Anda di halaman 1dari 30

BAB I KONSEP DASAR PROFESI KEPENDIDIKAN A.

Pendahuluan Tujuan instruksional yang ingin dicapai adalah agar mahasiswa dapat: 1. Menjelaskan hakekat apa, mengapa, dan bagaimana kedudukan profesi kependidikan 2. Menjelaskan pengertian profesi dan profesi kependidikan 3. Menjelaskan perbedaan-perbedaan antara cirri-ciri profesi kependidikan dengan profesi lain. 4. Menjelaskan jenis-jenis profesi yang termasuk kedalam profesi kependidikan B. Penyajian 1. Hakekat profesi kependidikan Petanyaan yang paling mendasar berkaitan dengan profesi kependidikan adalah siapa yang dimaksud dengan tenaga kependidikan itu? Adakah landasan yuridis formilnya yag mengatur tentang tenaga kependidikan itu, dan bagaimnaa peranan dan fungsi tenaga kependidikan dimasa yang akan dating? Secara umum yang dimaksud dengan tenaga kependidikan adalah orang-orang yang berkecimpug dengan peserta didik dan peduli dengan masalah-masalah kependidikan serta memiliki tugas dan wewenang tertentu di bidang pendidikan sesuai peraturan yang berlaku. Peraturan pemerintah no 38/1992 tentang tenaga kependidikan banyak ditur tetang jenis, jenjang, wewenang, pengadaan, penugasan, dan pemberhentian, pembinaan dan pengembangan, kesejahteraan, kedudukan dan ppenghargaan, dan ikatan profesi tenaga kependidikan. Brdasarkan peraturan pemerintah no 38/1992 pasal satu dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan tenaga kependidikan adalah: Ayat 1: tenaga ke[pendidikan adalah anggota masyrakat yang mengabdikan diri secara langsung dalam penyelenggaraan pendidika. Ayat 2: pengan pendidik adlah tenaga kependidikan yang bertugas membimbing, mengajar, dan/atau melath peserta didik. Ayat3: terjelaskan bahwa tenaga pembimbing adalah tenaga pendidik yang tugas utamanya membimbing peserta didik. Ayat 4: tenaga pengajar adalah pendidik yang bertugas utama mengajar peserta didik. Ayat 5: tenaga pendidik adalah tenaga pendidik yang bertugas utama melath peserta didik. Pasal 3 Peraturan pemerintah no 38 tahun 1992 menjelaskan tentang jenis tenaga kependidikan, terdiri atas: Ayat 1: tenaga kependidikan terdiri atas tenaga pendidik , pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti, dan pengembang di bidang pendidikan, pustakawan, laboran, tekisi sumber belajar, dan penguji. Ayat 2: tenaga pendidik terdiri atas pembimbing, [pengajar, dan pelatih.

David Sigalingging, SPd rbl_david@yahoo.com http://davidsigalingging.wordpress.com

Ayat 3: pengelola satuan pendidikan terdiri atas kepala ekolah, direktur, rector. Berdasarkan pasal 1 dan pasal 3 peraturan pemerimntah no 38/1992 tersebut jelas bahwa yang dimaksud dengan tenaga kependidikan adalah orang-orang yang memilki tugas dan wewenang tertentu di bidang kependidikansesuai dengan peraturan yang berlaku. Artinya seseorang disebut berprofesi sebagai tenaga kependidikan adalah mereka yang bertugas sebagai guru, pembimbing, pelatih, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti da pengembangan di bidang kependidikan, pustakawan, laboran, teknisi, sumber belajar, dan peguji dimana tugas, wewenang, tanggungjawab dan keberadaan mereka diakui sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2. Harapan dan tantangan profesi tenaga kependidikan Slah satu ciri profesi adalah control yang ketat atas para anggotanya. Suatu profesi ada dan diakui masyarakat karena ada usaha dari orang-orangnya untuk menghimpun diri. Lewat organisasi itu, profesi dilindungi dan kemungkinan penyalah guaan yang bias membahayakan keutuhan dan wibawa profesi itu. Kode etik itupu disusun dan disepakati oleh para anggotanya. Maka suatu organisasi profesi menyerupai suatu system yang senantiasa memperhatkan kondisi harmonis. Ia akan menendang keluar komponen system yang tidak mengikuti arus atau meluruskannya. Dalam praktek keorganisasian, anggota yang mencoba melanggar aturan main organisasi akan diperingatkan, bahkan dipecat. Jadi, dalam suatu organisasi profesi ada aturan yang jelas dan sanksi bagi pelanggar aturan. Itu dimungkinkan karena adanya kejelasan mengenai profesi itu,apa bdang garrapannya, siapa yang boleh mengerjakan profesi itu, dan dengan kualifikasi/lathan bagaimana? Jadi ada uraian yang jelas mengenai keahlian (expertise), ada tujuan yang dirumuskan secara da nada kualifikasi minimaluntuk dsebut professional. Semuanya jelas tanpa mengundang keragaman penafsiran. Ada profesi yang sudah memenuhi kriteria ini, misalnya kedokteran, hokum, notaris, arsitektur, dan lain-lain. Bagaimana dengan profesi mengajar atau keguruan? Profesi ini termasuk yang bernasib kurang baik. Ada yang ngoto menyebutnya suatu profesi. Ada juga yang menganggap bukan. Ada yang mengambl jalan tengah dengan menyebutkan mengajar/keguruan sebagai semi-profesional. Kriteria profesi boleh saja diurutkan satu persatu, tapi percuma. Keguruan tetap saja begini, dianggap profesi antara ada dan tiada. Disebut ada, memang ada, terbukti dari adanya kegiatan belajar mengajar da nada jutaan guru. Dikatakan tiada, karena profesi ini tidak jelas definisnya. Profesi dalam dirinya mengundang pengertian penyerahan, pengabdian penuh pada suatu jenis pekerjaan yang mengimplikasikan tanggung jawab pada diri sendiri, orang lain atau profesi. Seorang profesioanal bukan hanya bekerja, melainkan ia tahu mengapa dan untuk apa ia vbekerja serta tanggung jawab yang melekat dalam pekerjaannya. Jadi, ia tidak boleh semuanya bekerja.
David Sigalingging, SPd rbl_david@yahoo.com http://davidsigalingging.wordpress.com

C. Pengertian profesi 1. Profesi Profesi pada hakekatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka yang menyatakan bahwa seseorang itu mengabdikan dirrinya pada suatu jabatan atau pelayanan karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu. Istilah profesi meneurut Everest huges (dalam piet A . Shertian, 1994) merupakan symbol dari suatu pekerjaan. Dan selanjutnya menjadi pekerjaan itu sendiri. Hoyle, 1980 (dalam Dedi Supriadi, 1997) merumuskan salah satu versi tentang ciri-ciri pokok suatu profesi, walaupun tidak sepenuhnya dapat sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kita, yaitu: a. Fungsi signifikansi social: suatu profesi merupakan suatu pekerjaan yang memiliki fungsi dan signifikansi social yang besar. b. Keterampilan: untuk mewujudjkan fungsi ini dituntut derajat keterampilan tertentu. c. Proses pemilihan keterampilan tersebut bukan hanya dilakukan secara rutin, melainkan sifat pemecahan masalah atau penanganan situasi kritis yang menuntut pemecahan. d. Batang tubuh ilmu: suatu profesui didasarkan pada suatu displin ilmu yang jelas, sistematis eksplisit dan bukan hanya common sense. e. Masa pendidikan: upaya mempelajari dan menguasai batang tubuh ilmu dan keterampiln-keterampilan tersebut membutuhkan masa latihan yang lama, bertahun-tahun, dan tidak cukup hanya beberapa minggu atau bulan. Hal ini dilakukan sampai tingkat perguruan tinggi. f. Sosialisasi nilai-nilai professional: proses pendidikan tersebut juga merupakan wahana untuk sosialisasi nilai-nilai professional dikalangan mahasiswa. g. Kode etik: dalam memberikan pelayanan kepada klien, seorang professional berpegang teguh kepadaa kode etik yang pelaksanaanya dikontrol oleh organisasi profesi. Setiap, pelanggran terhadap kode etik dapat dikenakan sangsi. h. Kebebasan untuk memberi jugmentnya: anggota suatu profesi mempunyai kebebsan untuk menetapkan jugmentnya sendiri dalam menghadapi atua memcahkan sustau dalam lingkup kerjanya. i. Tanggung jawab professional dan otonomi: komitmen suatu profesi adalah klien dan masyarakat. Tanggung jawab professional harus diabdikan kepada mereka. Oleh karena itu, praktek profesioanal iti otonom dari campuara tangn pihak luar. j. Sebagai imbalan dari pendidikan dan lathan yang lama, komitmennya dan seluruh jasa yang diberikan kepada klien, maka seorang professional mempunyai prestise yang tinggi dimata masyarakat dan imbalah yang layak. 2. Profesi guru Rakenas depdiknas setiap tahun selalu menggaris bawahi pentingnya peningkatan profesionalisme guru. Hal ini menunjukkan besarnya prhatian depdiknas terdap guru dan sekaligus merupakan penguatan terhadap apa
David Sigalingging, SPd rbl_david@yahoo.com http://davidsigalingging.wordpress.com

