Anda di halaman 1dari 35

MODUL PEMBELAJARAN DARING

Semester Genap Tahun 2020-2021

Mata Pelajaran : PELAYANAN FARMASI


Kelas : XI FKK
Guru Pengampu : apt. SRIDANA, S.Farm.,M.M

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT


DINAS PENDIDIKAN
CABANG DINAS PENDIDIKAN WILAYAH XII
SMK NEGERI BANTARKALONG
Jalan Pemuda 2 Hegarwangi Kecamatan Bantarkalong Telepon: 0265-581377
Faksimil: 0265-581378 Website : www.smknegeribantarkalong.sch.id
Email: smknegeribantarkalong@gmail.com Kabupaten Tasikmalaya – 46187

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi Umum
Mata Pelajaran Pelayanan Farmasi merupakan mata pelajaran
kejuruan yang harus dikuasai oleh seorang asisten tenaga kefarmasian (ATK)
dalam menjalankan praktek kefarmasian. Dalam mata pelajaran pelayanan
farmasi ini memuat kompetensi yang berkaitan dengan cara melakukan
pelayanan di sarana kefarmasian
Mata pelajaran ini sangat perlu dipelajari oleh peserta didik pada paket
keahlian farmasi klinis dan komunitas. Setelah mempelajari kompetensi ini
diharapkan peserta didik mampu menerapkan dan mempraktekkan dengan
baik dalam kegiatan praktikum.
B. Prasyarat
Kemampuan awal yang dipersyaratkan untuk mempelajari modul ini
adalah peserta didik harus memahami dasar-dasar kefarmasian yang
dipelajari di semester sebelumnya
C. Petunjuk Penggunaan Modul
1. Bacalah dengan cermat modul ini dan pahami dengan baik
2. Diskusikan dengan peserta didik yang lain mengenai apa yang telah anda
cermati untuk mendapatkan pemahaman yang baik tentang tujuan belajar
dan kompetensi yang dicapai dalam modul ini. Bila masih ragu tanyakan
pada guru anda sampai materi dapat dipahami.
3. Kerjakan tugas-tugas baik secara individu maupun kelompok dengan jujur
dan teliti serta bertanggung jawab yang diberikan pada proses
pembelajaran secara daring
4. Peserta didik tidak dibenarkan melanjutkan ke materi kegiatan belajar
berikutnya sebelum menguasai secara tuntas suatu materi kegiatan belajar.
D. Tujuan Akhir Pembelajaran
Setelah menyelesaikan pembelajaran ini diharapkan peserta didik dapat :
1. Memahami sediaan obat bentuk emulsi
2. Memahami sediaan obat bentuk pil
3. Memahami sediaan obat bentuk supositoria
4. Memahami siklus akuntansi perusahaan dagang

2
KEGIATAN BELAJAR I
BENTUK SEDIAAN OBAT EMULSI

A. Pengertian Emulsi
Menurut FI Edisi IV, emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu
cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Stabilitas
emulsi dapat dipertahankan dengan penambahan zat yang ketiga yang disebut
dengan emulgator (emulsifying agent)
Emulsi berasal dari kata emulgeo yang artinya menyerupai milk, warna
emulsi adalah putih. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang
mengandung lemak, protein dan air. Emulsi semacam ini disebut emulsi vera atau
emulsi alam, sebagai emulgator dipakai protein yang terdapat dalam biji tersebut.
Pada pertengahan abad ke XVIII, ahli farmasi Perancis memperkenalkan
pembuatan emulsi dari oleum olivarum, oleum anisi dan eugenol oil dengan
menggunakan penambahan gom arab, tragacanth, kuning telur. Emulsi yang
terbentuk karena penambahan emulgator dari luar disebut emulsi spuria atau
emulsi buatan.
B. Komponen Emulsi
Komponen dari emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :
1. Komponen dasar
Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi.
Terdiri atas :
 Fase dispers / fase internal / fase diskontinue
Yaitu zat cair yang terbagi- bagi menjadi butiran kecil ke dalam zat cair lain.
 Fase kontinue / fase external / fase luar
Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar
(pendukung) dari emulsi tersebut.
 Emulgator.
Adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
2. Komponen tambahan
Bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh
hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen saporis, odoris, colouris, preservative
(pengawet), anti oksidan.
Preservative yang digunakan antara lain metil dan propil paraben, asam
benzoat, asam sorbat, fenol, kresol dan klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil
merkuri asetas dan lain – lain.
Antioksidan yang digunakan antara lain asam askorbat, L.tocopherol, asam
sitrat, propil gallat , asam gallat.

C. Tipe Emulsi
Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun
external, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :
1. Emulsi tipe O/W ( oil in water) atau M/A ( minyak dalam air).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air.
Minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase external.
2. Emulsi tipe W/O ( water in oil ) atau A/M ( air dalam minyak)
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam minyak. Air
sebagai fase internal dan minyak sebagai fase external.

D. Tujuan pemakaian emulsi


Emulsi dibuat untuk diperoleh suatu preparat yang stabil dan rata dari
campuran dua cairan yang saling tidak bisa bercampur.
3
Tujuan pemakaian emulsi adalah :
1. Dipergunakan sebagai obat dalam / per oral. Umumnya emulsi tipe o/w
2. Dipergunakan sebagai obat luar.
Bisa tipe o/w maupun w/o tergantung banyak faktor misalnya sifat zatnya atau
jenis efek terapi yang dikehendaki.
E. Teori Terjadinya Emulsi
Untuk mengetahui proses terbentuknya emulsi dikenal 4 macam teori , yang
melihat proses terjadinya emulsi dari sudut pandang yang berbeda-beda. Teori
tersebut ialah :
1. Teori Tegangan Permukaan (Surface Tension)
Molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul yang sejenis yang
disebut daya kohesi. Selain itu molekul juga memiliki daya tarik menarik antara
molekul yang tidak sejenis yang disebut daya adhesi.
Daya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair
akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseim -bangan daya
kohesi. Tegangan yang terjadi pada permukaan tersebut dinamakan tegangan
permukaan (surface tension).
Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya perbedaan tegangan
bidang batas dua cairan yang tidak dapat bercampur (immicible liquid). Tegangan
yang terjadi antara dua cairan tersebut dinamakan tegangan bidang batas
(interfacial tension).
Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang
mengakibatkan antara kedua zat cair itu semakin susah untuk bercampur.
Tegangan yang terjadi pada air akan bertambah dengan penambahan garam-
garam anorganik atau senyawa elektrolit, tetapi akan berkurang dengan
penambahan senyawa organik tertentu antara lain sabun (sapo).
Dalam teori ini dikatakan bahwa penambahan emulgator akan menurunkan
menghilangkan tegangan yang terjadi pada bidang batas sehingga antara kedua
zat cair tersebut akan mudah bercampur.

2. Teori Orientasi Bentuk Baji (Oriented Wedge)


Setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua kelompok yakni :
 Kelompok hidrofilik, yaitu bagian dari emulgator yang suka pada air.
 Kelompok lipofilik , yaitu bagian yang suka pada minyak.
Masing-masing kelompok akan bergabung dengan zat cair yang
disenanginya, kelompok hidrofil kedalam air dan kelompok lipofil kedalam minyak.
Dengan demikian emulgator seolah-olah menjadi tali pengikat antara air dan
minyak. Antara kedua kelompok tersebut akan membuat suatu keseimbangan.
Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan yang besarnya tidak
sama.Harga keseimbangan itu dikenal dengan istilah H.L.B. (Hydrophyl Lipophyl
Balance) yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara kelompok lipofil
dengan kelompok hidrofil .
Semakin besar harga HLB berarti semakin banyak kelompok yang suka
pada air, itu artinya emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air dan demikian
sebaliknya.
Dalam tabel dibawah ini dapat dilihat keguaan suatu emulgator ditinjau dari
harga HLB-nya.

HARGA HLB KEGUNAAN


1 - 3 Anti foaming agent
4 – 6 Emulgator tipe w/o

4
7 – 9 Bahan pembasah ( wetting agent)
8 – 18 Emulgator tipe o/w
13 - 15 Detergent
10 – 18 Kelarutan (solubilizing agent)

Untuk menentukan komposisi campuran emulgator sesuai dengan nilai HLB


yang dikehendaki , dapat dilakukan dengan contoh perhitungan seperti tersebut
dibawah ini.

Contoh :
Pada pembuatan 100 ml emulsi tipe o/w diperlukan emulgator dengan harga HLB
12. Sebagai emulgator dipakai campuran Span 20 (HLB 8,6) dan tween 20 (HLB
16,7) sebanyak 5 gram. Berapa gram masing-masing berat Span 20 dan Tween
20 ?

Jawab :
Rumus I

( x  HLBb)
A%b = x 100 %
HLBa  HLBb

B % a = ( 100% - A%)

Keterangan :
x = Harga HLB yang diminta ( HLB Butuh)
A = Harga HLB tinggi
B = Harga HLB rendah

(12  8,6)
% Tween = X 100% = 42%
(16,7  8,6
42
X 5 gram = 2,1 gram
100
% Span = 100 % - 42 % = 58 %
58
X 5 gram = 2,9 gram
100

Rumus II.

(B1 x HLB1) + (B2 x HLB2) = (B campuran x HLB campuran)

B = Berat emulgator

Misalnya berat tween = X


Berat span = 5–X
(X x 16,7) + (5-X) x 8,6 = 5 x 12
16,7 X + 43 – 8,6 X = 60

5
8,1X = 60 – 43
17
X = = 2,1 gram ( tween)
8,1
Berat span = 5 – 2,1 = 2,9 gram

Cara menghitung nilai HLB dari campuran surfaktan


Contoh :
R/ Tween 80 70% HLB = 15
Span 80 30% HLB = 4,5
Perhitungan :

Cara I
70
Tween 80 = x 15 = 10,5
100
30
Span 80 = x 4,5 = 01,35
100
HLB Campuran 11,85

Cara II. (Cara Aligatie)

Tween 15 (X – 4,5) (X – 4,5) : (15 – X) = 70 : 30 = 7 : 3


80 (X – 4,5) 3 = 7 (15 – X)
3X – 13,5 = 105 – 7X
10X = 118,5
X = 11,85
X
Jadi HLB Campuran = 11,85

Span 4,5 (15 – X)


80

Nilai HLB beberapa surfaktan

Zat HLB Zat HLB


Tween 20 16,7 Span 20 8,6
Tween 40 15,6 Span 60 4,7
Tween 80 15,0 Span 80 4,3
Tween 60 14,9 Arlacel 83 3,7
Tween 85 11,0 Gom 8,0
Tween 65 10,5 Trietanolamin 12,0

Nilai HLB Butuh beberapa zat yang sering dipakai.

