Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya,
sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah keperawatan gawat darurat ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan Kegawat Daruratan Pada Trauma Dada (Thorak )”.Makalah ini
membahas tentang assesment, perencanaan konsep Proses keperawatan serta implementasi,
dan juga farmakologi & diit pada pasien dengan trauma thorax pada area keperawatan gawat
darurat.
Tugas ini tentu masih banyak kekurangannya, maka dari itu kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini. Kami mengharapkan
semogaini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama bagi mahasiswa dan penyusun dalam
membantu proses pembelajaran.
Semarang, 2022
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trauma thoraks dapat didefinisikan sebagai suatu trauma yang mengenai
dinding toraks yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap
organ di dalamnya, baik sebagai akibat dari suatu terauma tumpul atau terauma tajam
(Martox, et al., 2013; Marc Eckstein, 2014; Lugo., wt al., 2015).
Trauma adalah penyebab kematian terbanyak pada dekade 3 kehidupan
diseluruh kota besar didunia dan diperkiraan 16.000 kasus kematian akibat trauma per
tahun yang disebabkan oleh trauma toraks di amerika. Sedangkan insiden penderita
trauma toraks di amerika serikat diperkirakan 12 penderita per seribu populasi per hari
dan kematian yang disebabkan oleh trauma toraks sebesar 20-25%.Dan hanya 10-15%
penderita trauma tumpul toraks yang memerlukan tindakan operasi, jadi sebagian
besar hanya memerlukan tindakan sederhana untuk menolong korban dari ancaman
kematian (Sudoyo, 2010).
Pada trauma dada biasanya disebabkan oleh benda tajam, kecelakaan lalu
lintas atau luka tembak.Bila tidak mengenai jantung, biasanya dapat menembus
rongga paru-paru. Akibatnya, selain terjadi pendarahan dari rongga paru-paru, udara
juga akan masuk ke dalam rongga paru-paru. Oleh karena itu, pau-paru pada sisi yang
luka akan mengempis. Penderita Nampak kesakitan ketika bernapas dan mendadak
merasa sesak dan gerakan iga disisi yang luka menjadi berkurang (Sudoyo, 2010).
Trauma tumpul thoraks sebanyak 96.3% dari seluruh trouma thoraks,
sedangkan sisanya sebanyak 3,7% adalah trauma tajam. Penyebab terbanyak dari
trauma tumpul thoraks masih didominasi oleh korban kecelakaan lalu lintas (70%).
Sedangkan mortalitas pada setiap trauma yang disertai dengan trauma thoraks lebih
tinggi (15,7%) dari pada yang tidak disertai trauma thoraks (12,8%) pengolahan
trauma thoraks, apapun jenis dan penyebabnya tetap harus menganut kaidah klasik
dari pengolahan trauma pada umumnya yakni pengolahan jalan nafas, pemberian
pentilasi dan control hemodianamik (Patriani, 2012).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi trauma thoraks ?
2. Apa penyebab terjadinya trauma thoraks ?
3. Bagaimana patofisiologi dari trauma thoraks ?
4. Apa saja tanda dan gejala dari trauma thoraks ?
5. Apa saja yang termasuk dalam trauma thoraks?
6. Bagaimana pathway trauma thoraks ?
7. Bagaimana penatalaksanaan penanganan trauma thoraks ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma thoraks ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi trauma thoraks
2. Untuk mengetahui penyebab trauma thoraks
3. Untuk mengetahui patofisiologi trauma thoraks
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala pada pasien penderita trauma thoraks
5. Untuk mengetahui macam-macam trauma thoraks
6. Untuk mengetahui pathway trauma thoraks
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan penanganan trauma thoraks
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma thoraks
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Secara umum trauma toraks dapat didefinisikan sebagai suatu trauma yang
mengenai dinding toraks yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh
pada pada organ didalamnya, baik sebagai akibat dari suatu trauma tumpul maupun
oleh sebab trauma tajam. Peningkatan dalam pemahaman mekanisme fisiologis yang
terlibat, kemajuan dalam modalitas imaging yang lebih baru, pendekatan invasif yang
minimal, dan terapi farmakologis memberikan kontribusi dalam menurunkan
morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan cedera ini (Mattox, et al., 2013; Marc
Eckstein, 2014; Lugo,, et al., 2015).
