Anda di halaman 1dari 20

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

DALAM ORGANISASI

OLEH

NAMA : SARLINI

NIM : B1C119054

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2021
Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan pertolongan dan
berkat untuk menyelesaikan makalah sederhana ini dengan baik.. Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah Saya dapat menyelesaikan makalah berjudul “Pengambilan Keputusan Dalam
Organisasi” tepat waktu.

Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak selaku dosen mata kuliah.
Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang
yang ditekuni penyusun. Penyusun juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang
telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada kita semua. makalah
ini memiliki banyak kekurangan sehingga kami mohon untuk saran dan kritik yang sifatnya
membangun agar makalah ini dapat menjadi lebih baik. Terima Kasih.

Kendari, Januari 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Cover...................................................................................................................................

Kata Pengantar..................................................................................................................

Daftar Isi.............................................................................................................................

BAB 1..................................................................................................................................

1.1 Latar Belakang Masalah..........................................................................................

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................

1.3 Tujuan ......................................................................................................................

BAB 2..................................................................................................................................

2.1 Definisi Dan Dasar Pengambilan Keputusan.........................................................

BAB 3

3.1 Kesimpulan..............................................................................................................

3.2 Saran........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Organisasi adalah unit sosial, terdiri dari sekelompok orang yang berinteraksi untuk
mencapai rasionalitas tertentu. Sebagai untisosial, organisasi terdiri dari orang-orang
dengan latar belakang sosial ekonomi, budaya, dan motivasi yang berbeda. Pertemuan
budaya dan motivasi orang-orang dari berbagai latar belakang yang berbeda
mempengaruhi perilaku individual dan menimbulkan problem dalam proses
keorganisasian kerena menyebabkan terjadinya benturan nilainilai individual yang dapat
menjadi faktor pengganggu dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu
setiap organisasi perlu menciptakan nilai-nilai yang dianut bersama untuk membangun
system keorganisasian guna menyeragamkan pemikiran dan tindakan serta mengubah
perilaku individual ke perilaku organisasional.
Setiap organisasi, baik dalam skala besar maupun kecil, dapat terjadi perubahan-
perubahan kondisi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal
organisasi. Dalam menghadapi perkembangan dan perubahan yang terjadi maka
diperlukan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat. Proses pengambilan keputusan
yang cepat dan tepat dilakukan agar roda organisasi beserta administrasi dapat berjalan
terus dengan lancar 
Pengambilan keputusan tersebut dilakukan oleh seorang manajer atau administrator.
Kegiatan pembuatan keputusan meliputi pengindentifikasian masalah, pencarian
alternatif penyelesaian masalah, evaluasi daripada alternatif-alternatif tersebut, dan
pemilihan alternatif keputusan yang terbaik. Kemampuan seorang pimpinan dalam
membuat keputusan dapat ditingkatkan apabila ia mengetahui dan menguasai teori dan
teknik pembuatan keputusan.
Pengambilan keputusan sangat penting dalam manajemen dan merupakan tugas
utama dari seorang pemimpin (manajer). Pengambilan keputusan (decision making)
diproses oleh pengambilan keputusan (decision maker) yang hasilnya keputusan
(decision).
1.2 Rumusan Masalah

1.Bagaimanakah Definisi Dan Dasar Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi ?

1.3 Tujuan

1.Mengetahui Definisi Dan Dasar Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi .

BAB ll

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI DAN DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN

A. Pengertian

Pengambilan keputusan organisasi menurut Gibson, menjelaskan pengambilan keputusan


sebagai proses pemikiran dan pertimbangan yang mendalam yang dihasilkan dalam sebuah
keputusan. Pengambilan keputusan merupakan sebuah proses dinamis yang dipengaruhi oleh
banyak kekuatan termasuk lingkungan organisasi dan pengetahuan, kecakapan dan motivasi.
[1]

Tetapi menurut sudut pandang Salusu mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai proses
memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai situasi untuk
menemukan dan menyelesaikan masalah organisasi.[2]

