1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi Umum
Mata Pelajaran Pelayanan Farmasi merupakan mata pelajaran
kejuruan yang harus dikuasai oleh seorang asisten tenaga kefarmasian (ATK)
dalam menjalankan praktek kefarmasian. Dalam mata pelajaran pelayanan
farmasi ini memuat kompetensi yang berkaitan dengan cara melakukan
pelayanan di sarana kefarmasian
Mata pelajaran ini sangat perlu dipelajari oleh peserta didik pada paket
keahlian farmasi klinis dan komunitas. Setelah mempelajari kompetensi ini
diharapkan peserta didik mampu menerapkan dan mempraktekkan dengan
baik dalam kegiatan praktikum.
B. Prasyarat
Kemampuan awal yang dipersyaratkan untuk mempelajari modul ini
adalah peserta didik harus memahami dasar-dasar kefarmasian yang
dipelajari di semester sebelumnya
C. Petunjuk Penggunaan Modul
1. Bacalah dengan cermat modul ini dan pahami dengan baik
2. Diskusikan dengan peserta didik yang lain mengenai apa yang telah anda
cermati untuk mendapatkan pemahaman yang baik tentang tujuan belajar
dan kompetensi yang dicapai dalam modul ini. Bila masih ragu tanyakan
pada guru anda sampai materi dapat dipahami.
3. Kerjakan tugas-tugas baik secara individu maupun kelompok dengan jujur
dan teliti serta bertanggung jawab yang diberikan pada proses
pembelajaran secara daring
4. Peserta didik tidak dibenarkan melanjutkan ke materi kegiatan belajar
berikutnya sebelum menguasai secara tuntas suatu materi kegiatan belajar.
D. Tujuan Akhir Pembelajaran
Setelah menyelesaikan pembelajaran ini diharapkan peserta didik dapat :
1. Memahami sediaan obat bentuk emulsi
2. Memahami sediaan obat bentuk pil
3. Memahami sediaan obat bentuk supositoria
4. Memahami siklus akuntansi perusahaan dagang
2
KEGIATAN BELAJAR I
BENTUK SEDIAAN OBAT EMULSI
A. Pengertian Emulsi
Menurut FI Edisi IV, emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu
cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Stabilitas
emulsi dapat dipertahankan dengan penambahan zat yang ketiga yang disebut
dengan emulgator (emulsifying agent)
Emulsi berasal dari kata emulgeo yang artinya menyerupai milk, warna
emulsi adalah putih. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang
mengandung lemak, protein dan air. Emulsi semacam ini disebut emulsi vera atau
emulsi alam, sebagai emulgator dipakai protein yang terdapat dalam biji tersebut.
Pada pertengahan abad ke XVIII, ahli farmasi Perancis memperkenalkan
pembuatan emulsi dari oleum olivarum, oleum anisi dan eugenol oil dengan
menggunakan penambahan gom arab, tragacanth, kuning telur. Emulsi yang
terbentuk karena penambahan emulgator dari luar disebut emulsi spuria atau
emulsi buatan.
B. Komponen Emulsi
Komponen dari emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :
1. Komponen dasar
Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi.
Terdiri atas :
Fase dispers / fase internal / fase diskontinue
Yaitu zat cair yang terbagi- bagi menjadi butiran kecil ke dalam zat cair lain.
Fase kontinue / fase external / fase luar
Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar
(pendukung) dari emulsi tersebut.
Emulgator.
Adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
2. Komponen tambahan
Bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh
hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen saporis, odoris, colouris, preservative
(pengawet), anti oksidan.
Preservative yang digunakan antara lain metil dan propil paraben, asam
benzoat, asam sorbat, fenol, kresol dan klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil
merkuri asetas dan lain – lain.
Antioksidan yang digunakan antara lain asam askorbat, L.tocopherol, asam
sitrat, propil gallat , asam gallat.
C. Tipe Emulsi
Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun
external, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :
1. Emulsi tipe O/W ( oil in water) atau M/A ( minyak dalam air).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air.
Minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase external.
2. Emulsi tipe W/O ( water in oil ) atau A/M ( air dalam minyak)
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam minyak. Air
sebagai fase internal dan minyak sebagai fase external.
4
7 – 9 Bahan pembasah ( wetting agent)
8 – 18 Emulgator tipe o/w
13 - 15 Detergent
10 – 18 Kelarutan (solubilizing agent)
Contoh :
Pada pembuatan 100 ml emulsi tipe o/w diperlukan emulgator dengan harga HLB
12. Sebagai emulgator dipakai campuran Span 20 (HLB 8,6) dan tween 20 (HLB
16,7) sebanyak 5 gram. Berapa gram masing-masing berat Span 20 dan Tween
20 ?
Jawab :
Rumus I
( x HLBb)
A%b = x 100 %
HLBa HLBb
B % a = ( 100% - A%)
Keterangan :
x = Harga HLB yang diminta ( HLB Butuh)
A = Harga HLB tinggi
B = Harga HLB rendah
(12 8,6)
% Tween = X 100% = 42%
(16,7 8,6
42
X 5 gram = 2,1 gram
100
% Span = 100 % - 42 % = 58 %
58
X 5 gram = 2,9 gram
100
Rumus II.
