Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji serta rasa
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan nikmat iman serta
nikmat sehat untuk hidup dan segala kemudahan, shalawat serta salam semoga Allah SWT
melimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. kami masih diberi kesempatan untuk
menyelesaikan penelitian ini yang akan membahas mengenai Arsitektur Masjid Agung
Kudus.
Penelitian ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan penelitian ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan penelitian ini masih jauh dari kata sempurna,
dikarenakan terbatasnya sumber dan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga dalam penulisan
yang berikutnya diharapkan akan lebih baik dan sempurna.

Bandung, 01 Desember 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................3
A. Latar Belakang...........................................................................................................................3
B. Rumusan Penelitian...................................................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................5
A. Sejarah Masjid Agung Kudus....................................................................................................5
B. Arsitektur Bangunan Masjid Agung Kudus...............................................................................6
C. Arsitektur Menara Masjid Agung Kudus...................................................................................9
BAB III PENUTUPAN......................................................................................................................13
Kesimpulan......................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................14

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kawasan bersejarah adalah salah satu aset yang sangat bernilai dan tak dapat diperbaiki
sehingga pemerintah, individu, dan institusi berkewajiban untuk memeliharanya. Keberadaan
kawasan bersejarah beserta bangunannya pada suatu wilayah dapat menunjukkan jati diri,
karakter, dan identitas kawasan tersebut. Kawasan bersejarah sebagai warisan budaya
merupakan satu dari sekian banyak peninggalan yang begitu berharga dari masa lampau
karena kehadiran bangunan-bangunannya dan karakter lingkungannya memiliki nilai sejarah
yang menampilkan cerita visual dari suatu tempat atau kawasan serta di dalamnya
mencerminkan perubahan-perubahan selama perjalanan waktu serta tata cara kehidupan dan
budaya dari penduduknya.Kudus merupakan salah satu kota tempat disebarkannya agama
Islam di Pulau Jawa oleh dua walisongo, yaitu Sunan Kudus dan Sunan Muria.

Sebagai salah satu tempat awal penyebaran Islam di Pulau Jawa, Kota Kudus menyimpan
banyak peninggalan sejarah Islam. Salah satunya adalah Masjid Menara Kudus yang

3
dibangun pada pertengahan abad ke-16, terletak di Desa Kauman Kecamatan Kota,
Kabupaten Kudus. Kota Islam di Indonesia memiliki unsur masjid jami sebagai pusat
kegiatan masyarakat, ruang terbuka, dan pasar. Kampung Kauman Kudus memiliki nilai
estetika (perpaduan budaya Hindu- Islam), nilai kemajemukan (mencerminkan budaya
Hindu), dan nilai kelangkaan (hanya di Kudus) dengan masjid dan menara sebagai
peninggalan Hindu. Hal yang memperkuat perlunya revitalisasi adalah adanya tradisi khas di
Kauman Menara Kudus, yakni buka luwur (kain penutup makam Sunan Kudus) dengan
pembagian nasi jangkrik sebagai simbol visual sedekah dan pesan peduli terhadap sesama.
Tradisi ini berdampak positif. Interaksi sosial masyarakat Desa Kauman dengan masyarakat
pendatang berjalan baik karena masyarakat pendatang antusias melestarikan berbagai
kegiatan keagamaan yang berhubungan dengan tradisi ziarah di makam Sunan Kudus. Hal ini
diikat oleh faktor keagamaan, ekonomi, dan tradisi. Nurjayanti dan Arya mengungkapkan
akan perlunya konsep desain pola zonasi dan pola denah dengan mempertahankan elemen
arsitektur Islam di kawasan Kauman Menara Kudus.