Dan menurut Sondang P. Siagian pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang
sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut
perhitungan merupakan tindakan yang paling cepat. Pengambilan keputusan sebagai usaha
sadar untuk menentukan satu alternatif dari berbagai alternatif untuk memecahkan masalah.
[3]

Dalam keberlangsungan setiap kegiatan berorganisasi, pasti akan menemui sebuah situasi
dimana harus dilakukannya sebuah atau lebih suatu pengambilan keputusan. Menurut para
ahli, pengambilan keputusan merupakan proses pemilihan antara berbagai alternatif.
Pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara berbagai alternatif. Untuk dapat
mengambil keputusan dengan baik, ada rangkaian proses pengambilan keputusan yang harus
dilakukan. Berikut adalah langkah yang bijaksana untuk dilakukan sebelum mengambil
keputusan berdasarkan pada konsep pengambilan keputusan itu sendiri.

Dari beberapa pengertian tentang pengambilan keputusan yang dikemukakan oleh para ahli
dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan merupakan proses pemilihan satu alternatif
dari beberapa alternatif untuk pemecahan masalah. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
keputusan itu diambil dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak boleh sembarangan.
Masalahnya telebih dahulu harus diketahui dan dirumuskan dengan jelas, sedangkan
pemecahannya harus didasarkan pemilihan alternatif terbaik dari alternatif yang ada.

B. Jenis-jenis pengambilan keputusan

Berikut ini beberapa macam pengambilan keputusan dalam berorganisasi berdasarkan


jenisnya, diantaranya:[4]

1. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi

Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu
mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Pengambilan keputusan yang
berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat Untuk masalah-masalah yang
dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan
memberikan kepuasan. Akan tetapi, pengambilan keputusan ini sulit diukur kebenarannya
karena kesulitan mencari pembandingnya dengan kata lain hal ini diakibatkan pengambilan
keputusan intuitif hanya diambil oleh satu pihak saja sehingga hal-hal yang lain sering
diabaikan.

2. Pengambilan Keputusan Rasional

Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah – masalah yang
dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat
berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang
rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-
batas nilai masyarakat yang di akui saat itu.

3. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta


Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung oleh sejumlah
fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan
informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data.
Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus diolah
lebih dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan.
Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu memang
merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan informasi yang cukup
itu sangat sulit.

4. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman

Sering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan mengingat-ingat apakah
kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Pengingatan semacam itu biasanya ditelusuri
melalui arsip-arsip penhambilan keputusan yang berupa dokumentasi pengalaman-
pengalaman masa lampau. Jika ternyata permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya,
maka pimpinan tinggal melihat apakah permasalahan tersebut sama atau tidak dengan situasi
dan kondisi saat ini. Jika masih sama kemudian dapat menerapkan cara yang sebelumnya itu
untuk mengatasi masalah yang timbul. Dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat
dijadikan pedoman dalam menyelesaikan masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman
sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis.

5. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang

Banyak sekali keputusan yang diambil karena wewenang (authority) yang dimiliki. Setiap
orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk mengambil
keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi yang
efektif dan efisien. Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata akan menimbulkan
sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik dictatorial. Keputusan berdasarkan wewenang
kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati permasahan yang seharusnya
dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.

Secara umum jenis pengambilan keputusan dapat dikategorikan dalam dua bentuk, yakni
keputusan terprogram dan keputusan tidak terprogram.[5]

1. Keputusan terprogram
Keputusan terprogram adalah tindakan menjatuhkan pilihan yang berlangsung berulang kali
dan diambil secara rutin dalam organisasi. Keputusan terprogram biasanya menyangkut
pemecahan masalah-masalah yang sifatnya teknis serta tidak memerlukan pengarahan dari
tingkat manajemen yang lebih tinggi.

2. Keputusan tidak terprogram

Keputusan tidak terprogram muncul sebagai akibat dari suatu situasi di mana ada suatu
kemendesakan untuk segera mengambil tindakan dan memecahkan masalah yang timbul.
Biasanya keputusan ini bersifat repetitif, tidak terstruktur dan sukar mengenali bentuk,
hakekat dan dampaknya.