B = Berat emulgator
5
8,1X = 60 – 43
17
X = = 2,1 gram ( tween)
8,1
Berat span = 5 – 2,1 = 2,9 gram
Cara I
70
Tween 80 = x 15 = 10,5
100
30
Span 80 = x 4,5 = 01,35
100
HLB Campuran 11,85
Emulgator alam
Yaitu emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit. Dapat
digolongkan menjadi tiga golongan yaitu :
7
terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapan
cukup kecil sedangkan masa mudah dituang (tiksotropi)
Bila tidak dikatakan lain maka emulsi dengan gom arab menggunakan gom
arab sebanyak ½ dari jumlah minyaknya.
Untuk membuat corpus emulsi diperlukan air 1,5 X berat gom, diaduk keras
dan cepat sampai putih , lalu diencerkan dengan air sisanya. Selain itu
dapat disebutkan :
Minyak lemak : PGA ½ kali berat minyak, kecuali oleum ricini karena
memiliki gugus OH yang bersifat hidrofil sehingga untuk membuat emulsi
cukup dibutuhkan 1/3 nya saja. Contoh : Oeum amygdalarum
Minyak Lemak + minyak atsiri + zat padat larut dalam minyak lemak
Kedua minyak dicampur dulu, zat padat dilarutkan dalam minyaknya,
tambahkan gom ( ½ x myk lemak + aa x myk atsiri + aa x zat padat )
Balsam-balsam
Gom sama banyak dengan balsam.
b. Tragacanth
Dispersi tragacanth dalam air sangat kental sehingga untuk memperoleh
emulsi dengan viskositas yang baik hanya diperlukan trgacanth sebanyak
1/10 kali gom arab. Emulgator ini hanya bekerja optimum pada pH 4,5 – 6.
c. Agar-agar
Emulgator ini kurang efektif apabila dipakai sendirian. Pada umumnya zat
ini ditambahkan untuk menambah viskositas dari emulsi dengan gom arab.
Sebelum dipakai agar-agar tersebut dilarutkan dengan air mendidih
Kemudian didinginkan pelan-pelan sampai suhu tidak kurang dari 45oC (bila
suhunya kurang dari 45oC larutan agar-agar akan berbentuk gel). Biasanya
digunakan 1-2 %
d. Chondrus
Sangat baik dipakai untuk emulsi minyak ikan karena dapat menutup rasa
8
dari minyak tersebut. Cara mempersiapkan dilakukan seperti pada agar.
e. Emulgator lain
Pektin, metil selulosa, karboksimetil selulosa 1-2 %.
a. Kuning telur
Kuning telur mengandung lecitin (golongan protein / asam amino) dan
kolesterol yang kesemuanya dapat berfungsi sebagai emulgator. Lecitin
merupakan emulgator tipe o/w. Tetapi kemampuan lecitin lebih besar dari
kolesterol sehingga secara total kuning telur merupakan emulgator tipe o/w.
Zat ini mampu mengemulsikan minyak lemak empat kali beratnya dan
minyak menguap dua kali beratnya.
b. Adeps Lanae
Zat ini banyak mengandung kholesterol , merupakan emulgator tipe w/o
dan banyak dipergunakan untuk pemakaian luar. Penambahan emulgator
ini akan menambah kemampuan minyak untuk menyerap air. Dalam
keadaan kering dapat menyerap air 2 X beratnya.
b. Bentonit
Tanah liat yang terdiri dari senyawa aluminium silikat yang dapat
mengabsorbsikan sejumlah besar air sehingga membentuk massa sepert
gel. Untuk tujuan sebagai emulgator dipakai sebanyak 5 %.
Emulgator buatan
1. Sabun.
Sangat banyak dipakai untuk tujuan luar, sangat peka terhadap elektrolit.
Dapat dipergunakan sebagai emulgator tipe o/w maupun w/o, tergantung dari
valensinya. Bila sabun tersebut bervalensi 1, misalnya sabun kalium,
merupakan emulgator tipe o/w, sedangkan sabun dengan valensi 2 , missal
sabun kalsium, merupakan emulgator tipe w/o.
2. Tween 20 : 40 : 60 : 80
3. Span 20 : 40 : 80
9
Emulgator dapat dikelompokkan menjadi :
Anionik : sabun alkali, natrium lauryl sulfat
Kationik : senyawa ammmonium kuartener
Non Ionik : tween dan span.
Amfoter : protein, lesitin.
I. KESTABILAN EMULSI.
Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah ini :
1. Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, dimana yang satu
mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming
bersifat reversible artinya bila digojok perlahan-lahan akan terdispersi
kembali.
2. Koalesen dan cracking (breaking) adalah pecahnya emulsi karena film yang
meliputi partikel rusak dan butir minyak akan koalesen(menyatu).Sifatnya
irreversible ( tidak bisa diperbaiki). Hal ini dapat terjadi karena :
Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol, perubahan pH, penambahan
CaO/CaCl2 exicatus.