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat (Booker:2007). Trauma adalah penyebab kematian
utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol
dan obat telah menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma
yang disengaja atau tidak disengaja (Smetltzer:2006).
Didalam thorax terdapat dua organ yanga sangat vital bagi kehidupan manusia,
yaitu paru-paru dan jantung. Paru-paru sebagai alat pernapasan dan jantung sebagai
alat pemompa darah. Jika terjadi benturan atau trauma pada dada, kedua organ
tersebut bisa mengalami gangguan atau bahkan kerusakan.
B. Etiologi
Trauma pada toraks dapat dibagi 2 yaitu oleh karena trauma tumpul 65% dan
trauma tajam 34.9 % (Ekpe & Eyo, 2014). Penyebab trauma toraks tersering adalah
kecelakaan kendaraan bermotor (63-78%) (Saaiq, et al., 2010). Dalam trauma akibat
kecelakaan, ada lima jenis benturan (impact) yang berbeda, yaitu depan, samping,
belakang, berputar, dan terguling (Sudoyo, 2010). Oleh karena itu harus
dipertimbangkan untuk mendapatkan riwayat yang lengkap karena setiap orang
memiliki pola trauma yang berbeda.
Penyebab trauma toraks oleh karena trauma tajam dibedakan menjadi 3
berdasarkan tingkat energinya, yaitu berenergi rendah seperti trauma tusuk, berenergi
sedang seperti tembakan pistol, dan berenergi tinggi seperti pada tembakan senjata
militer. Penyebab trauma toraks yang lain adalah adanya tekanan yang berlebihan
pada paru-paru yang bisa menyebabkan Pneumotoraks seperti pada aktivitas
menyelam (Hudak, 2011).
Trauma toraks dapat mengakibatkan kerusakan pada tulang kosta dan sternum,
rongga pleura saluran nafas intratoraks dan parenkim paru. Kerusakan ini dapat terjadi
tunggal ataupun kombinasi tergantung dari mekanisme cedera (Sudoyo, 2010).
C. Patofisiologi
Trauma dada sering menyebabkan gangguan ancaman kehidupan. Luka pada
rongga thorak dan isinya dapat membatasi kemampuan jantung untuk memompa
darah atau kemampuan paru untuk pertukaran udara dan oksigen darah. Bahaya utama
berhubungan dengan luka dada biasanya berupa perdarahan dalam dan tusukan
terhadap organ.
Hipoksia, hiperkarbia, dan asidosis sering disebabkan oleh trauma thorax.
Hipoksia jaringan merupakan akibat dari tidak adekuatnya pengangkutan oksigen
kejaringan oleh karena hipivolemia (kehilangan darah), pulmonary ventilation (contoh
kontusio, hematoma, kolaps alveolus) dan perubahan dalam tekanan intra tthorax
(contoh : tension pneumothorax, pneumothorax terbuka). Hiperkarbia lebih sering
disebabkan oleh tidak adekuatnya ventilasi akibat perubahan tekanan intra thorax atau
penurunan tingkat kesadaran. Asidosis metabolik disebabkan oleh hipoperfusi dari
jaringan (syok).
Fraktur iga, merupakan komponen dari dinding thorax yang paling sering
mengalami trauma, perlukaan pada iga sering bermakna, nyeri pada pergerakan akibat
terbidainya iga terhadap dinding thorax secara keseluruhan menyebabkan gangguan
ventilasi. Batuk yang tidak efektif intuk mengeluarkan sekret dapat mengakibatkan
insiden atelaktasis dan pneumonia Pneumotoraks diakibatkan masuknya udara pada
ruang potensial antara pleura viseral dan parietal.Dislokasi fraktur vertebra torakal
juga dapat ditemukan bersama dengan pneumotoraks. Laserasi paru merupakan
penyebab tersering dari pneumotoraks akibat trauma tumpul.Dalam keadaan normal
rongga toraks dipenuhi oleh paru-paru yang pengembangannya sampai dinding dada
oleh karena adanya tegangan permukaan antara kedua permukaan pleura. Adanya
udara di dalam rongga pleura akan menyebabkan kolapsnya jaringan paru.