Disinggung oleh Syafwandi, bahwa Menara Kudus terletak di sebelah tenggara halaman
komplek dan menghadap ke barat. Mesjid sendiri menghadap ke timur. Komplek mesjid atau
biasa juga disebut komplek Makam Sunan Kudus dikelilingi rumah penduduk yang padat
sekali, di antaranya banyak terdapat rumah-rumah adat yang disebut Pencu. Di sekitar rumah
penduduk diselingi jalan sempit yang berfungsi sebagai batas rumah penduduk dan sekarang
menjadi jalan umum. Hal tersebut memperlihatkan ciri perkampungan kuno. Hal ini pun telah
disinggung oleh seorang sarjana Belanda, J.E. Jasper, memang di sekitar komplek menara ini
terdapat Kota Kudus Kuno..

Kawasan yang berkembang pada masa penyebaran agama Islam di Kota Kudus adalah
sepanjang Jalan Menara dan Jalan Kyai Telingsing (Kampung Sunggingan) dan Kampung
Langgar Dalem yang terletak di Kudus Kulon, serta di sekitar Masjid Jepang di Desa Jepang
Kecamatan Mejobo dan di sekitar masjid wali yang terletak menyebar di Kudus Wetan.
Kawasan yang memiliki peran sejarah paling besar adalah Kudus Kulon, karena aktivitas
penyebaran agama Islam di kawasan ini dilakukan sejak awal pertengahan abad ke-16 sampai
abad ke-16 yang dilakukan oleh beberapa tokoh dari generasi yang berbeda. Hingga saat ini,
aktivitas bernuansa Islam di Kawasan Kudus Kulon (terutama di Masjid Menara Kudus)
masih terlihat dari kegiatan umat Islam untuk beribadah maupun berziarah yang cukup ramai
setiap harinya.

4
B. Rumusan Penelitian
1. Bagaimana Sejarah Masjid Agung kudus?

2. Bagaimana Arsitektur Masjid Agung Kudus?

3. Bagaimana Arsitektur Menara Masjid Kudus?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Sejarah Masjid Agung Kudus.

2. Untuk Mengetahui Bagaimana Arsitektur Masjid Agung Kudus

3. Untuk Mengetahui Bagaimana Arsitektur Menara Masjid Kudus.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Masjid Agung Kudus

Masjid Agung Kudus (sumber:pinterest.com)


Sejarah Kota Kudus tidak terlepas dari Sunan Kudus sebagai salah satu Wali Songo yang
menyebarkan Islam di pesisir utara Jawa Tengah, yang juga dikenal dengan nama Raden

5
Ja’far Shodiq1. Sunan Kudus membangun Masjid Menara yang pada saat itu bernama Loaram
yang kemudian diubah menjadi Al-Manar atau Masjid Al-Aqsha. Masjid yang meniru nama
masjid di Palestina. Masjid Menara Kudus mempunyai luas sekitar 1.723,84meter persegi
yang dibangun di lahan seluas 6.325meter persegi. Tahun pembangunan menaranya, tertulis
dalam skrip yang terdapat pada mihrab di Masjid al-Aqsa Kudus (Masjid Menara), yang
beraksara Jawa berbunyi Gapura Rusak Ewahing Jagat: yang bermakna tahun Jawa 1609
atau 1685 M. Bagian-Bagian Lain Dari Bangunan Menara Kudus. Komplek Menara Kudus
merupakan tempat yang sangat religi sekali dan tempat ini dibatasi batu merah dengan dua
pintu utama berupa gerbang menuju ke menara dan ke masjid. 2 Menurut legenda yang
tersebar di kalangan masyarakat, pendirian masjid Kudus dan penamaannya, ada kaitannya
dengan kota Yerussalem di Palestina. Seperti yang telah diketahui, di tempat tersebut berdiri
sebuah masjid yang bernama Masjid al-Aqsha. Kota Yerussalem ini mempunyai nama lain,
yaitu Baitul Maqdis atau al-Quds.3 Pulangnya Sunan Kudus dari Mekah, membawa oleh-oleh
berupa batu yang bertulis bahasa Arab. Batu tersebut sekarang terletak di atas pengimaman
Masjid Kudus. Untuk memperingatinya, maka kota ini dinamakan Kota Kudus.4

