Anda di halaman 1dari 6

Machine Translated by Google

Kemajuan dalam Penelitian Ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora, volume 118

Konferensi Internasional ke-9 untuk Pendidik dan Guru Sains (ICSET)

Model Pendidikan Keluarga dalam Pembentukan Karakter Anak Usia Dini


Nilai Keluarga Nelayan Miskin Perkotaan di Kota Semarang

Emmy Budiartati , Mintarsih Arbarinib


, Usman

Abstrak

Nelayan tradisional hidup dalam lingkungan yang terbatas, sehingga menyebabkan mereka harus hidup berdampingan
dengan penjara kemiskinan. Akibatnya, mereka kurang memperhatikan pendidikan keluarga. Anak-anak mereka
tumbuh dengan karakter yang kurang. Untuk mengantisipasi dan mengatasi keadaan tersebut diperlukan model
pendidikan keluarga untuk membentuk pembentukan karakter mereka untuk mencegah perilaku destruktif anak sejak
dini ke masyarakat ini. Tujuan penelitian tahap pertama (1)/tahun menghasilkan gambaran sosial ekonomi dalam
kaitannya dengan kebutuhan pendidikan keluarga. Kemudian menghasilkan model konseptual pendidikan keluarga
yang dirancang dalam rancangan pendidikan keluarga yang mewujudkan nilai-nilai keteladanan karakter dan kebajikan
yang berakar pada agama, budaya, kewarganegaraan dan sopan santun yang mudah dipahami dan diterapkan dengan baik pada keluarga nela
Prosedur tersebut meliputi: 1) Identifikasi kondisi sosial ekonomi keluarga, 2) pola pendidikan keluarga, 3) peran
orang tua dalam pembentukan karakter anak usia dini dan 4) kebutuhan pendidikan keluarga dalam pembentukan
karakter anak usia dini untuk memperoleh kepribadian yang baik. Hasil penelitian menunjukkan 1) bahwa keluarga
miskin di desa nelayan telah banyak mengalami perubahan dari segi sosial ekonomi. Hal ini terjadi karena campur
tangan pemerintah yang telah memberikan fasilitas yang memadai bagi nelayan, seperti pinjaman lunak untuk
memiliki kapal. 2) Pola pendidikan keluarga dan peran orang tua berubah. 3) Kehidupan yang lebih baik membuat
orang tua lebih memperhatikan pendidikan anaknya pada umumnya dan pendidikan karakter pada khususnya. 4)
Dilihat dari latar belakang pendidikan orang tua yang umumnya rendah, maka diperlukan suatu bimbingan untuk
membekali kebutuhan orang tua untuk memahami dan menerapkan pendidikan karakter karakter anak usia dini
secara tepat. Bimbingan tersebut berisi informasi tentang pembentukan karakter menyangkut beberapa nilai
emosional, sosial dan intelektual yang disesuaikan dengan kemampuan orang tua dan pola keluarga.

Kata kunci:

hukuman untuk melaksanakan proses sosialisasi


1. PERKENALAN nilai-nilai dalam keluarga. Untuk itu, dibutuhkan
model pendidikan keluarga yang lebih mudah untuk
Kemiskinan nelayan di perkotaan merupakan menerapkan nilai-nilai karakter yang lebih baik.
sesuatu yang unik dan sangat kompleks, karena ada Dalam keluarga, orang tua akan memenuhi
beberapa faktor yang mempengaruhi terciptanya segala kebutuhan anak berupa kebutuhan fisik
kemiskinan keluarga itu sendiri. Beberapa aspek antara lain; Makanan, pakaian, tempat tinggal, dan
kemiskinan pada keluarga perkotaan antara lain: kebutuhan lainnya. Kebutuhan nonfisik meliputi;
aspek pribadi, keluarga, kelompok, masyarakat, dan Kasih sayang, perhatian, belaian, pujian, teguran,
kebijakan pemerintah juga menjadi variabel yang dan kebiasaan yang dapat mengembangkan potensi
anak sejak lahir.
mempengaruhi kemiskinan keluarga perkotaan
(Sjafari, 2014:15). Orang tua nelayan miskin yang sibuk bekerja
Pola hidup keluarga miskin di perkotaan di laut untuk meningkatkan perekonomian keluarga,
dihadapkan pada tekanan hidup yang sangat keras terkadang memiliki sedikit waktu luang untuk
dan khas. Hal ini disebabkan kualitas hidup keluarga berinteraksi dengan anak menunjukkan bahwa
miskin dililit oleh masalah keterbatasan ekonomi, keluarga telah kehilangan banyak peran esensial dan
keterbelakanganmengakses
pendidikan,berbagai
dan kesulitan
layanan
dalam
publik. loyalitasnya kepada anak. Untuk itu loyalitas telah
menyebabkan lembaga pendidikan lain yang
memaksa keluarga untuk bekerja dengannya, bahkan
menyerahkan tanggung jawab kepada sekolah.
Hasil penelitian Sjafari (2014:107)
mengungkapkan bahwa keluarga miskin perkotaan Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya
tidak memiliki pendidikan yang cukup untuk (Budiartati, 2013) bahwa keluarga nelayan miskin
mengembangkan pola dan metode yang mampu kota Semarang sangat minim perhatian orang tua
menginternalisasi nilai-nilai positif bagi anggota keluarga. terhadap pendidikan anak-anaknya terutama pada
Kondisi demikian menyebabkan budaya pengembangan nilai. Menurut pandangan orang tua
keluarga yang terikat dengan nilai-nilai karakter pada nelayan, pendidikan anak hanya diserahkan kepada
sekolah atau guru saja.
akhirnya tidak mampu menumbuhkan dan
memperkuat motivasi dalam hidup. Pada umumnya
penanaman nilai karakter pada keluarga miskin di perkotaanAkibatnya, nelayan
menggunakan anak dan
nasehat usia dini menjadi

Hak Cipta © 2017, Penulis. Diterbitkan oleh Atlantis Press.


438
Ini adalah artikel akses terbuka di bawah lisensi CC BY-NC (http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/).
Machine Translated by Google
Kemajuan dalam Penelitian Ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora, volume 118

ditinggalkan dalam pembentukan karakter yang 5. Mengembangkan model pendidikan keluarga


seharusnya diperoleh dari keluarganya. dalam penanaman nilai-nilai karakter anak
Usia dini merupakan masa keemasan (golden usia dini pada keluarga nelayan miskin
age) dimana perkembangan fisik, kognitif, bahasa, perkotaan di Kota Semarang.
dan sosial berlangsung sangat pesat. 6. Mengetahui keefektifan model pendidikan keluarga
