Obstipasi Kel 12
Obstipasi Kel 12
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurunkan angka kematian bayi merupakan salah satu tujuan dari asuhan
kebidanan pada neonatal, bayi dan balita. Dalam pelaksanaannya masih
banyak hambatan yang terjadi, contohnya ialah lahirnya bayi dengan
masalah, bayi dengan penyakit tertentu, dan balita yang terserang
penyakit. Maka dari itu penting bagi tenaga kesehatan, khususnya bidan
untuk mengetahui dan terampil dalam mengenali gejala suatu penyakit
serta cara menanganinya. Makalah ini akan membahas tentang beberapa
penyakit yang dapat menyerang bayi salah satunya ialah obstipasi.
1.2 Rumusan Masalah
1
BAB 2
PEMBAHASAN
2
2 tahun. Jika pada usia 1-2 tahun pernah buang air besar keras dan
terasa nyeri, mereka cenderung tidak mau buang air besar selama
beberapa hari, bahkan beberapa minggu ssampai beberapa bulan
karena takut mengalami kesukaran lagi. Dengan tertahannya feses
dalam beberapa hari/minggu/bulan akan mengakibatkan kotoran
menjadi keras dan lebih terasa nyeri lagi, sehingga anak menjadi
semakin malas buang aiar besar. Anak dengan keterbelakangan
mental sulit dilatih untuk buang air besar.
4) Penyakit organis
Obstipasi bisa terjadi berganti – ganti dengan diare pada kasus
carcinoma colon dan divericulitis. Obstipasi ini terjadi bila buang
air besar sakit dan sengaja dihindari seperti pada fistula ani dan
wasir yang mengalami trombosis.
5) Kelainan kongenital
Adanya penyakit seperti atresia, stenosis. Megakolon aganglionik
congenital (penyakit hirscprung). Obstruksi bolos usus illeus
mekonium atau sumbatan mekonium. Hal ini dicurigai terjadi pada
neonatus yang tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam
pertama.
6) Penyebab lain
Misalnya karena diet yang salah tidak adanya serat selulosa untuk
mendorong terjadinya peristaltik. Atau pada anak setelah sakit atau
sedang sakit dimana anak masih kekurangan cairan.
2.3 Tanda dan Gejala
1) Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam
pertama, pada bayi tidak mengeluarkan 3 hari atau lebih
2) Sakit dan kejang pada perut.
3) Pada pemeriksaan rectal, jari akan merasa jepitan udara dan
mekonium yang menyemprot.
4) Feses besar dan tidak dapat digerakan dalam rectum.
5) Bising usus yang janggal.
3
6) Merasa tidak enak badan, anoreksia dan sakit kepala
7) Terdapat luka pada anus.
2.4 Patofisiologi
Pada keadaan normal sebagian besar rectum dalam keadaan kosong
kecuali bila adanya refleks masa dari kolon yang mendorong feses
kedalam rectum yang terjadi sekali atau duakali sehari. Hal tersebut
memberikan stimulus pada arkus aferen dari refleks defekasi. Dengan
dirasakan arkus aferen menyebabkan kontraksi otot dinding abdomen
sehingga terjadilah defekasi. Mekanisme usus yang norrmal terdiri dari 3
faktor :
1) Asupan cairan yang adekuat.
2) Kegiatan fisik dan mental.
3) Jumlah asupan makanan berserat.
Dalam keadaan normal, ketika bahan makanan yang kan dicerna
memasuki kolon, air dan elektrolit di absorbsi melewati membrane
penyerapan. Penyerapan tersebut berakibat pada perubahan bentuk feses
dari bentuk cair menjadi bentuk yang lunak dan berbentuk. Ketika feses
melewati rectum, feses menekan dinding rectum dan merangsang untuk
defekasi. Apabila anak tidak mengkonsumsi cairan secara adekuat, produk
dari pencernaan lebih kering dan padat, serta tidak dapat dengan segera
digerrakkan oleh gerakan peristaltik menuju rectum, sehingga penyerapan
terjadi terus menerus dan feses menjadi semakin kering, padat dan sudah
dikeluarkan serta menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit ini menyebabkan
anak malas atau tidak mau buang air besar yang dapat menyebabkan
kemungkinan berkembangnya luka. Proses dapat terjadi bila anak kurang
beraktivitas, menurunnya peristaltik usus dan lain-lain. Hal tersebut
menyebabkan sisa metabolisme berjalan lambat yang kemungkinan.
Penyerapan air yang berlebihan.
Bahan makanan sangat dibutuhkan untuk merangsang peristaltik usus dan
pergerakan normal dari metabolisme dalam saluran pencernaan menuju ke
4
saluran yang lebih besar. Sumbatan dan usus dapat juga menyebabkan
obstipasi.
5
Pengosongan rectum biasa dengan disimpaksi digital, enema
minyak zaitun, laksativa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Obstipasi adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit
atau adanya obstruksi pada saluran cerna atau bisa di definisikan
sebagai tidak adanya pngeluaran tinja selama 3 hari atau lebih. Lebih
dari 90 % BBL akan mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama,
sedangkan sisanya akan mengeluarkan mekonium dalam 36 jam
pertama kelahiran.Adapun penyebab dari obstipasi seperti kebiasaan
makan, hypothyroidisme, keadaan mental, penyakit organis, kelainan
congenital, dan sebagainya. Tanda dan gejala dari obstipasi yaitu
Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam
pertama, pada bayi tidak mengeluarkan 3 hari atau lebih sakit dan
kejang pada perut, pada pemeriksaan rectal, jari akan merasa jepitan
udara dan mekonium yang menyemprot, Feses besar dan tidak dapat
digerakan dalam rectum, bising usus yang janggal, merasa tidak enak
badan, anoreksia dan sakit kepala, terdapat luka pada anus.
Mekanisme usus yang norrmal terdiri dari 3 faktor yaitu asupan cairan
yang adekuat, kegiatan fisik dan mental, jumlah asupan makanan
berserat. Jenis obstipasi ada dua yaitu obstipasi akut dan obstipasi
kronis.
3.2 Saran
Diharapkan masyarakat mengetahui tanda dan gejala serta penanganan
untuk obstipasi, dan diharapkan petugas kesehatan lebih waspada
terhadap kasus obstipasi dan lebih cepat dalam penanganan terhadap
pasien yang mengalami obstipasi.