B. Arsitektur Bangunan Masjid Agung Kudus

Masjid Agung Kudus (Sumber: M. Rosyid, 2018)

1
Solichin Salam, Kudus: Purbakala dalam Perjuangan Islam, Kudus:Menara Kudus, 1977., hlm. 1
2
Abdul Baqir Zain, Masjid-Masjid Bersejarah Di Indonesia, cet. I, Jakarta : Gema Insani Press, 1999., hlm. 224
3
Abdul Baqir Zain, Ibid, hlm.225
4
Syafwandi, Menara Mesjid Kudus: dalam tinjauan sejarah dan arsitektur, Jakarta: Bulan Bintang, 1985.,
hlm.5

6
Masjid Menara Kudus mempunyai luas 1.723,84 m yang dibangun di lahan seluas 6.325
m. Masjid Al-Manar atau Al- Aqsa yang pernah direnovasi pada 1919, 1933, 1976, dan 1978.
Masjid Menara Kudus seluas 1.723,84 m2 di lahan seluas 6.325 m2, terdapat dua gapura
kembar gaya Hindu di serambi luar. Awalnya gapura merupakan benteng pelindung masjid di
era wali. Panjangnya 548 cm, lebar 272 cm, tinggi 625 cm, lebar pintu 116 cm, dan tinggi
pintu 271 cm. Gapura kembar bagian dalam merupakan pintu masuk masjid. Juga terdapat
menara berukuran 10 m, tinggi 18 m, bahan bangunannya dari batu bata merah, sirap, dan
perekat batu bata dengan susunan selasar batu, kaki, tubuh bangunan dan atap. Pada bagian
kaki (dasar) menara terdapat ornamen geometrik yang berupa batu hiasan segi empat yang
setiap ujungnya disambung hiasan segi tiga. tembok menara dilakukan tahun 1880, 1913, dan
2014. Adapun rehab selasar menara dilakukan tahun 1933. 5
Tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah, pada tahun 2014, memugar
Menara Masjid Al-Aqsha Kudus dan melanjutkan pemugaran tahun 2011, Pada 5 November
1933 M dilakukan perluasan serambi Masjid Al- Aqsha. Renovasi pawastren (untuk salat
perempuan) dilakukan tahun 2011 dan renovasi tajug dilakukan tahun 2013. Pemugaran pada
2013 dilakukan bagian mustaka atau atap serta sirap dan mengganti 3.000 buah batu bata yang
rapuh di 28 lapis. Pemugaran pada Mei 2014 merevitalisasi batu bata yang 80 % rapuh diganti
yang diganti baru. Terdapat 10 ribu batu bata yang diganti karena rapuh. Teknik penggantian
dilakukan secara konvensional, yakni melepas satu per satu agar tidak mengganggu
konstruksi. Pengerjaan dengan pola konsolidasi, yakni dari atas ke bawah karena medan yang
sulit dan untuk kenyamanan peziarah. Untuk batu batu, relief yang klasik dan kondisinya
rusak atau hilang dilakukan repro agar tidak menghilangkan nilai sejarah. 6
Majalah Konstruksi edisi Mei 1988, pada halaman 45, memaparkan sejarah singkat
perkembangan masjid Menara Kudus. Pada awal pendiriannya, masjid berbentuk payung,
seluas 20 m2 dengan satu tiang di tengah. Masjid yang semula sederhana, kemudian
mengalami beberapa kali perluasan untuk menampung jamaah yang semakin meningkat
jumlahnya. Pada tahun 1919, masjid diperluas hingga ke pintu kori agung pertama dengan
penutup atap berbentuk atap tajug tumpang tiga. Juga di samping kirinya sudah dibangun
madrasah. Pada tahun 1925, masjid diperluas lagi sampai ke pintu kori agung kedua
berupa bangunan serambi dengan atap berbentuk limasan, dan tahun 1933 ditambah
serambi sampai halaman paling depan. Penutup serambi ini berupa atap pelana dan pada
bagian paling timur berupa atap berbentuk kubah.7
5
Solichin Salam, Kudus Purbakala dalam Perjuangan Islam, Kudus: Menara Kudus, 1986., hlm.26
6
Solichin Salam, Ibid., hlm.27
7
Ashadi, Perkembangan Arsitektur Masjid Walisongo di Jawa : Perubahan Ruang dan Bentuk, Nalars, Volume
11 No 2 Juli 2012 : 143-160, Hlm.147