Nama Zat HLB butuh HLB butuh


(type a/m) (type m/a)
Asam stearat 6 15
6
Setil alcohol 15
Paraffin 5 12
Vaselin 5 12
Cera alba 4 12

3. Teori Interparsial Film


Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air
dan minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase
disper.
Dengan terbungkusnya partikel tersebut maka usaha antara partikel yang
sejenis untuk bergabung menjadi terhalang. Dengan kata lain fase disper menjadi
stabil.
Untuk memberikan stabilitas maksimum pada emulsi, syarat emulgator yang
dipakai adalah :
 dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak
 jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase- dispers
 dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua
permukaan partikel dengan segera.

4. Teori electric double layer ( lapisan listrik rangkap)


Jika minyak terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang langsung
berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan
lapisan berikutnya akan mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan
didepannya. Dengan demikian seolah-olah tiap partikel minyak dilindungi oleh 2
benteng lapisan listrik yang saling berlawanan. Benteng tersebut akan menolak
setiap usaha dari partikel minyak yang akan mengadakan penggabungan menjadi
satu molekul yang besar, karena susunan listrik yang menyelubungi setiap partikel
minyak mempunyai susunan yang sama. Dengan demikian antara sesama
partikel akan tolak-menolak , dan stabilitas emulsi akan bertambah.
Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ke tiga cara
dibawah ini,
 terjadinya ionisasi dari molekul pada permukaan partikel
 terjadinya absorbsi ion oleh partikel dari cairan disekitarnya.
 terjadinya gesekan partikel dengan cairan disekitarnya.

F. Bahan Pengemulsi (Emulgator)

 Emulgator alam
Yaitu emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit. Dapat
digolongkan menjadi tiga golongan yaitu :

1. Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan.


Pada umumnya termasuk karbohydrat dan merupakan emulgator tipe o/w,
sangat peka terhadap elektrolit dan alkohol kadar tinggi, juga dapat dirusak
bakteri. Oleh sebab itu pada pembuatan emulsi dengan emulgator ini harus selalu
ditambah bahan pengawet.
a. Gom Arab
Sangat baik untuk emulgator tipe o/w dan untuk obat minum. Emulsi yang
terbentuk sangat stabil dan tidak terlalu kental. Kestabilan emulsi yang
dibuat dengan gom arab berdasarkan 2 faktor yaitu
 kerja gom sebagai koloid pelindung (teori plastis film)

7
 terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapan
cukup kecil sedangkan masa mudah dituang (tiksotropi)
Bila tidak dikatakan lain maka emulsi dengan gom arab menggunakan gom
arab sebanyak ½ dari jumlah minyaknya.
Untuk membuat corpus emulsi diperlukan air 1,5 X berat gom, diaduk keras
dan cepat sampai putih , lalu diencerkan dengan air sisanya. Selain itu
dapat disebutkan :

 Lemak-lemak padat : PGA sama banyak dengan lemak padat


Cara pembuatan .
Lemak padat dilebur lalu ditambahkan gom, buat corpus emulsi dengan
air panas 1,5 X berat gom . Dinginkan dan encerkan emulsi dengan air
dingin. Contoh : cera, oleum cacao, parafin solid
 Minyak atsiri : PGA sama banyak dengan minyak atsiri

 Minyak lemak : PGA ½ kali berat minyak, kecuali oleum ricini karena
memiliki gugus OH yang bersifat hidrofil sehingga untuk membuat emulsi
cukup dibutuhkan 1/3 nya saja. Contoh : Oeum amygdalarum

 Minyak Lemak + minyak atsiri + zat padat larut dalam minyak lemak
Kedua minyak dicampur dulu, zat padat dilarutkan dalam minyaknya,
tambahkan gom ( ½ x myk lemak + aa x myk atsiri + aa x zat padat )

 Bahan obat cair BJ tinggi, contohnya chloroform, bromoform :


Ditambah minyak lemak 10 x beratnya, maka BJ campuran mendekati
satu. Gom sebanyak ¾ kali bahan obat cair.

 Balsam-balsam
Gom sama banyak dengan balsam.

 Oleum Iecoris Aseli


Menurut Fornas dipakai gom 30 % dari berat minyak.

b. Tragacanth
Dispersi tragacanth dalam air sangat kental sehingga untuk memperoleh
emulsi dengan viskositas yang baik hanya diperlukan trgacanth sebanyak
1/10 kali gom arab. Emulgator ini hanya bekerja optimum pada pH 4,5 – 6.

Tragacanth dibuat corpus emulsi dengan menambahkan sekaligus air 20 x


berat tragacanth. Tragacanth hanya berfungsi sebagai pengental tidak
dapat membentuk koloid pelindung.

c. Agar-agar
Emulgator ini kurang efektif apabila dipakai sendirian. Pada umumnya zat
ini ditambahkan untuk menambah viskositas dari emulsi dengan gom arab.
Sebelum dipakai agar-agar tersebut dilarutkan dengan air mendidih
Kemudian didinginkan pelan-pelan sampai suhu tidak kurang dari 45oC (bila
suhunya kurang dari 45oC larutan agar-agar akan berbentuk gel). Biasanya
digunakan 1-2 %

d. Chondrus
Sangat baik dipakai untuk emulsi minyak ikan karena dapat menutup rasa
8
dari minyak tersebut. Cara mempersiapkan dilakukan seperti pada agar.

e. Emulgator lain
Pektin, metil selulosa, karboksimetil selulosa 1-2 %.

2. Emulgator alam dari hewan

a. Kuning telur
Kuning telur mengandung lecitin (golongan protein / asam amino) dan
kolesterol yang kesemuanya dapat berfungsi sebagai emulgator. Lecitin
merupakan emulgator tipe o/w. Tetapi kemampuan lecitin lebih besar dari
kolesterol sehingga secara total kuning telur merupakan emulgator tipe o/w.
Zat ini mampu mengemulsikan minyak lemak empat kali beratnya dan
minyak menguap dua kali beratnya.

b. Adeps Lanae
Zat ini banyak mengandung kholesterol , merupakan emulgator tipe w/o
dan banyak dipergunakan untuk pemakaian luar. Penambahan emulgator
ini akan menambah kemampuan minyak untuk menyerap air. Dalam
keadaan kering dapat menyerap air 2 X beratnya.

Contoh resep emulsi dengan adeps lanae :


R/ Adeps lanae 100
Ol. Olivarum 400 ml
Zinc. Oxyd 100
Talc. 100
Sol. Pb. Acet. 28 ml
Aq. Calcis ad 1000 ml

3. Emulgator alam dari tanah mineral.

a. Magnesium Aluminium Silikat/ Veegum


Merupakan senyawa anorganik yang terdiri dari garam - garam
magnesium dan aluminium. Dengan emulgator ini, emulsi yang terbentuk
adalah emulsi tipe o/w. Sedangkan pemakaian yang lazim adalah sebanyak
1 %. Emulsi ini khusus untuk pemakaian luar.

b. Bentonit
Tanah liat yang terdiri dari senyawa aluminium silikat yang dapat
mengabsorbsikan sejumlah besar air sehingga membentuk massa sepert
gel. Untuk tujuan sebagai emulgator dipakai sebanyak 5 %.

 Emulgator buatan
1. Sabun.
Sangat banyak dipakai untuk tujuan luar, sangat peka terhadap elektrolit.
Dapat dipergunakan sebagai emulgator tipe o/w maupun w/o, tergantung dari
valensinya. Bila sabun tersebut bervalensi 1, misalnya sabun kalium,
merupakan emulgator tipe o/w, sedangkan sabun dengan valensi 2 , missal
sabun kalsium, merupakan emulgator tipe w/o.
2. Tween 20 : 40 : 60 : 80
3. Span 20 : 40 : 80

9
Emulgator dapat dikelompokkan menjadi :
 Anionik : sabun alkali, natrium lauryl sulfat
 Kationik : senyawa ammmonium kuartener
 Non Ionik : tween dan span.
 Amfoter : protein, lesitin.

G. Cara Pembuatan Emulsi


Dikenal 3 metode dalam pembuatan emulsi , secara singkat dapat dijelaskan
1. Metode gom kering atau metode kontinental.
Dalam metode ini zat pengemulsi (biasanya gom arab) dicampur dengan
minyak terlebih dahulu, kemudian ditambahkan air untuk pembentukan corpus
emulsi, baru diencerkan dengan sisa air yang tersedia.
2. Metode gom basah atau metode Inggris.
Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air (zat pengemulsi umumnya larut)
agar membentuk suatu mucilago, kemudian perlahan-lahan minyak
dicampurkan untuk mem-bentuk emulsi, setelah itu baru diencerkan dengan
sisa air.
3. Metode botol atau metode botol forbes.
Digunakan untuk minyak menguap dan zat –zat yang bersifat minyak dan
mempunyai viskositas rendah (kurang kental). Serbuk gom dimasukkan ke
dalam botol kering, kemudian ditambahkan 2 bagian air, tutup botol kemudian
campuran tersebut dikocok dengan kuat. Tambahkan sisa air sedikit demi
sedikit sambil dikocok.

Alat – alat yang digunakan dalam pembuatan emulsi


Untuk membuat emulsi biasa digunakan :

1. Mortir dan stamper


Mortir dengan permukaan kasar merupakan mortir pilihan untuk pembuatan
emulsi yang baik.
2. Botol
Mengocok emulsi dalam botol secara terputus-putus lebih baik daripada terus
menerus, hal tersebut memberi kesempatan pada emulgator untuk bekerja
sebelum pengocokan berikutnya.
3. Mixer, blender
Partikel fase disper dihaluskan dengan cara dimasukkan kedalam ruangan
yang didalamnya terdapat pisau berputar dengan kecepatan tinggi , akibat
putaran pisau tersebut, partikel akan berbentuk kecil-kecil.
4. Homogeniser
Dalam homogenizer dispersi dari kedua cairan terjadi karena campuran
dipaksa melalui saluran lubang kecil dengan tekanan besar.
5. Colloid Mill
Terdiri atas rotor dan stator dengan permukaan penggilingan yang dapat
diatur. Coloid mill digunakan untuk memperoleh derajat dispersi yang tinggi
cairan dalam cairan

H. Cara Membedakan Tipe Emulsi


Dikenal beberapa cara membedakan tipe emulsi yaitu :
1. Dengan pengenceran fase.
Setiap emulsi dapat diencerkan dengan fase externalnya. Dengan prinsip
tersebut, emulsi tipe o/w dapat diencerkan dengan air sedangkan emulsi tipe
10
w/o dapat diencerkan dengan minyak.

2. Dengan pengecatan/pemberian warna.


Zat warna akan tersebar rata dalam emulsi apabila zat tersebut larut dalam
fase external dari emulsi tersebut. Misalnya (dilihat dibawah mikroskop)
- Emulsi + larutan Sudan III dapat memberi warna merah pada emulsi tipe
w/o, karena sudan III larut dalam minyak
- Emulsi + larutan metilen blue dapat memberi warna biru pada emulsi tipe
o/w karena metilen blue larut dalam air.

