Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH KELOMPOK 2

KISTA OVARIUM

DISUSUN OLEH:

ASMAWATI
DONI EKO ROFENDI
LUQMAN HAKIM
MUSTIRAH
MUHAMMAD JAZULI

SITI ARIFATUS SHOFARIYA

S.ALFIAN PRATAMA

KELAS B19

PROGRAM S1 KEPERAWATAN

STIKES NGUDIA HUSADA MADURA

TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ovarium merupakan tempat yang umum bagi kista, yang dapat
merupakan pembesaran sederhana konstituen ovarium normal, folikel graft, atau
korpus luteum, atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan abdomen dari
epithelium ovarium.
Pasien dapat melaporkan atau tidak melaporkan nyeri abdomen akut atau
kronik. Gejal-gejala tentang rupture kista menstimulasi berbagai kedaruratan
abdomen akut, seperti apendisitis, atau kehamilan ektopik. Kista yang lebih besar
dapat menyebabkan pembengkakan abdomen dan penekanan pada organ-organ
abdomen yang berdekatan.
Pengobatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan
bedah. Jika ukuran lebar kista kurang dari 5 cm, dan tampak terisi oleh cairan atau
fisilogis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan untuk
menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista. Sekitar 98 % lesi yang
terjadi pada wanita yang berumur 29 tahun dan yang lebih muda adalah jinak.
Setelah usia 50 tahun, hanya 50 % yang jinak. Perawatan pascaoperatif setelah
pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan perawatan
setelah pembedahan abdomen, dengan satu pengecualian. Penurunan tekanan
intraabdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya
mengarah pada distensi abdomen yang berat. Komplikasi ini dapat dicegah sampai
suatu tingkat dengan memberikan gurita abdomen yang ketat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
 Membantu mahasiswa dalam memahami secara umum konsep dari
kista ovarium
2. Tujuan Khusus
 Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan kista ovari
 Mampu menemukan masalah keperawatan pada klien dengan kista
ovary
 Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan kista
ovary
 Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan kista
ovari
 Mampu mengevaluasi tindakan yang sudah dilakukan pada klien
dengan kista ovari
 Mampu mengidentifikasi factor-faktor pendukung, penghambat serta
dapat mencari solusinya.
 Mampu mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam
bentuk narasi.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KISTA OVARIUM
1. Pengertian
Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal
yang berisi cairan atau benda seperti bubur (Dewa, 2000).
Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat
bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus menstruasi
( Lowdermilk, dkk. 2005 : 273 ).
Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium
normal, folikel de graf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat
timbul akibat pertumbuhan dari epithelium ovarium ( Smelzer and
Bare. 2002 : 1556 ).
Tumor ovarium sering jinak bersifat kista, ditemukan terpisah
dari uterus dan umumnya diagnosis didasarkan pada pemeriksaan
fisik ( Sjamsoehidayat. 2005: 729).
2. Etiologi
Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti tapi ada
beberapa factor pemicu yaitu :
a. Gaya hidup tidak sehat. Diantaranya :
1) Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
2) Zat tambahan pada makanan
3) Kurang olah raga
4) Merokok dan konsumsi alcohol
5) Terpapar denga polusi dan agen infeksius
6) Sering stress
b. Zat polutan
1) Faktor genetic
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi
memicu kanker, yaitu yang disebut protoonkogen,
karena suatu sebab tertentu, misalnya karena
makanan yang bersifat karsinogen , polusi, atau
terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi,
protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen,
yaitu gen pemicu kanker.
3. Anatomi Fisiologi
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, dibawah dan
di belakang tuba fallopii. Ovarium memiliki asal yang sama
(homolog) dengan testis pada pria. Ukuran dan bentuk setiap
ovarium menyerupai sebuah buah almond berukuran besar. Saat
ovulasi ukuran ovarium dapat menjadi dua kali lipat untuk
sementara. Ovarium yang berbentuk oval ini memiliki konsistensi
yang padat dan sedikit kenyal. Sebelum menarke, permukaan
ovarium licin. Setelah maturitas seksual, luka parut akibat ovulasi
dan ruptur folikel yang berulang membuat permukaan nodular