yang telah kita sadari selamma ini, betapa guru mempunayi peranan amat penting dalam keseluruhan upaya pendidikan. Sedemikian pentingnya peanan guru, ronan brandt dalam tajuk rencana educatiaonal leadership maret lalu mencatat: hamper semua usaha reformasi dibidang pendidikan seperti pembaruan kurikulum dan penerapan metode mengajar baru pada akhirnya tergantung pada guru (Dedi Supriyadi, 75:1997) tanpa guru menguasai bahan pelajaran dan strategi belajar-mengajar, tanpa mereka dapat mendorong siswa untuk mencapai prestasi yang tinggi, maka segala upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan hasil yang maksimal. D. Cirri-ciri guru professional Kesadara akan perlunya profesioanalisme berlangsung dalam berbagai bidang pekerjaan. Banyak orang menganggap begitu pentingnya profesioanlisme. Tetapi begitu dijabarkan secara operasioanal kedalam langkah-langkah yang nyata dalam apa dan bagaimananya, tidak gampang. Banyak kendala yang dihadapimulai pengertian profesionalisme itu sendiri sampai cara-cara untuk meningkatkan profesioanalisme tersebut. Empat tahun lalu sebuah tim yang mengkaji profesionalisme tenaga kependidikan. Untuk itu sebagai profesi yang telah mapan diundangkan memberikan masukan dan menceriteraka seluk beluk yang berhubungan dengan profesi mereka, diantara profesi notariat, kedokteran, kewartawanan dan konsultasi. Ternyata, pemahaman mengenai profesi itu sangat berbeda-beda. Tetapi ada persamaan, dalam bidang apapun profesioanalisme seseorang ditunjang oleh tiga hal dan tanpa ketiga hal ini dimiliki, sulit seorang mewujudkan profesionalismenya, yaitu: keahlian, komitmen dan skills yang relevan. E. Profesionalisasi guru Usaha-usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru? Meningkatkan kualifikasi pendidikan dan pelathan mereka adalah penting, melalui pendidikan prajabatan maupun dalam jabatan. Tetapi menurut berbagai hasil studi, itu saja tidak cukup, bahkan tidak begitu besar artinya tidak diciptakan usaha untuk terjaddikolaborasi antara ppara guru sehingga terjadi berbagai pengalaman. Di sekolah-sekolah sesungguhnya telah ada wahana yang bias digunakan untuk meninggkatkan profesionalisme guru, misalnya PKG (Pusat Kegiatan Guru), dan KKG (Kelompok Kerja Guru) yang memungkinkan para guru untuk berbagi pengalaman dalam memecahkan masalah-maslah yang mereka hadapi dalam kegiatan belajar mengajar. F. Ringkasan Penyiapan generasi muda yang handal untuk dapat menghadapi berbagai tantangan yang bersifat kompetitif dimasa depan dilakukan melaui proses pendidikan. Melalui proses pendidikan, tenaga kependidikan khususnya guru, berusaha mengajar, melatih dan membimbing peserta didik sumber daya manusia dengan berbagai bakat pengetahuan keterampilan, nilai dan sikap untuk mengadapi masa depan mereka. Untuk dpat mengajar, mendidik dan membimbing peserta didik, tenaga kependidikan haruslah seseorang yang professional. Tenga kependidikan
David Sigalingging, SPd rbl_david@yahoo.com http://davidsigalingging.wordpress.com

khususnya guru dikategorikan jabatan professional dan pemegangnya harus memilki kualifikasi tertentu. Criteria jabatan professional antara lainjabatan itu menuntut kemampuan intelektual, mempunyai landasan batang tubuh ilmu yang khusus, memerlukan kesiapan yang lama untuk memangkunya, memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan, merupakan pekerjaan/karir sepanjang hidup dan keanggotaannya permanen. Mementingkan layanan, mempunyai organisasi profesi dan mempunyai kode etik. Senarai Profesi Umumnya berkembang dari pekerjaan (vocation) yang kemudian berkembang makin matang. Selain itu, dalam bidang apapun profesionalisme seseorang ditunjang oleh tiga hal. Tanpa ketiga hal ini dimiliki, sesorang sulit mewujudkan profesionalismenya. Ketiga hal itu ialah: KEAHLIAN, KOMITMEN dan KETERAMPILAN yang relevan yang membentuk sebuah segitiga sama sisi yang ditengahnya profesioanlisme. BAB II GURU SEBAGAI PROFESI A. Tujuan Tujuan pokok bahasan ini adalah agar mahasiswa: 1. Memahami harkat dan martabat guru, khususnya guru Indonesia. 2. Memahami kompetensi yang harus dimilliki oleh guru. 3. Memahami organisasi dan kode etik guru Indonesia. 4. Memahami cara guru memahami, mengahayati dan mengenalkan sikap profesionalismenya. B. Materi 1. Harkat dan martabat guru Guru yang ideal atau professional merupakan dambaan sikap Insan pendidikan, sebab dengan guru yang professional diharapkan pendidikan menjadi lebih berkualitas. Namun demikan, apabila penghargaan terhadapp guru tersebut tidak memadai, maka harapan atau idealism diatas, mungkin hanya menjadi utopia. Utuk mendapaatkan brpuluh predikat atau peran guru tersebut diatas bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Hal ini sangat berkaitan dengan penghargaan masyarakat atau Negara terhadap profesi itu. Negara- Negara maju memberikan penghargaan yang lebih kepada guru disbanding di Indonesia. 2. Kompetensi guru Inti dari pendidikan adalah interaksi antara pendidik (guru) dengan peserta didik (murid) dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Pendidik, peserta didik, dan tujuan pendidikan adalah komponen-komponen pendidikan yang esensial (utama. ketiga komponen pendidikan ini membentuk suatu segitiga, yang jika hilang salah satu komponennya, maka akan hilang hakikat dari pendidikan itu. Dalam situasi tertentu, tugas guru dapat diwakilkan atau dibantu unsur lain, seperti oleh media teknologi. Sebagai pendidik, tugas guru pada dasarnya adalah mendidik, yaitu membantu anak didik mengembangkan pribadinya, memperluas pengetahuan, dan melatih keterampilannya dalam berbagai bidang. Untuk
David Sigalingging, SPd rbl_david@yahoo.com http://davidsigalingging.wordpress.com

dapat melaksanakan tugasnya ini dengan baik (efektif) ada sejumlah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru. Kemampuan yang harus dimiliki oleh guru ini sering juga disebut dengan kompetensi guru. Bermacam-macam rumusan tentang kompetensi guru ini telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Raths (1964) mengemukakan sejumlah kemampuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, yaitu: 1) Explaining, infornming, showing how. 2) Initiating, directing, and administering. 3) Unifying the group. 4) Giving security. 5) Clarifying attitudes, beliefs, problem. 6) Making curriculum materials. 7) Evaluating, recording, reporting. 8) Enriching community activities. 9) Organizing and arranging classroom. 10) Participating in school activities. 11) Participating in professional and civic life. Depatemen pendidikan dan kebudayaan (1980), juga telah merumuskan kemampuan-kemampuan yang harus dimilki oleh seorang guru dan mengelompokkannya atas tiga dimensi umum kemampuan, yaitu: a. Kompetensi kognitif (kecakapan ranah cipta) b. Kompetensi afektif (kecakapan ranah rasa) c. Kompetensi psikomotor (kecakapan ranah karsa) 3. Organisasi professional guru a. Fungsi organisasi professional keguruan Sebagai mana telah disebutkan bahwasalah satu kriteria jabatan profesinal adalah jabatan tersbut harus memiliki wadah untuk menyatukan gerak langkah dan mengendalikan keseluruhan profesi, yakni organisasi profesi. Bagi guru-guru diegara kita, eadah ini telahada yakni persatuan guru republic Indonesia yang lebih dikenal dengan PGRI. PGRI ini didirikan di Surakarta pada tanggal 25 November 1945, sebagai perwujudan aspirasi guru Indonesia dalam mewujudkan cita-cita perjuangan bangsa (Hermawan, 1989). Salah satu tujuaan dari PGRI adalah mempertinggi kesadaran, sikap, mutu, dan kegiatan profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan mereka (basuki, 1986). Selanjutnya Basuni menguraikan empat misi utama PGRI yaitu: (a) misi politis/ideologis, (b) misi persatuan/organisator, (c) misi profesi, (d) misi kesejahteraan. b. Jenis-jenis organisasi keguruan Selain dari PGRI, adalagi organisasi professional resmi di bidang pendidikan yang harus kita ketahui juga, yakni ikatan sarjana pendidikan Indonesia (ISPI), yang saat ini telah mempunyai divisidivisi, anrtara alin: Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia (ABKin), himpunan sarjana administrasi pendidikan Indonesia (HISAPIN), himpunan sarjana pendidikan bahasa Indonesia (HSPBI), dan lain-lain. 4. Kode etik guru
David Sigalingging, SPd rbl_david@yahoo.com http://davidsigalingging.wordpress.com

a. Pengertian kode etik Menurut uu No 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian. Pada pasal 28 uu ini menyatakan bahwa pegawai negeri sipil mempunyai kode etik sebaga pedoman sikap, tingkah laku dari perbuataqn di dalam dinas dan di luar dinas. Dalam pidato pembukaan Kongre PGRI ke XIII, basuni sebagai ketua umum PGRI menyatakan bahwa kode etik guru Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku watra PGRI dalam melaksanakan panggilan pengabdiannya. Bekerja sebagai guru (PGRI, 1973). b. Tujuan kode etik 1) Untuk menjunjung tinggi martabat profesi. 2) Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan anaggotanya. 3) Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi. 4) Untuk meningkatkan mutu profesi. c. Sangsi pelanggaran kode etik Setiap anggota suatu profesi melanggar jkode etik yang telah ditentukan organisasi, maka anggota yang melanggar itu akan mendapat sanksi. Karena kode etik pada umumnya adalah merupakan landasn moral, pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan maka sanksi terhadap pelanggaran kode etik adalah sanksi moral. d. Kode etik guru Indonesia. 1) Guru berbakti membimbing para peserta didik untuk membentuk manusia seutuhnya yang berjiwa pancasila. 2) Guru memilki dan melaksanakan kejujuran professional. 3) Guru berusaha memperoleh informasi tentang peseta didk sebagai bahan melakukan bimbingsan dan pembinaan. 4) Guru menciptakan Susana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. 5) Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta rasa tanggung jawab bersama terhadap pndidikan. 6) Guru sebagai pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesi. 7) Guru membina hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakaanan social. 8) Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai srana penunjang dan pengabdian. 9) Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan. 5. Sasaran sikap professional keguruan Guru sebagai pendidik professional mempunyai citra yang baik di masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan bagi masyarakat sekelilingnya. Pola tingkah laku guru yang berhubungan dengan itu akan dibicarakan sesuai sasarannya, yakni sikap professional keguruan terhadap: a. Sikap terhadap peraturan perundang-undangan
David Sigalingging, SPd rbl_david@yahoo.com http://davidsigalingging.wordpress.com

