Anda di halaman 1dari 16

PENERAPAN TENAGA KERJA

INDUSTRI MANUFAKTUR

DISUSUN OLEH :

REZA DWI PUSPITA


190202007

PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SAMUDRA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan
kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa
ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang
“Penerapan Tenaga Kerja Industri Manufaktur”
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
gung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan
banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami
benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat kami revisi dan kami
tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali kali lagi kami menyadari bahwa tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif.
Di akhir kami berharap makalah sederhana kami ini dapat dimengerti oleh
setiap pihak yang membaca. Kami pun memohon maaf yang sebesar-besarnya
apabila dalam makalah kami terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.

Langsa Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGENTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI.........................................................................3
A. Teori Tenaga Kerja..........................................................................3
B. Pengertian Industri...........................................................................4
C. Klasifikasi Industri...........................................................................5
D. Pengertian Industri Manufaktur.......................................................6
BAB III PEMBAHASAN...............................................................................8
BAB IV PENUTUP.........................................................................................11
A. Kesimpulan........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persoalan-persoalan ekonomi yang muncul di Indonesia pada saat ini
sangatlah beragam, salah satunya adalah ketersediaan lapangan kerja yang tidak
sebanding dengan jumlah angkatan kerja akan menyebabkan terjadinya masalah
pengangguran yang dapat membebani anggaran negara. Masalah tersebut menjadi
salah satu penghambat pembangunan nasional. Oleh karena itu perlu adanya peran
pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, salah satunya dengan
pengembangan industri manufaktur dalam menyediakan lapangan kerja yang
memadai demi menjaga kestabilan ekonomi masyarakat yang bersangkutan.
Perluasan kegiatan industri dengan tujuan untuk meningkatkan penyerapan
tenaga kerja sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran di suatu daerah
sangat diperlukan agar kesejahteraan masyarakat dapat tercapai. Pengembangan
industri tersebut akan menyebabkan kapasitas produksi meningkat sehingga dapat
menciptakan kesempatan kerja. Sektor industri merupakan salah satu penggerak
utama pertumbuhan ekonomi nasional karena berperan penting dalam
menciptakan nilai tambah, perolehan devisa dan penyerapan tenaga kerja dengan
tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Penyerapan tenaga kerja sektor industri manufaktur di Indonesia terus
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dimana telah berkontribusi 13,28
persen terhadap penyerapan tenaga kerja yang sebesar 128,06 juta dan menduduki
peringkat 4 terbesar sesudah pertanian, perdagangan, dan jasa Ini sekaligus
membuktikan bahwa industri manufaktur masih berperan penting dalam
penyerapan tenaga kerja. Secara lebih rinci, sektor yang dianggap menyerap
tenaga kerja cukup banyak adalah industri makanan dan minuman dengan angka
3,3 juta orang. Disusul oleh industri otomotif sebanyak 3 juta orang dan industri
tekstil sebesar 2,73 juta orang.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka rumusan masalah pada
makalah ini adalah bagaimana penerapan tenaga kerja industri manufaktur?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pada makalah ini yaitu
untuk mengetahui bagaimana penerapan tenaga kerja industri manufaktur

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Teori Tenaga Kerja


Menurut Subri (2003: 59) tenaga kerja adalah pendudduk dalam usia kerja
berusia 15- 64 tahun atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang
dapat memproduksi barang atau jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka
dan ikut berpartisipasi dalam aktivitas atau kegiatan yang tersedia.
Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan yang tercantum dalam Bab 1 Pasal 1 Ayat 2
menyebutkan, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat.
Angkatan kerja (labor force) didefinisikan sebagai bagian dari jumlah
penduduk yang mempunyai pekerjaan atau sedang mencari kesempatan untuk
melakukan pekerjaan yang produktif atau bisa juga disebut sumber daya manusia.
Banyak sedikitnya jumlah angkatan kerja tergantung komposisi jumlah
penduduknya. Kenaikan jumlah penduduk terutama yang termasuk golongan usia
kerja akan menghasilkan agkatan kerja yang banyak pula. Angkatan kerja yang
banyak tersebut di harapkan akan mampu memacu meningkatkan kegiatan
ekonomi yang pada akhirnyaakan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada
kenyataannya jumlah penduduk yang banyak tidak selalu memberikan dampak
positif terhadap kesejahteraan. (Disnaker, 2008).
Istilah tenaga kerja selalu dikaitkan dengan jumlah para pekerja
sebenarnya atau potensial yang tercakup dalam suatu penduduk. Tenaga kerja
biasanya diukur menurut unit orang yang terdapat di dalamnya, dan bukan dari
segi unit pekerjaan. Karena kegiatan pekerjaan senantiasa mengalami perubahan
yang kontinu, semua kegiatan tersebut harus dihitung pada suatu saat tertentu, dan
sedapat mungkin menurut jangka waktu yang sama atau yang singkat (Jumriadi,
2010:10).