Peristiwa fisika, seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan,
pengadukan.
11
KEGIATAN BELAJAR II
PILULAE
A. Pengertian
Pilulae (menurut F.I.III) ialah suatu sediaan berupa massa bulat mengandung
satu atau lebih bahan obat.
Boli (menurut F.I. III) ialah pil yang beratnya diatas 300 mg, pembuatan sam
dengan pil
Granula (menurut F.I III) ialah pil kecil yang beratnya tidak lebih dari 30 mg,
mengandung 1 mg bahan obat.
Lozenges / tablet hisap menurut (F.I. IV) ialah sediaan padat mengandung
satu atau lebih bahan obat , umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis,
yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan dalam mulut.
Mengandung bahan obat, juga bahan dasar gelatin, sukrosa, sorbitol atau gula.
Umumnya ditujukan untuk pengobatan iritasi lokal atau infeksi mulut atau
tenggorokan, tetapi dapat juga mengandung bahan aktif yang ditujukan untuk
absorbsi sistemik setelah ditelan.
Lozenges terdiri dari dua macam yaitu troches dan pastiles.
Trochisi ( troches) adalah tablet hisap yang dibuat dengan cara kempa tablet,
sedangkan pastiles adalah tablet hisap yang dibuat dengan cara tuang.
C. Pembuatan Sediaan
Cara pembuatan pil pada prinsipnya , mencampur bahan-bahan obat padat
sampai homogen , kemudian ditambah zat-zat tambahan, setelah homogen
ditetesi bahan pembasah. Kemudian dengan cara menekan sampai diperoleh
masa pil yang elas- is lalu dibuat bentuk batang dan dipotong dengan alat
pemotong pil sesuai deng-an jumlah pil yang diminta. Bahan pelicin ditambahkan
setelah terbentuk masa pil agar supaya masa pil yang telah jadi tidak melekat
pada alat pembulat pil.
Beberapa keterangan pada pembuatan pil :
1. Bobot pil ideal antara 100 –150 mg, rata-rata 120 mg.
12
Oleh karena sesuatu hal syarat ini seringkali tidak dapat dipenuhi.
2. Sebagai zat pengisi , jika mungkin dipilih radix liq kecuali ada reaksi Kadang
digunakan bolus alba. Jumlah yang dipakai umumnya 2 x Jumlah zat
pengikatnya. (biasanya succus liq.). Dikenal juga istilah PPP ( Pulvis Pro
Pilulae ) yaitu campuran succus liq dan radix liq. Sama banyak.
3. Sebagai zat pengikat, jika mungkin gunakan succus liq. 2 gram / 60 pil.
Kecuali ada reaksi kadang digunakan adeps lanae atau vaselin.
4. Pada pembuatan masa pil kedalam campuran obat, radix dan succus harus
ditambahkan cairan (zat pembasah) supaya pada pengepalan diperoleh ma-
sa yang homogen yang cukup baik untuk dikerjakan selanjutnya. Paling baik
gunakan aq. glicerinata yaitu campuran air dan gliserin sama banyak.
5. Setelah pembuatan masa pil kemudian masa pil digulung dan dipotong
menurut jumlah yang diminta dan akhirnya pil-pil dibulatkan . Untuk
mencegah melekatnya pil pada alat pembulat pil taburkan talkum / likopodium
dengan rata. Setelah selesai jangan lupa hitung lagi pil-pil tersebut.
1. Pil dengan senyawa mengoxid (KMnO4, KNO3, FeCl3, AgNO3) atau garam-
garam Pb, pengisi menggunakan 100mg bolus alba, pengikat adeps/vaselin
secukupnya . Selain itu menggunakan pillen plank ebonit)
2. Pil dengan extractum gentian ( bereaksi asam) bila diberikan bersama-sama
dengan zat lain yang dengan asam-asam melepaskan gas misal : ferrum
reductum, ferrum pulveratum, natrii carbonas, natrii bicarbonas, maka untuk
menetralkan asamnya perlu ditambah MgO sebanyak 100 mg untuk
setiap 3 gram extract gentian.
3. Pil dengan garam-garam ferro harus dibalut dengan tolubalsem untuk
mencegah oksidasi oleh udara.
4. Pil dengan liquor fowleri tidak boleh diganti dengan As2O3 yang telah
diperhitungkan.
5. Pil dengan sari-sari cair.
Dalam jumlah kecil , tetap digunakan succus dan radix sari cair digunakan
sebagai pengganti aqua gliserinata. Dalam jumlah besar, diuapkan kemudian
tambahkan radix secukupnya atau diganti dengan sisa keringnya.
D. Persyaratan Pillulae
1. Memenuhi syarat waktu hancur yang tertera pada compresi (FI Edisi III )
2. Memenuhi keseragaman bobot pil ( FI edisi III )
3. Pada penyimpanan bentuknya harus tetap , tetapi tidak begitu keras sehingga
dapat hancur dalam saluran pencernaan .
Keseragaman bobot.