C. Proses pengambilan keputusan

Proses pengambilan keputusan didefinisikan sebagai langkah yang diambil oleh pembuat
keputusan untuk memilih alternatif yang tersedia. Adapun langkah sistematis yang harus
dilakukan dalam proses pengambilan keputusan adalah sebgai berikut :

1. Mengidentifikasi atau mengenali masalah yang dihadapi

2. Mencari alternatif perusahaan bagi masalah yang dihadapi

3. Memilih alternatif yang paling efisien dan efektif untuk memecahkan masalah

4. Melaksanakan alternatif tersebut

5. Mengevaluasi apakah alternatif yang dilaksanakan berhasil dan sesuai dengan yang
diharapkan.

Langkah proses pengambilan keputusan ada 5, yaitu identifikasi masalah, mencari alternatif
pemecahan, pelaksanaan alternatif, dan evaluasi. Berikut ini merupakan penjabaran proses
pengambilan keputusan.[6]

1. Pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan pada dasarnya adalah proses pemecahan masalah yang menghalangi
atau menghambat tercapainya tujuan. Agar masalah dapat dipecahkan, terlebih dahulu harus
dikenali apa masalahnya.
2. Mencari alternatif pemecahan

Setelah masalh dikenali maka dapat dilakukan pencarian terhadap alternatif-alrternatif yang
mungkin dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Dalam mencari alternatif hendaknya
tidak mamikirkan masalah efisiensi dan efektifitas. Ynag terpenting adalah mengumpulkan
sebanyak-banyaknya alternatif. Setelah alternatif terkumpul, barulah disusun berurutan dari
yang paling diinginkan sampai yang tidak diinginkan.

3. Memilih alternatif

Setelah alternatif tersusun, barulah dapat dilakukan pilihan alternatif yang dapat memberikan
manfaat, dalam arti dapat memecahkan masalah dengan cara yang paling efektif dan efisien.
Sebelum menjatuhkan pilihan pada sebuah alternatif, ajukan pertanyaan untuk tiap-tiap
alternatif.

4. Pelaksanaan alternatif

Setelah alternatif dipilih, tibalah saatnya melaksanakannya ke dalam bentuk tindakan.


pelaksanaan harus sesuai denga rencana, agar tujuan memecahkan masalh dapat tercapai.

5. Evaluasi

Setelah alternatif dilaksanakan, bukan berarti proses pengambilan keputusan telah selesai.
Pelaksanaan alternatif harus terus diamati, apakah berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Bila langkah-langkah pelaksanaan telah dilakukan dengan benar tetapi hasil yang dicapai
tidak maksimal, sudah waktunya untuk mempertimbangkan kembali pemilihan alternatif
lainnya. Tidak maksimalnya hasil yang dicapai mungkin terjadi karena pengaruh negatif
potensial benar-benar terjadi, atau mungkin pengaruh negatif yang tadinya tidak
diperkirakan.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan pengambilan


keputusan. Secara garis besar, ada dua faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan,
yaitu:

1. Faktor dari dalam


Menurut Noorderhaven, faktor-faktor dari dalam diri individu yang dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan antara lain adalah kematangan emosi, kepribadian, intuisi, umur.[7]
Sedangkan Cervone dalam penelitiannya menemukan bahwa suasana hati yang positif dapat
meningkatkan kecepatan dan efisiensi pengambilan keputusan. [8]

Esensi dari sebuah pengambilan keputusan adalah proses penentuan pilihan. Secara alami,
manusia akan diperhadapkan kepada berbagai pilihan dan secara alami juga ia dilatih
mengambil keputusan dari pilihan-pilihan hidup yang dialaminya. Oleh karena itu
sesungguhnya manusia akan terus menerus menentukan pilihan hidup dari waktu ke waktu
sampai akhir kehidupan. Proses inilah yang disebut dengan pengambilan keputusan.[9]

2. Faktor dari luar diri individu.

Menurut Millet dalam bukunya Hasan, faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan
keputusan adalah sebagai berikut:[10]

a) Pria dan wanita

b) Peranan pengambil keputusan

c) Keterbatasan kemampuan

Perlu didasari adanya kemampuan yang terbatas dalam pengambilan keputusan yang dapat
bersifat institusional ataupun bersifast pribadi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Baradell &
Klein menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa hidup yang tidak menyenangkan berhubungan
dengan rendahnya kualitas pengambilan keputusan.[11]