Gangguan ventilasi perfusi terjadi karena darah menuju paru yang kolaps tidak
mengalami ventilasi sehingga tidak ada oksigenasi. Ketika pneumotoraks terjadi,
suara nafas menurun pada sisi yang terkena dan pada perkusi hipesonor. Foto toraks
pada saat ekspirasi membantu menegakkan diagnosis. Terapi terbaik pada
pneumotoraks adalah dengan pemasangan chest tube pada sela iga ke 4 atau ke 5,
anterior dari garis mid-aksilaris. Bila pneumotoraks hanya dilakukan observasi atau
aspirasi saja, maka akan mengandung resiko. Sebuah selang dada dipasang dan
dihubungkan dengan WSD dengan atau tanpa penghisap, dan foto toraks dilakukan
untuk mengkonfirmasi pengembangan kembali paru-paru.
Anestesi umum atau ventilasi dengan tekanan positif tidak boleh diberikan
pada penderita dengan pneumotoraks traumatik atau pada penderita yang mempunyai
resiko terjadinya pneumotoraks intraoperatif yang tidak terduga sebelumnya, sampai
dipasang chest tube Hemothorax. Penyebab utama dari hemotoraks adalah laserasi
paru atau laserasi dari pembuluh darah interkostal atau arteri mamaria internal yang
disebabkan oleh trauma tajam atau trauma tumpul. Dislokasi fraktur dari vertebra
torakal juga dapat menyebabkan terjadinya hemotoraks.
Tumpul Tajam
Trauma
Thoraks
Kolap Paru
Herniasi abdomen Akumulasi
kerongga dada Darah Pada
Epikarde
Pendarahan
G3 Ekspansi Ekspansi
Paru Diafragma Tamponade Resiko
Terganggu Jantung Infeksi
G3 Oksigenasi
Ketidake
Penurunan
fektifan
Turah Inflamasi
Hipoksia Pola
Jantung
Napas Syok
Hipovolemik
Resiko Hipertermi
Ketidakefektifan
Komplikasi :
Perfusi Jaringan
Gagal
Jantung
G. Penatalaksanaan
1. Darurat
a. Anamnesa yang lengkap dan cepat. Anamnesa termasuk pengantar yang
mungkin melihat kejadian. Yang ditanyakan :
1) Waktu kejadian
2) Tempat kejadian
3) Jenis senjata
4) Arah masuk keluar perlukaan
5) Bagaimana keadaan penderita selama dalam trasportasi
b. Pemeriksaan harus lengkap dan cepat, baju penderita harus dibuka, kalo perlu
seluruhnya:
Inspeksi :
1) Kalau mungkin penderita duduk, kalau tidak mungkin tidur. Tentukan
luka masuk dan keluar
2) Gerakkan dan posisi pada akhir inspirasi
3) Akhir dari ekspirasi
Palpasi :
1) Diraba ada/tidak krepitasi
2) Nyeri tekan anteroposterior dan laterolateral
3) Fremitus kanan dan kiri dan dibandingkan
Perkusi :
1) Adanya sonor, timpanis, atau hipersonor
2) Adanya pekak dan batas antara yang pekak dan sonor seperti garis lurus
atau garis miring
Auskultasi :
1) Bising napas kanan dan kiri dibandingkan
2) Bising napas melemah atau tidak
3) Bising napas hilang atau tidak
4) Batas antara bising napas melemah atau menghilang dangan normal
5) Bising napas abnormal dan sebutkan bila ada
6) Pemeriksaan tekanan darah
7) Kalau perlu segera pasang infus kalau perlu yang besar
8) Pemeriksaan kesadaran
9) Pemeriksaan sirkulasi perifer
10) Kalau keadaan gawat pungsi
11) Kalau perlu intubasi napas buatan
12) Kalau keadaan gawat darurat, kalau perlu massage jantung
13) Kalau perlu toraktomi massage jantung internal
14) Kalau keadaan stabil dapat dimintakan pemeriksaan radiologi (Foto thorax
AP, kalau keadaan memungkinkan)
2. Terapi
a. Chest tube/drainase udara (pneumothorax)
b. WSD (Hematothorax)
c. Pungsi
d. Toraktomi
e. Pemberian oksigen
H. Primary Survey
Trauma yang mengancam hidup, dimulai dari penilaian jalan nafas (Airway)
dan ventilasi (Breathing) :
1. Airway
Trauma pada jalan nafas harus dikenali dan diketahui selama fase Primary Survey
dengan :
a. Mendengarkan gerakan udara pada hidung, mulut dan daerah dada
b. meneliti daerah orofaring karena sumbatan oleh benda asing
c. mengawasi retraksi otot-otot interkostal dan supraklavikular
2. Breathing
Penilaian kualitas pernafasan dengan cara :
a. Inspeksi : Ada luka, Perhatikan keseragaman gerak kedua sisi dada saat akhir
inspirasi atau ekspirasi.
