus okulomotorius.

Oftalmoplegia eksterna terjadi ketika motilitas bola mata terhambat, tetapi persarafan
otonom mata tetap intak.

Kelumpuhan nervus okulomotorius terjadi opada sekitar 30% dari seluruh kelumpuhan
yang mengenai otot2 mata tetap intak. Ptosis lebih sering terjadi pada kelumpuhan saraf
perifer itu sendiri, lebih jarang terjadi pada lesi kompleks nuclearnya di batang otak.

Kelumpuhan nervus trokhlearis

Kelumpuhan nervus trokhlearis menimbulkan paresis m. obliquus superior. Mata yang


terkena berdeviasi keatas dan sedikit kedalam, di medial, menuju ke sisi mata yang normal.
Deviasi paling jelas, dan diplopia paling ekstrim ketika pasien melirik ke bawah dan ke dalam.

Kelumpuhan nervus abdusens

Mata yang terkena berdeviasi ke dalam pada tatapan primer, dan tidak dapat di abduksi,
karena paresis m rektus lateralis. Ketika melihat kearah hidung, mata yang paresis berotasi ke
atas dan kedalam karena dominasi kerja m. obliquus inferior.

Gerakan mata konjugat

Gerakan konjugat kedua mata kearah yang sama disebut gerakan versive, sedangkan
gerakan kedua mata kea rah berlawanan disebut vergence. Gerakan sebuah mata disebut duksi
atau torsio.

6
Tatapan Horizontal dan Vertikal

Tatapan konjugat horizontal. Nukleus relay sentral system okulomotorius terdapat di


paramedian pontine recticular formation (PPRF) yang terletak di dekat nucleus nervus
abdusens. PPRF merupakan tempat berasalnya semua hubungan neural yang berpartisipasi
pada tatapan konjugat horizontal, khususnya serabut yang menghubungkan nucleus abdusen
ipsilateral dengan bagian nucleus okulomotorius kintralateral yang mempersarafi m. rectus
lateralis. Serabut-serabut ini berjalan dalan fasikulus Longitudinalis medial (FLM) , sebuah jaras
substansia alba yang berjalan naik dan turun dari/ke kedua sisi batang otak di dekat garis
tengah. FLM yang terbentang dari mesensefalon hingga ke medulla spinalis servikalis berperan
untuk menghubungkan tiap2 nulei yang mempersarafi otot2 mata. Struktur ini juga
menghantarkan impuls dari dank e medulla spinalis servikalis, nuclei vestibulare, ganglia basalis
dan korteks serebri.

Gangguan tatapan konjugat horizontal. Jika fasikulus medialis rusak di sisi kiri (sebagai
contoh) , m. rektus medialis kiri pasien tidak lagi teraktivasi pada saat melakukan tatapan
konjugat ke kanan, sehingga mata kiri tertinggal, mata kiri tersebut dapat bergerak lebih medial
dari garis tengah. Pada saat yang sama terlihat nistagmus monokular pada mata kanan.
Kombinasi temuan ini disebut oftalmoplegia internuklear. Penting untuk disadari bahwa INO
tidak melibatkan kelumpuhan saraf2 nuklear maupun perifer pada otot mata : pada pasien yang
dibahas tadi, m. rektus medialis kiri akan berkontraksi secra normal pada konvergensi kedua
mata.

Seperti yang telah dijelaskan, FLM terletak di garis tengah, bahkan kedua FLM terletak
sangat berdekatan satu sama lain dan kerusakan biasanya bilateral.

Sklerosis multiple merupakan penyebab tersering oftalmoplegi internuklear. Penyebab


lainnya meliputi ensefalitis dan (pada lansia) gangguan vaskuler.

Tatapan konjugat vertical. Pusat tatapan vertical berada di bagia rostrodorsal formasio
retikularis mesensefali, dan terdiri dari berbagai nuclei khusus : nucleus prestitialis di dinding
belakang ventrikel ketiga untuk tatapan keatas, nucleus komissura posterior untuk tatapan ke

7
bawah; dan nukleu interstitialis Cajal dan nucleus Darkschewitsch untuk gerakan konjugat
rotatorik.

