Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN KOROSI

KOROSI DI BERBAGAI LARUTAN


disusun untuk melaporkan dan membahas hasil praktikum pengendalian korosi

oleh:
Kelompok 02 – Kelas 2A
Chagita Salisa Nabillah 211411005
Chyti Meilani Nurhalimah 211411006
Dava Maulana Malik 211411007
Devina Maharani 211411008

Dosen Pembimbing : Rony Pasonang Sihombing, S. T., M. Eng


Tanggal Praktikum : Selasa, 13 September 2022
Tanggal Penyerahan : Selasa, 20 September 2022

PROGRAM STUDI D3-TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2022
BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Suatu material khususnya logam dibiarkan di lingkungan tertentu akan
mengalami korosi. Laju korosi suatu logam bergantung pada sifat logam dan
ditentukan juga sifat korosivitas lingkungan terhadap logam tertentu. Suatu
logam di lingkungan yang berbeda begitu juga dalam satu lingkungan terdapat
beberapa logam, logam tersebut juga akan mengalami laju korosi berbeda. Oleh
karena itu, dengan mempelajari korosi di berbagai larutan ini akan memberikan
gambaran dalam bentuk suatu rangkaian mesin, industri, maupun dalam skala
kecil selalu dijumpai di berbagai lingkungan, kondisi basah maupun kering.

2. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Mengukur potensial logam dalam berbagai larutan dengan menggunakan
elektroda standar
2. Mengubah potensial logam ke dalam standar SHE untuk menentukan kondisi
logam
3. Menunjukan kondisi logam setelah direndam beberapa waktu diberbagai
larutan berdasarkan diagram E-pH untuk system Fe-H2O
4. Menghitung laju korosi baja dalam berbagai larutan berdasarkan metode
kehilangan berat

BAB II

LANDASAN TEORI

Korosi terjadi karena adanya kecenderungan suatu logam berubah menjadi


keadaan yang lebih stabil melalui reaksi oksidasi. Kecenderungan oksidasi logam
bervariasi tergantung pada potensial reduksinya. Kesetimbangan potensial elektroda
(Eeq) suatu logam sesuai dengan keseimbangan oksidasi dan reduksinya. Sebagai
contoh logam besi (Fe), Eeq digambarkan dengan garis mendatar pada gambar berikut :
karena Fe merupakan zat padat, maka harga aFe = 1,0 dan harga a = C.γ untuk
larutan encer koefisien aktivitas (γ) = 1, maka harga aFe2+ = CFe2+. berdasarkan
persamaan Nerst, apabila setiap logam besi (Fe) dalam larutan aquadest diukur
(dihitung) potensialnya dan pH larutan dengan menggunakan persamaan termodinamika,
maka hasilnya dapat dibuat diagram E-pH.

Berdasarkan diagram E-pH, kita dapat menunjukkan kondisi logam Fe


berdasarkan harga potensial (E) dan dalam pH tertentu. Kita dapat memperhatikan Fe
pada daerah imun bila potensialnya (E) kurang dari –0,440 V/SHE, Fe pada daerah
terkorosi dengan potensial kurang dari –0,440 V/SHE dan pH kurang dari 5, sedang Fe
pada daerah pasif (Fe sebagai Fe2O3 atau Fe3O4) dengan potensial (E) lebih dari –
0,440 V/SHE dan pH lebih dari 7. Garis-garis tebal atau miring menunjukkan garis
kesetimbangan Fe atau senyawa Fe dengan bentuk yang lain sebagai contoh :
Pada garis mendatar dan miring tertulis angka –2, -4, dan –6 menunjukkan hasil
log konsentrasi larutan, misalnya : larutan dengan konsentrasi 0,01 M maka log 10-2 =
2. garis putus (a dan b) merupakan garis kesetimbangan peruraian air (H2O), untuk garis
(a) merupakan batas garis hidrogen (H2) dan air (H2O), sedangkan garis (b) merupakan
garis batas oksigen (O2) dengan air (H2O).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