Menurut Terry (1989), Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan
yaitu :[12]

a) Hal-hal yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang emosional maupun yang
rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.

b) Setiap keputusan harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi.

c) Setiap keputusan jangan berorientasi pada kepentingan pribadi, tetapi harus lebih
mementingkan kepentingan organisasi.
d) Jarang sekali pilihan yang memuaskan, oleh karena itu buatlah altenatif-alternatif
tandingan.

e) Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental dari tindakan ini harus diubah
menjadi tindakan fisik.

f) Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama.

g) Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik

h) Setiap keputusan hendaknya dilembagakan agar diketahui keputusan itu benar.

i) Setiap keputusan merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan mata rantai
berikutnya

Definisi Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental
atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa
alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu
pilihan final. Keluarannya bisa berupa suatu tindakan (aksi) atau suatu opini terhadap pilihan.

Definisi Pengambilan Keputusan Menurut Para Ahli :

Menurut George R. Terry pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku


(kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada.

Menurut Sondang P. Siagian pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang


sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut
perhitungan merupakan tindakan yang paling cepat.

Menurut James A. F. Stoner pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk
memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan itu adalah suatu cara
yang digunakan untuk memberikan suatu pendapat yang dapat menyelesaikan suatu masalah
dengan cara / teknik tertentu agar dapat lebih diterima oleh semua pihak.
Dasar Pengambilan Keputusan

Menurut George R.Terry dan Brinckloe disebutkan dasar-dasar pendekatan dari pengambilan
keputusan yang dapat digunakan yaitu :

Intuisi

Pengambilan keputusan yang didasarkan atas intuisi atau perasaan memiliki sifat subjektif
sehingga mudah terkena pengaruh. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi ini
mengandung beberapa keuntungan dan kelemahan.

Pengalaman

Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis,


karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat diperhitungkan
untung ruginya terhadap keputusan yang akan dihasilkan. Orang yang memiliki banyak
pengalaman tentu akan lebih matang dalam membuat keputusan akan tetapi, peristiwa yang
lampau tidak sama dengan peristiwa yang terjadi kini.

Fakta

Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid dan
baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih
tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan-keputusan yang dibuat itu dengan rela dan
lapang dada.

Wewenang

Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap


bawahannya atau orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah
kedudukannya. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang ini juga memiliki kelebihan
dan kekurangan.

Logika/Rasional

Pengambilan keputusan yang berdasarkan logika ialah suatu studi yang rasional terhadap
semuan unsur pada setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan. Pada pengambilan
keputusan yang berdasarkan rasional, keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih
transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu,
sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan. Pada
pengambilan keputusan secara logika terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

Kejelasan masalah

Orientasi tujuan : kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai

Pengetahuan alternatif : seluruh alternatif diketahui jenisnya dan konsekuensinya

Preferensi yang jelas : alternatif bisa diurutkan sesuai criteria

Hasil maksimal : pemilihan alternatif terbaik didasarkan atas hasil ekonomis yang maksima.

Jenis – Jenis Keputusan Organisasi

Jenis keputusan dalam sebuah organisasi dapat digolongkan berdasarkan banyaknya waktu
yang diperlukan untuk mengambil keputusan tersebut, bagian mana organisasi harus dapat
melibatkan dalam mengambil keputusan dan pada bagian organisasi mana keputusan tersebut
difokuskan.

Secara garis besar jenis keputusan terbagi menjadi dua bagian yaitu :

-. Keputusan Rutin

Keputusan Rutin adalah Keputusan yang sifatnya rutin dan berulang-ulang serta biasanya
telah dikembangkan untuk mengendalikannya.

-. Keputusan tidak Rutin

Keputusan tidak Rutin adalah Keputusan yang diambil pada saat-saat khusus dan tidak
bersifat rutin.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Menurut John D.Miller dalam Imam Murtono (2009) faktor-faktor yang harus diperhatikan
dalam menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan adalah:
jenis kelamin pria atau wanita, peranan pengambilan keputusan, dan keterbatasan
kemampuan.
Dalam pengambilan suatu keputusan individu dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu nilai
individu, kepribadian, dan kecenderungan dalam pengambilan resiko.

Pertama, nilai individu pengambil keputusan merupakan keyakinan dasar yang digunakan
seseorang jika ia dihadapkan pada permasalahan dan harus mengambil suatu keputusan.
Nilai-nilai ini telah tertanam sejak kecil melalui suatu proses belajar dari lingkungan keluarga
dan masyarakat. Dalam banyak keadaan individu bahkan tidak berfikir untuk menyusun atau
menilai keburukan dan lebih ditarik oleh kesempatan untuk menang.

Kedua, kepribadian. Keputusan yang diambil seseorang juga dipengaruhi oleh faktor
psikologis seperti kepribadian. Dua variabel utama kepribadian yang berpengaruh terhadap
keputusan yang dibuat, seperti ideologi versus kekuasaan dan emosional versus obyektivitas.
Beberapa pengambil keputusan memiliki suatu orientasi ideologi tertentu yang berarti
keputusan dipengaruhi oleh suatu filosofi atau suatu perangkat prinsip tertentu. Sementara itu
pengambil keputusan atau orang lain mendasarkan keputusannya pada suatu yang secara
politis akan meningkatkan kekuasaannya secara pribadi.

Ketiga, kecenderungan terhadap pengambilan resiko. Untuk meningkatkan kecakapan dalam


membuat keputusan, perawat harus membedakan situasi ketidakpastian dari situasi resiko,
karena keputusan yang berbeda dibutuhkan dalam kedua situasi tersebut. Ketidakpastian
adalah kurangnya pengetahuan hasil tindakan, sedangkan resiko adalah kurangnya kendali
atas hasil tindakan dan menganggap bahwa si pengambil keputusan memiliki pengetahuan
hasil tindakan walaupun ia tidak dapat mengendalikannya. Lebih sulit membuat keputusan
dibawah ketidakpastian dibanding dibawah kondisi bahaya. Di bawah ketidakpastian si
pengambil keputusan tidak memiliki dasar rasional terhadap pilihan satu strategi atas strategi
lainnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan :

Posisi atau kedudukan. Dalam mengambil suatu keputusan posisi atau kedudukan sangat
menentukan yaitu apakah posisi seseorang itu masuk ke dalam pembuat keputusan(decision
maker), penentu keputusan (decision taker) atau karyawan (staff) karena dari penentuan
posisi inilah kemudian dapat ditentukan bagian apa yang harus dikerjakan pada posisinya
masing-masing sehingga keputusan yang diambil bisa tepat.
2. Masalah. Masalah merupakan suatu penghalang untuk tercapainya suatu tujuan, jadi dalam
mengambil suatu keputusan harus benar-benar dipahami masalah yang sedang dihadapi
sehingga kita bisa mengambil keputusan yang tepat dan juga suatu tujuan dapat tercapai.

3. Situasi. Situasi merupakan keseluruhan faktor-faktor dalam keadaan yang berkaitan satu
sama lain dan yang secara bersama-sama memancarkan pengaruh terhadap kita beserta apa
yang hendak kita perbuat.

4. Kondisi. Kondisi adalah keseluruhan dari faktor-faktor yang secara bersama-sama


menentukan daya gerak, daya berbuat atau kemampuan kita. Sebagian besar faktor-faktor
tersebut merupakan sumber daya-sumber daya.

5. Tujuan. Tujuan yang hendak dicapai baik tujuan perorangan, tujuan unit (kesatuan), tujuan
organisasi, maupun tujuan usaha yang pada umumnya telah ditentukan. Tujuan yang
ditentukan dalam pengambilan keputusan merupakan tujuan antara atau objektif.

Adapun dalam referensi lain pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor
personal.

Kognisi, artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang di miliki. Misalnya ; Kemampuan
menalar, memiliki kemampuan berfikir secara logis, dll.