Pusat tatapan konjugat lain

Gerakan tatapan vertical juga dapat dibentuk oleh neuron yang terletak di batas
anterior kolikuli superior. Gangguan yang mengenai area ini menyebabkan paresis tatapan
keatas (Sindroma Parinaud). Impuls yang berasal dari lobus oksipitalis juga berjalan ke pusat
tatapan pontis kontra lateral untuk menginisiasi gerakan tatapan konjugat lateral. Stimulasi
eksperimental daerah oksipital 18 dan 19 telah ditemukan untuk mencetuskan gerakan
konjugat yang pada umumnya lateral, meskipun kadang-kadang ke atas atau ke bawah (gerakan
tatapan lateral pasti merupakan tipe yang paling penting pada manusia, karena mereka jauh
lebih sering dilakukan dibandingkan dengan dari dua jenis lainnya) gerakan mata volunter yang
diinisiasi oleh neuron dari lapang pandang frontal di area Brodmann 8 (dan mungkin juga
bagian dari area 6 dan 9), di sebelah anterior girus precentralis. Hasil yang paling umum dari
stimulasi atau iritasi didaerah ini, contohnya, selama kejang epilepsi, adalah tatapan konjugat
lateral ke sisi yang kontralateral. Gerakan mata ini kadang-kadang disertai dengan memutar
kepala ke sisi yang kontralateral. Jaras dari lapangan pandang frontal ke nucleus batang otak
yang mempersarafi gerakan mata belum sepenuhnya diketahui. Saat ini diduga bahwa serabut
dari jalur ini berjalan dalam kapsula internal dan pedumkulus serebri bersama-sama dengan
traktus kortionuklearis, tapi kemudian tidak langsung berakhir di nuclei yang mempersarafi
pergerakan mata, melainkan mencapai tempat tersebut melalui berbagai ‘stasiun’ termasuk
kolikuli superior, interneuron dari formasio longitudinalis dan FLM.

Semua gerakan volunteer dipengaruhi oleh lengkung reflex, bukan hanya visual, tapi
juga auditorik, vestibular, dan propioseptif.

Lesi Pusat Tatapan.

Destruksi area 8 pada satu sisi mengakibatkan impuls yang berasal dari daerah yang
sama di hemisfer kontralateral menjadi lebih dominan menyebabkan tatapan konjugat ke arah
sisi lesi. Deviasi tatapan kadang2 disertai dengan kepala yang menoleh ke sisi lesi.Pasien tidak

8
dapat melihat secara volunteer ke sisi lainnya, tetapi dapat melakukannya secara reflex, yaitu
ketika secara visual mengikuti gerakan objek yang secara perlahan2 digerakkan ke lapang
pandang kontralateral. Deviasi tatapn akibat lesi di lapang pandang frontal biasanya membaik
dalam waktu singkat. Kebalikan dari lesi destruktif, stimulasi atau iritasi area 8 ( pada serangan
epilepsy) mengakibatkan tatapan kinjugat yang menjauhi sisi focus. Keadaan itu berbeda pada
lesi pons karena traktus kortikopontis menyilang. Deviasi tatapn yang berasal dari lesi pons
jarang sembuh sempurna.

Gerakan reflex tatapan konjugat

Refleks fiksasi. Bila kita mengarahkan pandangan kita pada suatu objek secara
volunteer, kita melakukannya dengan gerakan mata yang sangat cepat., yang disebut sakadik.
Namun sebagian besar gerakan mata terjadi secara refleks. Ketika suatu objek masuk ke dalam
lapang pandang kita, pandangan dan tatapan kita secara otomatis tertuju pada benda itu. Jika
objek bergerak, mata mengikuti objek secara volunter sehingga bayangan tetap jatuh di fovea,
bagian retina yang memiliki pengelihatan tertajam. Hal ini terjadi tanpa memperhatikan apakah
objek maupun pengamat dalam keadaan sedang bergerak 9atau keduanya bergerak)Dengan
demikian semua gerakan mata volunter memiliki komponen refleks involunter. Dalm literatue
berbahasa inggris, proses quasi-refleks yang mempertahankan gambaran visual suatu objek di
fovea disebut refleks fiksasi.