1. ALAT
a. Gelas Kimia 250 mL (4 buah)
b. Elektroda standar (CuSO4/Cu)
c. Kerta pH Universal
d. Logam plat baja ukuran 2x5 cm (4 buah)
e. Multimeter
f. Benang
g. Batang pengaduk
h. Neraca analitik
i. Cup plastic (4 buah)

2. BAHAN
a. Aquadest
b. Larutan NaOH 3,65% (200 mL)
c. Larutan HCl 2% (200 mL)
d. Larutan K2Cr2O7 2% (200 mL)
e. Etanoel 100 mL
3. PROSEDUR KERJA
4. KESELAMATAN KERJA
1. Selama praktikum berlangsung wajib mengunakan jas lab, dan lakukan
pembuatan larutan di lemari asam
2. Lakukan secara hati-hati pada saat melakukan pembersihan benda kerja dan
gunakan amplas yang kasar kemudian disusul amplas yang halus
3. Lakukan secara hati-hati saat mengukur potensial logam karena elektroda
standar yang digunakan mudah pecah
4. Pada pembuatan larutan HCl dan NaOH perlu dilakukan secara hati-hati,
karena asam HCl bersifat korosif dan dapat menyebabkan gatal jika
mengenai tangan atau kulit. Untuk larutan NaOH bersifat kaustik dan jika
mengenai kulit menyebabkan gatal dan saat melarutkan NaOH perlu

dilakukan secara hatihati.


BAB IV
HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

I. DATA PENGAMATAN
Tabel 1. Data Pengamatan

Larutan W1 W2 Potensial Potensial 30 Potensial pH pH pH


(gram) (gram) Awal min (V/CSE) akhir larutan larutan larutan
(V/CSE) (V/CSE) awal 30 min akhir

NaOH 2% 9,976 9,80 0,480 -0,489 -0, 472 14 11 13

HCl 2% 10,437 10,375 0,521 -0,354 -0,614 5 10 7

NaCl 10,045 10,020 0,788 -0,465 -0,550 1 1 1


3,56%

K2Cr2O7 10,241 10,156 0,189 -0,250 -0,3349 5 5 5


2%

II. PENGOLAHAN DATA


• Laju korosi dihitung berdasarkan Kehilangan berat dengan rumus
• laju korosi (V) = (K ∆W)/(D.A.t) mpy(mills/year)
• Atau laju korosi (V) = (K∆W)/(D.A.t) mm/year
• Keterangan :
6 4
K= tetapan (2,4.10 D mdd atau 8,76.10 mm/y)
∆W= selisih berat dalam miligram(mg)
D = densitas logam ( 7,86 g/cm3)

A = luas yang terkorosikan (dalam cm2)

= ( lebar, panjang, tinggi ) = ( 2,1 , 5,5 , 0,1 ) cm


t = waktu pengkorosian selama 7 hari = 168 jam
2.1 Kondisi Awal Logam Berdasarkan Diagram E-pH
Tabel 3. Kondisi Awal Logam Berdasarkan Diagram E-pH

Larutan pH larutan Potensial Awal Kondisi Logam


(V/SHE)
NaOH 2% 11 -0,489 Pasif
HCl 2% 10 -0,354 Aktif (terkorosi)
NaCl 3,56% 1 -0,465 Aktif (terkorosi)
K2Cr2O7 2% 5 -0,250 Aktif (terkorosi)

Gambar 1. Kurva E-pH untuk potensial awal


II.3 Kondisi Akhir Logam Berdasarkan Diagram E-pH
Tabel 3. Kondisi Akhir Logam Berdasarkan Diagram E-pH
pH Potensial Akhir Kondisi
Larutan
larutan (V/SHE) Logam
NaOH 2% 13 -0, 472 Pasif
HCl 2% 7 -0,614 Aktif (terkorosi)
NaCl 3,56% 1 -0,550 Aktif (terkorosi)
K2Cr2O7 2% 5 -0,3349 Aktif (terkorosi)

Gambar 2. Kurva E-pH untuk potensial akhir


2.3 Larutan ∆W D A (inch2) V (mpy) Menghitung
Laju (gram) (gram/cm3) Korosi (v)

NaOH 2% 0,176 7,86 3,8161 83,82

HCl 2% 0,062 7,86 3,8161 29,53

NaCl 0,025 7,86 3,8161 11,90


3,56%

K2Cr2O7 0,085 7,86 3,8161 40,48


2%

Tabel 4. Data untuk Menghitung Laju Korosi (v)