7
Komplek Menara Kudus merupakan tempat yang sangat religi sekali dan tempat ini
dibatasi batu merah dengan dua pintu utama berupa gerbang menuju ke menara dan ke masjid.
Bagian bagian dari menara selain terdapat bangunan induk menara, terdapat pula bangunan
lainnya seperti:
a. Masjid, yang merupakan tempat untuk beribadah bagi umat Islam. Masjid ini berada
tepat di samping kanan Menara Kudus.
b. Museum, yang didalamnya terdapat barang-barang peninggalan bersejarah yang
berhubungan dengan Menara Kudus.
c. Makam Sunan Kudus dan Para Pangeran-Pangeran, yang di dalamnya terdapat makam
dari Sunan Kudus dan Para Pangeran-Pangeran dari Kudus yang makamnya hampir
berdampingan.
d. Ruang peristirahatan tamu, yang digunakan tempat beristirahat bagi tamu yang
berkunjung di Menara Kudus.
e. Kantor Pengelola, digunakan sebagai tempat untuk mengelola dan mengurusi
administrasi pada Menara Kudus.
f. Perpustakaan, digunakan untuk meyimpan dan meminjamkan litertur-literatur
mengenai pengetahuan tentang Islam.
g. Lembaga pengembangan Islam, digunakan untuk mengadakan seminar-seminar atau
diskusi mengenai pekembngan Islam dalam Masyarakat.
h. Tempat parkir sepeda atau sepeda motor, digunakan sebagai tempat penitipan sepeda
atau motor bagi para pengunjung menara dan makam dari Sunan Kudus yang ingin
berziarah yang berada di dekat lokasi atau jauh dari lokasi tapi masih dalam satu
Kabupaten Kudus.
i. Paseban, digunakan sebagai tempat untuk menampung pengunjung yang berziarah ke
makam Sunan Kudus.
j. Tempat wudlu, digunakan bagi para pengunjung untuk melakukan wudlu sebelum
melakukan ibadah sholat. 8

Objek purbakala di lingkungan masjid berupa (1) dua gapura kembar gaya Hindu di
serambi luar dan di dalam masjid (awalnya benteng pelindung masjid era kewalian),
gapura padureksan (di luar masjid), gapura samping masjid, dan gapura tajug (sisi
samping belakang masjid). Gapura kembar bagian dalam merupakan pintu masuk masjid.
Terdapat menara bahan bangunannya batu bata merah, sirap, dan perekat batu bata dengan
susunan selasar batu, kaki, tubuh bangunan, dan atap. Pada bagian kaki (dasar) menara
8
Alex Romi, Pemetaan Obyek Wisata Menara Kudus di Kabupaten Kudus Berbasis system informasi Geografis
(SIG), Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang : 2006, t.d, hlm.60

8
terdapat ornamen geometrik berupa batu hiasan segi empat yang setiap ujungnya
disambung hiasan segi tiga. Bentuk gapura serupa dengan pura. Melekatnya budaya Hindu
yang diadaptasi pada budaya Islam membentuk perpaduan budaya yang unik antara
budaya Islam dengan Hindu, (2) tempat wudlu (padasan) yang terdiri atas delapan
pancuran (kran) hingga kini masih utuh; (3) tajug, tempat musyawarah Sunan Kudus (pada
masa kini, khususnya bulan Ramadan, digunakan untuk mengaji kitab kuning pada sore
hari) dan tempat menyimpan keris serta tombak Sunan Kudus dalam peti.9