Lengkung aferen refleks fiksasi terbentang dari retina ke sepanjang jaras visual ke
korteks visual (area 17), impuls selanjutnya dikirim ke area 18 dan 19. Lengkung eferen kembali
dari area tersebut ke pusat tatapan di pons dan mesensefalon kontralateral, kemungkinan
melalui radiasio optika (meskipun lokasi tepat serabut ini masih belum diketahui). Pusat
tatapan kemudian berproyeksi ke nuclei nervus kranialis yang mempersarafi pergerakan mata
untuk melengkapi lengkung refleks. Beberapa serabut eferen kemungkinannya langsung
berjalan ke pusat tatapan di batang otak, sedangkan serabut lainnya singgah di lapang pandang
frontal (area 18) terlebih dahulu. Lesi yang mengenai refleks fiksasi. Jika daerah oksipital
terlibat dalam fiksasi refleks yang rusak, refleks tidak lagi berfungsi dengan baik. Pasien dapat
melihat secara volunter ke segala arah, tetapi tidak bisa lagi mengikuti objek tersebut secara

9
visual, tidak lagi dapat menjatuhkan bayangannya tetap di fovea. objek segera keluar dari zona
pengelihatan tertajam, dan pasien harus menemukannya lagi dengan gerakan mata volunter.
nystagmus optokinetic. Ketika seseorang melihat langsung pada objek, bayangan dari objek
pada masing2 retina jatuh pada fovea, dan meskipun secara actual terdapat dua bayangan-satu
di setiap retina-objek dianggap sebagai satu bayangan (fusi). Jika

objek kemudian harus bergerak ke segala arah, baik lebih dekat atau lebih jauh dari pengamat,
vertikal, atau horizontal, gerakan perlahan dari mata akan mempertahankan bayangan
tersebut di fovea pada setiap mata (ini dinamakan proses optekinetik). Begitu gambar objek
bergerak keluar dari fovea, impuls berjalan di lengkung refleks dari retina ke sepanjang jalur
visual ke korteks visual, dan kemudian melalui serat occipitotectal kembali ke nukleus nervus
kranialis yang menginervasi otot mata, menyebabkan otot2 mata tersebut berkontraksi
sedemikian rupa untuk mempertahankan bayangan di fovea masing2 mata (ini disebut proses
optokinetic ). Gerakan mata berulang yang diakibatkan oleh cara ini, yang dikenal sebagai
optokinetic nystagmus, dapat diamati dengan mudah pada orang menonton pemandangan
lewat jendela kereta atau mobil, misalnya. Hal ini dapat ditimbulkan dalam klinis dengan
memperlihatkan pasien tabung bergambar garis yang berputar: tatapan pasien mengikuti salah
satu garis sampai menghilang di sisi tabung, kemudian kembali lagi untuk melihat garis baru,
begitu seterusnya, berulang2. Dengan demikian nistagmmus optokinetik terdiri dari fase cepat
dan lambat, yaitu gerakan mengikuti yang relative lebih lambat bergantian dengan gerakan
korektif lebih cepat ke arah sebaliknya. Jika lengkung refleks nistagmus optokinetik ini rusak
pada titik manapun, maka refleks ini akan menghilang. Tidak adanya nistagmus optokinetik
selalu bersifat patologis.

Konvergensi dan Akomodasi

Refleks2 ini divetuskan dengan melihat objek yang digerakkan mendekati pengamat di
dalam lapang pandang. Reflek yang disebut juga sebagai respons dekat sebetulnya terdiri dari
tiga proses yang terjadi secara simultan ;

10
1. Konvergensi : m. rektus medialis setiap mata teraktivasi sehingga tiap2 aksis optikal terus
menunjuk langsung ke onjek yang sedang diamati.