Timbang 20 pil satu per satu, hitung bobot rata-rata, penyimpangan terbesar
yang diperbolehkan terhadap bobot rata-rata adalah sebagai berikut :
14
KEGIATAN BELAJAR III
SUPPOSITORIA
A. Pengertian
Supositoria menurut FI edisi IV adalah sediaan padat dalam berbagai bobot
dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau urethra. Umumnya meleleh,
melunak atau melarut dalam suhu tubuh. Supositoria dapat bertindak sebagai
pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat lokal
atau sistemik.
B. Macam-Macam Suppositoria
Macam-macam Suppositoria berdasarkan tempat penggunaannya :
1. Rektal Suppositoria sering disebut Suppositoria saja, bentuk peluru digunakan
lewat rektal atau anus, beratnya menurut FI.ed.IV kurang lebih 2 g.
Suppositoria rektal berbentuk torpedo mempunyai keuntungan, yaitu bila bagian
yang besar masuk melalui jaringan otot penutup dubur, maka Suppositoria akan
tertarik masuk dengan sendirinya.
2. Vaginal Suppositoria (Ovula), bentuk bola lonjong seperti kerucut, digunakan
lewat vagina, berat umumnya 5 g.
Supositoria kempa atau Supositoria sisipan adalah Supositoria vaginal yang
dibuat dengan cara mengempa massa serbuk menjadi bentuk yang sesuai,
atau dengan cara pengkapsulan dalam gelatin lunak.
Menurut FI.ed.IV, Suppositoria vaginal dengan bahan dasar yang dapat larut /
bercampur dalam air seperti PEG atau gelatin tergliserinasi berbobot 5 g.
Supositoria dengan bahan dasar gelatin tergliserinasi (70 bag. gliserin, 20 bag.
gelatin dan 10 bag. air) harus disimpan dalam wadah tertutup rapat,
sebaiknya pada suhu dibawah 350 C
3. Urethral Suppositoria (bacilla, bougies) digunakan lewat urethra, bentuk batang
panjang antara 7 cm - 14 cm.
C. Keuntungan Suppositoria
Keuntungan penggunaan obat dalam Suppositoria dibanding peroral, yaitu
1. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung.
2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzym pencernaan dan asam
lambung.
3. Obat dapat masuk langsung dalam saluran darah sehingga obat dapat berefek
lebih cepat daripada penggunaan obat peroral.
4. Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar.
Bahan dasar Suppositoria yang ideal harus mempunyai sifat sebagai berikut :
1. Padat pada suhu kamar, sehingga dapat dibentuk dengan tangan atau dicetak,
tapi akan melunak pada suhu rektal dan dapat bercampur dengan cairan
tubuh.
2. Tidak beracun dan tidak menimbulkan iritasi
3. Dapat bercampur dengan bermacam-macam obat
4. Stabil dalam penyimpanan, tidak menunjukkan perubahan warna, bau dan
pemisahan obat.
5. Kadar air cukup
6. Untuk basis lemak, bilangan asam, bilangan iodium dan bilangan penyabunan
harus jelas.
16
- merupakan trigliserida dari asam oleat, asam stearat, asam palmitat, warna
putih kekuningan, padat, berbau seperti coklat, meleleh pada suhu 31o - 34 o.
- karena mudah tengik, sebaiknya harus disimpan dalam wadah / tempat sejuk,
kering dan terlindung dari cahaya.
- Ol. Cacao dapat menunjukkan polimorfisme dari bentuk kristalnya karena
pemanasan tinggi. Diatas titik leburnya, Ol.Cacao akan meleleh sempurna
seperti minyak dan akan kehilangan inti kristal stabil yang berguna untuk
membentuk kristalnya kembali.
- Lemak coklat merupakan trigliserida, berwarna kekuningan, bau yang khas dan
bersifat polimorfisme ( mempunyai banyak bentuk kristal ). Jika dipanasi sekitar
300 C mulai mencair dan biasanya meleleh sekitar 340 - 350 C, tetapi suhu
dibawah 300 C merupakan masa semi-padat. Jika pemanasannya tinggi, lemak
coklat akan mencair sempurna seperti minyak dan akan kehilangan semua inti
kristal yang stabil yang berguna untuk memadat. Bila didinginkan di bawah
suhu 150 C, akan mengkristal dalam bentuk kristal metastabil. Agar
mendapatkan Suppositoria yang stabil, maka pemanasan lemak coklat
sebaiknya dilakukan sampai cukup meleleh saja sampai dapat dituang,
sehingga tetap mengandung inti kristal dari bentuk stabil.
- Untuk meninggikan titik lebur lemak coklat digunakan tambahan Cera atau
Cetasium ( Spermaseti ). Penambahan Cera flava tidak boleh lebih dari 6 %
sebab akan memperoleh campuran yang mempunyai titik lebur di atas 370 C
dan tidak boleh kurang dari 4 % karena akan memperoleh titik lebur di bawah
titik leburnya ( < 330 C ). Jika bahan obatnya merupakan larutan dalam air, perlu
diperhatikan bahwa lemak coklat hanya sedikit menyerap air, maka dengan
penambahan Cera flava dapat juga menaikkan daya serap lemak coklat
terhadap air.