Masjid Menara Kudus ini terdiri dari 5 buah pintu sebelah kanan, dan 5 buah pintu
sebelah kiri. Jendelanya semuanya berjumlah 4 buah. Pintu besar terdiri dari 5 buah, dan
tiang besar di dalam masjid yang berasal dari kayu jati ada 8 buah. Namun masjid ini tidak
sesuai dengan arsitektur dan keadaan aslinya, sekarang tampak lebih besar dari semula karena
pada tahun 1918an telah mengalami renovasi. Di dalamnya terdapat kolam masjid, kolam
yang berbentuk "padasan" sebagai tempat wudhu.10

C. Arsitektur Menara Masjid Agung Kudus

Menara Masjid Agung Kudus (Sumber: M. Rosyid:2018)

Menara Masjid Kudus terletak di Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus,
Provinsi Jawa Tengah. Pada tubuh menara terdapat hiasan seperti pola geometris, mangkok
9
Moh Rosyid, Kawasan Kauman Menara Kudus sebagai Cagar Budaya Islam : Catatan terhadap Kebijakan
Pemerintah Kabupaten Kudus, Purbawidya : Vol.7, No.1, Juni 2018 : 89-101, hlm. 93-97
10
Nurini, Kajian Pelestarian Kampung Kauman Kudus sebagai Kawasan Bersejarah Penyebaran Agama Islam,
TEKNIK – Vol. 32 No.1 Tahun 2011, ISSN: 0852-1697, Hlm.14

9
porselin bergambar, dekorasi bergambar, dan dekorasi bentuk silang yang penempatannya
berselang-seling. Selain itu terdapat tempelan benda berbentuk piring yang berisi lukisan
masjid, manusia, unta, pohon kurma, dan lukisan bunga.

Pada bagian kaki menara terdapat pelipit-pelipit yang terbuat dari bahan batu-bata.
Pada sisi barat terdapat bangunan tangga menara yang mengarah ke luar, kemudian pada
bagian puncak menara terdapat ruangan berupa pendopo berlantaikan papan. Ruangan ini
ditopang oleh empat buah tiang kayu bertumpu masuk pada lantai papan yang berlapis. Pada
salah satu tiang terdapat inskripsi yang ditulis menggunakan huruf dan bahasa jawa yang
berbunyi Gapura rusak ewahing jagad, yang berarti 1609 S (1685 M). Atap menara
berbentuk limas berususun dua dan di bagian puncaknya terdapat tulisan arab Allah,
sedangkan di bagian bawah atap menara tergantung sebuah beduk dan kentongan.11

Bentuk menara merupakan hasil akulturasi budaya Hindu dengan Islam. Tinggi menara
17/18 m dan luas 100 m2. Pada era Sunan Kudus, menara digunakan muadzin untuk adzan
salat. Menurut Munoz, candi merupakan sarana yang digunakan Raja Jawa dalam
memertahankan kekuasaannya sehingga pembangunannya bersifat politis daripada religius.
Candi juga menguatkan kekuasaan politik penguasanya. Sebutan candi digunakan orang Jawa
Tengah, masyarakat Sumatra menyebutnya biaro, warga Jawa Timur menyebut cungkup,
yaitu tempat dewa dapat membuat dirinya “tampak” dengan desain candi itu sendiri.

Kalau kita amati bentuk menaranya, tampak jelas tidak mencerminkan seperti sebuah
menara, tetapi lebih tepat seperti bangunan candi. Ada pengamat yang mengatakan bahwa
menara ini ada kemiripan dengan Candi Jago yang terdapat di Magelang. Pada kaki menara
berbentuk bujur sangkar dan ada bagian yang menjorok keluar yang dipergunakan sebagai
pintu masuk. Menara ini terdiri atas tiga bagian : kaki menara, badan menara, dan puncak
menara. Pada bagian puncak menara ini dulunya dibuat dari tanah liat. Namun, karena
disambar petir, pada tahun 1947 diganti dengan bahan seng. Pada bagian mustakanya juga
terdapat keanehan. Pada bagian ini dibuat dari emas yang diberi tangkai kaca. Emas tersebut
masih murni 24 karat dan mempunyai ketinggian 33 cm, sedangkan emasnya setinggi 19 cm.
Luas lingkarannya 13 cm dan berat seluruhnya mencapai 320 kg. 12