Masa ini merupakan masa peka untuk menerima dalam penanaman nilai-nilai karakter anak usia
rangsangan (stimuli) dan sangat menentukan bagi dini pada keluarga nelayan miskin perkotaan
perkembangan anak di masa yang akan datang di Kota Semarang.
(Jamaris, 2008). Jika saat ini potensi anak tidak
dikembangkan seoptimal mungkin, maka anak akan 2. HASIL DAN PEMBAHASAN
mengalami kerugian yang besar, karena masa ini
tidak akan pernah terjadi lagi. Oleh karena itu,
menjadi kewajiban orang tua untuk membantu
potensi anak agar dapat berkembang secara optimal. 2.1 Pendekatan Penelitian
Survei pendahuluan keluarga nelayan
Penelitian ini menggunakan pendekatan
menemukan informasi bahwa orang tua menanamkan
nilai karakter anak usia dini berdasarkan intuisi dan research and development dari Gall, Gall, & Borg
(2007). Jenis penelitian dan pengembangan ini
turun temurun, kegiatan penanaman karakter tanpa
didasarkan pada pertimbangan bahwa penelitian
sepengetahuan yang dipelajari dari buku-buku
dan pengembangan dimaksudkan untuk
penanaman nilai karakter anak usia dini. Dalam studi
menghasilkan produk model yang prosedural.
pendahuluan dapat diidentifikasi hampir semua
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
orang tua dalam keluarga nelayan berlatar belakang
model pendidikan keluarga dalam penanaman nilai
SD, dan SMP, sehingga kemampuan mendidik dan
karakter anak usia dini pada keluarga nelayan miskin
menanamkan nilai-nilai karakter pada anak usia dini
perkotaan, sehingga layak menggunakan model dari
dilakukan sesuai kemampuan.
Gall, Gall & Borg (2007). Untuk kebutuhan penelitian
dan pengembangan disesuaikan dengan tujuan dan
kondisi penelitian sebenarnya yang terjadi pada
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut,
keluarga nelayan miskin perkotaan yang memiliki
maka sangat diperlukan upaya penanaman nilai-nilai
anak dini di kota Semarang.
karakter pada anak usia dini keluarga nelayan miskin
perkotaan dalam rangka pengembangan karakter
sedini mungkin. Model pendidikan keluarga yang 2.2 Prosedur penelitian
digunakan dalam penelitian ini adalah model
pendidikan keluarga dalam penanaman nilai-nilai Prosedur penelitian dan pengembangan ini
karakter anak usia dini antara 4-6 tahun (usia taman menggunakan model penelitian dan pengembangan
kanak-kanak) bagi keluarga nelayan perkotaan yang yang disederhanakan dari Gall, Gall & Borg (2007)
miskin sehingga anak usia dini akan terhindar dari dalam 3 tahap: 1) studi pendahuluan; 2)
perilaku destruktif dan menyimpang. . Selanjutnya pengembangan model; Dan 3) pengujian produk.
melalui pendidikan keluarga ditanamkan nilai-nilai Pada tahap studi pendahuluan langkah-langkahnya adalah:
kebajikan dan keteladanan oleh orang tua sendiri. SEBUAH). Melakukan studi literatur yang
digunakan untuk mengumpulkan bahan-bahan
pendukung. Materi pendukung yang dibutuhkan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian dan pengembangan antara lain
penelitian ini sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan pendidikan keluarga, nilai karakter untuk anak usia
kondisi sosial ekonomi keluarga nelayan miskin dini, dan keluarga nelayan miskin perkotaan.