b. Palpasi : Ada kripitasi, Nyeri tekan.
c. Perkusi : Bunyi sonor, hipersonor, pekak, timpani.
d. Auscultasi : bising nafas, bising abnormal
3. Circulation
Denyut nadi harus dinilai :
a. Kualitas
b. Frekuensi
c. Regular/irregular
Denyut nadi radialis dan arteri dorsalis pedis tidak teraba : Hipovolemia ?
a. Lakukan inspeksi dan palpasi :
1. Tekanan darah
2. Tekanan nadi
b. Sirkulasi perifer, warna dan temperature
c. Pasang monitor jantung : Disritmia / PVC ? – Trauma Miocard
d. Pasang pulse oximeter : hipoksia / asidosis ?
I. Jenis Trauma Thorak Yang Harus Diketahui Pada Saat Primary Survey
1. Tension Pneumothorax
Merupakan suatu pneumothotax yang progresif dan cepat sehingga
membayakan jiwa pasien dalam waktu yang singkat. Udara yang keluar dari paru
atau melalui dinding dada masuk ke rongga pleura dan tidak dapat ke luar lagi
(one-way-valve), maka tekanan di intrapleura akan meninggi, paru-paru menjadi
kolap.
Penyebab :
a. Komplikasi penggunaan ventilasi mekanik
b. Komplikasi dari penumotorak sederhana
c. Fraktur tulang berlakang toraks
Tanda:
a. Nyeri dada
b. Sesak
c. Distres pernafasan
d. Takikardi
e. Hypotensi
f. Defiasi trakhea
g. Hilangnnya suara nafas pada suatu sisi
h. Distensi vena leher
i. Sianosis
Tindakan :
a. Berikan oksigen 15 liter
b. Lakukan dekompresi dengan insersi jarum (Needle thoracocentesis)
c. Pemasangan chest tube untuk :
1) Perjalanan jauh ke RS.
2) Perjalanan menggunakan pesawat udara
2. Pneumothorax Terbuka
Gangguan pada dinding dada berupa hubungan langsung antar ruang
pleura dan lingkungan sehingga tekanan di dalam rongga pleura akan segera
menjadi sama dengan tekanan atmosfir, akibat kondisi itu menyebabkan
terganggunya ventilasi sehingga menyebabkan hipoksia dan hiperkapnea.
Tanda :
a. Respirasi distres
b. Sianosis
c. Tampak adanya kerusakan pada dinding dada
d. Penurunan dari suara pernafasan dan gerakan
e. Adanya peningkatan suara
Tindakan :
a. Pasang penutup luka dengan kasa steril (plastic wrap/petrolatum gauze) yang
diplester pada 3 sisi. Hati-hati akan menjadi tension pneumothorax.
b. Pasang selang dada yang berjauhan dengan luka
3. Flail Chest
Trauma hancur pada sternum atau truama multiple pada dua atau lebih
tulang iga dengan dua tau lebih garis fractur, sehingga menyebabkan gangguan
pergerakan pada dinding dada, dimana segmen dinding dada tidak lagi
mempunyai kontinuitas dengan keseluruhan dinding dada, mengakibatkan
pertukaran gas respiratorik yang efektif sangat terbatas mengakibatkan terjadi
hipoksia yang serius.
Tanda :
a. Palpasi akan membantu menemukan diagnosa dengan ditemukannya kripitasi
iga atau frictur tulang rawan.
b. Foto toraks akan lebih jelas adanya fractur yang multiple.
c. Pemeriksaan analisa gas darah, dapt ditemukan adanya hipoksia akibat
kegagalan pernafasan
d. Pada perkusi adanya suara yang tertinggal
Tindakan :
a. Pemberian ventilasi yang adekuat dengan oksigen 15 liter/menit yang
dilembabkan.
b. Lakukan intubasi Bila diperlukan untuk mencegah terjadinya hipoksia
dengan memperhatikan frekuensi pernafasan dan PaO2.
c. Resusitasi cairan, hati-hati kelebihan cairan.
d. Pemberian analgetik.
4. Hemotoraks Masif
Pengumpulan darah dalam ruang antara pleura viseral dan perietal yang cepat dan
banyak.
Tanda :
a. Respirasi distres
b. Penurunan pernafasan dan gerakan
c. Pada perkusi adanay suara teringgal
d. Adanay tanda syok hipovolemik
Tindakan :
a. Berikan oksigen 15 liter/mt.
b. Pasang IV line dengan dua line dengan canule besar dan berikan caiarn untuk
suport sirkulasi.
c. Pasang chest drain untuk untuk menurunkan respirasi distres yang
berkelalanjutan.
d. Jangan gunakan PASG.
e. Hipovolemik dapat memperburuk kondisi.
f. Segera kirim ke RS. Untuk tindakan lebih lanjut
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Gejala: dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
b. Sirkulasi
Tanda: Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops
c. Integritas ego
Tanda: ketakutan atau gelisah.
d. Makanan dan cairan
Tanda: adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan.
e. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: nyeri uni lateral, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan, tajam
dan nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan
menyebar ke leher,bahudanabdomen.
Tanda: berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, mengkerutkan
wajah.
f. Pernapasan : kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah dada/trauma, penyakit
paru kronis, inflamasi,/infeksi paaru, penyakit interstitial menyebar,
keganasan ; pneumothoraks spontan sebelumnya, PPOM.
Tanda : Takipnea, peningkatan kerja napas, bunyi napas turun atau tak ada,
fremitus menurun, perkusi dada hipersonan, gerakkkan dada tidak sama, kulit
pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan, mental ansietas, bingung,
gelisah, pingsan, penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif.
g. Keamanan
Gejala: adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk keganasan.
h. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: riwayat faktor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah
intratorakal/biopsy paru.
i. Pemeriksaan fisik
1) Sistem Pernapasan
a) Sesak napas
b) Nyeri, batuk-batuk
c) Terdapat retraksi klavikula/dada
d) Pengambangan paru tidak simetris
e) Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain
f) Pada perkusi ditemukan Adanya suara sonor atau hipersonor atau
timpani, hematotraks (redup)
g) Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang
berkurang/menghilang.
h) Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas.
i) Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
j) Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.
2) Sistem Kardiovaskuler
a) Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk.
b) Takhikardia, lemah
c) Pucat, Hb turun /normal
d) Hipotensi
3) Sistem Muskuloskeletal – Integumen
a) Kemampuan sendi terbatas
b) Ada luka bekas tusukan benda tajam
c) Terdapat kelemahan
d) Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.
4) Sistem Endokrine
a) Terjadi peningkatan metabolism
b) Kelemahan.
5) Sistem Sosial / Interaksi
Tidak ada hambatan.
6) Spiritual :
Ansietas, gelisah, bingung, pingsan
2. Diagnosa Keperawatan
a. NyeriAkut ( D.0077 ) berhubungandenganAgenPencederaFisik (Trauma
dada) dibuktikandengan :
- Mengeluh nyeri
- Gelisah
- Bersikap protektif ( Menghindari nyeri )
- Frekuensi nadi meningkat
A. Kesimpulan
Asuhan Keperawatan pada area Kegawatdaruratan sangat dibutuhkan untuk
menekan angka kematian jiwa. Penanganan yang tepat akan meningkatkan life Safety.
B. Saran
1. Perawat harus memahami bagaimana konsep proses asuhan keperawatan di area
gawat darurat khususnya pada pasien trama thorax.
2. Perawat harus memiliki kemampuan untuk melakukan layanan asuhan keperawatan
di area Gawat darurat khususnya pada pasien trauma thorax.
DAFTAR PUSTAKA
Aru W, Sudoyo. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta: EGC
Hudak dan Gallo. (2011). Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik. Edisi
- VIII Jakarta: EGC.
Nugroho, T. Putri, B.T, & Kirana, D.P. (2015). Teori asuhan keperawatana gawat darurat.
Padang : Medical book.
Nurarif, A.H, dan Kusuma, H. (2015). APLIKASI Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa
medis & NANDA NIC-NOC , jilid 1. jogjakarta : penerbit buka Mediaction.