- Untuk menurunkan titik lebur lemak coklat dapat digunakan tambahan sedikit
Kloralhidrat atau fenol, minyak atsiri.
- Lemak coklat meleleh pada suhu tubuh dan tidak tercampurkan dengan cairan
tubuh, oleh karena itu dapat menghambat difusi obat yang larut dalam lemak
pada tempat yang diobati.
- Lemak coklat jarang dipakai untuk sediaan vagina karena meninggalkan residu
yang tidak dapat diserap, sedangkan gelatin tergliserinasi jarang dipakai untuk
rektal karena disolusinya lambat.
17
- Supositoria dengan bahan dasar lemak coklat, dapat dibuat dengan
mencampurkan bahan obat yang dihaluskan ke dalam minyak lemak padat
pada suhu kamar dan massa yang dihasilkan dibuat dalam bentuk yang sesuai
atau dibuat dengan cara meleburkan minyak lemak dengan obat kemudian
dibiarkan sampai dingin di dalam cetakan. Harus disimpan dalam wadah
tertutup baik, pada suhu dibawah 30 0 C.
Pemakaian air sebagai pelarut obat dengan bahan dasar Ol.Cacao sebaiknya
dihindari karena :
Menyebabkan reaksi antara obat-obat dalam Suppositoria.
Mempercepat tengiknya Ol.Cacao
Bila airnya menguap, obat tersebut akan mengkristal kembali dan dapat
keluar dari Suppositoria.
Keburukan Ol.Cacao sebagai bahan dasar Suppositoria.
- Hanya dengan bahan dasar Ol.Cacao yang dapat dikerjakan atau dibuat
dengan tangan untuk skala kecil dan bila bahan obatnya tidak tahan
terhadap pemanasan
- Metode ini kurang cocok untuk iklim panas.
19
2. Dengan mencetak hasil leburan :
- Cetakan harus dibasahi lebih dahulu dengan Parafin cair bagi yang memakai
bahan dasar Gliserin-gelatin, tetapi untuk Ol.Cacao dan PEG tidak dibasahi
karena mengkerut pada proses pendinginan, akan terlepas dari cetakan.
3. Dengan kompresi.
- Metode ini, proses penuangan, pendinginan dan pelepasan Suppositoria
dilakukan dengan mesin secara otomatis. Kapasitas bisa sampai 3500 -
6000 Suppositoria / jam.
Pembuatan Suppositoria secara umum dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Bahan dasar Suppositoria yang digunakan supaya meleleh pada suhu tubuh
atau dapat larut dalam cairan yang ada dalam rektum.
Obatnya supaya larut dalam bahan dasar, bila perlu dipanaskan.
Bila bahan obatnya sukar larut dalam bahan dasar maka harus diserbuk halus.
Setelah campuran obat dan bahan dasar meleleh atau mencair, dituangkan ke
dalam cetakan Suppositoria kemudian didinginkan.
Cetakan tersebut terbuat dari besi yang dilapisi nikel atau dari logam lain, ada
juga yang dibuat dari plastik Cetakan ini mudah dibuka secara longitudinal
untuk mengeluarkan Suppositoria.
Untuk mencetak bacilla dapat digunakan tube gelas atau gulungan kertas.
Untuk mengatasi massa yang hilang karena melekat pada cetakan, maka
pembuatan Suppositoria harus dibuat berlebih ( 10 % ) dan cetakannya
sebelum digunakan harus dibasahi lebih dahulu dengan Parafin cair atau
minyak lemak atau spiritus saponatus ( Soft Soap liniment ), tetapi spiritus
saponatus ini, jangan digunakan untuk Suppositoria yang mengandung garam
logam karena akan bereaksi dengan sabunnya dan sebagai pengganti
digunakan Ol. Recini dalam etanol. Khusus Suppositoria dengan bahan dasar
PEG dan Tween tidak perlu bahan pelicin cetakan karena pada pendinginan
mudah lepas dari cetakannya yang disebabkan bahan dasar tersebut dapat
mengkerut.
G. Pengemasan Suppositoria
1. Dikemas sedemikian rupa sehingga tiap Suppositoria terpisah, tidak mudah
hancur atau meleleh.
2. Biasanya dimasukkan dalam wadah dari alumunium foil atau strip plastik
sebanyak 6 sampai 12 buah, untuk kemudian dikemas dalam dus.
3. Harus disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat sejuk.
I. Ovulae / Ovula
Ovula adalah sediaan padat , umumnya berbentuk telur mudah melemah
(melembek) dan meleleh pada suhu tubuh, dapat melarut dan digunakan sebagai
obat luar khusus untuk vagina. Sebagai bahan dasar ovula harus dapat larut
dalam air atau meleleh pada suhu tubuh.
Sebagai bahan dasar dapat digunakan lemak coklat atau campuran PEG
20
dalam berbagai perbandingan. Bobot ovula adalah 3 - 6 gram, umumnya 5 gram.