perkotaan Semarang. B). Melakukan studi lapangan yang meliputi:


(1) kondisi sosial dan ekonomi keluarga nelayan
2. Mendeskripsikan pola pendidikan keluarga miskin perkotaan, (2) pola pendidikan keluarga
nelayan miskin perkotaan dalam penanaman nelayan miskin perkotaan, dan (3) penanaman nilai
nilai karakter pada anak usia dini. karakter pada anak-anaknya.
3. Mendeskripsikan peran orang tua keluarga
nelayan miskin perkotaan dalam penanaman C). Mendeskripsikan pola pendidikan
nilai karakter pada anak usia dini. keluarga nelayan miskin perkotaan yang telah
4. Mendeskripsikan kebutuhan pendidikan keluarga diterapkan dan menganalisis permasalahan
nelayan miskin perkotaan terhadap nilai-nilai pendidikan keluarga dalam penanaman nilai karakter

karakter PAUD dalam pembentukan kepribadian pada anak usia dini.


yang baik di kota Semarang.

439
Machine Translated by Google
Kemajuan dalam Penelitian Ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora, volume 118

Penelitian ini penting mengingat latar belakang dibayarkan pada saat panen. Namun pada saat
pendidikan orang tua umumnya rendah, orang tua musim baik (musim panen) pada bulan Februari,
membutuhkan bimbingan agar dapat memahami Maret, dan April, mereka bisa menghabiskan waktu
dan menerapkan penanaman nilai-nilai karakter antara 6 hingga 8 jam melaut dan mendapatkan
yang tepat untuk anak usia dini. Pembinaan tersebut hasil yang bisa digunakan untuk membayar utang
merupakan informasi tentang penanaman nilai-nilai pada saat hasil tangkapan kosong.
karakter dalam keluarga meliputi nilai karakter Beberapa keluarga nelayan tidak hanya
emosional, sosial dan intelektual yang disesuaikan mengandalkan hasil tangkapan ikan dari suaminya.
dengan kemampuan orang tua dan pola asuh Istri membantu menambah penghasilan keluarga
keluarga. dengan bekerja di pabrik. Keluarga seperti itu
Subyek penelitian ini adalah keluarga nelayan umumnya dapat meningkatkan taraf hidup mereka
miskin perkotaan yang memiliki PAUD usia 4-6 menjadi lebih baik. Tugas istri nelayan yang tidak
tahun di desa nelayan tambak lorok desa Tanjung bekerja di luar selain tugas utama di sektor
Mas kabupaten Semarang Utara. Jumlah subjek domestik (urusan rumah tangga) adalah memilah
penelitian adalah 70 keluarga nelayan. hasil tangkapan dari laut berupa kerang hijau,
udang rebon (udang kecil) dan berbagai jenis. ikan.
Setelah dipilah kemudian dibawa ke pasar untuk
2.3 Hasil Penelitian dan dijual di pengecer (keranjang).
Mengenai harga tergantung musim terkadang bisa
Pembahasan
dijual dengan harga tinggi (mahal) atau murah.
Berapapun hasil penjualan/pendapatan yang
Hasil penelitian pada tahap pertama
diperoleh digunakan untuk membiayai kehidupan
merupakan tahap awal pengembangan model
keluarga nelayan.
pendidikan keluarga dalam penanaman nilai-nilai
Kondisi rumah nelayan bervariasi, ada yang