Di titik bangunan Menara Kudus sebelumnya ada sumber air kembar yang memancarkan
air (banyu kauripan atau amarta/tirta kamandanu). Masyarakat Kudus saat itu meyakini bahwa

11
Isman Pratama Nasution, Menara Masjid Kuna Indonesia Suatu Survey dan Studi Kepustakaan, WACANA,
Vol.6, No.1, April 2004 (27-40), Hlm. 35-36
12
Abdul Baqir Zain, Ibid., hlm.227

10
air dapat menghidupkan orang yang mati sehingga mengganggu akidah, yang akhirnya sumber air
tersebut ditutup dan didirikannya Menara Kudus. Menara memiliki pernik yang tertempel yang
berupa keramik. Sakai Takashi dan Takimoto Tadashi, arkeolog Jepang, menelusuri asal mula
berbagai keramik di Masjid dan Menara Kudus. Menurutnya, dua di antara sekian banyak
keramik adalah buatan pabrik keramik di Vietnam abad ke-14-15. Bangunan Menara
diperkirakan selesai dibangun sesuai inskripsi Gapura Rusak Ewahing Jagad berhuruf dan
berbahasa Jawa yang diartikan sebagai tahun 1609 (Syaka) atau tahun 1685.

Penyerupaan terhadap Menara Masjid Kudus seperti halnya anggapan umum bahwa
semua bangunan berkonstruksi batu ataupun bata adalah candi, padahal fungsinya bisa
sebagai gerbang berwujud (Candi Wringin Lawang), bentar gerbang pada kompleks pura
(candi bentar), gerbang berwujud (Candi Bajang Ratu), kori petirtan (Candi Tikus), relief
berukuran besar pada tebing padas (Candi Gunung Kawi), punden berundak (Candi Kotes),
stupa Buddha (Candi Sewu), dan candi Hindu Buddha (Candi Singhasari). Karena kesamaan
konstruksi bangunannya dari susunana bata maka bangunan Menara Masjid Kudus
dipersamakan dengan candi di Jawa Timur. Demikian juga, karena sama memiliki kentongan
yang digantungkan pada atap semacam bale yang terletak di bagian atas bangunannya maka
Menara Masjid Kudus juga dipersamakan bentuknya dengan Bale Kulkul.13

Menurut informasi Simas Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah
bangunan Menara Masjid Kudus memiliki bagian kaki, tubuh, dan puncak atau atas. Bagian
kaki Menara dari pasangan bata tanpa perekat memiliki tiga pelipit yang tersusun menjadi
satu; bagian tengah merupakan bagian yang menonjol; dan bagian atas terdiri dari beberapa
susunan yang makin ke atas makin melebar. Tubuh Menara bagian bawah merupakan pelipit
besar dan tinggi yang terbagi dua oleh sebuah bingkai tebal; bagian tengah berbentuk persegi
yang ramping dengan dinding pada sisi utara, timur, selatan terdapat sebuah relung yang
kosong, dan pada sisi barat terdapat pintu masuk dari kayu untuk masuk ke sebuah bilik;
bagian atas terdiri dari susunan pelipit mendatar yang makin ke atas makin panjang dan
melebar. Hiasan yang terdapat pada bagian tubuh berwujud bentukan berpola geometris,
mangkok porselin bergambar dekorasi yang dipasang secara selang-seling bentukan
berdekorasi silang; juga terdapat piring-piring yang ditempelkan bergambar masjid, manusia
dengan onta dan pohon kurma, dan bunga. Puncak menara berupa ruangan mirip pendopo
berlantai papan yang ditopang empat tiang kayu yang bertumpu masuk pada lantai papan

13
Totok Roesmanto, Rupa Bentuk menara Masjid Kudus, Bale Kulkul dan candi, Jurnal Arsitektur Universitas
Bandar Lampung, Desember 2013, Hlm.28-35