3
Penyerapan tenaga kerja adalah diterimanya para pelaku tenaga kerja
untuk melakukan tugas sebagaimana mestinya atau adanya suatu keadaan yang
menggambarkan tersedianya pekerja atau lapangan pekerjaan untuk diisi oleh
pencari kerja (Todaro, 2003)
Jadi, berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud dengan penyerapan tenaga
kerja dalam penelitian ini adalah jumlah atau banyaknya orang yang bekerja di
sektor industri manufaktur di Kabupaten Deli Serdang.

B. Pengertian Industri
Menurut UU No. 5 Tahun 1984, Industri adalah kegiatan ekonomi yang
mengolah bahan baku, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi yang
memiliki nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya.
Menurut (Hasibuan, 2000) untuk Memahami industri sangat luas, dapat
dalam lingkup makro dan mikro. Dalam usaha mikro adalah kumpulan
perusahaan yang memproduksi barang yang homogen, atau barang yang memiliki
sifat dpt sangat erat. Dalam hal pendapatan cenderung pembentukan makro.
Industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah. Jadi industri ini
dalam batas-batas mikro sebagai kumpulan perusahaan yang memproduksi
barang-barang, sementara makro dapat membentuk pendapatan.
Menurut (Lipczynski, et al, 2005) istilah industri mengacu pada sejumlah
perusahaan yang memproduksi dan menjual sejumlah produk yang serupa,
memanfaatkan teknologi yang serupa dan mungkin juga mengakses faktor
produksi (input) dari pasar faktor produksi yang sama.
Pembangunan ekonomi disuatu negara dalam periode jangka panjang
akan membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi negara tersebut.
Dimana dimulai dari ekonomi tradisional yang dititikberatkan pada sektor
pertanian menuju perekonomian modern yang didominasi oleh sektor industri
(Budiyanto, 2009). Menurut istilah Kuznets, perubahan struktur ekonomi
umumnya disebut transformasi struktrural dan dapat didefinisikan sebagai
rangkaian perubahan dalam kompisi permintaan, perdagangan luar negeri (ekspor
dan impor), produksi dan penggunaan faktor produksi seperti tenaga kerja dan

4
modal yang diperlukan guna mendukung pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi.

C. Klasifikasi Industri
1. Menurut Departemen Perindustrian (DP), industri nasional di Indonesia dapat
dikelompokkan kedalam tiga kelompok besar (Arsyad, 2010:454), yaitu:
a. Industri Dasar, yang meliputi kelompok Industri Mesin dan Logam Dasar
(IMLD) dan kelompok Industri Kimia Dasar (IKD).
b. Industri Kecil, yang meliputi Industri Pangan, Industri Sandang dan Kulit,
Industri Kimia dan Bahan Bangunan, Industri Galian bukan Logam dan
Industri Logam.
c. Industri Hilir, yaitu kelompok aneka industri (AI) yang meliputi Indu stri
yang mengolah sumber daya hutan, Industri yang mengolah hasil
pertambangan, Industri yang mengolah sumber daya pertanian secara luas dan
lain-lain.
2. Jenis Industri berdasarkan pengelompokan Tenaga Kerja
Menurut (Badan Pusat Statistik) pengelompokan industri berdasarkan
jumlah tenaga kerja dibedakan menjadi empat kriteria, yaitu:
a. Industri Besar : industri yang menggunakan tenaga kerja 100 orang atau
lebih.
b. Industri Menengah : industri yang menggunakan tenaga kerja antara 20-99
orang.
c. Industri Kecil : industri yang menggunakan tenaga kerja antara 5-19 orang.
d. Industri Mikro / Rumah Tangga : industri yang menggunakan tenaga kerja
kurang dari 5 orang (termasuk tenaga kerja yang tidak dibayar).
3. Jenis Industri berdasarkan besar kecilnya modal
a. Industri padat modal (Capital Intensive), adalah industri yang dibangun
dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun
pembangunanya.