2. Akomodasi : kontraksi m siliaris mengendurkan struktur penggantung lensa. Karena iini


bersifan elastic secara intrinsic, lensa kemudian mencembung, sehingga memiliki kekuatan
refraksi yang lebih tinggi. Proses ini mempertahankan bayangan retina suatu objek tetap dalam
focus saat benda digerakkan mendekati mata. Sebaliknya bila benda digerakkan menjauhi
mata, kontraksi m.siliaris akan mengendur, sehingga lensa menjadi lebih datar dan menurunkan
kekuatan refraksinya dan mengenbalikan bayangan visual ke focus yang tajam.

3. Konstriksi pupil ; Pupil berkonstriksi untuk mempertahankan bayangan retina objek yang
dekat setajam mungkin.

Dasar anatomis konvergensi dan akomodasi

Impuls aferen berjalan dari retina ke korteks visual, dan impuls eferen dari dari korteks
visual ke area pretektalis dan kemudian ke nucleus parasimpatis Perlia, yang terletak di bagian
medial dan ventral dari nucleus edinger-Westphal (nukleus otonom aksesorius). Dari nucleus
perlia di kedua sisi impuls berjalan ke area nuclear m. rektul medialis ( untuk konvergensi
ocular) dank e nucleus Edinger-westphal, yang kemudian berlanjut ke ganglion siliare dan m.
siloare ( untuk akomodasi) dank e m. sfingter pupil ( untuk konstriksi pupil). Jaras neural ke m
siliaris dan m sfingter pupil kemungkinan berbeda karena refleks akomodasi dan refleks cahaya
dapat terganggu secara terpisah pada berbagai kondisi. Pada neurosifilis misalnya, seseorang
dapat menemukan fenomena Argyll Robertson : refleks cahaya tidak ada, tapi akomodasi dan
konvergensi tetap intak.

Regulasi Refleks cahaya Pupil

Lebar pupil bervariasi berkaitan dengan adanya cahaya, cahaya terang menginduksi
konstriksi pupil, dan kegelapan menginduksi dilatasi pupil.Refleks cahaya berperan untuk
memodulasi jumlah cahaya yang jatuh ke retina, baik untuk melindungi fotoreseptor dari
penyinaran berllebihan yang berpotensi merusak, maupun untuk menjaga bayangan visual

11
objek pada focus yang sebaik mungkin di retina.analog dengan diafragma cahaya. Refleks ini
seluruhnya involunter, korteks serebri tidak terlibat dalam lengkung refleks.

Lengkung aferen refleks cahaya pupil

Serabut aferen menyertai serabut visual di nervus dan traktus optikus di dekat korpus
genikulatum lateral, tetapi tidak langsung masuk ke struktur tersebut, melainkan berbelok kea
rah kolikulus superior dan berakhir di nuclei area pretektalis. Interneuron yang terletak disini
berproyeksi lebih lanjut ke nucleus parasimpatik Edinger Westphal kedua sisi.

Lesi jaras aferen

Lesi pada radiasio optika, korteks visual, atau kolikulus superior tidak mempengaruhi
refleks cahaya pupil, namun suatu lesi di area pretektalis menghilangkan refleks ini. Hal ini
menunjukkan bahwa struktur2 yang disebutkan pertama kali tidak berpartisipasi pada lengkung
refleks, dan bahwa lengkung refleks harus melewati area pretektalis, meskipun lokalisasi
anatomis jaras ini secara tepat belum diketahui. Begitu juga dengan lesi nervus optikus ang
mengganggu serabut aferen lengkung refleks di lokasi yang berbeda, mengganggu respon pupil
terhadap penyinaran pada mata sisi lesi. Pupil ipsilateral maupun kontra lateral tidak dapat
berkonstriksi secara normal. Penyinaran mata pada sisi kontralateral (sisi yang sehat) akan
diikuti oleh konstriksi kedua pupil secara normal. Temuan ini menunjukkan adanya defek aferen
pupil.