Guru merupakan aparatur dan abdi Negara. Mutlak perlu mengetahui kebijakan-kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan, sehingga dapat melaksanakan ketentuan-ketentuan yang merupakan kebijaksanaan tersebut diatas. b. Sikap terhadap organisasi profesi Untuk meningkatkan mutu suatu profesi, khususnya profesi keguruan dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti dengan melakukan penataran, lokakarya, pendidikan lanjutan, pendidikan dalam jabatan, studi komparatif, dan berbagai kegiatan akademik lainnya. c. Sikap terhadap teman sejawat Kode etik ini menunjukkan kepada kita betapa pentingnya menciptakan hubungan yang harmonis perlu melalui penumbuhan perasaan persaudaraan yang mendalam diantara sesame anggota profesi. Hubungan antar sesame anggota profesi dapat dilihat dari dua segi, yaitu hubungan formal dan hubungan kekeluargaan. d. Sikap terhadap anak didik Dalam kode etik guru Indonesia jelas dituliskan bahwa guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya berjiwa pancasila. e. Sikap terhadap tempat kerja Dalam menjalin kerjasama dengan orangtua murid dan masyarakat sekolah dapat mengambil prakarsa, misalnya dengan mengundang orangtua pada saat acara mengambil raport, dan mengadakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyrakat sekitar. f. Sikap terhadap pimpinan Sebagai salah seorang anggota organisasi , baik organisasi guru maupuan organisasi yang lebih besar DEPDIKNAS akan selalu berada dalam bimbingan dan pengawasan pihak atasan. Sudah pasti setiap pimpinan organisasi mempunyai kebijakan dan arahan dalam memimpin organisasinya, dimana setiap anggota organisasinya itu dituntut berusaha untuk saling bekerjasama dalam mencaqpai tujuan organisasi. g. Sikap terhadap pekerjaan Lebih lanjut lagi, profesi guru adalah bertugas membantu peserta didik untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi (bakat, minat, dan kemampuaannya). Agar para guru dapat melaksanakan tugas ini dengan baik, maka disamping kesabaran dan ketelatenan terhadap anak didik, guru perlu juga dituntut untuk berskap loyal dan bertanggungjawab terhadap pekerjaannya. C. Rangkuman Profesi guru sebenarnya merupakan profesi yang sangat dihargai masyarakat, karena profesi ini merupakan pekerjaan mulia, berhubungan dengan proses memanusiakan manusia. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mempunyai banyak kelebihan atau keterampilan dibandingkan dengan manusia pada umumnya.
David Sigalingging, SPd rbl_david@yahoo.com http://davidsigalingging.wordpress.com

Profesi guru adalah jabatan professional. Sebagai jabatan profeisonal, pemegangnya harus memiliki kualifikasi tertentu. Kualifikasi ini sering dsebut dengan atau dikenal dengan kompetensi guru. Ada tiga kelompok kompetensi yang harus dimiliki guru agar menjadi guru yang efektif. Ketiga kelompok kompetensi ini adalah kompetensi professional, kompetensi social, kompetensi pribadi. Disamping ketiga kelompok kompetensi guru ini, sebagai jabatan professional, guru juga mempunyai organisasi professional dan mempunyai kode etik yang harus ditaati oleh setiap anggotanya. D. Tugas BAB III PROFESI GURU SEBAGAI JABATAN FUNGSIONAL A. Pendahuluan Pokok bahasan ini ditujukan agar mahasiswa: 1. Memahami cirri-ciri guru yang ideal. 2. Memahami tugas pokok, tanggung jawab dan wewenagn guru pada umumnya. 3. Memahami bahwa pekerjaan guru merupakan suatu jabatan fungsioanl. 4. Memahami dan menghayati penghargaan masyarakat terhadap guru di Indonesia. B. Materi 1. Guru yang ideal Guru yang ideal adalah guru yang menguasai kompetensi nya sebagai guru. Kompetensi ini tidak berdiri sendiri, terpiasah dari kemampuan lainnya karena untuk mengajar di kelas diperlukan kemampuan yang mendasarinya. Banyak rumusan yang ditulis oleh para ahli tentang kompetensi guru. 2. Tugas pokok, tanggung jawab dan wewenang guru 3. Jabatan fungsional guru. 4. Penghargaan masyarakat terhadap guru Indonesia. C. Rangkuman Kontradiksi dengan keinginan diatas, kemuliaan profesi terkadang luntur karena penghargaan (misalnya:system penggajian) masyarakat terhadap guru relative rendah, sehingga kehidupan guru bukan menjadi idealism masyarakat secara utuh dan bahkan muncul peribahasa guru adalah pahlawan tanpa jasa. Sebagai akibat dari hal itu, pilihan menjadi guru bukan merupakan pilihan yang utama putra terbaik bangsa. Apabila kondisi diatas tidak diperbaiki, maka nasib pendidikan dan bahkan masa depan bangsa Indonesia tidak akan tercapai sesuatu yang diinginkan. D. Tugas BAB IV WAWASAN BIMBINGAN DAN KONSELING Pendahuluan Tujuan dari pokok bahasan ini adalah agar mahasiswa dapat: 1. Memahami pengertian bimbingan dan konseling 2. Menjelaskan latar belakang perlunya bimbingan dan konseling dalam pendidikan. 3. Memahami tujuan bimbingan dan konseling
David Sigalingging, SPd rbl_david@yahoo.com http://davidsigalingging.wordpress.com

4. Menjelaskan fungsi bimbingan konseling 5. Menjelaskan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling 6. Menjelaskan azas-azas bimbingan dan konseling A. Pengertian bimbingan dan konseling Bimbingan dan konseling merupakn suatu usaha kegiatan yang terintegrasi dalam keseluruhan proeses belajar mengajar. Untuk memahami pengertian bimbingan dan konseling ada ahli yang menekankan pada proses bantuan yang berkelanjutan (Rochman, 1986) dan ahli lain memberikan pengertian melalui huruf yang ada pada kata B-I-M-B-I-N-G-A-N dan K-O-NS-E-L-I-N-G (Prayitno, 1987). Apapun pengertian yang dikemukakan para ahli, yang jelas bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu atau kelompok agar mereka dapat mandiri, melalui bahan, interaksi, nasehat, gagasan, alat dan asuhan yang didasarkan atas norma atau nilai-nilai yang berlaku. Sedangkan konseling sebagai suatu usaha memperoleh konsep diri pada individu siswa (siswa asuh/klien). Konsep diri meliputi konsep tentang diri, orang lain, pendapat orang lain tentang diri, tujuan (harapan, kepercayaan diri). Sejak adanya keputusan bersama Mendikbud dan BAKN no 43/P/1993 dan no 45 tahun 1993 tentang petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional guru dan angka kreditnya. Maka kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah tetap ditetapkan adanya empat bidang bimbingan dan konseling. Keempat bidang tersebut adalah: a) Bidang bimbingan pribadi b) Bidang bimbingan social c) Bidang bimbingan belajar d) Bidang bimbingan karir Untuk melaksanakan keempat bidang bimbingan dan konseling diatas ada tujuh layanan yang diberikan kepada siswa. Ketujuh layanan tersebut menurut prayitno (1997) adalah: 1) Layanan orientasi 2) Layanan informasi 3) Layanan penempatan dan penyaluran 4) Layanan pembelajaran 5) Layanan konseling perorangan 6) Layanan bimbingan kelompok 7) Layanan konseling kelompok Agar terlaksananya kegiatan bimbingan dan konseling dengan baik maka di sekolah diperlukan kegiatan pendukung dalam kaitannya dengan kegiatan bimbingan dan konseling, menurut Prayitno (1997) adalah: 1. Aplikasi bimbingan instrument 2. Konferensi kasus 3. Kunjungan rumah 4. Alih tangan kasus B. Latar belakang perlunya bimbingan dan konseling dalam pendidikan Disekolah guru sebaai pengelola proses belajar mengajar sering dihadapkan poada kenyataan, dimana siswa sebgai penerima proses mengalami bebagai
David Sigalingging, SPd rbl_david@yahoo.com http://davidsigalingging.wordpress.com

