Anda di halaman 1dari 5

FILOSOFIS

Pelayanan yang diselenggarakan oleh aparat birokrasi didasarkan pada


profesionalisme bukan karena kepentingan politik. Netralitas juga
dimaknai bahwa pemerintahan hendaknya tidak memihak pada
kepentingan golongan, tetapi bertindak atas dasar sikap
profesionalisme dengan kemampuan individu yang kredibel dan tingkat
kapabilitas yang tinggi.
Contoh kasus netralitas birokrasi di tingkat daerah, misalnya
terjadi di Kabupaten Karanganyar Propinsi Jawa Tengah. Di
Kabupaten ini sebanyak 11 PNS bakal terkena sanksi karena
terbukti terlibat langsung dalam pemilihan kepala daerah
setempat yang baru saja selesai digelar tahun 2008. bagian
penting dari proses perwujudan good governance dan sistem
pemerintahan demokratis yang tengah diselenggarakan oleh Bangsa
Indones
birokrasi dalam penyelenggaraan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) adalah semua lembaga resmi yang diselenggarakan oleh dan demi
kepentingan negara. Sedangkan pelaku birokrasi adalah semua insan yang
bekerja demi kepentingan negara dan dibayar/digaji dengan uang yang
berasal dari anggaran pemerintah
Netral yang dimaksud adalah tidak memaksakan kehendak berupa
kepentingan parpol dan kelompok.
Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah mulai diberlakukkannya pemilihan secara langsung.
Penyelenggaraan Pilkada secara langsung telah membawa perubahan
terhadap budaya pemerintahan di tingkat daerah, dalam hal ini reposisi
relasi birokrasi dengan politik, khususnya masalah netralitas birokrasi
terhadap politik. Pilkada secara langsung dan serentak merupakan situasi
yang berbeda, mengingat besarnya kewenangan daerah sejak
digulirkannya otonomi daerah. Kepala daerah paling berperan dalam
menentukan keberhasilan pembangunan suatu daerah. Dengan kata lain
masyarakat lebih banyak berharap kepada kepala daerah dalam
memperbaiki kondisi yang telah ada
Pada satu sisi, ASN adalah aparatur pemerintah yang dituntut
melaksanakan tugas pemerintahan untuk memberikan pelayanan publik,
sedangkan di sisi lain PNS juga anggota masyarakat yang memiliki
kepentingan-kepentingan politis maupun ekonomis yang menyangkut
pilihannya dalam Pilkada. Seringkali kepentingan kepentingan
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dapat memicu pemanfaatan birokrasi
untuk kepentingan politik dalam Pilkada. Masa kampanye inilah yang
berpotensi menyebabkan ASN rentan terhadap pengaruh para calon
kepala daerah sehingga profesionalitasnya tergerus/
Dalam brbagai Munas KORPRI yang merupakan satu-satunya organisasi
PNS di luar kedinasan, selalu menyatakan bahwa “PNS tidak melibatkan
diri dalam kegiatan partai politik”.
YURIDIS
Termasuk pengaturan dalam Pilkada, terdapat 3 regulasi yang mengatur
yaitu Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
Undang-Undang No. 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati
dan Walikota dan Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil.9 Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN), menentukan bahwa
Pegawai ASN harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan
dan partai politik, Termasuk irisan regulasi mengenai netralitas ASN : PP
533/2010 ttg disiplin ASN,PP42/2004 ttg Kode Etik, UU5/2014 ASN. SE
Menpan SE Komisi ASN, Perbawaslu No6/2018 ps4(2) giat was netralitas
Dengan berbagai regulasi yang telah diterbitkan
dan diterapkan, ‘seyogyanya’ dapat mereduksi berbagai potensi perilaku
ASN yang tidak netral dalam menjalankan perannya sebagai pelaksana
kebijakan, pemersatu bangsa sekaligus pelaksana pelayanan publik
ditengah pesta demokrasi yang bernama pileg, pilkada, maupun pilpres.
Namun dalam kenyataannya, seperti pameo ‘hukum dibuat untuk
dilanggar’, Pilkada serentak di tahun 2015 yang merupakan momentum
pilkada serentak pertama kali, pelanggaran atas implementasi netralitas
ASN banyak ditemukan.
SOSIOLOGIS
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Ketidak netralan ASN dalam
pemilihan Kepala Daerah yaitu:
a. Mendapatkan atau mempertahankan Jabatan Sehingga hal tersebut
membuat ASN menjadi dilema atau serba salah. Di satu sisi ASN harus
netral sedangkan di sisi lain para ASN juga mempertahankan Jabatan yang
sudah diberikan oleh kepala daerah tersebut.
b. Adanya hubungan kekeluargaan Ketidak netralan ASN juga di picu oleh
adanya hubungan kekeluargaan.
d. Faktor lain adalah tekanan dari atasan, anggapan bahwa ketidaknetralan
ASN tidak diberi hukuman yang menimbulkan efek jera.

Dari beberapa peristiwa tersebut, sangat jelas bahwa pengaruh politik saat
ini bertransformasi menjadi sebuah kunci yang menentukan jenjang karier
seorang ASN dalam pemerintahan. Secara regulasi memang tidak
memberikan ruang bagi ASN untuk ikut serta sebagai anggota dan/atau
pengurus partai politik, akan tetapi loyalitas seorang ASN menjadi titik
persoalannya. Loyalitas yang seharusnya diberikan kepada negara dapat
pula berbelok menjadi loyalitas pada pihak lain dalam maksud dan tujuan
tertentu. Dilansir dari Dirjen Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri
RI, bahwa hingga Mei 2018 sudah terdapat 219 ASN yang diberhentikan
dan terdapat sekitar satu juta pegawai memperoleh surat teguran pertama
dan kedua karena persoalan menjaga netralitas ASN dalam pemilihan
kepala daerah.32 Terdapat pula peristiwa mutasi dan demosi bagi ASN
yang memiliki pandangan/ sikap yang berbeda dengan pejabat sebagai
atasan seperti pada kasus di Magelang, terdapat 10 PNS yang diturunkan
jabatannya tanpa ada keterangan dan/atau evaluasi menyeluruh dari
pemerintah daerah.
Dibutuhkan sebuah pengaturan dan pengawasan yang ketat oleh lembaga
legislatif, masyarakat dan pers terhadap pejabat yang berkuasa untuk
menghindarkan adanya abuse of power (Politisasi birokrasi). Pejabat
publik, baik berasal dari politik ataupun independen, tidak boleh
menempatkan ASN sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaannya,
karena ASN bekerja untuk negara. Pembentuk produk hukum sejatinya
harus mampu memisahkan secara tegas antara elemen perumus dan
penentu kebijakan dengan pelaksana kebijakan, sehingga terdapat ranah
yang jelas dan pelaksanaan yang profesional.
Pertanyaan :
1. Hal efektif apa Apa yang harus dilaksanakan untuk mejaga netralitas
ASN dari politisasi birokrasi sbg manifestasi tindakan preventip
2. Bgaimana mekansme penindakan ketidaknetralan ASN oleh Badan
Pengawas Pemilu (Bawaslu)

DANDIM

1 April 1999, secara resmi terdapat pemisahan Polisi dari tubuh ABRI.
Sejak saat itu istilah ABRI tidak lagi digunakan dan diganti menjadi TNI.
Historis ini dinilai cukup signifikan dengan adanya pengumuman yang
dilakukan oleh Panglima TNI Laksamana TNI Widodo A.S. pada tanggal
20 April 2000 tentang penghapusan peran sosial politik TNI yang sudah
lama dipegangnya. TNI lebih fokus pada ranah pertahanan.
Menempatkan TNI sebagai penjaga, sebagai pemantau dan siaga
mengamankan, bersikap seadil-adilnya. Netralitas TNI merupakan
amanah dalam pelaksanakan reformasi internal TNI sesuai Undang-
Undang RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, yaitu TNI bersikap Netral
dalam kehidupan politik dan tidak melibatkan diri pada kegiatan politik
praktiS. Kecenderungan kalangan politikus sipil menarik purnawirawan
TNI ke dalam ranah politik baik sebagai vote getters maupun sebagai
penyeimbang kekuatan politik.bravo5
a. Bagaimana peran TNI menjaga netralitas politik namun
kematangan demokrasi dalam pemilu tetap terwujud lewat
terjaminnya keamanan?
b. sejauh mana langkah/tindakan yang perlu dilakukan oleh prajurit
TNI dalam menghadapi pemilu?

BAWASLU

Bagaimana mekanisme penindakan ketidaknetralan TNI oleh Badan


Pengawas Pemilu (Bawaslu)

Anda mungkin juga menyukai