menjadi kasar.
Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan
memproduksi hormon (estrogen dan progesteron). Saat lahir,
ovarium wanita normal mengandung sangat banyak ovum
primordial (primitif). Diantara interval masa usia subur (umumnya
setiap bulan), satu atau lebih ovum matur dan mengalami ovulasi.
Ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormon seks
steroid (estrogen, progesteron, dan androgen) dalam jumlah yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan perkembangan dan fungsi wanita
normal. (Lowdermilk, dkk, 2005).
Ovarium terdiri atas medula dan korteks. Medula
merupakan bagian internal yang mengandung pembuluh limfe dan
darah yang disangga oleh jaringan ikat. Korteks merupakan bagian
eksternal mengandung folikel ovarium atau sel – sel telur yang
terbenam dalam stroma. Ovarium tidak dibungkus oleh peritonium
sejati. Sebaliknya ovarium mengandung bentuk peritonium yang
sudah mengalami modifikasi, yaitu epitelium germinalis. (Farrer,
2001).
4. Klasifikasi
Jenis kista indung telur meliputi:
1. Kista Fungsional
Sering tanpa gejala, timbul gejala rasa sakit bila
disertai komplikasi seprti terpuntir/ pecah, tetapi
komplikasi ini sangat jarang. Dan sangat jarang pada kedua
indung telur. Kista bisa mengecil dalam waktu 1-3 bulan.
2. Kista Dermoid
Terjadi karena jaringan dalam telur yang tidak
dibuahi kemudian tumbuh menjadi beberapa jaringan
seperti rambut, tulang, lemak. Kista dapat terjadi pada
kedua indung telur dan biasanya tanpa gejala. Timbul
gejala rasa sakit bila kista terpuntir/pecah.
3. Kista Cokelat (Edometrioma)
Terjadi karena lapisan didalam rahim (yang
biasanya terlepas sewaktu haid dan terlihat keluar dari
kemaluan seperti darah); tidak terletak dalam ragam tetapi
melekat pada dinding luar indung telur. Akibat peristiwa ini
setiap kali haid, lapisan tersebut menghasilakan darah haid
yang akan terus menerus tertimbun dan menjadi kista. Kista
ini bisa 1 pada dua indung telur. Timbul gejala utama yaitu
rasa sakit terutama sewaktu haid/ sexsuale intercourse.
4. Kistadenoma
Berasal dari pembungkus indung telur yang tumbuh
menjadi kista. Kista jenis ini juga dapat menyerang indung
telur kanan dan kiri. Gejala yang timbul biasanya akibat
penekanan pada bagian tubuh sekitar seperti VU sehingga
dapat menyebabkan inkontinensia. Jarang terjadi tetapi
mudah menjadi ganas terutama pada usia diatas 45 tahun
atau kurang dari 20 tahun. Contoh Kistadenom.
 Kistadenoma ovarii serosum
Berasal dari epitel germinativum. Bentuk
umunya unilokuler, bila multilokuler perlu dicurigai
adanya keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi
tidak sebesar kista musinosum.
Gambaran klinis pada kasus ini tidak klasik.
Selain teraba massa intraabdominal, dapat timbul
asites. Penatalaksanaan umumnya sama seperti
Kistadenoma ovarii musinosum.
 Kistadenoma ovarii musinosum
Asal skista belum pasti. Menurut Meyer, kista
ini berasal dari teratoma, pendapat lain
mengemukakan kista ini berasal dari epitel
germinatifum atau mempunyai asal yang sama
dengan tumor Brener. Bentuk kista multilobuler,
biasanya unilatelar dapat tumbuh menjadi sangat
bersar. Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam
kista dan perubahan degenerative sehingga timbul
pelekatan kista dengan omentum, usus dan
peritoneum parietal. Selain itu, bisa terjadi ileus
karena perlekatan dan produksi musin yang terus
bertambah akibat pseudomiksoma peritonei.
Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista tanpa
pungsi terlebih dahulu dengan atau tanpa salpingo
ooforektomi tergantung besarnya kista.
5. Tanda dan gejala
Kebayakan tumor ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala.
Sebagian besar gejala yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan
aktivitas hormone atau komplikasi tumor tersebut. Pada stadium awal
gejalanya dapat berupa ;
 Gangguan haid
 Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi
konstipasi atau sering berkemih.
 Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang
menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
 Nyeri saat bersenggama
Pada stadium lanjut;
 Asites
 Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam
rongga perut (usus dan hati).
 Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
 Gangguan buang air besar dan kecil.
 Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.

6. Patofisiologi
a. Kista non neoplasma (Ignativicius, Bayne, 1991 )
1) Kista non fungsional
Kista serosa inklusi, di dalam kortek yang dalam timbul
invaginasi dari permukaan epitelium yang berkurang. Biasanya
tunggal atau multiple, berbentuk variabel dan terbatas pada
cuboidal yang tipis, endometri atau epitelium tuba. Berukuran 1
cm sampai beberapa cm.
2) Kista fungsional
a) Kista folikel. Kista dibentuk ketika folikel yang matang
menjadi ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi
cairan folikuler diantara siklus menstruasi. Bila ruptur
menyebabkan nyeri akut pada pelvis. Evaluasi lebih lanjut
dengan USG atau laparaskopi. Operasi dilakukan pada
wanita sebelum pubertal, setelah menopause atau kista
lebih dari 8 cm.
b) Kista korpus luteum. Terjadi setelah ovulasi dikarenakan
meningkatnya hormon progesteron. Ditandai dengan
keterlambatan menstruasi atau menstruasi yang panjang,
nyeri abdomen bawah atau pelvis. Jika ruptur pendarahan
intraperitonial, terapinya adalah operasi oovorektomi.
c) Kista tuka lutein. Ditemui pada kehamilan mola, terjadi
pada 50 % dari semua kehamilan. Dibentuk sebagai hasil
lamanya slimulasi ovarium dari berlebihnya HCG.
Tindakannya adalah mengangkat mola.
d) Kista Stein Laventhal. Disebabkan kadar LH yang
berlebihan menyebabkan hiperstimulasi dari ovarium
dengan produksi kista yang banyak. Hiperplasia
endometrium atau koriokarsinoma dapat terjadi.
Pengobatan dengan kontrasepsi oral untuk menekan
produksi LH dan oovorektomi.

3) Kish neoplasma jinak (Wiknjosastro, et.all, 1999)


a) Kistoma ovarii simplek. Kista ini bertangkai dan
dapat menyebabkan torsi (putaran tangkai). Di duga kista
ini adalah jenis kistadenoma serosum yang kehilangan
kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.
Tindakannya adalah pengangkatan kista dengan reseksi
ovarium.
b) Kistadenoma ovarii musinosum. Asal tumor belum
diketahui secara pasti, namun diduga berasal dari teratoma
yang pertumbuhan satu elemen mengalahkan elemen yang
lain, atau berasal dari epitel germinativum
c) Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel
permukaan ovarium (germinal ovarium). Bila kista terdapat
implantasi pada peritonium disertai asites maka harus
dianggap sebagai neoplasma yang ganas, dan 30% sampai
35% akan mengalami keganasan.
d) Kista dermoid. Adalah suatu teratoma kistik yang jinak
dimana struktur¬struktur ektoderma dengan diferensiasi
sempurna seperti epitel kulit, rambut, gigi dan produk
glandula sebasea putih menyerupai lemak nampak lebih
menonjol dari pada elemen-elemen ektoderm dan
mesoderm. Tumor berasal dari sel telur melalui proses
patogenesis.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah
sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk
menentukan silat-sifat tumor itu.
b. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor
apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,
apakah tumor kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara
cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
c. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi
dalam tumor. Penggunaan foto rontgen pada pictogram intravena
dan pemasukan bubur barium dalam colon disebut di atas.
d. Parasentesis
Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan
sebab asites. Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat
mencemarkan cavum peritonei dengan kista bila dinding kista
tertusuk. (Wiknjosastro, et.all, 1999).
e. Pap smear
Untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan
adaya kanker/kista.

8. Penatalaksanaan
a. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui
tindakan bedah, misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi
salpingooforektomi.
b. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas
ovarium dan menghilangkan kista.
c. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk
mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah
pembedahan abdomen dengan satu pengecualian penurunan
tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista
yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat.
Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gurita abdomen sebagai
penyangga.
d. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien
tentang pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan
analgetik / tindakan kenyamanan seperti kompres hangat pada
abdomen atau teknik relaksasi napas dalam, informasikan tentang
perubahan yang akan terjadi seperti tanda – tanda infeksi,
perawatan insisi luka operasi.
( Lowdermilk.dkk. 2005:273 ).
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak
ganas ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada
bagian ovarium yang mengandung tumor. Akan tetapi jika
tumornya besar atau ada komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan
ovarium, bisanya disertai dengan pengangkatan tuba (Salpingo-
oovorektomi). (Wiknjosastro, et.all, 1999)

Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena keadaan


yang mencakup keputusan untuk melakukan operasi, seperti
hemorargi atau infeksi.

Pengkajian dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital,


asupan dan keluaran, rasa sakit dan insisi. Terapi intravena,
antibiotik dan analgesik biasanya diresepkan. Intervensi mencakup
tindakan pemberiaan rasa aman, perhatian terhadap eliminasi,
penurunan rasa sakit dan pemenuhan kebutuhan emosional Ibu.
(Hlamylton, 1995).

Efek anestesi umum. Mempengaruhi keadaan umum penderita,


karena kesadaran menurun. Selain itu juga diperlukan monitor
terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit, suara nafas dan usaha
pernafasan, tanda-tanda infeksi saluran kemih, drainese urin dan
perdarahan. Perawat juga harus mengajarkan bagaimana aktifitas
pasien di rumah setelah pemulangan, berkendaraan mobil
dianjurkan setelah satu minggu di rumah, tetapi tidak boleh
mengendarai atau menyetir untuk 3-4 minggu, hindarkan
mengangkat benda-benda yang berat karena aktifitas ini dapat
menyebabkan kongesti darah di daerah pelvis, aktifitas seksual
sebaiknya dalam 4-6 minggu setelah operasi, kontrol untuk
evaluasi medis pasca bedah sesuai anjuran (Long, 1996).
9. Komplikasi

Menurut manuaba ( 1998:417 ) komplikasi dari kista ovarium yaitu :

a. Perdarahan intra tumor


Perdarahan menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen
mendadak dan memerlukan tindakan yang cepat.
b. Perputaran tangkai
Tumor bertangkai mendadak menimbulkan nyeri abdomen.
1) Infeksi pada tumor
Menimbulkan gejala: badan panas, nyeri pada abdomen,
mengganggu aktifitas sehari-hari.
2) Robekan dinding kista
Pada torsi tangkai ada kemungkinan terjadi robekan
sehingga isi kista tumpah kedalam rungan abdomen.
3) Keganasan kista ovarium
Terjadi pada kista pada usia sebelum menarche dan pada
usia diatas 45 tahun.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Ovarium merupakan tempat yang umum bagi kista, yang dapat merupakan
pembesaran sederhana konstituen ovarium normal, folikel graft, atau korpus
luteum, atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan abdomen dari
epithelium ovarium.

Pasien dapat melaporkan atau tidak melaporkan nyeri abdomen akut atau
kronik. Gejal-gejala tentang rupture kista menstimulasi berbagai kedaruratan
abdomen akut, seperti apendisitis, atau kehamilan ektopik. Kista yang lebih
besar dapat menyebabkan pembengkakan abdomen dan penekanan pada
organ-organ abdomen yang berdekatan.

2. Saran
 Berikan penjelasan yang jelas kepada pasien dan tentang penyakitnya.
 Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan
hasil yang maksimal dan mencegah terjadinya komplikasi.
 Diharapkan kepada pembaca agar dapat memberikan kritik dan sarannya
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8.


Jakarta : EGC.

Doenges, E, Marilyn. 20015. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi.


Jakarta : EGC.

Lowdermilk, perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edition.


Philadelphia : Mosby.

Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta :
EGC.

Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Jakarta : EGC.

http://healthreference-ilham.blogspot.com/2008/07/kondas-kista-ovarium.html

http://www.rafani.co.cc/2009/07/askep-kista-ovari.html

http://www.scribd.com/doc/20837143/Askep-Kista-Ovari

Anda mungkin juga menyukai