masalah. Dalam situasi demikian kadang kala guru tidfak dapat mengatasinya karna adanya keterbatasan pengetahuan atau keahlian yang dipunyainya. Agar lebih jrlasnya latar belakang perlunya bimbingan dan konseling dalam pendidikan dilihat darri uraian berikut: 1) Latar belakang social cultural Perkembangan dan perubahan social sangat cepat terjadi dalam kehidupan manusia saat ini, dalam situasi demikian maka kegiatan bimbingan dan konseling sangat diperlukan sebagai sarana untuk memberikan pelayanan baik yang berhubungan dengan pengembangan diri siswa maupun unutk personil sekolah lainnya. 2) Latar belakang pendidikan Sekolah sebagai suatu lembaga yang bersifat formal mempunyai peranan yang amat penting dalam mendewasakan siswa sebagai anggota masyarakat. Untuk itu sekolah mempunyai tiga bidang kegiatan: a) Bidang pengajaran dan kurikulum b) Bidang administrasi dan kepemimpinan c) Bidang pembinaan pribadi siswa. 3) Latar belakang psikologis Latar belakang psikologis bimbingan dan konseling di sekolah menyangkut masalah perkembangan individu, perbedaan individu, kebutuhan individu, dan penyesuaian diri serta masalah belajar. C. Tujuan bimbingan dan konseling Tujuan bimbingan dan konseling di sekol;ah tidak terbatas pada siswa-siswa saja tetapi mencakup keseluruhan masyarakat sekolah pada umumnya yaitu: 1) Tujuan bimbingan dan konseling untuk kepentingan sekolah a. Menyusun dan menyesuaikan data tentang siswa. b. Sebagai penengah antara siswa dan latar belakangnya c. Mengadakan penelitian tentang siswa dan latar belakangnya d. Menyelenggarakan program test e. Membantu menyelenggarakan kegiatan bagi guru dan staf lainnya. f. Menyelenggarakan pendidikan lanjutan bagi siswa yang sudah tamat (tambahan keterampilan). 2) Tujuan bimbingan dan konseling untuk kepentingan siswa a) Membantu siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dimiliki b) Membantu sosialisasi dan sensitifikasi siswa terhadap kebutuhannya. c) Membantu siswa untuk mengembangkan motif dan motivasi belajar d) Memberikan dorongan dalam mengarahkan diri, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam pendidikan. e) Mengembangkan sikap dan nilai secara menyeluruh serta puas dengan keadaan hidup. f) Membantu siswa dalam memahami tingkah laku manusia g) Membantu siswaa dalam memperoleh kepuasaan diri. 3) Tujuan bimbingan dan konseling untuk kepentinganguru a) Membantu guru dalam keseluruhan program pendidikan b) Membantu guru dalam usaha memahami perbedaan individu siswa.
David Sigalingging, SPd rbl_david@yahoo.com http://davidsigalingging.wordpress.com

c) Merangsang dan mendorong penggunaan prosedur dan teknik bimbingan. d) Membantu dan mengenalkan pentingnya keterlibatan diri dalam keseluruhan program pendidikan e) Membantu guru dalam berkomunikasi dengan siswa. 4) Tujuan bimbingan dan konseling untuk kepentingan orang tua siswa a) Membantu orang tua dalam menghadapi masalah hubungan antara siswa dengan keluarga b) Membantu dalam memperoleh pengertia tentang masalah siswa serta bantuan yang dapat diberikan c) Membina hubungan baik antara keluargas dan sekolah d) Membantu memberikan pengertian terhadaporangtua tentang program pendidikan pada umumnya. D. Fungsi bimbingan dan konseling Bila kita lihat kembali tujuan bimbingan dan konseling diatas maka, dapat kesimpulan bahwa tujuan bimbingan dan konseling adalah untuk mengoptimalkan setiap siswa sesuai kemampuan, minat dan nilai-nilai yang dipunyai siswa. Untuk mencapai tujuan tersebut maka bimbingan dan konseling menurut Prayitno (1994) juga berfungsi: 1) Fungsi pemahaman Memhami siswa dan masalahnya dengan demikian kemungkinan jalan keluar dari pemecahan masalah itu akan dapat ditemui. 2) Fungsi pencegahan Mencegah lebih baik dari mengobati. 3) Fungsi pemeliharaan Potensi dan kekuatan yang ada pada diri siswa harus dijaga sebaik mungkin. 4) Fungsi pengembangan Setiap potensi yang ada dalam diri individu perlu dikembangkan. 5) Fungsi pengentasan Ini merupakan suatu usaha nyata untuk memecahkan masalah siswa. E. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling a) Prinsip-prinsip umum yang berhubungan dengan siiswa: 1) Sikap dan tingkah laku individu terbentuk dari segala aspek kepribadian yang unik dan ruet. 2) Pengenalan dan pemahaman tentang perbedaan individu merupakan suatu keharusan. 3) Bimbingan diusahakan untuk dapat mengarahkan individu untuk dapat menolong diri sendiri. 4) Bimbingan berpusat pada individu siswa. 5) Masalah yang tak dapat diselesaikan oleh guru pembimbing harus dilakukan tindakan reveral (alih tangan). 6) Bimbingan dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan siswa. 7) Bimbingan harus fleksibel

David Sigalingging, SPd rbl_david@yahoo.com http://davidsigalingging.wordpress.com

8) Program bimbingan dan konseling harus selaras dengan program sekolah. 9) Pelaksanaan bimbinganharus dilaksanakan dibawah coordinator guru pembimbing yang berkualifikasi pendidikan sajana bimbingan dan konseling. 10) Penilaian terhadap kegiatan harus senantiasa secara kontiniu. b) Prinsip khusus yang berhubungan dengan siswa 1) Pelayanan ditujukan untuk seluruh siswa 2) Ada criteria tertentu untuk menentukan prioritas 3) Program bimbingan harus berpusat pada siswa 4) Pelayanan memenuhi kebutuhan individu siswa yang berbeda. 5) Keputusan akhir terletak pada individu siswa. 6) Siswa yang telah mendapat pelayanan harus secara berangsur-angsur dapat menolong diri sendiri. c) Prinsip yang berhubungan dengan guru pembimbing 1) Guru pembimbing harus mampu melakukan tujuan sesuai dengan kemampuannya. 2) Guru pembimbing hendaklah dipilih atas dasar kualifikasi pendidikan, kepribadian, pengalaman, dan kemampuan. 3) Guru pembimbinga harus dapat kesempatan untuk mengembangakandirinya serta keahliannya melalui latihan dan penatara. 4) Guru pembimbing hendaknya selalu menggunakan informasi yang tersedia mengenai diri individu yang dibimbing beserta lingkungannya. 5) Guru pembimbing harus menghormati dan menjaga kerahasiaan individu yang dibimbingnya. 6) Fakta-fakta yang berhubungan dengan lingkungan individu harus diperhitungkan dalam memberikan bimbingan. 7) Guru pembi,mbing hendanknya mempergunakan berbagai jenis metode dan teknikyang tepat dalam melakuakan tugas. 8) Guru pembimbing hendaknya memperlihatkan dan mempergunakan hasil penelitian dalam minat, kemampuan dan hasil belajar individu untuk kepantingan perkembangannya. d) Prinsip yang berhubungan dengan organisasi dan administrasi bimbingan. 1) Bimbingan dilakukan secara kontiniu. 2) Tersedianya kartu pelayanan pribadi 3) Program disesuaikan dengan program sekolah. 4) Adanya pembagaian waktu untuk para guru pembimbing. 5) Pelaksanakan dapat dilakukan secara individu ata kelompok. 6) Sekolah harus dapat bekerjasama dengan lembaga diluar sekolah. 7) Kepala sekolah memeganga tanggung jawab tertinggi dalam pelaksanaan program. F. Azas-azas bimbingan dan konseling a) Azas kerahasiaan

David Sigalingging, SPd rbl_david@yahoo.com http://davidsigalingging.wordpress.com

Bila siswa mengengungkapkan masalahnya kepada guru pembimbing maka guru pembimbing harus menjaga akan kerahasiaan informasi dan data yang didapat dari siswa. b) Azas kesukarelaan c) Azas keterbukaan d) Azas kemandirian e) Azas kegiatan f) Azas kedinamisan g) Azas keterpaduan h) Azas kenormatifan i) Azas keahlian j) Azas alih tangan k) Azas tutwuri handayani. BAB V PELAYANAN KONSELING DAN PENGEMBANGAN DIRI SISWA A. Pendahuluan Tujuan pokok bahasan ini adalah, agar mahasiswa calon guru memahami 1. Program bimbingan konseling di sekolah 2. Bidang pengembangan pelayanan bimbingan 3. Jenis layanan bimbingan konseling 4. Kegiatan pendukung bimbingan konseling 5. Pengembangan diri siswa melalui pelayanan konseling 6. Pengembangan diri siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler B. Penyajian 1. Program pelayanan bimbingan konseling di sekolah a. Makna dan tujuan program b. Jenis dan komponen/unsure-unsur program untuk masing-masing jenis c. Penyusunan program d. Pelaksanaan program 2. Bidang pengembangan pelayanan bimbingan konseling a. Bidang pengembangan pribadi b. Bidang pengembangan kehidupan social c. Bidang pengembangan kemampuan belajar d. Bidang pengembangan karir 3. Jenis layanan bimbingan konseling a. Layanan orientasi b. Layanan informasi c. Layanan penempatan dan penyaluran d. Layanan penguasaan konten e. Layanan konseling perorangan f. Layanan kelompok g. Layanan konseling kelompok h. Layanan konsultasi i. Layanan mediasi 4. Kegiatan pendukung bimbingan konseling a. Aplikasi instrument
David Sigalingging, SPd rbl_david@yahoo.com http://davidsigalingging.wordpress.com