11
yang berlapis. Keempat tiang menopang atap berbentuk limas bersusun dua. Lantai ruangan
dicapai melalui sebuah tangga kayu yang hampir tegak lurus di tengah-tengah bilik pada
bagian tubuh menara. Di bawah atap digantungkan bedug, dan pada puncak atap terdapat
tulisan Allah berhuruf Arab.14

Bagian kepala dari Menara Masjid Kudus merupakan sebuah berbentuk bangunan bale
sejenis berkonstruksi kerangka dari bahan tajug kayu jati dan beratap Pada bagian tumpang-2
teratas dari atap kedua (teratas) terdapat tumpang sebuah dari bahan logam (direncanakan
mustaka akan diganti dengan bahan gerabah). Ukuran bale mirip dengan tempat Sunan Bale
Tajug pasebaan Kudus yang diperkirakan dibangun sekitar tahun 1549.15

Menurut Solichin Salam penampilan bangunan Menara Masjid Kudus searah vertikal
mempunyai 4 tingkatan yang menyimboliskan tahapan sebagai tasawuf syariat, tarikat,
ma'rifat dan hakikat. Batas Selatan dari kompleks Masjid Kudus bisa berwujud 1). dinding
tembok yang membatasi halaman Masjid dengan halaman menuju Bale Tajug (yang ada
sekarang), atau 2). dinding Selatan halaman menuju Bale Tajug.16

Fondasi Menara Kudus dipugar sebelum tahun 1980-an untuk menempatkan cor beton
dengan kedalaman 50 cm sebagai penahan air agar tidak merembes ke bagian fondasi bawah
yang masih menggunakan batu-bata. Menurut Tim BPCB Jateng, hasil penggalian fondasi pada
September 2014 adalah di sebelah selatan bangunan kedalaman fondasinya 190 cm, terdiri atas
30 lapis batu bata. Sebelah utara sisi barat ukuran kedalaman fondasinya sama dengan sebelah
selatan. Kedalaman fondasi gapura 80 cm dan fondasi pagar 1,5 m. Rata-rata fondasi hingga
September 2014 masih normal dan tidak ada masalah. Hingga September 2014, pemugaran
Menara Masjid Al- Manar Kudus mencapai 80 % dari target 100 % pada akhir 2014.

Memasuki bagian akhir pemugaran, tim BPCB Jateng mengembalikan ornamen ukiran di
bagian barat atau tepatnya di kanan dan kiri tangga menara. Begitu pula penyelesaian selasar
bangunan dan konservasi (pemeliharaan) bagian atas menara atau pilar penyangga atap yang
berbahan material kayu. Bagian tubuh menara disemprot dengan zat antilumut, untuk bagian atas
diberi cairan berbahan dari rebusan tembakau dan cengkih, kemudian dikuaskan pada empat pilar
penyangga atap serta bagian lain yang berbahan material batu. Tujuannya ialah agar material
lama dan yang baru (pengganti) lebih awet dan tahan lama. Pada minggu ketiga, September 2014,

14
Totok Roesmanto, Rupa Bentuk menara Masjid Kudus, Bale Kulkul dan candi, Jurnal Arsitektur Universitas
Bandar Lampung, Desember 2013, Hlm.28-35
15
Koran Kompas.Albertus Hendriyo Widi, 26 Desember 2013., hlm.12
16
Solichin Salam, Kudus Purbakala dalam Perjuangan Islam, Kudus: Menara Kudus, 1986., hlm.24

12
dilakukan pelepasan andang (penyangga dari bambu yang sebelumnya digunakan sebagai alat
bantu memanjat untuk memugar bagian tubuh menara) dalam proses renovasi.