5
b. Industri padat karya (Labor Intensive) industri yang lebih dititikberatkan pada
sejumlah besar tenaga kerjadalam pembangunan dan pengoperasiannya.
(Perpustakaan Online Indonesia).
4. Jenis industri berdasarkan pemilihan lokasi
a. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar (market oriented
industri), industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen.
Industri jenis ini akan mendekati kantong-kantong dimana konsumen potensial
berada. Semakin dekat kepasar akan semakinmenjadi lebih baik.
b. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja/labor (man
power oriented industri), industri yang berada pada lokasi dipusat pemukiman
penduduk karena biasanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak tenaga
kerja/pegawai untuk lebih efektif dan efisien.
c. Industri yang berorientasi untuk menitikberatkan pada bahan baku (supply
oriented Industri), industri yang mendekati lokasi dimana bahan baku berada
untuk memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar.
5. Jenis industri berdasarkan produktifitas perorangan
a. Industri Primer, yaitu industri yang mana barang barang produksinya bukan
hasil olahan langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu.
b. Industri Sekunder, yaitu industri yang bahan mentahnya diolah sehingga
menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali.
c. Industri Tersier, yaitu industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa
untuk keperluan perencanaan anggaran negara dan analisis pembangunan.

D. Pengertian Industri Manufaktur


Menurut (Badan Pusat Statistik, 2009) Industri Pengolahan adalah suatu
kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara
mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau setengah
jadi, dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi
nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir. Termasuk dalam
kegiatan ini adalah jasa industri/makloon dan pekerjaan perakitan (assembling).
Perusahaan Industri Pengolahan dibagi dalam 4 golongan yaitu :

6
1. Industri Besar (banyaknya tenaga kerja 100 orang atau lebih)
2. Industri Sedang (banyaknya tenaga kerja 20-99 orang)
3. Industri Kecil (banyaknya tenaga kerja 5-19 orang)
4. Industri Rumah Tangga (banyaknya tenaga kerja 1-4 orang)
Penggolongan perusahaan industri pengolahan ini semata-mata hanya
didasarkan kepada banyaknya tenaga kerja yang bekerja, tanpa memperhatikan
apakah perusahaan itu menggunakan mesin tenaga atau tidak, serta tanpa
memperhatikan besarnya modal perusahaan itu.

7
BAB III
PEMBAHASAN

Analisis regresi linier berganda pada penelitian ini bertujuan untuk


mengetahui pengaruh Jumlah Industri, Nilai Output, dan Jumlah Penduduk
terhadap penyerapan tenaga kerja pada sekktor industri manufaktur besar dan
sedang tahun 1987-2016. Dari hasil pengolahan data time series diperoleh
persamaan regresi sebagai berikut :
Y= -24412.63 + 113.6858 X1 - 0.000495 X2 + 0.022784 X3 + 𝐞𝐞𝑡
Berdasarkan hasil analisis linier berganda, dalam penelitian ini
menunjukkan hasil bahwa secara simultan variabel jumlah industri, nilai output,
dan jumlah penduduk terhadap penyerapan tenaga kerja pada sekktor
industrimanufaktur besar dan sedang tahun 1987-2016 secara bersama-sama
mampu menjelaskan variabel terikat di dalam model.
Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa secara individu
variabeljumlah industri berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan
tenaga kerja industri manufaktur besar dan sedang. Artinya tinggi dan rendahnya
jumlah industri akan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja
industri manufaktur besar dan sedang. Nilai koefisien regresi jumlah industri
sebesar 113.6858 menunjukkan bahwa jumlah industri berpengaruh positif
terhadap penyerapan tenaga kerja industri manufaktur besar dan sedang. Artinya,
dengan semakin meningkatnya variabel jumlah industri maka penyerapan tenaga
kerja industri manufaktur besar dan sedang pada tahun berikutnya juga semakin
meningkat, begitu pula sebaliknya. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dikemukakan olehTota Juanita (2016) dan Dian Novianti
Sitompul (2013), bahwa penyerapan tenaga kerja dipengaruhi oleh jumlah unit
usaha. Semakin meningkatnya jumlah unit usaha, maka akan meningkatkan
penyerapan tenaga kerja. Sebaliknya, apabila jumlah unit usaha menurun maka
akan mengurangi jumlah tenaga kerja.
Hal ini juga menunjukkan bahwa perkembangan jumlah industri setiap
tahunnya sejalan dengan penyerapan tenaga kerja sektor industri manufaktur besar