b. Himpunan data c. Konferensi kasus BAB VI PERANAN GURU DALAM PROGRAM BK DI SEKOLAH A. Pendahuluan 1. Makna dan tujuan 2. Unsure-unsur program bimbingan dan konseling 3. Penyusunan program 4. Pelaksanaan program B. Bidang dan jenis layanan bimbingan dan konseling 1. Bidang-bidang bimbingan 2. Jenis-jenis layanan BK 3. Kaitan jenis layanan BK dengan Bidang Bimbingan C. Peranan personil sekolah dalam menejemen BK di sekolah 1. Kepala sekolah 2. Wakil kepala sekolah 3. Coordinator bimbingan dan konseling 4. Guru pembimbing, sebagai pelaksanan utama. 5. Guru mata pelajaran dan guru praktek 6. Wali kelas D. Guru dan peranannya 1. Guru sebagai mediator kebudayaan 2. Guru sebagai pembimbing 3. Guru sebagai mediator 4. Guru sebgai penegak displin 5. Guru sebagai administrator dan meneger kelas 6. Guru sebagai anggota suatu profesi E. Kerja sama guru mata pelajaran wali kelas dan guru pembimbing BAB VII ADMINISTRASI PENDIDIKAN A. Pendahuluan Materi yang disajikan dalam pokok bahasan ini mencakup konsep dasar administrasi pendidikan. Adapun materi tersebut mencakup: 1. Pengertian administrasi pendidikan 2. Latar belakang perlunya administrasi pendidikan 3. Tujuan administrasiu pendidikan 4. Fungsi administrasi penddikan 5. Bidang garapan administrasi pendidikan B. Materi 1. Pengetian administrasi pendidikan Secara etimologi, kata administrasi pendidikan berasal dari bahasa latin ad dan administrate yang menurut Gei (1992) artinya melayani, membantu, menunjang pencapaian tujuan sehingga benar-benar tercapai. Pengertian administrasi secara lengkap menurut Gei adalah segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam kerja sama mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya Siagian (1986) mendefinisikan administrasi sebagai keseluruhan proses kerjsama antara dua

David Sigalingging, SPd rbl_david@yahoo.com http://davidsigalingging.wordpress.com

orang atau lebih didasarkan atas rasional tertentuuntuk mencapai tujuan tertentu. Dari definisi diatas makna administrasi dapat diuraikan menjadi lima pengertian pokok yaitu: a. Administrasi merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan manusia b. Rangkaian kegiatan itu merupakan suatu prses yang dinamis c. Proses itu dilakukan bersama oleh sekelompok manusia yang tergabung dalam suatu organisasi d. Proses itu dilakukan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya e. Proses pengelolaan itu dilakukan agar tujuan dicapai aecara efektif Disamping adanya pengertia pokok administrasi juga ada unsure pokok administrasi. Menurut Siagian (1986) unsure pokok administrasi pendidikan adalah: a. Adanya sekelompok manusia (sedikitnya dua orang) b. Adanya tujuan yang akan dicapai bersama c. Adanya tugas/fungsi yang harus dilaksanakan (kegitan kerjasama) d. Adanya peralatan dan perlengkapan yang diperlukan 2. Latar belakang perlunya administrasi pendidikan Dalam pp 38 tahun 1992 psal 20 dikatakan bahwa tenaga pendidikan yang ditugaskan untuk menjadi pengelola satuan pendidikan dan pengawasan pada jenjang pendidikan dasar adalah dari kalangan guru. Oleh karena itu, pengembangan karir guru berkaitan dengan bidang administrasi pendidikan. Berdasarkan hal-hal tersebut maka maka calon pengajar harus memperoleh latar belakang pengetahuan dan keterampilan dalam administrasi pendidikan. Hali ini juga sesuai dengan kompetensi guru yang ke-8 yang berbunyi bahwa guru harus mengetahui dan dapat menerapkan administrasi pendidikan. 3. Fungsi administrasi pendidikan a. Perencanaan b. Pengorganisasian c. Pengarahan d. Pengkoordinasian e. Pengawasan 4. Tujuan administrasi pendidikan a. Tujuan jangka pendek b. Tujuan jangkamenengah c. Tujuan jangka panjang 5. Bidang garapan administrasi pendidikan a. Bidang kurikulum b. Bidang kesiswaan c. Bidang sarana dan prasarana d. Bidang personalia pendidikan e. Bidang keungan pendidikan
David Sigalingging, SPd rbl_david@yahoo.com http://davidsigalingging.wordpress.com

f. Bidang ketatausahaan g. Bidang hubungan sekolah dengan masyarakat h. Bidang layanan khusus C. Ringkasan D. Tugas BAB VIII ADMINISTRASI KURIKULUM DAN KESISWAAN I. Administrasi Kurikulum A. Pendahuluan Pokok bahasan ini akan membahas tentang konsep dasar kurikulum dengan tujuan agar mahasiswa dapat: 1. Menjelaskan pengertian kurikulum 2. Menjelaskan perencanaan kurikulum dan pengembangan kurikulum 3. Menjelaskan kegiatan-kgiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan kurikulum 4. Menjelaskan peranan guru dalam administrasi kurikulum B. Materi 1. Pengertian kurikulum Kurikulum dapat diartikan secara sempit dan secara luas. Secara sempit kurikulum diartikan sejumlah mata pelajaran yang harus diambil atau diikuti siswa untuk dapat menematkan pendidikannya pada lembaga pendidikan tertentu, sedangkan secara luas diartikan dengan semua pengalaman belajar yang diberikan sekolah kepada siswa selama mengikuti pendidikan pada jenjang tertentu. Sementara itu undang-undang nomor 20 tahun 2003 mengemukakan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. 2. Perencanaan dan pengembangan kurikulum a. Perencanaan kurikulum 1) penyusunan program dan pengembangan kurikulum a) landasan, program dan pengembangan kurikulum b) garis-garis program pengajaran c) pedomanan pelaksanaan kurikulum 2) penyusunan pedoman teknis pelaksanaan kurikulm seperti pedoman penyusunan kalender pendidikan, pembagaian tugas guru, penyusunan jadwal, pelajaran, penyususnan program pengajaran dan pedoman penyusunan persiapan (satuan )acara pengajaran b. Pengembangan kurikulum Kegiaaankegiatan yang dilakukan dalam pengembangan kurikulum antara lain: 1) Prosedur pembahasan materi kurikulum 2) Penambahan mata pelajaran yang sesuai dengan lingkungan sekolah Prosedur akademik dalam penambahan pelajaran di sekolah adalah:
David Sigalingging, SPd rbl_david@yahoo.com http://davidsigalingging.wordpress.com

a) Harus ada pengkajian secara mendalam dari aspek filsafat,

sosiologis, kebutuhan masyarakat dan kecocokannya dengan tingkat perkembangan anak. b) Harus memenuhi prinsip-prinsip pembinaan dan pengembangan kurikulum, yaitu: prinsip (1) relevansi yaitu kesesuaian mata pelajaran yang akan diberikan dengan lingkungan, baik lingkungan social, geografis, maupun lingkungan keluarga, (2) prinsip efektifitas yaitu sejauhmana penambahan mata pelajaran itu menyumbang terhadap tujuan sekolah, (3) prinsip efesiensi yaitu seberapa jauh sumber yang ada di lingkungan mendukung pelaksanaan pembelajaran itu, (4) prinsip kontinuitas apakah mata pelajaran itu mrupakan prasarat untuk mata pelajaran lain atau dapat dikembangakan lebih lanjut ditingkat yang lebih tinggi, dan (5) prinsip fleksibellitas yang materi pelajaran tidak kaku dalam pelaksanaannya. 3) Penjabaran dan penambahan bahan kajian mata pelajaran Seperti dikemukakan dalam uu nomor 2 tahun 1989 dan pp no 28 tahun 1990 (pasal 15) bahwa mata pelajaran atau kajian dalam mata pelajaran dapat ditambah oleh sekolah untuk memperkaya pelajaran tersebut dengan catatan tidak bertentangan dan mengurangi kurikulum yang berlaku secfara nasional, pemerkayaan dapat dilakukan pada berbagai tingkat: a) Dilakukan oleh guru bidang studi b) Dilakukan oleh kelompok guru sejenis c) Dilakukan oleh guru bersama kepala sekolah d) Dilakukan oleh pengawas e) Dilakukan oleh lembanga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) 3. Pelakasanaan kurikulum a. Penyusunan program pengajaran semesteran/caturwulan 1) Penjabaran bahan pelajaan yang akan disajikan guru dalam proses belajar mengajar 2) Mengarahkan tugas yang harus ditempuh guru agar pelajaran dapat dilakukan secara bertahap dan tepat. b. Penyusunan persiapan pengajaran (atuan pelajaran) 1) Mengisi identitas mata pelajaran 2) Menjabarkan tujuan pokok bahasan (tujuan instruksional umum) menjadi tujuan instruksional khusus (TIK) yang lebih rinci 3) Menjabarkan materi pelajaran dari pokok bahasan ssuai dengan TIK 4) Mengalokasikan waktu pengajaran 5) Menetapkan langkah-langkah penyampain secara lebih rinci 6) Menetapkan prosedur memperoleh balikan, umpan balik. c. Pelaksanaan proses belajar mengajar d. Kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler
David Sigalingging, SPd rbl_david@yahoo.com http://davidsigalingging.wordpress.com