Pada awal Oktober 2014 pemugaran diselesaikan secara menyeluruh. Pada pertengahan
Oktober 2014 pemugaran selesai. Kurang lebih 10 ornamen yang menempel di tubuh menara,
yaitu berupa piring keramik kuno, dipasang pada tempat semula agar keaslian benda cagar
budaya itu tetap terjaga. Adapun ornamen yang rusak diganti dengan ornamen yang mirip tanpa
mengubah bentuk agar tetap utuh tanpa menghilangkan keaslian.

BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
Bangunan Menara Masjid Kudus bagian atas dibangun tahun 1685 belum diketahui
perancangnya. Arsitektur Masjid Kudus (1549) adalah Sunan Kudus.Pendiri kota Al
Quds/Kudus (sebelum atau pada tahun 1549) juga Sunan Kudus. Letak bangunan Menara
Masjid Kudus pada lahannya tidak menerapkan pola tata bangunan Candi Kidal, Candi Jago,
Candi Singasari; dan bangunan Bale Kulkul pada kompleks pura maupun puri, dan di Bale
Banjar Bali. Berbeda dengan bangunan candi yang memiliki pembagian vertikal kepala-
badan-kaki, berdenah bujur sangkar (Candi Singasari, Candi Kidal) atau persegi panjang
(Candi Jago); bentuk bangunan Menara Masijid Kudus terdiri dari bagian atas yang berdiri di
atas bagian bawah, berdenah bujur sangkar. Bagian atas bangunan Menara dan Bale Kulkul
berbentuk berkonstruksi rangka bale kayu, berjenis Atap bangunan tajug tumpang-2.
Menara ditopang 4 dan 12 tepi; sakaguru saka atap Bale Kulkul ditopang 4, 8, 12, 16 saka.
Bagian bawah bangunan Menara memiliki ruang untuk menuju ke di atasnya; pada bangunan
bale candi terdapat 1 atau 4 , dan ada cela permukaan bagian kakinya berbentuk teras,
sedangkan pada Bale Kulkul kuno umumnya tanpa ruang. Kota Kudus memiliki cukup
banyak potensi kawasan konservasi, karena adanya beberapa kebudayaan yang terdapat di
Kudus yaitu Hindu, Islam, dan kolonial Belanda dengan corak peninggalannya masing-
masing.

13
DAFTAR PUSTAKA
1. Solichin Salam, Kudus: Purbakala dalam Perjuangan Islam, Kudus:Menara Kudus,
1977.
2. Abdul Baqir Zain, Masjid-Masjid Bersejarah Di Indonesia, cet. I, Jakarta : Gema
Insani Press, 1999.
3. Syafwandi, Menara Mesjid Kudus: dalam tinjauan sejarah dan arsitektur, Jakarta:
Bulan Bintang, 1985.
4. Solichin Salam, Kudus Purbakala dalam Perjuangan Islam, Kudus: Menara Kudus,
1986.
5. Ashadi, Perkembangan Arsitektur Masjid Walisongo di Jawa : Perubahan Ruang dan
Bentuk, Nalars, Volume 11 No 2 Juli 2012.
6. Alex Romi, Pemetaan Obyek Wisata Menara Kudus di Kabupaten Kudus Berbasis
system informasi Geografis (SIG), Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang : 2006.
7. Moh Rosyid, Kawasan Kauman Menara Kudus sebagai Cagar Budaya Islam :
Catatan terhadap Kebijakan Pemerintah Kabupaten Kudus, Purbawidya : Vol.7,
No.1, Juni 2018.
8. Nurini, Kajian Pelestarian Kampung Kauman Kudus sebagai Kawasan Bersejarah
Penyebaran Agama Islam, TEKNIK – Vol. 32 No.1 Tahun 2011, ISSN: 0852-1697.
9. Isman Pratama Nasution, Menara Masjid Kuna Indonesia Suatu Survey dan Studi
Kepustakaan, WACANA, Vol.6, No.1, April 2004.
10. Totok Roesmanto, Rupa Bentuk menara Masjid Kudus, Bale Kulkul dan candi, Jurnal
Arsitektur Universitas Bandar Lampung, Desember 2013

14
15

Anda mungkin juga menyukai