8
dan sedang secara nyata pada setiap tahunnya. Ini bisa dipahami, meningkatnya
jumlah investasi, jumlah deposito khususnya untuk sektor industri, maka akan
menggiatkan para pelaku usaha untuk mengembangkan usaha atau industrinya.
Upaya ini bisa dilakukan melalui ekspansi wilayah industri dan akan membangun
industri yang baru. Naiknya jumlah industri terus menerus tentunya akan
meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Ini merupakan hal yang sangat baik
sebagai upaya pemerataan dan penyerapan tenaga kerja sehingga jumlah
pengangguran dapat dikurangi yang sejalan dengan penurunan tingkat
kemiskinan. Oleh sebab itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin
jumlah industri suatu daerah, maka akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja
sektor industri manufaktur.
Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa secara individu
variabe nilai output berpengaruh secara signifikan terhadap penyerapan tenaga
kerja industri manufaktur besar dan sedang. nilai koefisien regresi nilai output
sebesar -0.000495 menunjukkan bahwa nilai output berpengaruh negative
terhadap penyerapan tenaga kerja industri manufaktur besar dan sedang. Hal ini
berarti apabila terjadi kenaikan nilai output sebesar 1%, maka akan menyebabkan
penurunan tenaga kerja sektor industri manufaktur sebesar −0.000495% pada
periode 1987-2016, Dimana jika terjadi peningkatan nilai produksi maka jumlah
tenaga kerja akan mengalami penurunan. Berdasarkan penelitian Nuswantoro
(2011), Hal tersebut diduga disebabkan karena tingkat kenaikan nilai produksi
tidak dapat diimbangi oleh kenaikan tenaga kerja. Kondisi tersebut dikarenakan
peningkatan nilai produksi pada industri manufaktur lebih disebabkan adanya
penambahan kuantitas teknologi yang digunakan dalam proses produksinya.Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Robby
Anggriawan (2015), bahwa naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi
dari perusahaan yang bersangkutan berpengaruh positif apabila permintaan hasil
produksi perusahaan dari industri meningkat, produsen cenderung untuk
menambah kapasitas produksinya. Untuk maksud tersebut produsen akan
menambah penggunaan tenaga kerjanya.

9
Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa secara individu
variabel jumlah penduduk berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja industri manufaktur besar dan ng. Hal ini sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh Sitanggang dan Nachrowi (2004) dan hasil
penelitianSiti Zilfiyah (2013), bahwa jumlah penduduk dan angkatan kerja yang
besar merupakan potensi sumber daya manusia yang dapat diandalkan termasuk
dalam sektor industri. Jumlah penduduk yang semakin besar akan membawa
akibat jumlah tenaga kerja yang makin besar pula dan harus diikuti dengan
kualitas penduduk yang memadai agar bisa menjadi pendorong bagi pertumbuhan
ekonomi terutama pada sektor industri. Meskipun demikian dari besaran
koefisiennya adalah sangat kecil (inelastis) terhadap perubahan jumlah penduduk,
mengingat banyak sektor yang bersifat padat modal.