3. Dengan kertas saring.


Bila emulsi diteteskan pada kertas saring , kertas saring menjadi basah maka
tipe emulsi o/w, dan bila timbul noda minyak pada kertas berarti emulsi tipe
w/o.

4. Dengan konduktivitas listrik


Alat yang dipakai adalah kawat dan stop kontak, kawat dengan K ½ watt
lampu neon ¼ watt semua dihubung- kan secara seri. Lampu neon akan
menyala bila elektroda dicelupkan dalam cairan emulsi tipe o/w, dan akan
mati dicelupkan pada emulsi tipe w/o

I. KESTABILAN EMULSI.
Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah ini :
1. Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, dimana yang satu
mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming
bersifat reversible artinya bila digojok perlahan-lahan akan terdispersi
kembali.
2. Koalesen dan cracking (breaking) adalah pecahnya emulsi karena film yang
meliputi partikel rusak dan butir minyak akan koalesen(menyatu).Sifatnya
irreversible ( tidak bisa diperbaiki). Hal ini dapat terjadi karena :
 Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol, perubahan pH, penambahan
CaO/CaCl2 exicatus.
 Peristiwa fisika, seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan,
pengadukan.

3. Inversi adalah peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi w/o


menjadi o/w atau sebaliknya. Sifatnya irreversible.

11
KEGIATAN BELAJAR II
PILULAE

A. Pengertian
Pilulae (menurut F.I.III) ialah suatu sediaan berupa massa bulat mengandung
satu atau lebih bahan obat.
Boli (menurut F.I. III) ialah pil yang beratnya diatas 300 mg, pembuatan sam
dengan pil
Granula (menurut F.I III) ialah pil kecil yang beratnya tidak lebih dari 30 mg,
mengandung 1 mg bahan obat.
Lozenges / tablet hisap menurut (F.I. IV) ialah sediaan padat mengandung
satu atau lebih bahan obat , umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis,
yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan dalam mulut.
Mengandung bahan obat, juga bahan dasar gelatin, sukrosa, sorbitol atau gula.
Umumnya ditujukan untuk pengobatan iritasi lokal atau infeksi mulut atau
tenggorokan, tetapi dapat juga mengandung bahan aktif yang ditujukan untuk
absorbsi sistemik setelah ditelan.
Lozenges terdiri dari dua macam yaitu troches dan pastiles.
Trochisi ( troches) adalah tablet hisap yang dibuat dengan cara kempa tablet,
sedangkan pastiles adalah tablet hisap yang dibuat dengan cara tuang.

B. Komponen, Penggunaan dan Contoh Pilulae


Zat utama : berupa bahan obat
Zat tambahan, terdiri dari
Zat pengisi : gunanya untuk memperbesar volume pil, contoh : akar manis,
bolus alba, atau bahan lain yang cocok
Zat pengikat : membuat massa supaya saling melekat antara satu dengan
yang lain. Contohnya sari akar manis, gom akasia, tragacanth,
campuran bahan tersebut (PGS), atau bahan lain yang cocok.
Zat penabur : membuat sediaan yang sudah terbentuk tidak melekat satu
sama lain lycopodium atau talk, atau bahan lain yang cocok
Zat penyalut digunakan karena ada beberapa alasan yaitu :
1. untuk menutup rasa dan bau yang kurang enak
2. mencegah perubahan karena pengaruh udara
3. supaya pil pecah dalam usus (enteric coated pil)
Contoh : Perak, balsam tolu, keratin, sirlak, kolodium, salol,
gelatin, gula atau bahan lain yang cocok.
Zat pembasah : membasahi masa sebelum dibentuk. Contoh, air, gliserol, sirup,
madu, campuran bahan tersebut atau bahan lain yang cocok.

C. Pembuatan Sediaan
Cara pembuatan pil pada prinsipnya , mencampur bahan-bahan obat padat
sampai homogen , kemudian ditambah zat-zat tambahan, setelah homogen
ditetesi bahan pembasah. Kemudian dengan cara menekan sampai diperoleh
masa pil yang elas- is lalu dibuat bentuk batang dan dipotong dengan alat
pemotong pil sesuai deng-an jumlah pil yang diminta. Bahan pelicin ditambahkan
setelah terbentuk masa pil agar supaya masa pil yang telah jadi tidak melekat
pada alat pembulat pil.
Beberapa keterangan pada pembuatan pil :
1. Bobot pil ideal antara 100 –150 mg, rata-rata 120 mg.

12
Oleh karena sesuatu hal syarat ini seringkali tidak dapat dipenuhi.

2. Sebagai zat pengisi , jika mungkin dipilih radix liq kecuali ada reaksi Kadang
digunakan bolus alba. Jumlah yang dipakai umumnya 2 x Jumlah zat
pengikatnya. (biasanya succus liq.). Dikenal juga istilah PPP ( Pulvis Pro
Pilulae ) yaitu campuran succus liq dan radix liq. Sama banyak.

3. Sebagai zat pengikat, jika mungkin gunakan succus liq. 2 gram / 60 pil.
Kecuali ada reaksi kadang digunakan adeps lanae atau vaselin.

4. Pada pembuatan masa pil kedalam campuran obat, radix dan succus harus
ditambahkan cairan (zat pembasah) supaya pada pengepalan diperoleh ma-
sa yang homogen yang cukup baik untuk dikerjakan selanjutnya. Paling baik
gunakan aq. glicerinata yaitu campuran air dan gliserin sama banyak.

5. Setelah pembuatan masa pil kemudian masa pil digulung dan dipotong
menurut jumlah yang diminta dan akhirnya pil-pil dibulatkan . Untuk
mencegah melekatnya pil pada alat pembulat pil taburkan talkum / likopodium
dengan rata. Setelah selesai jangan lupa hitung lagi pil-pil tersebut.

Pil Dengan Bahan - Bahan Khusus.

1. Pil dengan senyawa mengoxid (KMnO4, KNO3, FeCl3, AgNO3) atau garam-
garam Pb, pengisi menggunakan 100mg bolus alba, pengikat adeps/vaselin
secukupnya . Selain itu menggunakan pillen plank ebonit)
2. Pil dengan extractum gentian ( bereaksi asam) bila diberikan bersama-sama
dengan zat lain yang dengan asam-asam melepaskan gas misal : ferrum
reductum, ferrum pulveratum, natrii carbonas, natrii bicarbonas, maka untuk
menetralkan asamnya perlu ditambah MgO sebanyak 100 mg untuk
setiap 3 gram extract gentian.
3. Pil dengan garam-garam ferro harus dibalut dengan tolubalsem untuk
mencegah oksidasi oleh udara.
4. Pil dengan liquor fowleri tidak boleh diganti dengan As2O3 yang telah
diperhitungkan.
5. Pil dengan sari-sari cair.
Dalam jumlah kecil , tetap digunakan succus dan radix sari cair digunakan
sebagai pengganti aqua gliserinata. Dalam jumlah besar, diuapkan kemudian
tambahkan radix secukupnya atau diganti dengan sisa keringnya.

D. Persyaratan Pillulae
1. Memenuhi syarat waktu hancur yang tertera pada compresi (FI Edisi III )
2. Memenuhi keseragaman bobot pil ( FI edisi III )
3. Pada penyimpanan bentuknya harus tetap , tetapi tidak begitu keras sehingga
dapat hancur dalam saluran pencernaan .

Keseragaman bobot.
Timbang 20 pil satu per satu, hitung bobot rata-rata, penyimpangan terbesar
yang diperbolehkan terhadap bobot rata-rata adalah sebagai berikut :

Penyimpangan terbesar terhadap bobot


Bobot rata - rata rata – rata yang diperbolehkan (%)
18 Pil 2 Pil
13
100 mg – 250 mg 10 % 20 %
251 mg – 500 mg 7,5 5 15 %

Penyimpanan : Sesuai dengan cara penyimpanan tablet, dengan


memperhatikan sifat zat tambahan yang digunakan.

14
KEGIATAN BELAJAR III
SUPPOSITORIA

A. Pengertian
Supositoria menurut FI edisi IV adalah sediaan padat dalam berbagai bobot
dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau urethra. Umumnya meleleh,
melunak atau melarut dalam suhu tubuh. Supositoria dapat bertindak sebagai
pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat lokal
atau sistemik.

B. Macam-Macam Suppositoria
Macam-macam Suppositoria berdasarkan tempat penggunaannya :
1. Rektal Suppositoria sering disebut Suppositoria saja, bentuk peluru digunakan
lewat rektal atau anus, beratnya menurut FI.ed.IV kurang lebih 2 g.
Suppositoria rektal berbentuk torpedo mempunyai keuntungan, yaitu bila bagian
yang besar masuk melalui jaringan otot penutup dubur, maka Suppositoria akan
tertarik masuk dengan sendirinya.
2. Vaginal Suppositoria (Ovula), bentuk bola lonjong seperti kerucut, digunakan
lewat vagina, berat umumnya 5 g.
Supositoria kempa atau Supositoria sisipan adalah Supositoria vaginal yang
dibuat dengan cara mengempa massa serbuk menjadi bentuk yang sesuai,
atau dengan cara pengkapsulan dalam gelatin lunak.
Menurut FI.ed.IV, Suppositoria vaginal dengan bahan dasar yang dapat larut /
bercampur dalam air seperti PEG atau gelatin tergliserinasi berbobot 5 g.
Supositoria dengan bahan dasar gelatin tergliserinasi (70 bag. gliserin, 20 bag.
gelatin dan 10 bag. air) harus disimpan dalam wadah tertutup rapat,
sebaiknya pada suhu dibawah 350 C
3. Urethral Suppositoria (bacilla, bougies) digunakan lewat urethra, bentuk batang
panjang antara 7 cm - 14 cm.

C. Keuntungan Suppositoria
Keuntungan penggunaan obat dalam Suppositoria dibanding peroral, yaitu
1. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung.
2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzym pencernaan dan asam
lambung.
3. Obat dapat masuk langsung dalam saluran darah sehingga obat dapat berefek
lebih cepat daripada penggunaan obat peroral.
4. Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar.

D. Tujuan Penggunaan Obat Bentuk Suppositoria


1. Suppositoria dipakai untuk pengobatan lokal, baik dalam rektum maupun
vagina atau urethra, seperti penyakit haemorroid / wasir / ambein dan infeksi
lainnya.
2. Juga secara rektal digunakan untuk distribusi sistemik, karena dapat diserap
oleh membran mukosa dalam rektum,
3. Apabila penggunaan obat peroral tidak memungkinkan, seperti pasien mudah
muntah, tidak sadar.
4. Aksi kerja awal akan diperoleh secara cepat, karena obat diabsorpsi melalui
mukosa rektal langsung masuk ke dalam sirkulasi darah,
5. Agar terhindar dari pengrusakan obat oleh enzym di dalam saluran
15
gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam hepar .

Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi obat per rektal ialah :


1. Faktor fisiologis :
Rektum mengandung sedikit cairan dengan pH 7,2 dan kapasitas daparnya
rendah. Epitel rektum keadaannya berlipoid (berlemak), maka diutamakan
permeable terhadap obat yang tidak terionisasi (obat yang mudah larut dalam
lemak).

2. Faktor fisika-kimia dari obat dan basis :


a. Kelarutan obat : Obat yang mudah larut dalam lemak akan lebih cepat
terabsorpsi dari pada obat yang larut dalam air.
b. Kadar obat dalam basis : bila kadar obat naik maka absorpsi obat makin
cepat.
c. Ukuran partikel : ukuran partikel obat akan mempengaruhi kecepatan larut
dari obat ke cairan rektal.
d. Basis Suppositoria : Obat yang larut dalam air dan berada dalam basis
lemak dilepas segera ke cairan rektal bila basis cepat melepas setelah
masuk ke dalam rektum, dan obat akan segera diabsorpsi dan aksi kerja
awal obat akan segera nyata. Obat yang larut dalam air dan berada dalam
basis larut dalam air, aksi kerja awal dari obat akan segera nyata bila basis
tadi segera larut dalam air.

E. Bahan Dasar Suppositoria


Bahan dasar : ol. cacao (lemak coklat), gelatin tergliserinasi, minyak nabati
terhidrogenasi, campuran PEG berbagai bobot molekul dan ester asam lemak
PEG. Bahan dasar lain dapat digunakan seperti surfaktan nonionik misalnya ester
asam lemak polioksietilen sorbitan dan polioksietilen stearat.

Bahan dasar Suppositoria yang ideal harus mempunyai sifat sebagai berikut :

1. Padat pada suhu kamar, sehingga dapat dibentuk dengan tangan atau dicetak,
tapi akan melunak pada suhu rektal dan dapat bercampur dengan cairan
tubuh.
2. Tidak beracun dan tidak menimbulkan iritasi
3. Dapat bercampur dengan bermacam-macam obat
4. Stabil dalam penyimpanan, tidak menunjukkan perubahan warna, bau dan
pemisahan obat.
5. Kadar air cukup
6. Untuk basis lemak, bilangan asam, bilangan iodium dan bilangan penyabunan
harus jelas.

Penggolongan bahan dasar Suppositoria.

1. Bahan dasar berlemak : Ol. Cacao (lemak coklat)


2. Bahan dasar yang dapat bercampur atau larut dalam air : gliserin-gelatin,
polietilenglikol (PEG)
3. Bahan dasar lain : Pembentuk emulsi A/M.misalnya campuran Tween 61 85 %
dengan gliserin laurat 15 %

Suppositoria dengan bahan dasar Lemak coklat ( Ol. Cacao )

16
- merupakan trigliserida dari asam oleat, asam stearat, asam palmitat, warna
putih kekuningan, padat, berbau seperti coklat, meleleh pada suhu 31o - 34 o.
- karena mudah tengik, sebaiknya harus disimpan dalam wadah / tempat sejuk,
kering dan terlindung dari cahaya.
- Ol. Cacao dapat menunjukkan polimorfisme dari bentuk kristalnya karena
pemanasan tinggi. Diatas titik leburnya, Ol.Cacao akan meleleh sempurna
seperti minyak dan akan kehilangan inti kristal stabil yang berguna untuk
membentuk kristalnya kembali.

Bentuk-bentuk kristal Ol.Cacao tersebut adalah :


 bentuk  (alfa) : terjadi bila lelehan Ol.Cacao tadi didinginkan dengan
segera pada 0o dan bentuk ini titik leburnya 24o (literatur lain 22 o).
 bentuk  ( beta ) : terjadi bila lelehan Ol.Cacao tadi diaduk-aduk pada suhu
18 o -23 o dan bentuk ini mempunyai titik lebur 28 o - 31o
 bentuk  stabil (beta stabil) : terjadi dari perubahan perlahan-lahan bentuk
disertai kontraksi volume dan bentuk ini mempunyai titik lebur 34 o -35 o (
literatur lain 34,5 o)
 bentuk  (gamma) : terjadi dari pendinginan lelehan Ol.Cacao yang sudah
dingin (20o) dan bentuk ini mempunyai titik lebur 18 o
Menghindari bentuk- bentuk kristal yang tidak stabil di atas dengan cara :
 Ol.Cacao tidak dilelehkan seluruhnya, cukup 2/3 saja yang dilelehkan.
 Penambahan sejumlah kecil bentuk kristal stabil ke dalam lelehan
Ol.Cacao, untuk mempercepat perubahan bentuk tidak stabil menjadi
bentuk stabil
 Pembekuan lelehan selama beberapa jam / hari

- Lemak coklat merupakan trigliserida, berwarna kekuningan, bau yang khas dan
bersifat polimorfisme ( mempunyai banyak bentuk kristal ). Jika dipanasi sekitar
300 C mulai mencair dan biasanya meleleh sekitar 340 - 350 C, tetapi suhu
dibawah 300 C merupakan masa semi-padat. Jika pemanasannya tinggi, lemak
coklat akan mencair sempurna seperti minyak dan akan kehilangan semua inti
kristal yang stabil yang berguna untuk memadat. Bila didinginkan di bawah
suhu 150 C, akan mengkristal dalam bentuk kristal metastabil. Agar
mendapatkan Suppositoria yang stabil, maka pemanasan lemak coklat
sebaiknya dilakukan sampai cukup meleleh saja sampai dapat dituang,
sehingga tetap mengandung inti kristal dari bentuk stabil.
- Untuk meninggikan titik lebur lemak coklat digunakan tambahan Cera atau
Cetasium ( Spermaseti ). Penambahan Cera flava tidak boleh lebih dari 6 %
sebab akan memperoleh campuran yang mempunyai titik lebur di atas 370 C
dan tidak boleh kurang dari 4 % karena akan memperoleh titik lebur di bawah
titik leburnya ( < 330 C ). Jika bahan obatnya merupakan larutan dalam air, perlu
diperhatikan bahwa lemak coklat hanya sedikit menyerap air, maka dengan
penambahan Cera flava dapat juga menaikkan daya serap lemak coklat
terhadap air.
- Untuk menurunkan titik lebur lemak coklat dapat digunakan tambahan sedikit
Kloralhidrat atau fenol, minyak atsiri.
- Lemak coklat meleleh pada suhu tubuh dan tidak tercampurkan dengan cairan
tubuh, oleh karena itu dapat menghambat difusi obat yang larut dalam lemak
pada tempat yang diobati.
- Lemak coklat jarang dipakai untuk sediaan vagina karena meninggalkan residu
yang tidak dapat diserap, sedangkan gelatin tergliserinasi jarang dipakai untuk
rektal karena disolusinya lambat.
17
- Supositoria dengan bahan dasar lemak coklat, dapat dibuat dengan
mencampurkan bahan obat yang dihaluskan ke dalam minyak lemak padat
pada suhu kamar dan massa yang dihasilkan dibuat dalam bentuk yang sesuai
atau dibuat dengan cara meleburkan minyak lemak dengan obat kemudian
dibiarkan sampai dingin di dalam cetakan. Harus disimpan dalam wadah
tertutup baik, pada suhu dibawah 30 0 C.

Pemakaian air sebagai pelarut obat dengan bahan dasar Ol.Cacao sebaiknya
dihindari karena :
 Menyebabkan reaksi antara obat-obat dalam Suppositoria.
 Mempercepat tengiknya Ol.Cacao
 Bila airnya menguap, obat tersebut akan mengkristal kembali dan dapat
keluar dari Suppositoria.
Keburukan Ol.Cacao sebagai bahan dasar Suppositoria.

 Meleleh pada udara yang panas


 Dapat menjadi tengik pada penyimpanan yang lama
 Titik leburnya dapat turun atau naik bila ditambahkan bahan tertentu
 Adanya sifat Polimorfisme
 Sering bocor (keluar dari rektum karena mencair) selama pemakaian
 Tidak dapat bercampur dengan sekresi.

Karena ada beberapa keburukan Ol.Cacao tersebut, maka dicari pengganti


Ol.Cacao sebagai bahan dasar Suppositoria yaitu :
1. Campuran asam oleat dengan asam stearat dalam perbandingan yang dapat
diatur.
2. Campuran cetilalkohol dengan Ol.Amygdalarum dalam perbandingan = 17 : 83
3. Ol.Cacao sintetis : Coa buta , Supositol

Suppositoria dengan bahan dasar PEG (Polietilenglikol)


- mempunyai titik lebur 350 - 630
- tidak meleleh pada suhu tubuh tetapi larut dalam cairan sekresi tubuh
- Formula yang dipakai :
 bahan dasar tidak berair : PEG 4000 4 % ( 25 % ) dan PEG 1000 96 % ( 75
%)
 bahan dasar berair : PEG 1540 30 %, PEG 6000 50 % dan Aqua + Obat
20 %
Keuntungan :
 tidak mengiritasi / merangsang
 dapat disimpan diluar lemari es
 tidak ada kesulitan dengan titik leburnya, jika dibanding Ol.Cacao.
 tetap kontak dengan lapisan mokosa karena tidak meleleh pada suhu tubuh
Kerugian :
 menarik cairan dari jaringan tubuh setelah dimasukkan, sehingga terjadi
rasa yang menyengat. Hal ini dapat diatasi dengan cara mencelupkan
Suppositoria ke dalam air sebelum digunakan. Pada etiket Supositoria ini
harus tertera petunjuk " Basahi dengan air sebelum digunakan ".
 dapat memperpanjang waktu disolusi sehingga menghambat pelepasan
obat.

- PEG merupakan polimerisasi etilenglikol dengan berat molekul antara 300 -


6000 Dalam perdagangan terdapat : PEG 400 (Carbowax 400), PEG 1000
18
(carbowax 1000), PEG 1500 (carbowax 1500), PEG 4000 (carbowax 4000),
PEG 6000 (carbowax 6000). PEG di bawah 1000 berbentuk cair, sedangkan di
atas 1000 berbentuk padat lunak seperti malam.
- PEG sesuai untuk obat antiseptik. Jika diharapkan bekerja secara sistemik ,
lebih baik menggunakan bentuk ionik dari pada nonionik agar diperoleh
ketersediaan hayati yang maksimum. Meskipun bentuk nonionik dapat
dilepaskan dari bahan dasar yang dapat bercampur dengan air seperti gelatin
tergliserinasi atau PEG, tetapi cenderung sangat lambat larut sehingga dapat
menghambat pengelepasan obat.
- Pembuatan Suppositoria dengan PEG dilakukan dengan melelehkan bahan
dasar lalu dituangkan ke dalam cetakan seperti pembuatan Suppositoria
dengan bahan dasar lemak coklat.

