Anda di halaman 1dari 5

SKENARIO 2

Wabah Campak dan Gizi Buruk di Kabupaten Asmat, Papua

Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Moeloek mengatakan, 71 orang meninggal akibat wabah
campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat, Papua. "Update data, yang meninggal kurang
lebih 71 orang," kata Nila seusai rapat terbatas mengenai penanggulangan Kejadian Luar
Biasa (KLB) di Kabupaten Asmat, Papua, di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Rabu
(31/1/2018). Dari kejadian ini, pihaknya sudah melakukan imunisasi terhadap sekitar 13.300
anak di Asmat. Namun, masih ada sejumlah distrik yang belum dapat dijangkau timnya
karena kendala geografis.

(Sumber:https://nasional.kompas.com/read/2018/01/31/15410691/menkes71orangmeninggal-
dalam-kasus-gizi-buruk-dan- campak-di-asmat).
Sebagian besar orang tua yang anaknya meninggal dan sakit karena terpapar campak dan gizi
buruk tinggal jauh dari pusat kesehatan yang ideal. Dari 71 anak yang meninggal dunia
karena campak dan gizi buruk, 37 di antara mereka berasal dari Distrik Pulau Tiga. Untuk
menuju ke wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Mimika hanya bisa dilalui melalui
jalur sungai menggunakan perahu bermotor. Perjalanan tersebut dapat memakan waktu antara
dua hingga tiga jam. Jangkauan ke pusat pengobatan yang lebih lengkap atau rujukan medis
sangat sulit karena masyarakat harus menggunakan jalur laut dan sungai. Selain
permasalahan geografis, ternyata warga suku asmat biasa mengonsumsi air sungai untuk
kebutuhan makan dan minum sehari-hari. Sebagian warga tidak mempunyai jamban sehingga
untuk buang air besar dan kecil biasa mereka lakukan di pekarangan rumah mereka.
(Sumber: http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-42882847. 31 Januari 2018. Krisis
kesehatan di Asmat: ‘Saya minum air langsung dari sungai’). Untuk mengatasi masalah
kesehatan yang lebih komprehensif diperlukan adanya satu rujukan kesehatan masyarakat.

Permasalahan gizi pada anak tidak hanya masalah gizi kurang dan buruk saja seperti yang
terjadi di Asmat. Tetapi juga masalah gizi lebih perlu diwapadai. Pertumbuhan obesitas pada
anak di Indonesia meningkat tiga kali lipat. Kajian Global Burden of Diseases yang
dipublikasikan jurnal ilmiah Lancet pada 2014 menempatkan Indonesia di posisi 10 dalam
daftar negara dengan tingkat obesitas tertinggi di dunia. Penyebab gizi lebih pada anak ada
bermacam-macam. Pada umumnya dapat disebabkan karena energi makanan yang berlebih
atau karena pengeluaran energi yang kurang atau keduanya, sebagaimana sering ditemukan
pada anak-anak dalam keluarga dengan sosial ekonomi baik, serta gaya hidup yang santai
(sedentary life style). Anak dengan status gizi lebih berpotensi mengidap berbagai jenis
penyakit setelah dewasa, antara lain diabetes, penyakit jantung dan kanker.

KATA SULIT

1. Kejadian Luar Biasa (KLB) : Meningkatnya angka kejadian kesakitan atau kematian yang
bermakna secara epidemiologi pada suatu tempat (waktu tertentu).

2. Sedentary Lifestyle : Kegiatan yang mengacu pada segala jenis aktivitas yang dilakukan
diluar waktu tidur dengan karakteristik pengeluaran kalori yang sangat sedikit. Kalorinya
<1,5 METs (metabolic equivalent of task)

3. Wabah : Penyakit menular yang berjangkit dengan cepat menyerang sejumlah besar orang
yang di daerah luas. Peningkatan jumlah kasus yang jelas terlihat meski kecil jika
dibandingkan dengan jumlah normal dan dapat diantisipasi.

4. Global Burden of Disease : Upaya sistematis dan ilmiah untuk mengukur besarnya
perbandingan kerugian kesehatan akibat penyakit, cidera, dan faktor resiko menurut usia,
jenis kelamin dan geografi.

5. Obesitas : Penumpukan lemak yang berlebihan atau abnormal yang dapat mengganggu
Kesehatan. Penumpukan lemak yang berlebihan akibat ketidakseimbangan asupan energi
dengan energi yang digunakan dalam waktu lama. BMI sama atau >30.

6. Gizi Buruk : Status gizi yang didasarkan pada index Berat Badan menurut Umur (BB/U)
yang merupakan padanan istilah gizi kurang dan gizi buruk.