10
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara parsial jumlah industri memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap penyerapan tenaga kerja industri manufaktur besar dan sedang. Artinya
dengan adanya kenaikan jumlah industri terjadi kenaikan pula terhadap
penyerapan tenaga kerja di sektor industri.
Secara parsial nilai output memiliki pengaruh negatif dan signifikan
terhadap penyerapan tenaga kerja industri manufaktur besar dan sedang.
Secara parsial jumlah penduduk memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap penyerapan tenaga kerja industri manufaktur besar dan sedang. Artinya
dengan adanya kenaikan jumlah penduduk terjadi kenaikan pula terhadap
penyerapan tenaga kerja di sektor industri.
Secara simultan jumlah industri, nilai output dan jumlah penduduk
memiliki pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja industri manufaktur besar
dan sedang.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anggriawan, Robby. 2015. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor


Industri Manufaktur ( Besar dan Sedang ) di Provinsi Jawa Timur tahun
2007-2011. Jurnal Ilmiah. Malang : Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Brawijaya Malang.

Arsyad, Lincoln. 2010. Ekonomi Pembangunan Edisi 5. Yogyakarta: UPP STIM


YKPN

Azhar. Kholidah., & Arifin, Zainal. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Manufaktur Besar dan
Menengah Pada Tingkat Kabupaten / Kota di Jawa Timur. Jurnal Ekonomi
Pembangunan Vol 9 No 1, 91-106.

Badan Pusat Statistik, Sumatera Utara Dalam Angka. Berbagai Edisi, Medan.

Ghozali, Imam. Dwi Ratmono. 2013. Analisis Multivariat dan Ekonometrika :


Teori, Konsep, dan Aplikasi dengan Eviews 8. Semarang: Universitas
Diponegoro

Gustiany, Elsa. 2016. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan


Tenaga kerja Pada Sektor Industri Manufaktur di Kabupaten Bandung
2001-2014. Bandung: Universitas Pasundan.

Hasibuan, Nurimansyah, (2000). Ekonomi Industri, Persaingan, Monopoli dan


Regulasi. LP3ES, Jakarta.

Ignatia Rohana Sitanggang dan Nachrowi Djalal Nachrowi. 2004. Pengaruh


Struktur Ekonomi pada Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral: Analisis
Model demometrik di 30 Propinsi pada 9 Sektor di Indonesia. Jurnal
Ekonomi dan Pembangunan Indonesia. Vol. 5. No. 1

Indra, Aurora. 2010. Employment Absorption in Manufacturing Industry:


Yogyakarta Case . Economic Journal Of Emergency Markets 2(2), 199-
209.

Jaunita, Tota. 2016. Analisis Data Panel, Pengaruh UMR, Nilai Output, Jumlah
Unit Usaha, dan Investasi Terhadap Penyerapan Tenagan Kerja Pada
Sektor Industri Besar dan Sedang di Jawa Tengah Tahun 2011-2013.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Jumriadi, 2010. Analisis Pengaruh Tingkat Pendidikan, Tingkat Upah, dan


Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Sulawesi
Selatan Periode 1999-2008. Skripsi. Universitas Hasanuddin, Makassar.

12
Lipczynski, J., Wilson, J., dan Goddard, J. (2005). Industrial Organization:
Competition, Strategy, Policy. Edisi kedua. Prentice Hall.

Novianti, Dian. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan


Tenaga Kerja Sektor Industri Di Sumatera Utara. QE Journal vol 03- no
01, 28-40.

Nurulaini, Annisa., Suparno., & Endah Sri. 2015. Pengaruh Tingkat Upah dan
Nilai Output Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Industri Skala Besar dan
Sedang di Indonesia Tahun 2000-2013. Jurnal Ilmiah Econosains vol 13-
no 2, 140-149.

Nuswantoro, Nunuk. 2011. Pengaruh Investasi, Nilai Produksi, dan Jumlah Unit
Usaha Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil di
Kabupaten Pati. Semarang: Univesitas Negeri Semarang.

Rejekiningsih, Tri Wahyu. 2004. Mengukur Besarnya Peranan Industri Kecil


dalam Perekonomian di Propinsi Jawa Tengah. Jurnal Dinamika
Pembangunan Vol. 1. No. 2. Semarang.

Siti Zilfiyah. 2013. Analisis Kontribusi Sektor Industri Terhadap Penyerapan


Tenaga Kerja di Indonesia (Periode Tahun 2004-2010). Malang:
Universitas Brawijaya.

Subri, Mulyadi. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Prespektif


Pengembangan.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta :


Rajawali Pers.

13

Anda mungkin juga menyukai