CASE STUDY : MENGIDENTIFIKASI UNSAFE ACTION, UNSAFE
CONDITION,SERTA MANAJEMEN RISIKO
(Mata Kuliah : Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Keperawatan)
DOSEN PENGAMPU Andi Wahyuni, SKM., M.Kes.
OLEH: KELOMPOK 5 RA
Nurul Ridha (R011211021)
Nursyam (R011211035) Rezky Ameliah (R011211039) Puteri Nurfadilah (R011211045) Andi Fitriani (R011211051) Yuyu Astianti (R011211079) Safira Maharani (R011211099) Helen (R011211103) Ni Wayan Krisna Yanti (R011211123) Sarinah Mansur (R011211135)
PROGRAM STUDI ILMU
KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2022 A. Kejadian yang bisa Terjadi di Rumah Sakit yang tergolong Unsafe Act, Unsafe Condition dan Kesalahan Manajemen 1. Unsafe Act, Unsafe Condition Tindakan seseorang yang tidak aman (unsafe act) dan kondisi tidak aman (unsafe condition) dalam melakukan aktifikas pekerjaan nya. Unsafe act adalah suatu tindakan seseorang yang menyimpang dari aturan standar keamanan yang sudah di tetapkan dalam melakukan pekerjaan. Sedangkan unsafe condition adalah kondisi yang dapat membahayakan pekerja. terjadinya unsafe action dan unsafe condition adalah di karenakan dari ketidaktahuan dan kurangnya pemahaman dari tenaga kerja 2. Kesalahan Manajemen Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja meliputi struktur organisasi kegiatan perencanaan tanggung jawab pelaksanaan prosedur proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembagan penerapan pencapaian pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam mengendalikan risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja. Usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil apabila dimulai dari memperbaiki manajemen tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Kemudian praktik dan kondisi dibawah standar merupakan penyebab terjadinya suatu kecelakaan dan merupakan gejala penyebab utama akibat kesalahan manajemen. Kegagalan pada setiap proses atau aktivitas pekerjaan dan saat kecelakaan kerja seberapa pun kecilnya akan mengakibatkan efek kerugian. International Labour Organization (2013) menyatakan beberapa hal yang dapat menjadi penyebab terjadinya kecelakaan di tempat kerja adalah Rasa kelelahan dari diri pekerja, Kondisi kerja dan pekerjaan yang tidak aman (unsafe working condition), Penguasaan pekerja terhadap pekerjaan kurang, yang penyebab awalnya adalah kurangnya pelatihan, Karakteristik dari pekerja itu sendiri. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) secara normatif sebagaimana terdapat pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per.05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pasal 1 yang menyatakan bagian dari sistem manajemen keseluruhan meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Tujuan dan sasaran sistem manajemen K3 adalah tercipanya sistem K3 di tempat kerja yang melibatkan segala pihak sehngga dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Program manajemen resiko seperti apa yang diterapkan dirumah sakit tersebut ? ● Pertemuan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
FMEA adalah alat curah pendapat kelompok yang mengidentifikasikan
dan memprioritaskan potensi resiko dalam suatu proses. Yang dihasilkan dari FMEA adalah daftar prioritas resiko yang gunanya untuk membantu memfokuskan perbaikan pada masalah yang paling mendesak
● Pertemuan Root Cause Analysis (RCA)
● Kegiatan pelaporan insiden.
b. Manajemen risiko di RS tersebut telah dilakukan namun berdasarkan
data jumlah KTD pada bulan Oktober 2015- Februari 2016 menunjukkan kenaikan yang signifikan. Tuliskan hasil analisis dari kelompok kalian mengapa hal ini bias terjadi ? ● Hal itu mungkin bisa terjadi Komite Mutu yang kiranya kurang maksimal dalam hal turun ke lapangan untuk membimbing dan mendampingi unit kerja dalam teknisi manejemen resiko. Mandat manajemen risiko diberikan oleh Komite Mutu kepada setiap unit kerja memiliki komitmen yang masih kurang karena hanya focus terhadap pelaporan saja. Monitoring dan review terhadap pelaksanaan manajemen risiko masih banyak keterlambatan dan copy-paste laporan, serta belum ada peninjauan dan pengkajian terhadap risiko untuk pembelajaran ke depan. ● Adapun contoh kurangnya inisiatif dari Unit Kerja ialah QLSC (Penanggung Jawab dari tiap unit kerja yang membantu Komite Mutu melaksanakan manajemen risiko) sering tidak meneruskan informasi kepada staff di bawahnya, kurangnya keterbukaan diri para staff terhadap program-program Komite Mutu, dan adanyabudaya blaming. DAFTAR PUSTAKA
MEMINIMALISIR RESIKO UNSAFE ACTION DAN UNSAFE CONDITION TERHADAP TENAGA KERJA BONGKAR MUAT. Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang. repository.pip-semarang.ac.id.
Hafsari D, Ricky M, Saftarina S. 2015. Debu batu bara dan kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada pekerja pertambangan batu bara. Jurnal Majority 4(9).
Qoirun N, Rohmah, Afiantari, F. (2018). Implementasi Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Lembaga Pendidikan. PROSIDING, 31.
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional
Indra Kurniawan S - 2111027 - Upaya Mencegah Dan Meminimalkan Resiko Dan Hazard Pada Tahap Pengkajian Perencanaan Implementasi Dan Evaluasi Asuhan Keperawatan