Lengkung eferen reflek cahaya pupil

Serabut eferen berasal dari nucleus edinger-westphal dan berjalan di nervus


okulomotorius ke orbita. Serabut praganglionik parasimpatis bercabang dari nervus
okulomotorius didalam orbita dan berjalan ke ganglion siliare. Serabut postganglion keluar dari
ganglion siliare, memasuki bola mata dan mempersarafi m. sphingter pupilae.

Lesi jaras eferen

Bila ada lesi pada jaras eferen, hasilnya adalah pupil midriasis tanpa reflek cahaya.

12
Stimuli lain yang mempengaruhi lebar pupil

Stimuli nyeri hebat, serta meningkatnya rangsangan emosi dapat mencetuskan dillatasi
pupil. Midriasis yang terjadi pada situasi ini akibat peningkatan aktivitas system saraf simpatis,
yang menyebabkan kontraksi m. dilator pupil. Namun, penelitian terkini menunjukkan bahwa
penuruna aktivitas parasimpatis pupil mungkin merupakan factor yang lebih penting.

Persarafan Simpatis dan parasimpatis mata

Persarafan parasimpatis mata,

Persarafan parasimpati m sfingter pupilae dan m siliaris telah dibahas diatas dalam
hubungannya dengan refleks cahaya pupil dan refleks akomodasi. Aktivasi supli parasimpatis
mata bermanifestasi sebagai konstriksi dan akomodasi sebagai respons terhadap objek yang
dekat.

Persarafan simpatis mata

Area nukler tempat munculnya persarafan simpatis disebut pusat siliospinalis, terletak
di kornu laterale medulla spinalis dari C8 hingga T2. Serabut preganglionik berasal dari sini dan
naik ke stasiun relay di ganglion servikale superius, tempat keluarnya serabut postganglionic
dan kemudian berjalan naik bersama dengaan arteri karotis interna dan arteri oftalmika ke
dalam orbita, akhirnya mencapai dan mempersarafi m. dilator pupilae, m. tarsalis superior dan
inferior, dan m. orbitalis. Serabut simpatis lain mempersarafi kelenjar keringat dan pembuluh
darah setengah sisi wajah ipsilateral.

Suplai aferen pusat siliospinalis

Serabut aferen dari retina berjalan ke hipotalamus (nucleus suprakiasmatikus), tempat


munculnya jaras simpatis sentral. Jaras ini menyilang garis tengah setinggi mesensefaloon dan
berjalan turun ke batang otak dan medulla spinalis servikalis ke pusat siliospinal.

13
Sindrom Horner

Lesi yang mengenai jaras simpatis sentral, pusat siliospinalis, ganglion servikale superius
atau serabut simpatik postganglionic di sepanjang perjalanannya ke mata menimbulkan
kelumpuhan abnormalitas yang khas disebut sindrom horner. Tria temuan ocular meliputi :
penyempitan fissure palpebraln( akibat hilangnya fngsi m.tarsalis superior), miosis (akibat
hilangnya fungsi m. dilator pupil) dan enoftalmus ( akibat hilangnya fungsi m.orbitalis).
Anhidrosis dan vasodilatasi di separuh sisi wajah ipsilateral terjadi jika persarafan simpatis
wajah ikut terkena, baik di pusat siliospinalis atau di serabut eferen yang keluar dari pusat ini.

Refleks Berkedip

Jika sebuah objek tiba2 tepat di dekat mata,terjadi refleks menutup mata (refleks
berkedip). Impuls aferen refleks ini berjalan dari retina langsung ke tektum mesensefali, dan
kemudian berjalan, melalui treaktus tektonuklearis ke nuclei nervus fasialis kedua sisi, yang
serabutnya mempersarafi m. orbikularis okuli. Impuls lain berjalan turun di serabut tektospinal
ke sel2 korni anterius medulla spinalis, yang mempersarafi otot2 servikal untuk menimbulkan
averasi kepala (gerakan kepala ke belakang secara tiba2)

14

Anda mungkin juga menyukai