Motif, suatu keadaan tekanan dalam diri individu yang mempengaruhi, memelihara dan
mengarahkan prilaku menuju suatu sasaran

Sikap, Bagaimana keberanian kita dalam mengambil risiko kepututusan, pemilihan suasana
emosi dan waktu yang tepat, mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin terjadi.

Implikasi manajerial

Implikasi Manajerial

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kata Implikasi berarti akibat. Kata Implikasi sendiri
dapat merujuk ke beberapa aspek yaitu salah satunya

yang dibahas saat ini adalah manajerial atau manajemen

Dalam manajemen terdapat 2 implikasi yaitu :


1. Implikasi prosedural meliputi tata cara analisis, pilihan representasi, perencanaan kerja dan
formulasi kebijakan

2. implikasi kebijakan meliputi sifat substantif, perkiraan ke depan dan perumusan tindakan.

Teori Managerial Grid

Teori dikemukakan oleh Robert K. Blake dan Jane S. Mouton yang membedakan dua
dimensi dalam kepemimpinan, yaitu “concern for people” dan “concern for production”.
Pada dasarnya teori managerial grid ini mengenal lima gaya kepemimpinan yang didasarkan
atas dua aspek tersebut, yaitu

Improvised artinya pemimpin menggunakan usaha yang paling sedikit untuk menyelesaikan
tugas tertentu dan hal ini dianggap cukup untuk mempertahankan organisasi.

Country Club artinya kepemimpinann didasarkan kepada hubungan informal antara individu
artinya perhatian akan kebutuhan individu dengan persahabatan dan menimbulkan suasana
organisasi dan tempo kerja yang nyaman dan ramah.

Team yaitu kepemimpinan yang didasarkan bahwa keberhasilan suatu organisasi tergantung
kepada hasil kerja sejumlah individu yang penuh dengan pengabdian dan komitmen. Tekanan
untama terletak pada kepemimpinan kelompok yang satu sama lain saling memerlukan.
Dasar dari kepemimpinan kelompok ini adalah kepercayaan dan penghargaan.

Task artinya pemimpin memandang efisiensi kerja sebagai factor utama keberhasilan
organisasi. Penampilan terletak pada penampilan individu dalam organisasi.

Midle Road artinya kepemimpinan yang menekankan pada tingkat keseimbangan antara
tugas dan hubungan manusiawi , dengan kata lain kinerja organisasi yang mencukupi
dimungkinkan melalui penyeimbangan kebutuhan untuk bekerja dengan memelihara moral
individu pada tingkat yang memuaskan.

Implikasi Terhadap Sistem Komunikasi Organisasi

Dalam teori manajerial grid terdapat dua orientasi yang dijadikan ukuran yaitu berfokus pada
manusia dan pada tugas. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya hubungan antar individu
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepada bawahan. Sebagai seorang pemimpin,
bertugas memberikan arahan serta bimbingan terhadap bawahannya, sehingga mereka dapat
mengerjakan pekerjaannya dengan baik. Implikasi teori ini terhadap system komunikasi
organisasi adalah bahwa teori ini memandang pentingnya komunikasi dalam menjalankan
kepemimpinan dengan lima gaya yang berbeda dari para pemimpin. Adanya orientasi
terhadap dua aspek tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan dalam organisasi harus
memperhatikan hubungan antar individu satu dengan lainnya sebagai motivasi dalam
mengerjakan tugas. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu terjun diberbagai
kalangan baik itu dengan para pimpinan lainnya, maupun dengan bawahan sebagai asset
berharga organisasi. Semua ini terjalin apbila pemimpin tersebut memiliki pendekatan
perilaku yang baik. Hal ini membutuhkan komunikasi yang efektif.