III. PEMBAHASAN
Korosi merupakan proses terjadinya transfer elektron dari anoda ke katoda
yang berlangsung secara spontan. Hal tersebut terjadi akibat dari logam yang ingin
mencapai kondisi yang stabil.
Praktikum korosi di berbagai larutan ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh pH terhadap laju korosi dengan menggunakan elektroda CSE yang
dikonversikan menjadi standar SHE. Pengaruhnya dapat dilihat pada diagram E-pH
untuk sistem Fe-H2O dan menghitung laju korosi logam berdasarkan metode
kehilangan berat (ΔW). Terdapat empat larutan yang digunakan, yaitu NaOH 2%,
HCl 2%, NaCl 3,56% dan K2Cr2O7 2% dengan potensial awal dan akhir yang
berbeda-beda tiap larutannya. Serta logam yang digunakan memiliki luas sebesar
3.8161 inch2 dan membutuhkan waktu pengkorosian selama 48 jam (selama 2
hari).
Dari data yang didapatkan setelah praktikum, logam baja yang memiliki
laju reaksi paling maksimum ada di larutan NaOH dimana laju korosinya 1.148,50
mpy. Sedangkan laju korosi minimum ada di larutan Nacl dengan nilai laju korosi
164,07 mpy.
Pada hasil praktikum nilai laju korosi maksimum ada di larutan yang nilai
pH nya paling tinggi. Jika berdasarkan teori, seharusnya semakin besar nilai pH
maka semakin kecil nilai laju korosinya, karena semakin asam atau semakin kecil
pH larutan maka semakin reaktiflah larutan tersebut untuk terkorosif. Berbedanya
hasil praktikum dengan teori yang ada, bisa disebabkan dengan adanya logam
penghubung yang menyebabkan logam tersebut yang terkorosi terlebih dahulu, atau
mungkin ada kesalahan dari kita dalam menempelkan label sehingga data yang di
dapat tertukar dengan larutan lain.

BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Laju korosi pada baja dalam larutan:
 NaOH 2% yaitu 1.148,50 mpy
 HCl 3% yaitu 406,89 mpy
 NaCl 3% yaitu 164,07 mpy
 K2Cr2O7 2% yaitu 557,84 mpy
2. Semakin tinggi pH maka semakin kecil laju korosi yang terjadi pada baja, namun dalam
prakteknya laju korosi semakin besar di pH yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Jones, Denny A, 1992, Principles and Prevention of corrosion, New York : Macmillan
Publishing Company
2. Piron,D>L, 1991. The Electrochemistry of Corrosion, Nace
3. Ejournal unstrat.ac.id. KevinJ. 2013. Analisis Laju Korosi pada Baja. Diunduh pada 11
September 2022. Hal. 5-7
4. Www.detech.co.id.Pengujian Korosi. Diunduh pada 11 September 2022. Hal. 5-7
5. https://smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_Potassium_Chromate. Diakses pada 12
September 2022
6. Httpa://www.merckmillipore.com.”Lembar Data Keselamatan”. Diunduh pada 12
September 2022
7. West, J, M. 1996. Electodeposition of Corrosion. New York.
8. Teknik, PT Prady
9. Achmad, Hiskia. 1992. Elektro Korosi dan Kinetika Kimia
10. Fontana, M, G. 1987, Corrosion Engineering. 3 nd, Me Graw Hill
11. Fatharani Aghnia, Agit, Anisa, Aprilia. 2017. Korosi di Berbagai Larutan. Diunduh pada
19 september 2022. Hal.21
12. …., ASTM G1-81, Standar Practice for Preparing, Cleaning, and evaluating Corrosion
Test Spesimen, Nace
13. Institut Teknologi Bandung. T.t.
Tersedia:http://journal.fmipa.itb.ac.id/jms/article/viewFile/163/160. [Diakses 18
September 2022]

Anda mungkin juga menyukai