Ovula disimpan dalam wadah tertutup baik dan ditempat yang sejuk.
21
KEGIATAN BELAJAR IV
SIKLUS AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG
B. Pembagian Perdagangan
22
angkutan, biaya kerusakan ataupun biaya asuransi ditanggung oleh
pembeli)
- FOB Destination Point (Free On Board Destination Point)
Penjual berkewajiban menyerahkan barang kepada pembeli sampai di
gudang pembeli dan biaya - biaya semuanya ditanggung oleh penjual
(termasuk biaya pengangkutan, biaya kerusakan barang, atau biaya
asuransi ditanggung oleh penjual )
3. Syarat pembayaran
Syarat pembayaran adalah persyaratan penetapan waktu atau jangka
pembayaran yang menjadi kewajiban pembeli setelah menerima barang dari
penjual. Persyaratan pembayaran ini biasa digabungkan dengan ketentuan
besarnya potongan penjualan kepada pembeli.
Syarat pembayaran yaitu :
- Kontan (tunai), adalah syarat pembayaran yang dilakukan secara
langsung pada saat barang diterima oleh pembeli.
- Kredit, adalah syarat yang ditetapkan oleh penjual kepada pembeli
dimana pembeli tidak berkewajiban membayar secara lengkap / seketika
barang diterima tapi baru berkewajiban membayar dalam jangka waktu
tertentu
Persyaratan pembayaran biasanya langsung ditulis pada faktur sebagai berikut :
(1) n/30 artinya pembayaran paling lambat 30 hari sesudah tanggal
transaksi, n = netto = n/30 harga netto dengan pembayaran paling lambat 30
hari
(2) n/EOM, artinya harga netto dengan pembayaran paling lambat akhir
bulan
(3) n/10 EOM, artinya pembayaran paling lambat 10 hari sesudah akhir
bulan dengan harga netto
4. Ketidakcocokan barang
Apabila barang dagangan yang diterima si pembeli tidak memenuhi syarat
mutu baik disebabkan terjadi kerusakan ataupun kadaluarsa atau menurunnya
kualitas barang tersebut maka dapat dikembalikan (di retur) atau dimintakan
pengurangan harga
23
Guna memperlancar usaha dalam perdagangan barang dilakukan pula transaksi
sebagai berikut :
1 Membayar beban gaji
2. Membayar beban iklan
3. Membayar beban bunga
4. Menerima pendapatan bunga
Perhatian !
Pembelian barang dagangan menyebabkan persediaan harta barang
dagangan bertambah, tetapi dalam jurnla yang didebet bukan perkiraan
barang daganga, melainkan perkiraan pembelian.
24
0
K a s - Rp 2.352.000
.
Potongan Rp 98.000
Pembelian .
yang dibeli tgl 17/5/95 yang lalu. Dalam jurnal umum di catat :
25
(h) Jurnal penerimaan kembali barang yang sudah dijual
Contoh : 25 Mei 2020 diterima kembali dari Toko Obat Segar sebagian contrexin
yang dijual tgl 24/5/95 yang lalu seharga Rp. 30.000,- karena rusak. Jurnalnya :
Latihan :
1. Susunlah jurnal umum untuk transaksi - transaksi berikut ini :
Juni 2 Dibeli dari PD Basar sejumlah Polycrol forte Rp. 600.000,- syarat
4/10, n/30.
3 Dijual kepada sdr Hardini separtai Fucidin Ointment dengan harga
Rp.150.000,- syarat 2/10, n/30
6 Untuk digunakan di kantor dibeli sebuah mesin tulis baru seharga Rp
175.000
9 Dibeli dari Toko Merak dengan syarat EOM : kertas pembungkus Rp.
75.000,- dan kantong plastik Rp. 20.000
11 Dikembalikan kepada Toko Merak kertas pembungkus yang tidak
26
sesuai dengan pesanan, seharga Rp. 15.000,-
14 Dibeli tunai dari PBF Pati separtai Benadryl Syrup dengan harga Rp.
660.000
15 Dibayar kepada perusahaan angkutan cepat Rp. 25.000,- yaitu biaya
mengangkut Benadryl dari PBF Pati.
17 Dijual tunai kepada sdr. Supit Fucidin ointment yang tidak cocok
dengan pemesanan sejumlah Rp. 25.000,-
22 Dijual mesin tik kantor yang sudah tua seharga Rp. 60.000,-
24 Dilunasi faktur Toko Merak tanggal 9/6 yang lalu
26 Diterima pelunasan faktur tanggal 3/6 yang lalu dari sdr Hardini.
3. Catatlah dalam jurnal umum, transaksi selama bulan Januari 2020 untuk PD
Mekar.