Menurut Blake dan Mouton, gaya kepemimpinan team merupakan gaya kepemimpinan yang
paling disukai. Kepemimpinan gaya ini berdasarkan integrasi dari dua kepentingan yaitu
pekerjaan dan manusia. Pada umumnya, kepemimpinan gaya team berasumsi bahwa orang
akan menghasilkan sesuatu apabila mereka memperoleh kesempatan untuk melakukan
pekerjaan yang berarti. Selain itu, dalam kepemimpinan gaya team terdapat kesepkatan untuk
melibatkan anggota organisasi dalam pengambilan keputusan dengan maksud
mempergunakan kemampuan mereka untuk memperoleh hasil yang terbaik yang mungkin
dapat Teori X dan Y

Teori ini dikemukakan oleh Douglas Mc. Gregor (1967), yang memiliki pandangan berbeda
mengenai manusia yaitu pada dasarnya manusia bersifat negative (Teori X), dan bersifat
positif (Teori Y). Mc. Gregor menyimpulkan bahwa pandangan seorang manajer tentang sifat
manusia didasarkan pada pengelompkkkan asumsi tertentu dan manajer tersebut cenderung
membentuk perilakunya terhadap bawahan sesuai dengan asumsi tersebut. Dalam teori X,
terdapat empat asumsi, diantaranya :

Bawahan tidak suka bekerja dan bilamana mungkin, akan berusaha menghindarinya

Karena bawahan tidak suka bekerja, mereka harus dipaksa, dikendalikan, atau diancam
dengan hukuman

Bawahan akan mengellakkan tanggung jawab dan sedapat mungkin hanya mengikuti perintah
formal
Kebanyakan bawahan mengutamakan rasa aman (agar tidak ada alasan untuk dipecat) dan
hanya menunjukkan sedikit ambisi

Sedangkan, dalam teori X diasumsikan bahwa :

Bawahan memandang bahwa pekerjaan sama alamiahnya dengan istirahat dan bermain

Seseorang yang memiliki komitmen pada tujuan akan melakukan pengarahan dan
pengendalian diri

Seseorang yang biasa-biasa saja dapat belajar untuk menerima, bahkan mencari tanggung
jawab

Kreativitas yaitu kemampuan untuk membuat keputusan yang baik (pendelegasian wewenang
dan tanggung jawab)

Impilkasi Terhadap Sistem Komunikasi Organisasi

Teori ini memusatkan bagaimana seorang pemimpin memotivasi orang-orang dengan tipe X
dan Y sehingga mampu berkontribusi dalam organisasi. Tipe X yang cenderung malas
bekerja dan menyukai diperintah, mungkin akan membuthkan saluran komunikasi yang
formal, dimana pemimpin menginstruksikan berbagai perintah secara formal. Berbeda
dengan tipe Y, antara pemimpin dengan bawahan akan lebih sering berkomunikasi secara
informal atau partisipatif. Hal ini dilakukan karena kedua belah pihak sudah saling
memahami dan bawahan memiliki pengalaman yang sudah baik.

Motivasi yang diberikan kepada tipe X, mungkin akan cenderung dengan oemberian
hukuman yang tegas, sehingag berbagai peraturan tertulis sebagai media komunikasi akan
sangat dibutuhkan. Sedangkan untuk tipe X, komunikasi akan sangat mempengaruhi karena
motivasi yang diberikan lebih cenderung kepada aktualisasi diri untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan atau kebijakan dalam organisasi.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam sebuah organisasi pengambilan keputusan sangat diperlukan untuk melakukan


aktivitas organisasi. Keputusan adalah hasil dari pemecahan masalah yang dihadapi oleh
organisasi. Dengan keputusan tersebut maka masalah yang dihadapi oleh organisasi dapat
terselesaikan dan kegiatan organisasi dapat berjalan dengan semestinya. Dalam sebuah
organisasi yang mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan adalah maneger atau
ketua dengan hasil yang dicapai dalam musyawarah anggota organisasi,agar keputusan
tersebut dapat diterima oleh semua pihak.

Pengambilan keputusan dalam organisasi sangatlah penting supaya setiap masalah


yang datang dapat segera diatasi dan tidak menghambat tujuan dari organisasi itu sendiri.

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

http://dhino-ambargo.blogspot.com/2013/05/definisi-dan-dasar-pengambilan-keputusan.html

http://myblogsoniaregina.blogspot.com/2013/04/pengambilan-keputusan-dalam-
organisasi.html

http://erlanggaba.blogspot.com/2013/05/implikasi-manajerial-dalam-pengambilan.html

Anda mungkin juga menyukai