C. Tugas II. Administrasi Kesiswaan A. Sasaran belajar B. Materi C. Tugas-tugas BAB IX ADMINISTRASI PERSONALIA DAN SARANA DAN PRASARANA I. Administrasi Personalia A. Sasaran belajar 1. Pengertian administraasi peronalia Administrasi personalia adalah serangkaian proses kerja sama mulai dari perencanaan, pengorgaisasian, penggerakan, pengawasan dalam bidang personalia dengan mendayagunakan sumber yang ada secara efektif dan efisien, sehingga semua personil sekolah menyumbangkan secara optimal bagi pencapaian tujuan pendidikansekolah yang telah ditetapkan. 2. Perencanaan personalia a. Analisis pekerjaan b. Penentuan formasi c. Penentuan kebutuhan 3. Pengadaan personil a. Perencanaan pengadaan personil b. Pengumman c. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pelamar/calon pegawai negeri sipil d. Lamaran e. Penyaringan/seleksi f. Pengangkatan sebagai calon pegawai negeri sipil g. Pengsngkatan sebgai pegawai negeri sipil 4. Pemanfaatan, pengembangan, dan pembinaan personil a. Orientasi personil b. Pendidikan dan pelatihan c. Penggajian dan kenaikan pangkat d. Kenaikan pangkat e. Cuti f. Kesejahteraan personil g. Pemindahan/mutasi dan promosi h. Penilaian pelaksanaan pekerjaan. 5. Pemberhentian 6. Pension PNS B. Tugas latihan II. Administrasi Sarana dan prasarana A. Sasaran Belajar 1. Pengertian administrasi sarana dan prasarana pendidikan 2. Kegiatan-kegiatan administrasi sarana dan prasarana pendidikan
David Sigalingging, SPd rbl_david@yahoo.com http://davidsigalingging.wordpress.com

3. Perawatan guru dalam administraasi sarana dan prasarana pendidikan. B. Materi 1. Pengertian administrasi sarana dan prasarana 2. Perencanaan kebutuhan sarana dan prasaranan pendidikan a. Analisis kebutuhan b. Mengumpulkan data dan informasi tentatang sarana dan prasarana sekolah yang ada. c. Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan 3. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan 4. Penyimpanan sarana dan prasarana pendidikan a. Syarat pergudangan yang belaku, seperti lokasinya, fasilitas pendukungnya, konstruksinya, keamanan dan lain-lain. b. Sifat barang yang disimpan c. Jangka waktu penyimpanan d. Alat-alat atau sarana lainnya yang diperlukan. e. Dana atau biaya untuk pemeliharaan. f. Prosedur kerja penyimpanan yang jelas dan disesuaikan dengan sifat barang yang disimpan. 5. Invenntasrisasi sarana dan prasarana pendidikan 6. Pemeliharaan/prerawatan sarana dan prasarana pendidikan 7. Penghapusan sarana dan prasarana pendidikan 8. Pengawasan sarana dan prasarana pendidikan C. Rangkuman D. Tugas/latihan BAB X ADMINISTRASI KEUANGAN SEKOLAH, HUBUNGAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT DAN LAYANAN KHUSUS I. Administrasi keuangan sekolah A. Pendahuluan 1. Memahami pengertian tentang keuangan 2. Perencaan keuangan sekolah 3. Penggunaan keuangan sekolah 4. Pertanggungjawaban keuangan sekolah B. Materi 1. Pengertian pengelolaaan keuangan sekolah 2. Perencanaan keuangan sekolah 3. Penggunaan keuangan sekolah 4. pertanggungjwawaban keuangan sekolah II. Administrasi hubungan sekolah dengan masyarakat (husemas) A. Sasaran belajar 1. Pengertian adminisras I husemas 2. Tujuan husemas 3. Prinsip husemas 4. Teknik husemas 5. Pelaksanaan program husemas B. Materi 1. Pengertian
David Sigalingging, SPd rbl_david@yahoo.com http://davidsigalingging.wordpress.com

2. Tujuan husemas 3. Prinsip-prinsip husemas 4. Tenik-teknik husemas 5. Pelaksanaan program husemas C. Tugas/latihan D. Kepustakaan III. Administrasi layanan khusus A. Sasaran belajar B. Materi C. Rangkuman D. Tugas BAB XI ADMINISTRASI KETATAUSAHAAN DAN STRUKTUR ORGANISASI DEPDIKNAS I. Administrasi ketatausahaan A. Pendahuluan Pokok bahasan ini mencakup ketatausahaan dan sstruktur organisasis dengan tujuan aar mahasiswa dapat: 1. Memahami pengertian administrasi ketatausahaan 2. Mampu membuat surat untuk keperluan dinas 3. Mampu mengolah surat masuk dan eluar sesuai sifatnya 4. Mampu mengidentifikasi surat menurut klasifikasi kearsipan B. Materi 1. Pengertian Bidang administrasi ketatausahaan memiliki peranan penting. Setiap kegiatan yang mengandung kerjasama terhadap kegiatan ketatausahaan, termasuk kegiatan dalam organisasi sekolah. pentingnya petatausahaan ini, seperti dikatakan The Liang Gie (1998:21) mempunyai peranan melancarkan kehidupan dan perkembangan sesuatu organisasi dalam keseluruhannya karena fungsinya sebagai pusay ingatan dan sumber dokuman. The Liang Gie (1998:16) merumuskan pengertian tata usaha sebagai segenap rangkaian aktivitas menghimpun, mencatat, mengolah, menggandakan, mengirim dan menyimpan keteranganketerangan yang diperlukan dalam setiap oragnisasi. Dalam buku dasardasar administrasi pendidikan yang disusun oleh staf pengajar FIP FKIP Padang dikemukakan bahwa administrasi ketatausahaan meliputi segenap kegiatan mulai dari pembuatan, pengolahan, penataan sampai dengan penyimpanan semua bahan keterangan yang diperlukan oleh organisasi:. Dari pengertian diatas, The Liang Gie (1998) mengemukakan enam pola pembuatan dalam kegiatan tata usaha: a. Menghimpun segala keterangan yang diperlukan baik belum ada maupun yang masih berserakan. b. Mencatat berbagai ketrangan baik dalam bentuk tuliasan maupun audio visual secara manual maupun elektronik sehingga dapat dibaca, dikirim dan disimpan.
David Sigalingging, SPd rbl_david@yahoo.com http://davidsigalingging.wordpress.com

c. Mengolah berbagai keterangan-keterangan yang telah dihimpun untuk dapat disajikan menjadi informasi yang berguna. d. Menggandakan berbagai keterangan untuk didistribusikan mauppun pendokumentasian. e. Mengirimkan berbagai keterangan-keterangan untuk dipergunakan pihak lian. f. Menyimpan berbagai keterangan untuk dapat digunakan pada saat yang lain. Ciri-ciri utama dalam kegiatan ketatausahaan The Liang Gie (1998) adalah bersifat pelayanan, merembes kesegenap bagian dalam organisasi dan dilaksanakan oleh semua pihak C. Ringkasan D. Tugas/latihan II. Struktur organisasi A. Sasaran belajar Setelah memplajari bab ini diharapkan mahasiswa dapat: 1. Memahami pengertian struktur organisasi 2. Mengidentifikasi pola-pola organisasi 3. Mengidentifikasi struktur organisasi yang tepat diciptakan agar iklim sekolah kondusif untuk penylenggaraan pendidikan dan pengajaran B. Pengertian struktur organisasi Administrasi pendidikan akan selalu terlibat dalam kegiatan struktur organisasi, karena tugasnya berkenaan pengelolaan sumber-sumber organisasi baik yang berhubungan dengan manusia yang dinamik maupun non manusia yang berkembang seiring dengan dinamika manusia yang menggunakan sumber-sumber non manusia tersebut. Oleh karena itu, pembahasan ini tentang struktur organisasi merupakan bagian esensial bagi penyiapan tenaga kependidikan yang juga merupakan administrator pendidikan. Istilah organisasi merupakan suatu istilah yang lazim kita dengar bahkan disadari atau tidak, kita berada dan menjalani kehidupan dalam organisasi merupakan kebutuhan setiap orang. Oleh sebab itu, setiap orang selalu berusaha menjadi anggota suatu organisasi. Pengertian organisasi dapat ditinjau dari batasan istilah oraganisasi dan pengorganisasian. Istilah organisasi, dari segi asal katanya merupakn kata benda, mengandung pengertian organisasi sebagai wadah, tempat dimana kegiatan administrasi dan menejemen dilaksanakan. Istilah kedua, pengorganisasian menurut asal katanya merupakn kata kerja, mengandung pengertian suatu cara pengalokasian kegiatan organisasi dalam bentukbentuk tugas dan membagi-bagi tugas tersebutkepada anggota organisasi (Handoko, 1992 dan Burhanuddin, 1994). Suatu organisasi mengandung prinsip-prinsip dasar. Prinsip-prinsip dasar suatu organisasi adalah: 1) Perumusan tujuan secara jelas 2) Anggota orgasnisasi harus memenuhi dan menjiwai tujuan yang akan dicapai.
David Sigalingging, SPd rbl_david@yahoo.com http://davidsigalingging.wordpress.com