Jan 1 Diterima dari RD Jaya, cek BRI Rp. 785.000,- sebagai pembayar
faktur kami bulan lalu sebesar Rp. 800.000,-
3 Dibeli dari Fa. Budi, Mylanta forte seharga Rp. 1.870.000,- dengan
syarat 3/10,n/30
5 Dibeli lemari toko Rp. 1.400.000,- franco gudang penjual, dibayar
dengan cek BCA
6 Dibayar biaya transport barang yang dibeli tanggal 5/1 yang lalu
sebesar Rp. 20.000,-
8 Dijual Mylanta forte kepada Apotek Aneka Rp. 1.630.000,- syarat
2/10, n/30
9 Diterima kembali dari Apotek Aneka sebagian Mylanta forte seharga
Rp. 27.000,-
10 Dibayar kepada Fa. Budi dengan cek BCA sebagai pelunas faktur
pembelian tanggal 3/1 yang lalu
13 Dibayar untuk pemasangan iklan Rp. 70.000,- dan pembelian materai
Rp. 15.000,-
14 Dibeli dari PD Parti separtai peralatan kesehatan seharga Rp.
1.860.000,- EOM, uang muka Rp. 50.000,- dibayar.
16 Dikirimkan nota debet Rp. 20.000,- kepad PD Parti untuk
pengembalian sebagian peralatan kesehatan yang rusak.
27
19 Diterima dari Apotek Aneka cek BNI, pelunas faktur kami tgl 8/1 yang
lalu.
22 Dijual kepada Dr. Suti seperangkat alat kesehatan seharga Rp.
275.000,- dan sejumlah obat - obatan seharga Rp. 880.000,- n/10,
EOM uang muka Rp. 25.000,- diterima.
27 Dibayar sewa ruangan Toko bulan ini Rp. 250.000,-
29 Dibayar kepada PD Patri fakturnya tgl 14/1 yang lalu
30 Diterima dari Dr. Suti pelunas faktur kami tgl 22/1 cek BNI Rp.
1.000.000,- dan sisanya berupa uang kontan.
31 Dibayar gaji pegawai tata usaha Rp. 150.000,- dan gaji pegawai
bagian penjualan Rp. 250.000
28
2. Jurnal Khusus Perusahaan Dagang
2 Pencatatan : 2 Pencatatan :
Transaksi dicatat sesuai dengan Semua transaksi dicatat hanya pada
jenisnya dalam beberapa jurnal yang satu jurnal
sesuai
29
4 Jurnal Pengeluaran Kas Untuk mencatat semua penerimaan kas dari
sumber manapun seperti penjualan barang
dagangan kontan, penerimaan bunga,
pendapatan sewa dan Penerimaan tagihan
piutang
30
15 Dibayar gaji tengah bulanan Rp. 150.000,- dan
utang kepada Sdr. Bisri Rp. 300.000,-
Debet Kredit
Tgl Uraian Utang Pembe- Serba serbi Kas Pot.Pem
b
Dagang lian Re Jml Perkir
f
Feb-03 - - 725.000, 225.000, Peralatan 950.000, -
- - -
5 Premi - - 400.000, Assur. 400.000, -
Assur. - dibyr -
dimuka
8 Pemb. - 920.000, - - 920.000, -
tunai - -
12 Fa.Yana 350.000, - - - 339.500, 10.500,-
- -
15 Bisri 300.000, - 150.000, Beban 450.000, -
- - Gaji -
Contoh :
PD Dina selama bulan Februari 2020 melakukan transaksi berikut :
Feb 5 Dijual barang dagangan dengan syarat 2/10, n/20
kepada Toko Mulia Rp. 125.000,- dan Sdr Nuning
Rp. 240.000,-
11 Dijual kepada PT Arum barang dagang Rp.
860.000,- 3/15, n/30
15 Dijual kepada CV Diana barang dagangan seharga
Rp. 900.000,- syarat 2/10,n/30. Uang muka Rp.
50.000,- kami terima
31
Nuning 2/10,n/3 240.000,- 240.000,-
0
11 PT Arum 3/15,n/3 860.000,- 860.000,-
0
15 CV Diana 2/10,n/3 850.000,- 850.000,-
0
18 Toko Murah 3/10,n/3 630.000,- 630.000,-
0
23 PD Serimpi 3/15,n/3 90.000,- 90.000,-
0
PT Putri 3/15,n/3 320.000,- 320.000,-
0
3.115.000,- 3.115.000,-
Tgl Uraian/ Re D E B E T K R E D I T
Perkiraa f
n
Ka Potng Piutg Penjl Jum Re Perkiraa
s Penjln Dgan n l f n
g
2. Contoh soal :
Feb 2 Diterima dari PD Satya pelunasan tagihan kami
Rp.440.000,-
10 Diterima dari Sdr. Nuning pelunas faktur tgl 5/2
yang lalu sebesar Rp. 240.000,- 2/10,n/30.
12 Dijual tunai barang dagangan seharga Rp.
270.000,-
DEBET KREDIT
Tgl Uraian / Kas Potgn Piutg
Perkiraan Penjln Dagng Penjln Serba - serbi
Ref Juml Perkiraa
n
Feb-02 PD Satya 440.000 - 440.000 - - -
32
(i) Pencatatan jurnal umum
Seperti telah dijelaskan diatas, meskipun sudah ada buku - buku jurnal
khusus, namun buku jurnal umum masih tetap dipergunakan. Maksudnya
untuk membukukan transaksi - transaksi yang tidak dapat dibukukan dalam
buku jurnal khusus. Buku jurnal umum biasanya ditutup pada akhir periode
akuntansi. Sedangkan postingnya dilakukan tidak berkala bersama posting
buku - buku jurnal khusus.