karakter anak usia dini yang mudah dipahami dan
memiliki rumah dengan bangunan permanen tetapi
diterapkan oleh para nelayan miskin perkotaan.
belum (± 60%), ada juga yang memiliki rumah semi
Kegiatan tahap awal ini berhasil mengidentifikasi
permanen, dinding bawah dan dinding atas dari
kondisi sosial ekonomi nelayan miskin perkotaan
papan, lantai plesteran, dan rumah sangat
dalam penanaman nilai-nilai karakter PAUD, peran
sederhana (anyaman). dinding bambu, Dan papan,
orang tua keluarga nelayan miskin perkotaan dalam
papan lantai, landasan dikeraskan dengan tumpukan
penanaman nilai-nilai karakter PAUD, dan kebutuhan
kerang.
pendidikan masyarakat miskin perkotaan. keluarga
Latar belakang pendidikan orang tua pada
nelayan dalam penanaman nilai-nilai Karakter pada
umumnya adalah SD dan SMP, namun ada juga
pembentukan kepribadian yang baik di kota
yang berpendidikan SMA/SMK. Namun jumlahnya
Semarang. Hasil identifikasi lengkap diuraikan
hanya dua orang, yaitu dalam satu keluarga, suami
sebagai berikut: Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga
berpendidikan SLTA, keluarga lainnya istri SD, istri
Nelayan Miskin Perkotaan Identifikasi dan data
dikumpulkan melalui wawancara dengan keluarga berpendidikan SMK, suami SLTP. Karena istri
nelayan yang memiliki PAUD dalam penanaman berpendidikan SMK maka bisa digunakan untuk
bekerja di perusahaan garmen. Karena istri bekerja
nilai-nilai karakter, studi dokumentasi dilakukan
maka dapat meningkatkan pendapatan keluarga
dengan pertemuan ketua RW dan RT untuk
dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
mengetahui keluarga nelayan yang memiliki PAUD.
Hasil studi dokumentasi menunjukkan bahwa
wilayah penangkapan ikan terdiri dari RW 5 yaitu
Hal ini sejalan dengan pendapat Kusnadi,
RW 12, 13,14, 15, dan 16. Setiap RW terdiri dari
beberapa RT. (2009) Masyarakat nelayan, seperti halnya
masyarakat lainnya, juga menghadapi sejumlah
masalah sosial, ekonomi, dan politik yang kompleks.
Permasalahan tersebut adalah sebagai berikut: 1.
kemiskinan; Ketimpangan sosial, dan tekanan
Hasil wawancara dengan keluarga nelayan, ekonomi yang datang setiap saat; 2. keterbatasan
akses permodalan, teknologi, dan pasar sehingga
menunjukkan bahwa nelayan bekerja (laut) tidak
mempengaruhi dinamika bisnis; 3. lemahnya fungsi
setiap hari karena menyesuaikan dengan keadaan
kelembagaan sosial ekonomi yang ada; 4. rendahnya
alam. Ada yang melaut di pagi hari dan ada yang
kualitas sumber daya manusia (SDM) akibat
bekerja di malam hari. Jika tangkapan mereka
terbatasnya akses pendidikan, kesehatan, dan
hanya sekitar 2 sampai 4 jam. Hasil tangkapan tidak
pelayanan publik; 5. degradasi sumber daya
cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga,
lingkungan, baik di wilayah pesisir, laut, dan pulau-
sehingga harus berhutang, yang akan
pulau kecil serta 6. belum kuatnya orientasi maritim

440
Machine Translated by Google
Kemajuan dalam Penelitian Ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora, volume 118

politik sebagai pilar utama pembangunan nasional. Misalnya merasa sedih jika orang tua dan teman
merasa sedih, ikut senang/bahagia jika orang lain
senang/bahagia.
Pola Pendidikan Keluarga Miskin Perkotaan Sejalan dengan hasil penelitian Mizal
Nelayan Dalam Menanam Nilai Sejak Dini (2014:157) menjelaskan bahwa keluarga memiliki
Karakter masa kecil posisi yang sangat strategis sebagai tempat
Pola pendidikan keluarga nelayan antara lain investasi emosional pertama anak pada masa-
mengajarkan sopan santun, memberikan contoh masa awal perkembangannya, posisi istimewa
yang baik, memberi kasih sayang, mengajarkan orang tua juga dapat menjadi titik lemah. untuk
kebajikan, menerapkan kepedulian keluarga dan pembentukan karakter anak. Oleh karena itu, tidak
memberikan perhatian kepada anak kecil. Cara ada hubungan antara kemampuan melahirkan anak
mengajarkan sopan santun pada anak usia dini dengan kemampuan orang tua itu sendiri untuk
dengan cara membiasakan anak untuk meminta menjadi pendidik. Menjadi orang tua hanyalah
izin saat berangkat sekolah, meminjam barang dari prasyarat biologis yang diperlukan, sedangkan
teman, bermain dengan teman, bersilaturahmi dan untuk menjadi pendidik membutuhkan pengalaman,
menyapa teman dan tetangga saat bertemu, keahlian, dan pemahaman
demikian, visipedagogi.
pendidikan
keyakinan
Dengan
dan
fisiologis,
dan
membiasakan meminta maaf, permisi, membantu pengalaman pribadi orang tua tentang pendidikan
dan terima kasih , memberi contoh makan yang anak menentukan apakah orang tua menjadi
baik, dan mengajarkan tata krama dalam pendidik nilai bagi anak-anaknya.
berkomunikasi dengan orang tua, guru, dan teman.
Pemberian keteladanan oleh orang tua selain
mengajarkan tentang sopan santun juga
memberikan keteladanan yang konkrit secara berkesinambungan.
Setiap orang tua pasti mencintai anak- Peran Orang Tua dalam Penanaman
anaknya, begitu juga dengan keluarga nelayan. Nilai Karakter dalam Keluarga Nelayan Perkotaan
Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua Miskin Harga diri merupakan salah satu kemampuan
ditemukan bahwa cara memberikan kasih sayang yang sangat diperlukan anak dalam kehidupan
kepada anaknya berbeda-beda antara lain dengan bersama sebagai anggota masyarakat. Dengan
cara yang lembut dan tegas yang dilakukan sesuai memiliki rasa percaya diri anak mudah beradaptasi
dengan kondisi. Misalnya ketika anak menurut dimanapun berada. Selain itu juga dapat
orang tua maka menggunakan cara yang lemah menghindari perlakuan tidak menyenangkan yang
lembut, tetapi jika anak keras kepala maka orang dilakukan oleh orang lain, seperti teman atau orang
tua bertindak tegas. Membelai anak, menggunakan dewasa yang suka membully. Oleh karena itu,
panggilan sayang, memberikan ciuman cinta, penting bagi orang tua untuk mengembangkan
masih dilakukan pada anak usia dini. Namun jika kepercayaan diri pada anak-anak mereka. Upaya
anak sudah besar kebiasaan tersebut tidak yang dilakukan orang tua dalam mengembangkan
dilakukan lagi karena anak merasa malu dicium rasa percaya diri anak adalah dengan memberikan
oleh orang tuanya dan orang tua merasa canggung kesempatan kepada anak untuk mengikuti
untuk mencium anaknya yang sudah besar. perlombaan, tidak menunggu anaknya di sekolah,
Pemenuhan kebutuhan hidup dipandang sebagai ikut serta dalam peringatan hari besar baik di
bentuk kasih sayang sekaligus tanggung jawab sekolah maupun di desa.
orang tua kepada anak. Meskipun pendapatan Sebagai pemeluk agama anak hendaknya
keluarga hanya cukup untuk kebutuhan primer dibiasakan untuk berdoa setiap saat, misalnya
(makan), orang tua berusaha memenuhi kebutuhan penting
sebelum
lainnyamelakukan
(sekolah) dengan
atau melakukan
cara berhutang
sesuatukepada
agar keluarga atau tetangga
Kebajikan perlu ditanamkan pada diri anak dapat menyelesaikan dengan baik. Sesuai dengan
sedini mungkin karena sebagai manusia sosial hasil wawancara dengan orang tua yang
pasti membutuhkan orang lain dan saling menyatakan bahwa anak selalu membiasakan
membantu dalam hidupnya. Orang tua berusaha berdoa sebelum menjalankan sesuatu, misal
menanamkan keutamaan pada anaknya dalam hal makan, belajar, dan berangkat sekolah. Selain
merawat wijen berupa pemberian kesulitan, membiasakan anak selalu mensyukuri segala
misalnya membagi perbekalan untuk teman yang nikmat Tuhan. Jika anak dibiasakan untuk
tidak membawa makanan, meminjamkan alat tulis bersyukur maka Allah akan menambah/menambah
jika temannya lupa membawanya, dan berbagai rahmat-Nya, seperti yang dituturkan orang tua
macam keutamaan yang lainnya. dapat dilakukan pada saat wawancara.
oleh anak usia dini. Jika anak telah dibiasakan Kemandirian merupakan salah satu
untuk melakukan kebajikan sejak dini, maka akan kemampuan yang harus dimiliki anak agar dapat
tumbuh dan berkembang rasa empati yaitu merasakan perasaan
beradaptasi
orangdengan
lain. lingkungan sosialnya.
Kemampuan ini, merupakan salah satu nilai karakter baik yang harus dikem

441
Machine Translated by Google
Kemajuan dalam Penelitian Ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora, volume 118

pertama oleh orang tua. Anak harus dibiasakan karena kemampuan bekerjasama sangat dibutuhkan
untuk merawat diri sendiri agar dapat meningkatkan dalam kehidupan bermasyarakat. Bentuk kerjasama
rasa percaya diri dalam berinteraksi sosial. Upaya pada anak usia dini dalam keluarga dapat melalui
orang tua untuk melatih kemandirian anak adalah kebiasaan melakukan kerja sama misalnya saat ibu
membiasakan anak berpakaian sendiri, berangkat memasak, anak ditugaskan melakukan pekerjaan
sekolah sendiri, memberi makan sendiri (self- ringan, mengambil peralatan masak, memotong
feeding), mandi sendiri, dan melakukan kegiatan sayur dan lain-lain yang tidak merugikan anak.
yang dapat dilakukan anak sesuai dengan Latihan kerjasama juga dilakukan oleh subjek
kemampuannya. penelitian dengan membersihkan rumah bersama
Menanamkan dan melatih kedisiplinan pada pada hari libur yang melibatkan seluruh anggota
anak usia dini merupakan masalah yang keluarga yaitu ayah, ibu, dan anak. Pada saat ibu
membutuhkan usaha yang tidak mudah, karena menyetrika pakaian, anak ditugaskan untuk
membutuhkan kesabaran dan kebijaksanaan serta meletakkan pakaian yang sudah rapi ke dalam lemari
perhatian khusus. Namun tidak mudah melatih dan pakaian.
menanamkan kedisiplinan pada anak jika tidak
disertai dengan keteladanan dan keteladanan orang Semua nilai karakter tersebut sejalan dengan
tua. Seperti yang dikatakan subjek saat wawancara, pendapat Mullin (2005) yang menegaskan bahwa
bahwa sebagai orang tua selalu mengajarkan dan orang tua yang baik tidak hanya memberikan kasih
melatih kedisiplinan pada anaknya dengan sayang dan memenuhi kebutuhan anaknya. Orang
membiasakan tidur pada waktu yang telah ditentukan tua harus merencanakan bagaimana mereka akan
dan setuju untuk bangun pagi, namun terkadang membentuk karakter anak-anak mereka.
Kebutuhan
pada waktu yang telah ditentukan anak tidak mengantuk. Dan Pendidikan
tidak bisa tidur tepatNelayan Miskin
waktu, jadi Perkotaan
bangun terlambat.
Mata pelajaran lain melatih dan membiasakan dalam Menanamkan Nilai-Nilai Karakter Anak Usia
disiplin dengan mengajak anak melakukan sesuatu Dini Meningkatkan kemampuan orang tua dalam
sesuai waktu yang telah ditentukan, misalnya mendidik dan menanamkan nilai-nilai karakter
belajar, berangkat sekolah, belajar, tidur siang, dan pada anak usia dini pada keluarga nelayan miskin
sebagainya. perkotaan, orang tua perlu belajar dari berbagai
Rasa tanggung jawab perlu ditanamkan dan sumber.
dibiasakan pada anak sejak dini. Anak merasa Orang tua sering menonton acara yang berhubungan
senang dan bangga jika diberi tanggung jawab dan dengan televisi dan terlibat dalam nilai-nilai karakter
dapat berprestasi dengan baik. anak usia dini. Selain itu, untuk meningkatkan
Anak-anak yang bertanggung jawab dapat bertindak pengetahuan dan keterampilan mendidik anak usia
sesuai kapasitasnya dan tanpa bantuan orang lain. dini, orang tua minimal sebulan sekali mengikuti
Rasa tanggung jawab pada anak tampak dari cara kegiatan yang diadakan pada pertemuan PKK
mereka melakukan tugas-tugas rutinnya, misalnya (pembinaan kesejahteraan keluarga yang
sudah terbiasa meletakkan mainan, sepatu, dan mendatangkan sumber dari BKB (Bina Keluarga
barang-barang lainnya pada tempatnya. Penanaman balita), puskesmas, dan lain-lain. lembaga yang
rasa tanggung jawab pada anak usia dini tidak terkait dengan tumbuh kembang anak usia dini.
cukup hanya diceritakan, tetapi perlu keteladanan Pertemuan yang diadakan untuk meningkatkan
dan contoh nyata dari orang tuanya. Hal ini diperkuat pengetahuan, kemampuan dan keterampilan orang
dengan pendapat beberapa subjek yang telah tua dirasa perlu dilengkapi dengan penerbitan buku
berusaha menanamkan rasa tanggung jawab pada panduan sederhana yang mudah dipahami dan
anak yang masih dalam usia dini membutuhkan diterapkan dalam mendidik dan menanamkan nilai-
kesabaran dan kasih sayang. Selain itu, orang tua nilai karakter anak usia dini. Penanaman nilai-nilai
harus memberikan contoh nyata, seperti meletakkan karakter anak sejak dini diharapkan dan mencegah
barang pada tempatnya, ibu yang bertanggung perilaku anak ke arah destruktif di kemudian hari.
jawab atas ketersediaan makanan untuk keluarga Hal ini sejalan dengan pendapat Yuwono (2010)
dan tugas-tugas rumah tangga lainnya yang menjadi bahwa perilaku karakter dapat diwujudkan melalui
tanggung jawab ibu. Ayah bertanggung jawab untuk nilai-nilai yang dipraktikkan di rumah (keluarga).
bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan
hidup keluarganya.
Kerjasama, sebagai makhluk sosial, anak perlu
dilatih untuk bekerja sama dengan orang lain, orang 3. KESIMPULAN
tua, teman, dan orang lain, dalam menyelesaikan
tugas yang memerlukan bantuan orang lain, karena 1. Kondisi sosial ekonomi keluarga nelayan tidak
tidak semua tugas harus diselesaikan sendiri.
menentu, pendapatan nelayan tidak dapat diprediksi
Penanaman perilaku bekerja sama dengan orang
tergantung kondisi alam. Latar belakang orang tua
lain perlu diberikan kepada anak sejak dini,

442
Machine Translated by Google
Kemajuan dalam Penelitian Ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora, volume 118

pendidikannya relatif rendah (SD, SMP), Taman Kanak-Kanak, Pedoman bagi


dengan hanya dua pendidikan SMA/SMK. Orang Tua dan Guru. Jakarta:
Program Pendidikan Anak Usia Dini,
2. Keluarga nelayan dalam kondisi sosial PPs Universitas negeri Jakarta.
ekonomi masih sebatas melaksanakan [10] Koesoema A, Doni. 2007.
pendidikan keluarga sesuai dengan kemampuan. Pendidikan Karakter: Strategi
Dengan kesadaran penuh, orang tua Mendidik Anak di Zaman Global.
mengikutsertakan PAUD di TK, Paud, dan Pospaud. Jakarta: Grasindo.
3. Penanaman nilai karakter pada anak usia [11] Lickona,T.(1992). Mendidik Karakter,
dini dilakukan secara sederhana melalui Bagaimana Sekolah Kita Dapat
pembiasan, keteladanan dan keteladanan dari Mengajarkan Rasa Hormat dan Tanggung Jawab.
orang tua, secara alami dan turun temurun. New York: Buku Banten.
4. Keluarga nelayan membutuhkan buku [12] Lickona, 2001. Pendidikan Karakter.
pedoman untuk mendidik dan menanamkan Washington: Connecticut Avenue.
nilai-nilai karakter kepada anak usia dini, agar [13] Mizal, Bazidin.2014. Pendidikan dalam
dapat diimplementasikan dengan baik dan tidak keliru. Keluarga.Jurnal Peuradeun:kajian
Iliah, sosial
politik, sosial Budaya. Jilid 2 Nomor
3,
September 2014. ISBN 2338-8617. ,
4. REFERENSI Hal 155-178.

[14] Moleong, Lexy. 2007.Metodologi


[1] Agus Sjafari, 2014. Kemiskinan dan Penelitian Kualitatif. Bandung:
Pemberdayaan Masyarakat. Rosda.
Yogyakarta: Graha Ilmu. [15] Muhammad Idrus. Pendidikan Karakter
[2] BPS Provinsi Jawa Tengah. 2015. Jawa pada Keluarga Jawa.
Tengah dalam Angka. Semarang Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun
[3] Dewantara, Hajar.Ki1977. II, Nomor 2, Juni 2012. Hal 118-
Pendidikan. Yogyakarta: Majelis 130.
Hukum Persatuan Taman Siswa. [16] Mullin, Andrew. (2005). Orang Tua
[4] Emmy Budiartati. 2011. untuk Karakter. Sydney: Penerbitan
Pengembangan Kreativitas Seni Finch.
pada Anak Usia Dini di Masyarakat [17] Musfiroh, Tadkiroatun. (2008).
Nelayan Tambak Lorok, Kota Pengembangan Karakter Anak
Semarang. Laporan Penelitian. Melalui Pendidikan Karakter.
Tidak. Tinjauan Berbagai Aspek
[5] Empedu, MD, Empedu, JP, & Borg, WR 20 Pembentukan Karakter. Yogyakarta :
07. Penelitian Pendidikan: Sebuah Pengantar Penerbit Tiara Wacana [18]
tindakan. (Edisi Kedelapan). Amerika Serikat Sudarsono, Juwono.2010. Pendidikan
Amerika Serikat: Pendidikan Pearson. Karakter Bangsa Dimulai di Rumah.
[6] Hasby Wahy, 2012. Keluarga sebagai Jakarta
Basis Pertama dan Utama.Jurnal [19] Sumarta, I Ketut. 2000. Pendidikan
Didaktika: MediaIlmiah Pendidikan yang Memekarkan Rasa (dalam
dan Pengajarannya. Vol.XII, No 2, Opening Masa Depan Anak-Anak
Februari 2012. ISSN 1411-612. Kita). Yogyakarta: Penerbit
Elizabeth
[7] Hurlock, B. 1978. Kanisius.
Perkembangan Anak Jilid 2. [20] Yulaelawati, Ella. (2010). Mengapa perlu
(terjemahan). Jakarta: Penerbit Pendidikan Karakter? Jurnal AKRAB
Erlangga. (Aksara agar Berdaya)
[8] Izzaty, Rika Eka. (2008). Peran Aktivitas Pendidikan Karakter. Jilid I.
Pengasuhan Pada Pengasuhan
Perilaku Anak Sejak
Usia Edisi 3, September 2010, hal 03 -06.
Dini Berdasarkan Teori Sistem [21] http://print.kompas.com/baca/2015/0
Ekologi). 7/29/Memutus-Mata-Rantai
Kekerasan-terhadap-Anak.
Tinjauan Berbagai Aspek Character diunggah 29 Mei 2016.
Building. Yogyakarta: Penerbit Tiara
Wacana [9] Jamaris, Martini. 2004.
Perkembangan dan Pengembangan Anak
Usia

443

Anda mungkin juga menyukai