Suppositoria dengan bahan dasar Gelatin


- Dapat digunakan sebagai bahan dasar Vaginal Suppositoria.
- Tidak melebur pada suhu tubuh, tetapi melarut dalam sekresi tubuh
- Perlu penambahan pengawet ( Nipagin ) karena bahan dasar ini merupakan
media yang baik bagi pertumbuhan bakteri.
- Penyimpanan harus ditempat yang dingin
- Bahan dasar ini dapat juga digunakan untuk pembuatan Urethra Suppositoria
dengan formula : gelatin 20, gliserin 60 dan aqua yang mengandung obat 20
Kebaikan :
 dapat diharapkan berefek yang cukup lama, lebih lambat melunak, lebih
mudah bercampur dengan cairan tubuh jika dibandingkan dengan
Ol.Cacao.
Keburukan :
 cenderung menyerap uap air karena sifat gliserin yang hygroskopis yang
dapat menyebabkan dehidrasi / iritasi jaringan, memerlukan tempat untuk
melindunginya dari udara lembab supaya terjaga bentuknya dan
konsistensinya.

- Dalam farmakope Belanda terdapat formula Suppositoria dengan bahan dasar


Gelatin. yaitu : panasi 2 bagian Gelatin dengan 4 bagian air dan 5 bagian
Gliserin sampai diperoleh massa yang homogen. Tambahkan air panas sampai
diperoleh 11 bagian. Biarkan massa cukup dingin dan tuangkan dalam cetakan
hingga diperoleh Suppositoria dengan berat 4 gram. Obat yang ditambahkan
dilarutkan atau digerus dengan sedikit air atau Gliserin yang disisakan dan
dicampurkan pada massa yang sudah dingin.

Bahan dasar lainnya :


- Bersifat seperti lemak yang larut dalam air atau bercampur dengan air,
beberapa diantaranya membentuk emulsi tipe A//M
Formulasinya : Tween 61 85 % dan Gliserin laurat 15 %
Bahan dasar ini dapat menahan air atau larutan berair. Berat Suppositoria 2,5 g

F. Metode Pembuatan Suppositoria


1. Dengan tangan :

- Hanya dengan bahan dasar Ol.Cacao yang dapat dikerjakan atau dibuat
dengan tangan untuk skala kecil dan bila bahan obatnya tidak tahan
terhadap pemanasan
- Metode ini kurang cocok untuk iklim panas.

19
2. Dengan mencetak hasil leburan :
- Cetakan harus dibasahi lebih dahulu dengan Parafin cair bagi yang memakai
bahan dasar Gliserin-gelatin, tetapi untuk Ol.Cacao dan PEG tidak dibasahi
karena mengkerut pada proses pendinginan, akan terlepas dari cetakan.
3. Dengan kompresi.
- Metode ini, proses penuangan, pendinginan dan pelepasan Suppositoria
dilakukan dengan mesin secara otomatis. Kapasitas bisa sampai 3500 -
6000 Suppositoria / jam.
Pembuatan Suppositoria secara umum dilakukan dengan cara sebagai berikut :
 Bahan dasar Suppositoria yang digunakan supaya meleleh pada suhu tubuh
atau dapat larut dalam cairan yang ada dalam rektum.
 Obatnya supaya larut dalam bahan dasar, bila perlu dipanaskan.
 Bila bahan obatnya sukar larut dalam bahan dasar maka harus diserbuk halus.
 Setelah campuran obat dan bahan dasar meleleh atau mencair, dituangkan ke
dalam cetakan Suppositoria kemudian didinginkan.
 Cetakan tersebut terbuat dari besi yang dilapisi nikel atau dari logam lain, ada
juga yang dibuat dari plastik Cetakan ini mudah dibuka secara longitudinal
untuk mengeluarkan Suppositoria.
 Untuk mencetak bacilla dapat digunakan tube gelas atau gulungan kertas.
 Untuk mengatasi massa yang hilang karena melekat pada cetakan, maka
pembuatan Suppositoria harus dibuat berlebih (  10 % ) dan cetakannya
sebelum digunakan harus dibasahi lebih dahulu dengan Parafin cair atau
minyak lemak atau spiritus saponatus ( Soft Soap liniment ), tetapi spiritus
saponatus ini, jangan digunakan untuk Suppositoria yang mengandung garam
logam karena akan bereaksi dengan sabunnya dan sebagai pengganti
digunakan Ol. Recini dalam etanol. Khusus Suppositoria dengan bahan dasar
PEG dan Tween tidak perlu bahan pelicin cetakan karena pada pendinginan
mudah lepas dari cetakannya yang disebabkan bahan dasar tersebut dapat
mengkerut.

G. Pengemasan Suppositoria
1. Dikemas sedemikian rupa sehingga tiap Suppositoria terpisah, tidak mudah
hancur atau meleleh.
2. Biasanya dimasukkan dalam wadah dari alumunium foil atau strip plastik
sebanyak 6 sampai 12 buah, untuk kemudian dikemas dalam dus.
3. Harus disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat sejuk.

H. Pemeriksaan Mutu Suppositoria


Setelah dicetak, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
1. Penetapan kadar zat aktifnya dan disesuaikan dengan yang tertera pada
etiketnya.
2. Test terhadap titik leburnya, terutama jika digunakan bahan dasar Ol.Cacao
3. Test kerapuhan, untuk menghindari kerapuhan selama pengangkutan
4. Test waktu hancur, PEG 1000 15 menit, Ol.Cacao dingin 3 menit
5. Test homogenitas.

I. Ovulae / Ovula
Ovula adalah sediaan padat , umumnya berbentuk telur mudah melemah
(melembek) dan meleleh pada suhu tubuh, dapat melarut dan digunakan sebagai
obat luar khusus untuk vagina. Sebagai bahan dasar ovula harus dapat larut
dalam air atau meleleh pada suhu tubuh.
Sebagai bahan dasar dapat digunakan lemak coklat atau campuran PEG
20
dalam berbagai perbandingan. Bobot ovula adalah 3 - 6 gram, umumnya 5 gram.
Ovula disimpan dalam wadah tertutup baik dan ditempat yang sejuk.

21
KEGIATAN BELAJAR IV
SIKLUS AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG

A. Pengertian Perusahaan Dagang


Perusahaan dagang adalah perusahaan yang kegiatannya membeli barang
dan menjualnya kembali tanpa melakukan pegolahan atau pengubahan bentuk
terlebih dahulu. Berbeda dengan perusahan industri, yaitu : perusahaan yang
membeli barang berupa bahan mentah yang perlu diolah terlebih dahulu untuk
mendapatkan barang jadi.baru kemudian dijual dengan harga yang
menguntungkan.

B. Pembagian Perdagangan

1. Berdasarkan kuantitas atau jumlah barang yang diperdagangkan :


a. Pedagang besar atau grosir, yang menjual barang dalam partai
bebas (secara kodi, peti, ton, lusin, dsb)
b. Pedagang kecil atau pedagang eceran, yang menjual barang
dagangan secara eceran atau dalam jumlah kecil kepada konsumen akhir

2. Berdasarkan hubungannya dengan pembeli :


a. Perdagangan langsung, di mana pihak penjual berhubugan langsung
dengan pembeli ( konsumen )
b. Perdagangan tidak langsung, di mana barang di jual kepada pembeli
melalui perantara.

3. Berdasarkan batas negara :


(a) Perdagangan dalam negri, di mana kegiatan pembelian dan penjualan
barang dagangan di dalam negeri
(b) Perdagangan luar negeri, di mana kegiatan pembelian dan penjualan barang
dagangan dari / ke luar negeri.
Perdagangan luar negeri meliputi :
- Impor, yakni kegiatan pembelian barang dagangan dari luar negeri dan di
jual ke dalam negeri
- Ekspor, yakni kegiatan pembelian barang dagangan dari dalam negeri
dan di jual ke luar negeri
- Transito, yakni kegiatan pembelian barang dari luar negeri yang satu
untuk dijual ke luar negeri yang lain tetapi barang tersebut melalui negeri
sendiri.

C. Persyaratan Dalam Perjanjian Jual Beli Barang


Untuk mencegah terjadi kesalah fahaman yang dapat menimbulkan
kegagalan dalam transaksi perdagangan barang terlebih dahulu masing - masing
pihak menyetujui dahulu persyaratan perjanjian jual beli barang antara lain :

1. Syarat mutu atau kualitas barang :


- Sesuai dengan merk, model atau tipe barang yang ditawarkan penjual
atau sesuai permintaan pembeli
- Sesuai dengan contoh yang ditawarkan penjual atau sesuai dengan
permintaan pembeli.
2. Persyaratan penyerahan barang :
- FOB Shipping Point (Free on Board Shipping Point)
Penjual berkewajiban menyerahkan barang kepada pembeli di gudang
penjual sedangkan semua biaya ditanggung oleh pembeli (termasuk biaya

22
angkutan, biaya kerusakan ataupun biaya asuransi ditanggung oleh
pembeli)
- FOB Destination Point (Free On Board Destination Point)
Penjual berkewajiban menyerahkan barang kepada pembeli sampai di
gudang pembeli dan biaya - biaya semuanya ditanggung oleh penjual
(termasuk biaya pengangkutan, biaya kerusakan barang, atau biaya
asuransi ditanggung oleh penjual )

3. Syarat pembayaran
Syarat pembayaran adalah persyaratan penetapan waktu atau jangka
pembayaran yang menjadi kewajiban pembeli setelah menerima barang dari
penjual. Persyaratan pembayaran ini biasa digabungkan dengan ketentuan
besarnya potongan penjualan kepada pembeli.
Syarat pembayaran yaitu :
- Kontan (tunai), adalah syarat pembayaran yang dilakukan secara
langsung pada saat barang diterima oleh pembeli.
- Kredit, adalah syarat yang ditetapkan oleh penjual kepada pembeli
dimana pembeli tidak berkewajiban membayar secara lengkap / seketika
barang diterima tapi baru berkewajiban membayar dalam jangka waktu
tertentu
Persyaratan pembayaran biasanya langsung ditulis pada faktur sebagai berikut :
(1) n/30 artinya pembayaran paling lambat 30 hari sesudah tanggal
transaksi, n = netto = n/30 harga netto dengan pembayaran paling lambat 30
hari

(2) n/EOM, artinya harga netto dengan pembayaran paling lambat akhir
bulan

(3) n/10 EOM, artinya pembayaran paling lambat 10 hari sesudah akhir
bulan dengan harga netto

(3) 2/10, n/30 artinya penjual berkewajiban memberi potongan 2% kepada


pembeli bila pembayaran dilaksanakan selambat - lambatnya 10 hari setelah
tanggal transaksi dan pembali berkewajiban melunaskan hutangnya paling
lambat 30 hari.

4. Ketidakcocokan barang
Apabila barang dagangan yang diterima si pembeli tidak memenuhi syarat
mutu baik disebabkan terjadi kerusakan ataupun kadaluarsa atau menurunnya
kualitas barang tersebut maka dapat dikembalikan (di retur) atau dimintakan
pengurangan harga

D. Jenis transaksi perusahaan dagang


Jenis transaksi yang sering terjadi di dalam perusahaan dagang pada saat
pembelian dan penjualan barang adalah sebagai berikut :
1. Membeli barang dagangan dengan tunai
2. Membeli barang dagangan dengan kredit
3. Mengembalikan barang yang dibeli
4. Menerima potongan pembelian
5. Membayar beban angkut pembelian
6. Menjual barang dagangan dengan tunai
7. Menjual berang dagangan dengan kredit
8. Menerima kembali barang yang sudah dijual
9. Memberi potongan penjuala
10. Membayar beban angkut penjualan

23
Guna memperlancar usaha dalam perdagangan barang dilakukan pula transaksi
sebagai berikut :
1 Membayar beban gaji
2. Membayar beban iklan
3. Membayar beban bunga
4. Menerima pendapatan bunga

E. Pencatatan Transaksi Perusahaan Dagang


Pencatatan transaksi perusahaan dagang dapat dilaksanakan dalam dua
bentuk catatan yaitu pencatatan di dalam jurnal umum dan pencatatan di dalam
jurnal khusus.

1. Pencatatan transaksi perusahaan dagang di dalam jurnal umum :


(a) Jurnal pembelian barang dengan tunai
Contoh : 12 Mei 2020 di beli tunai dari PT Waras Farma separtai Mikelan tablet

dengan harga RP 1.200.000,- dalam jurnal umum dicatat :

Tgl Uraian Ref Debet Kredit


Mei-12 Pembelia Rp. 1.200.000 -
n
Kas - Rp. 1.200.000

(b) Jurnal pembelian barang dengan kredit


Contoh : 13 Mei 2020 dibeli dari PT Sehat Farma separtai Abdec dengan harga

Rp. 2.500.000, syarat 4/10, n/30 dalam jurnal umum dicatat :

Tgl Uraian Ref Debet Kredit


Mei-13 Pembelian Rp. 2.500.000 -
Utang - Rp. 2.500.000
dagang

Perhatian !
Pembelian barang dagangan menyebabkan persediaan harta barang
dagangan bertambah, tetapi dalam jurnla yang didebet bukan perkiraan
barang daganga, melainkan perkiraan pembelian.

(c) Jurnal pengembalian barang yang sudah dibeli


Contoh : 20 Mei 2020 dikirim kembali kepada PT Sehat Farma sebagian Abdec
yang dibeli tgl 13/5/20 yang lalu seharga Rp 50.000,- karena rusak. Dalam Jurnal
umum dicatat :
Tgl Uraian Ref Debet Kredit
Mei-14 Utang dagang Rp. 50.000 -
Retur Pembelian & - Rp. 50.000
Pengurangan
Harga

(d) Jurnal potongan pembelian


Contoh : 20 Mei 2020 dibayar kepada PT Sehat Farma, pembelian tanggal
13/5/20 yang lalu dengan syarat 4/10, n/30. Dalam jurnal umum dicatat :

Tgl Uraian Ref Debet Kredit


Mei-20 Utang dagang Rp. 2.450.00 -

24
0
K a s - Rp 2.352.000
.
Potongan Rp 98.000
Pembelian .

(b) Jurnal Pembayaran beban transport pembelian


1. Contoh : 21 Mei 2020 dibayar Rp. 30.000,- yaitu beban angkut kalthrocin

yang dibeli tgl 17/5/95 yang lalu. Dalam jurnal umum di catat :

Tgl Uraian Ref Debet Kredit


Mei-21 Beban angkut Rp. 30.000 -
pembelian
K a s - Rp. 30.000

2. Jika membayar beban transport itu dilakukan bersamaan dengan


pembelian barang, maka jurnalnya dapat dipisah ataupun disatukan
dengan pembelian.
Contoh ; 22 Mei 2020 dibeli tunai separtai Trivexan dengan harga Rp
770.000,- FOB Shipping point. Beban angkut sebesar Rp 30.000,-
dibayar. Dalam jurnal umum dicatat :

Tgl Uraian Ref Debet Kredit


Mei- Pembelian Rp. 770.000 -
22
Beban angkut Rp. 30.000 -
pembelian
K a s Rp. 800.000

Jika beban angkut dan pembelian disatukan pencatatannya, maka jurnal


umum menunjukkan :

Tgl Uraian Ref Debet Kredit


Mei-22 Pembelian Rp. 800.000 -
K a s - Rp.
800.000

(f) Jurnal penjualan barang dengan tunai


Contoh : 23 Mei 2020 dijual tunai kepada Apotek Murni separtai Viccillin-s
dengan harga Rp. 3.000.000,-

Tgl Uraian Ref Debet Kredit


Mei-23 K a s Rp. -
3.000.000
Penjualan - Rp.
3.000.000

(g) Jurnal penjualan dengan kredit


Contoh : 24 Mei 2020 dijual kepada toko obat segar, separtai Contrexin dengan
harga Rp. 480.000,- syarat 3/10, n/30. Jurnalnya :

Tgl Uraian Ref Debet Kredit


Mei-24 piutang dagang Rp. -
480.000
Penjualan - Rp.
480.000

25
(h) Jurnal penerimaan kembali barang yang sudah dijual
Contoh : 25 Mei 2020 diterima kembali dari Toko Obat Segar sebagian contrexin

yang dijual tgl 24/5/95 yang lalu seharga Rp. 30.000,- karena rusak. Jurnalnya :

Tgl Uraian Ref Debet Kredit


Mei-25 Retur penjualan & Rp. 30.000 -
Pengurangan harga
Piutang dagang - Rp. 30.000

(i) Jurnal potongan penjualan


Contoh : 30 Mei 2020 diterima pelunasan dari Toko Obat Segar mengenai
penjualan tgl 24/5/95 yang lalu, syarat 3/10, n/30. Jurnalnya :

Tgl Uraian Ref Debet Kredit


Mei-30 K a s Rp. 436.500 -
Potongan Rp. 13.500 -
penjualan
Piutang - Rp. 450.000
dagang

(j) Jurnal beban transport penjualan


Penjualan barang yang syarat penjualannya FOB destination point
menunjukkan bahwa serah terima barang dilakukan di tempat pembeli.
Berarti pula penjual menanggung beban angkut barang dari tempatnya
sampai di tempat pembeli.
Dalam hal ini penjual mencatatnya dalam perkiraan Bebab angkut
penjualan (debet) dan dalam perkiraan kas (kredit), apabila penjualannya
dilakukan tunai, atau dalam perkiraan utang dagang (kredit) apabila
penjualannya dilakukan dengan kredit. Jadi jurnalnya sebagai berikut :

Tgl Uraian Ref Debet Kredit


Beban angkut penjualan …… -
Kas - ……
( jika penjualannya - Rp.
tunai) 450.000
atau

Beban angkut penjualan ……….. -


Piutang dagang - ………
( jika penjualannya dengan
kredit )

Latihan :
1. Susunlah jurnal umum untuk transaksi - transaksi berikut ini :
Juni 2 Dibeli dari PD Basar sejumlah Polycrol forte Rp. 600.000,- syarat
4/10, n/30.
3 Dijual kepada sdr Hardini separtai Fucidin Ointment dengan harga
Rp.150.000,- syarat 2/10, n/30
6 Untuk digunakan di kantor dibeli sebuah mesin tulis baru seharga Rp
175.000
9 Dibeli dari Toko Merak dengan syarat EOM : kertas pembungkus Rp.
75.000,- dan kantong plastik Rp. 20.000
11 Dikembalikan kepada Toko Merak kertas pembungkus yang tidak

26
sesuai dengan pesanan, seharga Rp. 15.000,-
14 Dibeli tunai dari PBF Pati separtai Benadryl Syrup dengan harga Rp.
660.000
15 Dibayar kepada perusahaan angkutan cepat Rp. 25.000,- yaitu biaya
mengangkut Benadryl dari PBF Pati.
17 Dijual tunai kepada sdr. Supit Fucidin ointment yang tidak cocok
dengan pemesanan sejumlah Rp. 25.000,-
22 Dijual mesin tik kantor yang sudah tua seharga Rp. 60.000,-
24 Dilunasi faktur Toko Merak tanggal 9/6 yang lalu
26 Diterima pelunasan faktur tanggal 3/6 yang lalu dari sdr Hardini.

2. Jurnalkanlah transaksi - transaksi berikut ini untuk PBF Melati :


Augt 2 Dibeli dari PT Darja sejumlah Meclomen seharga Rp.150.000,-
dengan termyn 2/15, n/30
5 Dijual kepada Apotek Mawar sejumlah Banndoclin dengan harga Rp.
300.000,- syarat 2/10, n/30
7 Dijual perkas meclomen seharga Rp. 200.000,- franco toko pembeli
10 Dibayar sewa kantor Rp. 50.000
Augt 11 Diterima kembali karena rusak, sebagian Banndoclin yang dijual
kepada Apotek Mawar, seharga Rp. 75.000
12 Dibeli kontan dari PT Darja, Kanamycin seharga Rp. 230.000,-
15 Diterima dari Apotek Mawar, pembayaran faktur penjualan tanggal
5/8 yang lalu
18 Dibayar biaya angkut barang yang dijual tanggal 7/8 yang lalu
20 Dijual dengan 3/15, n/30 kepada RS Sari di Bandung macam -
macam obat dengan jumlah faktur Rp. 2.130.000
23 Dibeli dari PT Fari dengan 3/15, n/30 : alat tulis kantor Rp. 78.000,-
lemari etalase Rp. 240.000,- dan Erythrocin Rp. 350.000,- Biaya
angkut Rp.10.000,- dibayar.
24 Dibayar untuk iklan diharian Warta Pagi Rp. 600.000,-
26 Diterima dari RS Sari pembayaran faktur kami tanggal 20/8 yang lalu
28 Dibayar gaji karyawan bulan ini Rp. 250.000,-
30 Dibeli perangko dan materai Rp. 15.000,- dan sejumlah Kentricid Rp.
285.000,-

3. Catatlah dalam jurnal umum, transaksi selama bulan Januari 2020 untuk PD
Mekar.
Jan 1 Diterima dari RD Jaya, cek BRI Rp. 785.000,- sebagai pembayar
faktur kami bulan lalu sebesar Rp. 800.000,-
3 Dibeli dari Fa. Budi, Mylanta forte seharga Rp. 1.870.000,- dengan
syarat 3/10,n/30
5 Dibeli lemari toko Rp. 1.400.000,- franco gudang penjual, dibayar
dengan cek BCA
6 Dibayar biaya transport barang yang dibeli tanggal 5/1 yang lalu
sebesar Rp. 20.000,-
8 Dijual Mylanta forte kepada Apotek Aneka Rp. 1.630.000,- syarat
2/10, n/30
9 Diterima kembali dari Apotek Aneka sebagian Mylanta forte seharga
Rp. 27.000,-
10 Dibayar kepada Fa. Budi dengan cek BCA sebagai pelunas faktur
pembelian tanggal 3/1 yang lalu
13 Dibayar untuk pemasangan iklan Rp. 70.000,- dan pembelian materai
Rp. 15.000,-
14 Dibeli dari PD Parti separtai peralatan kesehatan seharga Rp.
1.860.000,- EOM, uang muka Rp. 50.000,- dibayar.
16 Dikirimkan nota debet Rp. 20.000,- kepad PD Parti untuk
pengembalian sebagian peralatan kesehatan yang rusak.

27
19 Diterima dari Apotek Aneka cek BNI, pelunas faktur kami tgl 8/1 yang
lalu.
22 Dijual kepada Dr. Suti seperangkat alat kesehatan seharga Rp.
275.000,- dan sejumlah obat - obatan seharga Rp. 880.000,- n/10,
EOM uang muka Rp. 25.000,- diterima.
27 Dibayar sewa ruangan Toko bulan ini Rp. 250.000,-
29 Dibayar kepada PD Patri fakturnya tgl 14/1 yang lalu
30 Diterima dari Dr. Suti pelunas faktur kami tgl 22/1 cek BNI Rp.
1.000.000,- dan sisanya berupa uang kontan.
31 Dibayar gaji pegawai tata usaha Rp. 150.000,- dan gaji pegawai
bagian penjualan Rp. 250.000

4. Bukukanlah dalam jurnal umum transaksi yang dilakukan PD Mega selama


bulan Maret 2020 berikut ini :
Maret 1 Membeli barang dagangan dengan tunai Rp. 4.350.000,-
2 Menjual barang dagangan kepada Toko Kijang Rp. 2.560.000,-
faktur no 72, syarat 2/10, n/30.
3 Membayar tagihan biaya angkut pembelian barang tgl 1/3 yang lalu
sebesar Rp. 60.000
4 Membeli barang dagangan dari CV Sugih & co Rp. 7.300.000,-
untuk ini di tanda tangani wesel/giro bilyet per 25/3 yang akan
datang.
5 Menjual kontan barang dagangan Rp. 6.200.000,-
6 Disetujui pengurangan harga Rp. 150.000,- dengan mengirimkan
nota kredit no. NK 21 kepada Toko Kijang
9 Membeli minitruk colt untuk keperluan operasi perusahaan Rp.
17.500.000,- uang muka dibayar Rp. 4.000.000
10 Menerima cek dari Toko Kijang pelunas faktur tgl 2/3 yang lalu
11 Menjual barang dagangan kepada Toko Kancil Rp. 6.450.000,-
faktur no 73, syarat 2/10, n/30
12 Membayar wesel / giro bilyet atas CV Sugih tgl 4/3 yang lalu
14 Membeli dengan kredit dari Toko Rusa barang dagangan seharga
Rp. 8.200.000,- 2/15, n/60
15 Dikirim nota debet no. ND 22 Rp. 240.000,- kepada Toko Rusa
untuk barang dikembalikan karena cacat.
17 Menjual barang dagangan seharga Rp. 5.700.000,- kepada koperasi
Suka-suka, faktur no. 74, 2/15, n/60
19 Menjual barang dagang Rp. 8.575.000,- kepada langganan.
20 Membeli barang dagang Rp. 8.800.000,- dari CV. Sugih & co 2/10,
n/30

21 Kepada CV Sugih & co dikirimkan nota debet no.ND 23 untuk


barang yang rusak sejumlah Rp. 120.000
23 Menjual barang dagang Rp. 2.400.000,- kepada Sdr. Arifin, 3/10,
n/30, faktur no. 75
25 Membayar kepada Toko Rusa, faktur tgl 14/3 yang lalu.
26 Menerima cek dari Toko Kancil pelunas faktur tgl 11/3 yang lalu.
27 Menerima pelunasan faktur tgl 23/3 yang lalu dari Sdr. Arifin.
28 Membayar faktur tgl 20/2 yang lalu.CV.Sugih & co
29 Membeli perlengkapan keperluan toko Rp. 300.000,-
30 Membayar :
Gaji dan upah karyawan ................. Rp. 760.000,-
Rekening listrik bln ini ………… Rp. 56.000,-
Rekening telepon bulan lalu ……… Rp. 142.000,-
Iuran keamanan …………………… Rp. 20.000,-
Jumlah .......................................... Rp. 960.000,-

28
2. Jurnal Khusus Perusahaan Dagang

(a) Pengertian jurnal khusus


Jurnal khusus adalah buku harian jurnal yang mempunyai format terdiri
dari banyak kolom yang sengaja dibuat sesuai dengan kebutuhan untuk
mencatat transaksi yang sama dan terjadi secara berulang - ulang serta
posting ke buku besar hanya dilakukan setiap akhir periode tertentu
cocok digunakan oleh perusahaan besar.

(b) Perbedaan jurnal khusus dengan jurnal umum

Jurnal khusus Jurnal Umum

1 Format jurnal : 1 Format jurnal :


Disesuaikan dengan kolom - kolom Terdiri atas tanggal perkiraan /
yang diperlukan dalam mencatat keterangan, Ref dan jumlah yang
transaksi sejenis terdiri dari Debet dan Kredit

2 Pencatatan : 2 Pencatatan :
Transaksi dicatat sesuai dengan Semua transaksi dicatat hanya pada
jenisnya dalam beberapa jurnal yang satu jurnal
sesuai

3 Posting ke perkiraan buku besar : 3 Posting ke perkiraan buku besar :


Jurnal ke perkiraan buku besar Posting jurnal ke perkiraan buku besar
dilakukan secara berkala, misalnya dilakukan setiap hari, setiap terjadi
setiap akhir bulan tetapi tidak menutup transaksi.
kemungkinan setiap dua minggu atau
bahkan perminggu

4 Penggunaan jurnal khusus : 4 Penggunaan jurnal umum :


Di gunakan pada perusahaan yang Cocok digunakan untuk perusaha-an
besar dimana transaksi sejenis sering dagang yang masih kecil.
terjadi sehingga memerlu-kan
pencatatan khusus.

(c) Manfaat jurnal khusus


- Memungkinkan pembagian pekerjaan (spesialisasi)
- Memudahkan posting ke perkiraan buku besar
- Memungkinkan pengendalian intern yang lebih besar.
- Menghemat biaya

(d) Macam dan fungsi jurnal khusus


No Macam - macam jurnal khusus Fungsi jurnal khusus
1 Jurnal Pembelian Untuk mencatat pembelian , barang
dagangan atau barang lainnya secara kredit

2 Jurnal Pengeluaran Kas Untuk mencatat pembayaran kas dengan


tujuan apapun seperti pembelian barang
dagangan secara kontan, pembayaran utang
dagang, pembayaran beban secara kontan
dan pembayaran prive.

3 Jurnal Penjualan Untuk mencatat segala penjualan barang


dagangan secara kredit

29
4 Jurnal Pengeluaran Kas Untuk mencatat semua penerimaan kas dari
sumber manapun seperti penjualan barang
dagangan kontan, penerimaan bunga,
pendapatan sewa dan Penerimaan tagihan
piutang

(e) Jurnal Pembelian


1. Bentuk jurnal pembelian
Uraian/ Debet Kredit
Perkiraan
Pembelian Perlengkapa Serba serbi Utang
n dagang
Ref Jumlah Perkiraan

2. Contoh : PD Dina selama bulan Februari 2020 melakukan transaksi


berikut :
Febr 9 Dibeli dari Fa.Yana barang dagangan Rp.
350.000,- 3/10, n/30
18 Dibeli dengan syarat 2/10, n/30 dari Toko Delima
barang dagangan Rp. 180.000,- dan dari CV
Harin perlengkapan seharga Rp. 220.000,-
27 Dibeli dari PT Mitra dengan syarat 4/10, n/30 :
perlengkapan toko Rp. 230.000,- dan peralatan
Rp. 370.000,-

3. Hasil pencatatan jurnal pembelian :


Debet Kredit
Tgl Uraian Pembe- Perleng- Serba serbi Utang
lian kapan Ref Jumlah Perkir. dagang
Feb-09 Fa.Yana 350.000 - - - 350.000
18 Toko 180.000 - - - 180.000
Delima
CV Harun - 220.000 - - 220.000
27 PT Mitra - 230.000 370.000 Peraltn 600.000

530.000 450.000 370.000 - 1.350.000

(f) Jurnal pengeluaran kas


1. Bentuk jurnal pengeluaran kas
Tgl Uraian Debet Kredit
Utang dagang Pembelian Serba serbi Kas Potongan
pembelian
Ref Jml Perkir

2. Contoh : PD Dina selama bulan februari 2020 melakukan transaksi


berikut ini :
Feb 3 Dibeli kontan : Peralatan toko Rp. 225.000,- dan
barang dagangan Rp. 725.000,-
5 Dibayar dimuka premi asuransi Rp. 400.000,-
setahun
8 Dibeli dari toko Senang barang dagangan Rp.
920.00,-
12 Dibayar kepada Fa.Yana fakturnya per 9/2 yang
lalu potongan tunai 3 % Rp. 350.000

30
15 Dibayar gaji tengah bulanan Rp. 150.000,- dan
utang kepada Sdr. Bisri Rp. 300.000,-

3. Hasil pencatatan jurnal pengeluaran kas :


Jurnal Pengeluaran Kas

Debet Kredit
Tgl Uraian Utang Pembe- Serba serbi Kas Pot.Pem
b
Dagang lian Re Jml Perkir
f
Feb-03 - - 725.000, 225.000, Peralatan 950.000, -
- - -
5 Premi - - 400.000, Assur. 400.000, -
Assur. - dibyr -
dimuka
8 Pemb. - 920.000, - - 920.000, -
tunai - -
12 Fa.Yana 350.000, - - - 339.500, 10.500,-
- -
15 Bisri 300.000, - 150.000, Beban 450.000, -
- - Gaji -

650.000, 1.645.00 775.000, - 3.059.50 10.500,-


- 0 - 0

(g) Jurnal Penjualan


1. Bentuk jurnal penjualan
Jurnal Penjualan
Tgl Uraian Ref Syarat Didebet : Piutang dagang
Dikredit: Penjualan

Contoh :
PD Dina selama bulan Februari 2020 melakukan transaksi berikut :
Feb 5 Dijual barang dagangan dengan syarat 2/10, n/20
kepada Toko Mulia Rp. 125.000,- dan Sdr Nuning
Rp. 240.000,-
11 Dijual kepada PT Arum barang dagang Rp.
860.000,- 3/15, n/30
15 Dijual kepada CV Diana barang dagangan seharga
Rp. 900.000,- syarat 2/10,n/30. Uang muka Rp.
50.000,- kami terima

18 Dijual barang dagangan kepada Toko Murah


Rp. 630.000,- syarat 3/10,n/30 dan kepada
Sdr.Arin dengan tunai Rp. 180.000,-
23 Dijual barang dagangan dengan 3/15,n/30 kepada
PD Serimpi Rp. 90.000,- dan kepada PT Putri
Rp.320.000,-

Tgl Uraian Ref Syarat Debet : Kredit : Pembelian


Piutang
Feb- Toko Mulia 2/10,n/3 125.000,- 125.000,-
05 0

31
Nuning 2/10,n/3 240.000,- 240.000,-
0
11 PT Arum 3/15,n/3 860.000,- 860.000,-
0
15 CV Diana 2/10,n/3 850.000,- 850.000,-
0
18 Toko Murah 3/10,n/3 630.000,- 630.000,-
0
23 PD Serimpi 3/15,n/3 90.000,- 90.000,-
0
PT Putri 3/15,n/3 320.000,- 320.000,-
0

3.115.000,- 3.115.000,-

(h) Jurnal penerimaan kas


1. Bentuk jurnal penerimaan kas :

Tgl Uraian/ Re D E B E T K R E D I T
Perkiraa f
n
Ka Potng Piutg Penjl Jum Re Perkiraa
s Penjln Dgan n l f n
g

2. Contoh soal :
Feb 2 Diterima dari PD Satya pelunasan tagihan kami
Rp.440.000,-
10 Diterima dari Sdr. Nuning pelunas faktur tgl 5/2
yang lalu sebesar Rp. 240.000,- 2/10,n/30.
12 Dijual tunai barang dagangan seharga Rp.
270.000,-

19 Diterima cek BNI dari PT Arum pelunas faktur tgl


11/2 yang lalu Rp. 860.000,- 3/15,n/30
20 Dijual tunai peralatan bekas seharga Rp. 40.000,-
27 Diterima dari CV.Diana cicilan I dari penjualan tgl
11/2 sebesar Rp. 150.000,-
28 Diterima dari Sdr.Kusna sewa ruangan bulan ini
Rp. 100.000,-

3. Hasil pencatatan jurnal penerimaan kas


Jurnal Penerimaan Kas

DEBET KREDIT
Tgl Uraian / Kas Potgn Piutg
Perkiraan Penjln Dagng Penjln Serba - serbi
Ref Juml Perkiraa
n
Feb-02 PD Satya 440.000 - 440.000 - - -

10 Nuning 235.200 4.800 240.000 - - -

12 Tunai 270.000 - - 270.000 - -


penjualan
19 PT Arum 834.200 25.800 860.000 - - -

20 Peralatan 40.000 - - - 40.000 Peralata


bekas n
27 CV Diana 150.000 - 150.000 - - -

28 Sewa 100.000 - - - 100.000 Pendapa


ruangan t-an
2.069.400 30.600 1.690.00 270.000 140.000
0

32
(i) Pencatatan jurnal umum
Seperti telah dijelaskan diatas, meskipun sudah ada buku - buku jurnal
khusus, namun buku jurnal umum masih tetap dipergunakan. Maksudnya
untuk membukukan transaksi - transaksi yang tidak dapat dibukukan dalam
buku jurnal khusus. Buku jurnal umum biasanya ditutup pada akhir periode
akuntansi. Sedangkan postingnya dilakukan tidak berkala bersama posting
buku - buku jurnal khusus.

Contoh :
Feb 6 Dijual kepada Sdr Bakir perlengkapan yang sudah
tidak dipakai seharga Rp. 25.000,- n/5, EOM
19 Dikembalikan kepada Toko Delima barang
dagangan yang dibeli tgl 18/2 yang lalu seharga
Rp. 10.000,- karena rusak.
20 Dibeli sebuah truk seharga Rp. 20.000.000,- untuk
membayarnnya diambil pinjaman dari BNI atas
jaminan truk itu.

Tgl Uraian Ref Debet Kredit


Feb-06 Piutang dagang 25.000,- -
Perlengkapan - 25.000,-
19 Utang dagang 10.000 -
Retur pembelian & - 10.000,-
PH
20 Kendaraan 20.000.000 -
,-
Utang bank - 20.000.000,
-

Latihan Jurnal Khusus


1. Catatlah transaksi berikut ini dalam : Jurnal Pembelian, Jurnal
Pengeluaran Kas dan Jurnal umum.

Augt 2 Dibeli dari PT Dupa barang dagangan Rp.


2.500.000,- faktur no.21, syarat 4/10,n/30.
4 Diterima dari PT Agung penagihan faktur
angkutan barang yang kami beli dari PT Dupa
sebesar Rp. 75.000,-
5 Dikirimkan kepada PT Dupa nota debet untuk
barang dagangan yang kami kembalikan karena
cacat seharga Rp. 100.000,-
10 Dibayar kepada PT Dupa dengan cek BBD
pelunas faktur no. 21
14 Dibeli dari Toko Eka perlengkapan kantor
Rp. 175.000,- syarat 4/10,n/30
15 Dibeli dari PT Dankos barang dagangan
Rp. 3.300.000,- dibayar dengan cek BBD.
17 Dibeli dari Fa.Sri & co barang dagangan
Rp. 4.200.000,- faktur no. 22, 4/10,n/30
18 Dibayar kepada PT Agung faktur angkutan barang
yang dibeli Rp. 120.000,- dari Fa. Sri
20 Dibayar : sewa toko bulan ini Rp. 400.000,- biaya

33
iklan Rp. 130.000,- dan biaya lainnya Rp. 45.000,-
22 Dibeli dari PT Dumex barang dagangan
Rp. 2.700.000,- syarat 4/10,n/30.
26 Dibayar kepada Toko Eka dengan cek BBD faktur
tgl 14/8 yang lalu.
27 Dibayar kepada PT Agung Rp. 180.000,- yaitu
biaya angkut barang yang dibeli dari PT Dumex
22/8 yang lalu.
29 Dikembalikan kepada PT Dumex sebagian barang
yang dibeli tgl 22/8 yang lalu. Seharga Rp.
200.000,- karena rusak.
30 Dilunasi pembelian tgl 22/8 yang lalu kepada
PT Dumex.
31 Dibayar gaji pegawai bulan agustus Rp.
1.250.000,-

2. Transaksi berikut ini dicatat dari PD Suka di Bandung selama bulan Juli
2020. Anda diminta membukukannya ke dalam Jurnal Penjualan, Jurnal
Penerimaan Kas dan Jurnal Umum.
Juli 1 Juli Setoran modal sebesar Rp. 6.000.000,- dari
Sdr. Suka.
3 Dijual kepada PT Arco barang dagangan
Rp. 12.600.000,- syarat 3/10,n/30
6 Diterima dari BDN pinjaman sebesar Rp.
4.000.000,-
10 Dijual tunai kepada Apotek Utari : barang
dagangan seharga Rp. 7.780.000,-
12 Dijual barang dagangan kepada PT Kenrose,
syarat 2/15, EOM seharga Rp. 11.300.000,-
13 Diterima dari PT Arco pelunasan faktur tgl 3/7
yang lalu.
18 Dijual kepada Sdr. Karno dengan syarat 2/15,n/30
: Barang dagangan Rp. 8.800.000,- dan peralatan
bekas Rp. 60.000,-
20 Diterima kembali dari Sdr. Karno sebagian barang
dagangan yang rusak diperjalanan Rp. 70.000,-
24 Dijual kepada PD Harsen barang dagangan
Rp. 14.200.000,- : 3/10,n/30
30 Diterima pelunasan faktur tgl 18/7 yang lalu dari
Sdr. Karno.
31 Diterima cek BDN dari PT Kenrose pelunasan
faktur tgl 12/7.

3. Catatlah transaksi berikut dalam Jurnal Pembelian, Jurnal Penjualan, Jurnal


Kas Keluar, Jurnal Kas Masuk dan Jurnal Umum untuk bulan Mei 2020.
Mei 1 Dibeli barang dagangan dari Fa.Faritex Rp.
3.240.000,- syarat 3/10,n/30.
3 Diterima dari Medco pelunasan tagihan kami
Rp. 4.160.000,-
4 Dibayar kepada PT Sanbe Farma utang kami 4/4
yang lalu sebesar Rp. 1.840.000,-
5 Dibeli dari PT Soho barang dagangan Rp.
4.450.000,- 3/10, EOM
7 Dijual kepada Toko Obat Mina barang dagangan
Rp. 2.360.000,- syarat 2/15,n/30
8 Diterima dari Apotek Utama pelunasan tagihan
Rp. 3.300.000,-

34
10 Dibeli dari PD Mulya : barang dagangan
Rp. 2.800.000,- dan perlengkapan Rp. 120.000,-
syarat 3/10,n/30
11 Dikirimkan nota kredit kapada Toko Obat Mina
untuk barang yang kami terima kembali seharga
Rp. 60.000,-
12 Diterima nota debet dari PD Mulya untuk barang
dagangan yang kami kirimkan kembali seharga
Rp. 100.000,-
13 Dibayar kepada PT Soho pelunasan fakturnya
tgl 5/5 yang lalu.
14 Dijual tunai kepada Toko Triputri peralatan yang
tidak dipakai Rp. 650.000,-
16 Dibeli tunai dari CV Widya barang dagangan
Rp. 4.150.000,-
17 Dijual kepada Combiphar barang dagangan
Rp. 2.700.000,- dengan syarat 2/10,n/30
18 Dibeli dari Fa.Permana barang dagangan
Rp. 1.400.000,- dengan syarat 3/10,n/30.
20 Diterima pembayaran faktur tgl 7/5 dari Toko Obat
Mina.
22 Dilunasi faktur PD Mulya tgl 10/5 yang lalu.
24 Dijual kepada Toko Kramat barang dagangan
Rp. 2.700.000,- dengan syarat 2/15,n/30
27 Diterima pembayaran faktur tgl 17/5 yang lalu dari
Combiphar.
28 Dibeli tunai dari Toko Darto : perlengkapan kantor
harga Rp. 45.000,- dan perlengkapan toko Rp.
55.000,-
30 Dijual barang dagangan kepada Sdr.Yana
Rp. 4.200.000,- dengan syarat 2/10,n/30.
31 Dibayar :
Gaji pegawai …………………… Rp. 650.000,-
Sewa kantor …………………….. Rp. 500.000,-
rekening listrik bln Mei 2020 …… Rp. 150.000,-
Premi ass bln Juni s/d Des 95 …… Rp.
300.000,-
Jumlah Rp.
1.600.000,-

35

Anda mungkin juga menyukai