3) Adanya pembagaian kerja sedemikian rupa, yang dilakukan atas dasar perbedaan kemampuan dan minat anggota organisasi. 4) Pelimpahan wewenang sesuai dengan tanggung jawab 5) Hierarki wewenang dari atas sampai ke bawah hanya dilakukan secara tegas, agar dapat memberikan gambaran pola hubungan kerja yang perlu dipelihara 6) Kesatuan arah dari pelaksanaan kegiatan dan pendayagunaan sumbersumber organisasi 7) Adanya kesatuan perintah diantara pimpinan dan anggota organisasi 8) Rentang pengawasan (span of controll) yang memadai, agar setiap unit kegiatan dalam organisasi dapat dipantau secara optimal. 9) Susunan struktur organisasi secara sederhana sesuai kebutuhan dan potensi organisasi 10) Pola dasar organisasi hendaknya relative permanen (burhanuddin, 1994). C. Keuntungan struktur organisasi Struktur organisasi yang baik dapat memberikan keuntungan yaitu: 1) Setiap orang akan mengerti tugasnya masing-masing 2) Memperjelas hubungan kerja para anggota organisasi 3) Terdapat koordinasi yang tepat antar unit kerja 4) Menggunakan tenaga kerja sesuai dengan kemampuan dan minat 5) Kegiatan organsasi dan menejemen dapat dilakukan secara efektif D. Proses pengorganisasian Proses pengorganisasian mengandung tiga unsure kegiatan, yaitu; 1) Pemerincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksakan untuk mencapai tujuan organisasi 2) Pembagian beban kerja total menjadi kegiatan-kegiatan yang secara logis dapat dilaksanakan oleh satu orang. Pembagaian beban kerja sebaiknya tidak terlalu berat sehingga tidak dapat diselesaikan atau terlalu ringan sehingga ada waktu menganggur, tidak efisien dan terjadi biaya yang tidak perlu. 3) Pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan para anggota organisasi menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis. Mekanisme pengkoordinasian ini akan membuat para anggota organisasi menjaga perhatiannya pada tujuan organisasi dan mengurangi ketidakefisienan dan konflik-konflik yang merusak (Handoko, 1992). Proses pengorganisasian perlu mempertimbangkan hal-hal berikut: 1) Pembagian kerja harus dilakukan dan menugaskannya pada individu tertentu, kelompok dan departemen. 2) Pembagian aktivitas menurut level kekuasaan dan tanggung jawab. 3) Pembagian/pengelompokan tugas menurut tipe dan jenis kegiatan organisasi 4) Penggunaan mekanisme koordinasi kegiatan individu dan kelompok 5) Pengaturan hubungan kerja antara anggota organisasi (Handoko, 1992).
David Sigalingging, SPd rbl_david@yahoo.com http://davidsigalingging.wordpress.com

E. Faktor utama yang menetukan perancangan struktur organisasai

Factor-faktor yang menetukan rancangan suatu struktur organisasi adalah: 1) Strktur organisasi, yaitu cara-cara yang digukan untuk mencapai tujuan sorganisasi. 2) Teknologi yang digunakan organisasi, tercakup jenis organisasi bersifat pelayanan atau prodak. 3) Lingkungan ekstenal, yang merupakan masukan dan pengguna keluaran organisasi. 4) Orang-orang yang terlibat dalam organisasi, menunjuk pada perbedaan minat, kebutuhan, kemampuan dan kepribadian. 5) Ukuran organisasi, organisasi besar atau kecil, berda dalam satu regional atau beberapa regional (Handoko, 1992 dan Winardi, 1990). F. Tipe-tipe struktur organisasi Ada beberapa tipe struktur organisasi yang umum dikenal, yaitu bentuk lini, lini dan staf, fungsional dan panitia (Burhanudin, 1994). 1. Bentuk lini Ciri-ciri pokok organisasi berbentuklini adalah: a. Garis komando langsung dari atasan ke bawahan atau dari pimpinan tertinggi keberbagai tingkat operasional. b. Masing-masing pekerjaan bertanggung jawab penuh terhadap semua kegiatannya. c. Otoritas dan tanggung jawab tertinggi pada puncak pimpinan organisasi makin lama makin berkurang menurut jenjang. d. Organisasi relative kecil dengan jumlah karyawan yang relative sedikit. e. Hubungan kerja antara pimpinan dan bawahan bersipat langsung. f. Tujuan, alat-alat yang digunakan dan struktur organisasinya masih sederhana. g. Pemilik organisasi biasanya menjadi pimpinan tertinggi. 2. Bentuk lini dan staf Cir-ciri pokok organisasi berbentuk lini dan stef adalah; a. Organisasi relative besar dan kompleks b. Jumlah karyawannya relative besar c. Terdapat dua kelompok (lini yaitu karyawan pelaksana dan staf yaitu karyawan ahli dalam pelaksanaan kegiatan organisasi). d. Hubungan kerja antara pimpinan dan bawahan tidak bersifat langsung e. Spesialisasi dikembangkan secara optimal. 3. Bentuk fungsional Cirri-ciri pokok organisasi berbentuk fungsional adalah: a. Terdapat pelimpahan kekuasaan dari pimpinan ke pejabat yang memimpin satua-satuan dalam suatu bidang tertentu. b. Tidak terlalu menekankan fungsi structural, tetapi didasarkan pada sifat dan fungsi yang harus dijalankan. c. Spelisialisasi dikembangkan secara optimal. 4. Bentuk panitia
David Sigalingging, SPd rbl_david@yahoo.com http://davidsigalingging.wordpress.com

5. Cirri-ciri poko organisasi berbentuk panitia adalah: a. Struktur organisasinya tidak begitu komplek b. Struktur organisasi relative tidak permanen, dipakai untuk menyelesaikan proyek-proyek tertentu dan selanjutnya dibubarkan c. Tugas kepemimpinan dilaksanakan ssecara kolektif d. Semua anggota pimpinan mempunyai hak, wewenang dan tanggung jawab yang sama. e. Para pelaksana dikelompokkan menurut tugas-tugas tertentu dalam suatu tugas. G. Unsure-unsur struktur organisasi Unsure-unsur dalam struktur organisasi terdiri dari: 1. Spelisialisasi kegiatan yang berkenaan dengan spesialisasi tugas-tugas individual dan kelompok kerja dlam organisasi (pembagian kerja) dan penyatuan tugas-tugas tersebut menjadi satuan-satuan kerja (Departementalisasi). 2. Standarisasi kegiatan, yang berkenaan dengan prosedur-prosedur yang digukan organisasi untuk menjamin terlaksananya kegiatan seperti yang direncanakan. 3. Koordinasi kegiatan, yang berkenaan dengan prosedur-prosedur yang mengitegrasi fungsi-fungsi satuan-satuan kerja dalam organisasi. 4. Sentralissi dan desentralisasi pembuatan keputusan, yang berkenaan dengan lokasi (letak) kekuasaan pembuatan keputusan. 5. Ukuran satuan kerja, yang berkenaan dengan jumlah karyawan dalam suatu kelompok kerja. H. Disain struktur organisasi Disain organisasi berkenaan dengan kegiatan menciptakaan struktur tugas dan wewenang dalam organisasi. Tugas-tugas dalam organisasi dikelompokkan dalam satuan-satuan kerja atau unit. Pengelompokan tersebut didasarkan atas kesamaan, seperti kesamaan jenis tugas. Tugas-tugas yang telah menjadi satuan kertja tersebut , dijabarkan satuan terkecil sebagai tugas individual masing-masing anggota organisasi. Berdasarkan pertimbangan jumlah dan sifat satuan tugas serta jumlah individu yang terlibat dalam pelaksanaan tugas tersebut diciptakan satuan komando untuk menjamin adanya pengontrolllllllan pelaksanaan tugas secara efektif dan efisien. Kemudian, ditentukan wewenang masing-masing satuan tugas dan individu yang melaksanakan tugas. Kegiatan dalam disain organisasi dapat dikategorikan atas kegiatan depertementalisasi, pembagian pekerjaan, pengaturaan rentang kendali (span of control) dan pendelegasian wewenang. 1. Pembagian pekerjaan a. Memudahkan melatih, mengganti atau memindahkan pegawai sesuai dengan ukuran spesialisasi tugas. b. Biaya pelatihan bagi pegawai lebih rendah karena memfokuskan pada satu spesialisasi. c. Pegawai dapat menjadi ahli dalam bidang tugas spesialisasi tertentu.
David Sigalingging, SPd rbl_david@yahoo.com http://davidsigalingging.wordpress.com