Contoh :
Feb 6 Dijual kepada Sdr Bakir perlengkapan yang sudah
tidak dipakai seharga Rp. 25.000,- n/5, EOM
19 Dikembalikan kepada Toko Delima barang
dagangan yang dibeli tgl 18/2 yang lalu seharga
Rp. 10.000,- karena rusak.
20 Dibeli sebuah truk seharga Rp. 20.000.000,- untuk
membayarnnya diambil pinjaman dari BNI atas
jaminan truk itu.
33
iklan Rp. 130.000,- dan biaya lainnya Rp. 45.000,-
22 Dibeli dari PT Dumex barang dagangan
Rp. 2.700.000,- syarat 4/10,n/30.
26 Dibayar kepada Toko Eka dengan cek BBD faktur
tgl 14/8 yang lalu.
27 Dibayar kepada PT Agung Rp. 180.000,- yaitu
biaya angkut barang yang dibeli dari PT Dumex
22/8 yang lalu.
29 Dikembalikan kepada PT Dumex sebagian barang
yang dibeli tgl 22/8 yang lalu. Seharga Rp.
200.000,- karena rusak.
30 Dilunasi pembelian tgl 22/8 yang lalu kepada
PT Dumex.
31 Dibayar gaji pegawai bulan agustus Rp.
1.250.000,-
2. Transaksi berikut ini dicatat dari PD Suka di Bandung selama bulan Juli
2020. Anda diminta membukukannya ke dalam Jurnal Penjualan, Jurnal
Penerimaan Kas dan Jurnal Umum.
Juli 1 Juli Setoran modal sebesar Rp. 6.000.000,- dari
Sdr. Suka.
3 Dijual kepada PT Arco barang dagangan
Rp. 12.600.000,- syarat 3/10,n/30
6 Diterima dari BDN pinjaman sebesar Rp.
4.000.000,-
10 Dijual tunai kepada Apotek Utari : barang
dagangan seharga Rp. 7.780.000,-
12 Dijual barang dagangan kepada PT Kenrose,
syarat 2/15, EOM seharga Rp. 11.300.000,-
13 Diterima dari PT Arco pelunasan faktur tgl 3/7
yang lalu.
18 Dijual kepada Sdr. Karno dengan syarat 2/15,n/30
: Barang dagangan Rp. 8.800.000,- dan peralatan
bekas Rp. 60.000,-
20 Diterima kembali dari Sdr. Karno sebagian barang
dagangan yang rusak diperjalanan Rp. 70.000,-
24 Dijual kepada PD Harsen barang dagangan
Rp. 14.200.000,- : 3/10,n/30
30 Diterima pelunasan faktur tgl 18/7 yang lalu dari
Sdr. Karno.
31 Diterima cek BDN dari PT Kenrose pelunasan
faktur tgl 12/7.
34
10 Dibeli dari PD Mulya : barang dagangan
Rp. 2.800.000,- dan perlengkapan Rp. 120.000,-
syarat 3/10,n/30
11 Dikirimkan nota kredit kapada Toko Obat Mina
untuk barang yang kami terima kembali seharga
Rp. 60.000,-
12 Diterima nota debet dari PD Mulya untuk barang
dagangan yang kami kirimkan kembali seharga
Rp. 100.000,-
13 Dibayar kepada PT Soho pelunasan fakturnya
tgl 5/5 yang lalu.
14 Dijual tunai kepada Toko Triputri peralatan yang
tidak dipakai Rp. 650.000,-
16 Dibeli tunai dari CV Widya barang dagangan
Rp. 4.150.000,-
17 Dijual kepada Combiphar barang dagangan
Rp. 2.700.000,- dengan syarat 2/10,n/30
18 Dibeli dari Fa.Permana barang dagangan
Rp. 1.400.000,- dengan syarat 3/10,n/30.
20 Diterima pembayaran faktur tgl 7/5 dari Toko Obat
Mina.
22 Dilunasi faktur PD Mulya tgl 10/5 yang lalu.
24 Dijual kepada Toko Kramat barang dagangan
Rp. 2.700.000,- dengan syarat 2/15,n/30
27 Diterima pembayaran faktur tgl 17/5 yang lalu dari
Combiphar.
28 Dibeli tunai dari Toko Darto : perlengkapan kantor
harga Rp. 45.000,- dan perlengkapan toko Rp.
55.000,-
30 Dijual barang dagangan kepada Sdr.Yana
Rp. 4.200.000,- dengan syarat 2/10,n/30.
31 Dibayar :
Gaji pegawai …………………… Rp. 650.000,-
Sewa kantor …………………….. Rp. 500.000,-
rekening listrik bln Mei 2020 …… Rp. 150.000,-
Premi ass bln Juni s/d Des 95 …… Rp.
300.000,-
Jumlah Rp.
1.600.000,-
35