PERTANYAAN

1. Kapan suatu penyakit dikatakan sebagai KLB?

2. Kapan KLB dinyatakan tuntas?

3. Faktor apa saja yang mempengaruhi KLB?

4. Bagaimana cara mencegah gizi yang berlebih pada anak?


5. Apa saja tindakan untuk menanggulangi KLB?

6. Faktor apa saja yang mempengaruhi gizi buruk?

7. Apa perbedaan dari wabah dan KLB?

8. Bagaimana cara meningkatkan mutu pelayanan Kesehatan?

9. Bagaimana cara mencegah terjadinya KLB?

10. Bagaimana cara menghadapi wabah menurut pandangan islam?

11. Bagaimana hukum berobat ketika sakit menurut pandangan islam?

12. Apa kriteria anak gizi buruk?

JAWABAN

1. Saat timbulnya penyakit menular yang sebelumnya tidak ada, peningkatan kejadian 2x
lipat dari sebelumnya, peningkatan kejadian penyakit atau kematian terus menerus selama 3
kurun waktu dan jumlah penderita baru dalam waktu 1 periode menunjukkan kenaikkan 2x.

2. Kalau frekuensi KLB menurun, jumlah kasus menurun, menyempitnya daerah penyakit.

3. Kurangnya penanggulangan penyakit yang pertama kali terjadi, kurang efektifnya program
Kesehatan yang berjalan di daerah tersebut, imunitas masyarakat rendah, budaya masyarakat.

4. Menghindari makanan yang berlebihan seperti junk food, gorengan, dan minuman manis,
atur pola makan anak serta meningkatkan kegiatan anak untuk beraktivitas.

5. Penyelidikan epidemiologis, penatalaksanaan penderita yang mencakup kegiatan


pemeriksaan, pengobatan perawatan, dan isolasi penderita termasuk Tindakan karantina,
pencegahan dan pengebalan, pemusnahan penyebab penyakit, penanganan jenazah akibat
wabah dan penyuluhan kepada masyarakat.

6. Kurangnya edukasi ASI eksklusif, pola hidup tidak bersih, kader Kesehatan kurang terjun
langsung ke masyarakat, kurangnya tenaga Kesehatan, wilayah jauh dari pusat Kesehatan dan
rendahnya tingkat sosial-ekonomi keluarga.
7. Wabah : untuk kondisi yang lebih parah dan lebih luas, harus mencakup jumlah kasus yang
besar, daerah yang luas, waktu yang lebih lama, dan dampak yang ditimbulkan lebih berat.

8. Peningkatan akses melalui pemenuhan tenaga Kesehatan, peningkatan sara pelayanan


primer, peningkatan mutu baik fasilitas penyelenggara layanan, regionalisasi rujukan melalui
penguatan sistem rujukan di tingkat kabupaten dan penguatan dukungan bagi pelayanan
Kesehatan dari 5 sektor.

9. Imunisasi, menambah sarana dan prasarana Kesehatan, edukasi dan penyuluhan, serta
sanitasi yang baik.

10. Menurut sabda Rasulullah SAW, ketika mendengar terjadinya wabah di suatu daerah
maka janganlah mendatangi daerah tersebut apabila wabah itu terjadi di daerah kita berada
janganlah kita pergi melarikan diri dari daerah tersebut. Bersikap optimis dan menghadapi
segala persoalan dengan pikiran dingin serta perkataan yang baik sehingga mampu
menghilangi keresahan selama wabah.

11. hukumnya sunnah (mustahab), tetapi boleh saja seseorang tidak berobat bila memang ia
berserah diri atas penyakitnya kepada Allah SWT.

12. Balita yang ditandai dengan kondisi sangat kurus, disertai atau tidak edema pada kedua
punggung kaki, BB/PB atau BB/TB <-3 SD dan atau lingkar lengan atas <11,5 cm.

HIPOTESIS

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah meningkatnya angka kejadian kesakitan atau kematian
yang bermakna secara epidemiologi pada suatu tempat (waktu tertentu). KLB dapat
dipengaruhi oleh kurangnya penanggulangan penyakit yang pertama kali terjadi, kurang
efektifnya program Kesehatan yang berjalan di daerah tersebut, imunitas masyarakat rendah
dan budaya masyarakat. KLB dapat menimbulkan suatu wabah jika tidak ditangani dengan
tepat. Contoh kasus KLB adalah gizi kurang, gizi buruk dan gizi lebih. Salah satu faktor yang
menyebabkan gizi buruk yaitu kurangnya edukasi ASI eksklusif dan pola hidup tidak bersih.
Menurut islam apabila terjadi wabah maka dianjurkan untuk bersikap optimis dan
menghadapi segala persoalan dengan pikiran dingin serta perkataan yang baik. Adapun jika
seorang muslim terkena penyakit maka dianjurkan untuk berobat karena menurut islam
hukum berobat adalah sunnah (mustahab).
SASARAN BELAJAR

1. Memahami dan Menjelaskan Kejadian Luar Biasa (KLB) Wabah Penyakit di Masyarakat
Berdasarkan Mortalitas dan Morbiditas

2. Memahami dan Menjelaskan Permasalahan Gizi Buruk dan Gizi Berlebih pada Anak

3. Memahami dan Menjelaskan Gaya Hidup Perilaku yang Tidak Sehat

4. Memahami dan Menjelaskan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan

5. Memahami dan Menjelaskan Aspek Sosial-Budaya Masyarakat dalam Mengakses


Pelayanan Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

6. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam tentang Konsep KLB

7. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam tentang Menjaga Kesehatan dan Hukum
Berobat

Anda mungkin juga menyukai