d. Kualitas hasil lebih terjamin. 2. Departementalisasi a. Departementalisasi fungsional b. Departementalisasi teritorial c. Departementalisasi produk d. Departementalisasi pelanggan e. Departementalisasi divisional 3. Rentang kendali 4. Pertimbangan dalam menetukan rentang kendali adalah: a. Kontak yang diperlukan b. Tingkat pendidikan dan pelatihan staf c. Kemampuan komunikasi d. Pelimpahan wewenang I. Organisasi informal J. Organisasi sekolah Birokrasi vs Professional K. Rangkuman L. Latihan BAB XII SUPERVISE PENDIDIKAN Pendahuluan Pokok bahasan ini membahas tentang konsep dasar supervise pendidikan, yang bertujuan agar mahasiswa dapat memahami: 1. Pengertian dan latar belakang perlunya supervise pengajaran 2. Tujuan, peranan dan prinsip supervise pendidikan 3. Proses supervise pendidikan 4. Tekinik-teknik supervises pendidikan 5. Peranan guru dalam supervise pendidikan A. Pengertian dan latar belakang perlunya supervise Supervise pengajaran dalam kenyataannya sering dilaksanakan berbeda dengan pengertian supervise yang sebelumnya. Bagi sebahagian supervisor dilapangan mengartikan supervise dengan kegiatan yang sederhana sekali. Jika mereka mengunjungi kelas dan mengamati guru yang ssedang melaksanakan proses belajar mengajar, serta mengisi instrument yang dibawanya, berarti mereka sudah melaksanakan supervise pengajaran. Pemahaman konsep supervise pendidikan seperti yang ditunjukkan pada contoh diatas perlu diluruskan. Sebenarnya kegiatan yang dilakukan supervisor dalam contoh tersebut belum dapat dikatakan kegiatan supervise pengajaran, sebab belum memnerikan pengaruh terhadap peningkatan kualitas penampilan guru dalam mengajar. Bedasarkan pengertian diatas, secara sederhana dapat dirumuskan bahwa supervise pengajaran merupakan usaha yang dilakukan supervisor dalam membantu guru-guru yang dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam mengelola proses belajar mengajar. Supervise ppengajaran perlu dilaksanakan dengan beberapa alas an, yaitu: 1. Hakekat individu Guru adalah manusia biasa. Pada hakekatnya menusia biasa tiada yang sempurna. Begitu pula guru, biasanya guru-guru mempunyai kelebiohan
David Sigalingging, SPd rbl_david@yahoo.com http://davidsigalingging.wordpress.com

dan kekurangn, baik dalam hal pengetahuan maupun dalam kemampuan professional. Kelebihan dan kekurangan tersebutperlu selalu dibina dan ditingkatkan melkalui supervise. 2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Kehidupan manusia selalu dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, karena itu manusia harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Begitu pula siswa, sebagai generasi bangsa masa mendatang perlu dipersiapkan sedemikian rupoa, sehingga mereka mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada dilingkungannya. 3. Pertumbuhan jabatan Pertumbuhan jabatan merupakan salah satu aspek yang diduga ikut mempengaruhi motivasi kerja guru. Karena itu, pertumbuhan jabatan guru perlu mendapat perhatian agar mereka dapat berkembang sesuai dengan kemapuan profesionalnya. Salah satu wujud perhatian terhadap pertumbuhan jabatan tersebut ditunjukkan dengan memberikan bantuan, bimbingan dan motivasi kepada guru terutama yang mengalami kesulitan dalam pertumbuhan jabatanya. Bantuan, bimbingan dan motivasi dapat diberikan melalui kegiatan supervise. B. Tujuan, peranan dan prinsip supervise pendidikan 1. Tujuan supervise Tujuan umum supervise menurut Rivai (1982) adalah membantu guru meningakatkan kemampuannya agar menjadi guru yang lebih baik. Selanjutnya Bafadal (1992) mengatakan bahwa tujuan supervise pendidikan adalah untuk membantu guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan yang ditetapkan bagi murid-muridnya. Secara khusus tujuan supervise menurut Rivai (1982) adalah sebagai berikut: a. Membantu agar guru dapat lebih mengerti tujuan-tujuan pendidikan di sekolah, dan fungsi sekolahdalam usaha mencapai tujuan pendidikan. b. Membantu guru agar lebih menyadari dan mengerti kebutuhankebutuhan siswa serta masalah yang dihadapinya, supaya dapat membantu siswa dengan lebih baik. c. Melaksanakan kepemimpinan efektif dengan cara yang demokratis dalam rangka meningkatkan kegiatan professional disekolah dan hubungan staf yang kreatif untuk meningkatkan kemampuan masingmasing. d. Menemukan kemampuan dan kelebihan tiap guru dan memanfaatkan dan mengembangkan kemampuan tersebut. e. Membantu guru meningkatkan kemampuan mengajar di depan kelas. f. Membantu guru dalam masa orientasinya supayqa cepat dapat menyesuaikan diri dengan tugasnya dan dapat mendayagunakan kemampuannya secara maksimal. g. Membantu guru menemukan kesulitan belajar siswa dan menemukan tindakan perbaikannya. 2. Peranan supervise pendidikan
David Sigalingging, SPd rbl_david@yahoo.com http://davidsigalingging.wordpress.com

a. Supervise sebagai kepemimpinan b. Supervise sebagai inspeksi c. Supervise sebagai penelitian d. Supervise sebagai latihan dan bimbingan e. Supervise sebagai sumber dan pelayanan f. Supervise sebagai koordinasi g. Supervise sebagai evaluasi 3. Prinsip-prinsip supervise pendidikan a. Prinsip-prinsip positif b. Prinsip-prinsip negatif C. Proses supervise pendidikan 1. Perencanaan supervise pendidikan 2. Pelaksanaan supervise pendidikan a. Pengumpulan data b. Penilaian c. Detekti kelemahan d. Memperbaiki kelemahan e. Bimbingan dan pengembangan 3. Evaluasi D. Teknik-teknik supervise pendidikan 1. Teknik individual (individual technique) a. Kunjungan kelas b. Observasi kelas c. Percakapan pribadi d. Saling mengunjungi kelas 2. Teknik kelompok E. Peranan guru dalam supervise pendidikan 1. Fase perencanaan 2. Fase pelaksaan 3. Fase evaluasi F. Rangkuman Supervise adalah proses pemberian bantuan kepada guru/staf sekolah untuk memperbaiki atau mengembangkan situasi belajar mengajar yang baik. Supervise ini perlu diberikan kepada guru mengingat hakekat guru sebagai manusia yang tidak luput dari kekurangan/keterbatasan, dapat dipengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan juga karena perkembangan jabatan guru. Tujuan supervise secara umum adalah membantu meningkatkan atau memperbaiki proses belajar mengajar. Melalui peningkatan PBM diharapkan hasil belajar siswa akan lebih baik. Supervise merupakan suatu proses yang tediri dari beberapa kegiatan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Dalam pelaksanaannya supervisor perlu mempedomani prinsip-prinsip supervise, baik prinsip fundamental maupun prinsip praktis. Disamping itu, G. Latihan BAB XIII KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN
David Sigalingging, SPd rbl_david@yahoo.com http://davidsigalingging.wordpress.com

A. Pendahuluan Pada bab ini kita selanjutnya kita akan membahas tentang: 1. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan dan kepemimpinan pendidikan 2. Bagaimana hubungan kepemimpinan pendidikan dengan menejemen pendidikan 3. Factor-faktor apa yang mempengaruhi kepemimpinan pendidikan 4. Bagaimana fungsi dari seorang pemimpin pendidikan 5. Bagaimana gaya kepemimpinan yang efektif untuk mempengaruhi anggota. Bersarakan uraian diatas, diharapkan setelah mempelajari bab ini mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan pengertian kepemimpinan pendidikan 2. Mendeskripsikan hubungan kepemimpinan dengan menejemen 3. Menjelaskan factor-faktor yang menentukan perilaku pemimpin pendidikan 4. Menjelaskan fungsi dari seorang pemimpin 5. Menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat dalam pelaksanaan tugasnya nanti. B. Materi perkuliahan 1. Pengertian kepemimpinan pendidikan Sebelum menjelaskna pengertia pengertian kepemimpinan pendidikan, terlebih dahulu diuraikan pengertian kepemimpinan secara umum. a. Kepemimpinan sebagai focus proses-proses kelompok. Diantara ahli yang mengemukakan definisi adalah mumford (1906-1907) yang memandang kepemimpinan adalah keunggulan seseorang atau beberapa individu dlam kelompok, dalam proses mengontrol gejalagejala social. b. Kepemimpinan sebagai suatu kepribadian dan akibatnya. c. Kepemimpinan sebagai sutau seni mempengaruhi orang lain d. Kepemimpinan sabagai penggunaan pengaruh e. Kepemimpinan sebagai tindakan atau tingkah laku f. Kepemimpinan sebagai bentuk persuasi g. Kepemimpinan sebagai alat untuk mencapai tujuan h. Kepemimpinan sebagai pembedaan peran i. Kepemimpinan sebagai inisiasi struktur 2. Hubungan administrasi dengan kepemimpinan a. Hubungan kepemimpinan dan administrasi dari luas lingkupnya. b. Hubungan kepemimpinan dan administrasi/menejemen ditinjau dari prosesnya 3. Factor-faktor yang menentukan perilaku kepemimpinan pendidikan a. Factor-faktor yang berasal dari pemimpin itu sendiri b. Faktor-faktor yang berasal dari dari kelompok yang dipimpinnya c. Factor lembaga/organisasi yang dipimpin d. Factor-faktor legal e. Factor-faktor lingkungan social

David Sigalingging, SPd rbl_david@yahoo.com http://davidsigalingging.wordpress.com

f. Factor perubahan perubahan dan pembaruan dalam teori dan atau bidang pendidikan 4. Fungsi kependidikan pendidikan a. Mendefinisikan misi dan peranan organisasi b. Mengejatawahkan/mewujudkan tujuan organisasi c. Mempertahankan keutuhan organisasi d. Mengendalikan konflik internal yang terjadi di dalam organisasi 5. Gaya kepemimpinan a. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas b. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada manusia/bawahan C. Rangkuman D. Latihan

David Sigalingging, SPd rbl_david@yahoo.com http://davidsigalingging.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai