2. Segitiga
a. Segitiga merupakan kurva tertutup yang dibatasi
oleh tiga buah ruas garis yang bertemu pada
ujung-ujungnya.
b. Pertemuan ujung-ujung ruas garis disebut titik
sudut.
c. Macam-macam segitiga dapat dikelompokkan
berdasarkan panjang sisi-sisinya dan besar
sudutnya.
d. Macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi-
sisinya diantaranya adalah segitiga sembarang,
segitiga sama kaki, dan segitiga sama sisi.
e. Macam-macam segitiga berdasarkan besar
sudutnya diantaranya adalah segitiga lancip,
segitiga tumpul dan segitiga siku-siku.
f. Garis-garis istimewa pada segitiga meliputi garis
berat, garis bagi, garis tinggi, dan garis sumbu
pada suatu segitiga.
g. Jika diketahui segitiga ABC, dengan sisi-sisinya
AB, BC, dan AC maka untuk menentukan keliling
dari segitiga tersebut yaitu dengan menambahkan
panjang seluruh sisi segitiga yang disimbolkan
dengan
| | | | | |.
h. Jika pada segitiga ABC dengan AB merupakan
alas segitiga dan garis CD merupakan garis tinggi
yang berasal dari penarikan titik C secara tegak
lurus terhadap garis AB maka untuk menentukan
luas segitiga yaitu | | | | dan
secara umum pada suatu segitiga, dengan alas a,
tinggi t, luas L, maka
.
i. Segitiga-segitiga yang sama dan sebangun disebut
dengan segitiga yang kongruen sehingga dapat
dibangun teorema sbb. Pada dua segitiga, berlaku:
Dua segitiga sama dan sebangun, jika dua buah
sisinya dan sudut apit sisi itu sama (S-Sd-S).
Dua segitiga sama dan sebangun, jika satu sisi
sama dan kedua sudut pada sisi itu sama(Sd-S-
Sd).
Dua segitiga sama dan sebangun, jika satu
sisinya sama, sudut pada sisi itu dan sudut
dihadapan sisi itu sama (S-Sd-Sd).
Dua segitiga sama dan sebangun, jika segitiga
itu siku-siku dan sebuah sisi siku-siku dan sisi
miringnya sama.
3. Segiempat
a. Segiempat adalah gabungan dari empat ruas garis
yang ditentukan oleh empat titik, tiga titik
diantaranya tidak segaris.
b. Pengelompokkan segiempat-segiempat bisa
dilakukan berdasarkan sisi, sudut, dan hubungan
antara sisi dan sudut danbeberapa sifat dari
segiempat.
c. Berikut merupakan macam-macam bangun
segiempat disertai definisi, luas dan keliling yaitu:
Jajargenjang
Jajargenjang adalah suatu segiempat yang sisi-
sisinya sepasang-sepasang sejajar.
o Luas jajargenjang = a x t
o Keliling jajargenjang ABCD
K = AB + BC + CD + DA
Persegi panjang
Persegi panjang adalah suatu jajargenjang yang
salah satu sudutnya siku-siku
( )
o Luas trapesium=
o Keliling trapesium
= AB + BC + CD + DA
Layang-layang.
Layang-layang adalah bangun datar segiempat
yang memiliki 2 pasang berbeda sisi berdekatan
yang sama panjang.
o Luas layang-layang
o Keliling layang-layang
= AB + BC + CD + DA
4. Lingkaran
a. Lingkaran adalah garis lengkung (kurva) yang
bertemu pada kedua ujungnya, dan merupakan
himpunan titik-titik yang jaraknya sama terhadap
titik tertentu.
b. Jari-jari lingkaran adalah ruas garis yang
menghubungkan sebuah titik pada lingkaran
dengan titik pusat lingkaran.
c. Tali busur merupakan ruas garis yang
menghubungkan dua titik pada lingkaran.
d. Ruas garis yang ditarik dari pusat dan tegak lurus
tali busur, disebut apotema.
e. Sebagian dari lingkaran yang terletak diantara
kedua ujung tali busur disebut busur.
f. Juring dibatasi oleh dua jari-jari dan busur.
g. Tembereng dibatasi oleh tali busur dan busur.
h. Garis singgung adalah garis yang mempunyai
persekutuan dengan lingkaran pada dua buah titik
yang berimpitan. Titik tersebut yang disebut
sebagai titik singgung.
i. Sudut pusat adalah sudut yang dibentuk oleh dua
jari-jari lingkaran.
j. Sudut keliling ialah sudut yang dibentuk oleh dua
tali busur yang berpotongan pada lingkaran.
k. Besarnya sebuah busur lingkaran adalah besarnya
sudut pusat pada busur itu.
l. Komponen-komponen tertentu yang digunakan
dalam penentuan luas lingkaran diantaranya
adalah jari-jari lingkaran dan konstanta phi atau
bisa juga dalam penghitungan luas dengan
menggunakan diameter lingkaran dan konstanta
phi ( ). Sehingga diperoleh :
atau
KB 2. Geometri Ruang
KB 3. Geometri Transformasi
1. Transformasi geometri adalah transformasi yang
mempelajari proses perubahan suatu bidang
geometri yang meliputi posisi, besar, dan bentuknya
sendiri, yang diakibatkan karena translasi
(pergeseran), refleksi (pencerminan), dilatasi
(memperbesar/memperkecil), rotasi (perputaran).
2. Translasi adalah perpindahan atau pergeseran setiap
titik dengan arah dan jarak yang sama.Bayangan
titik A(x,y) oleh translasi ( ) adalah A’(x+a, y+b)
. /
( )→ ( )
KB 4. Pembelajaran Geometri
Jika {
0 1
j. Jika A dan B matriks invertibel berukuran sama, maka
AB invertibel
( )
k. Jika A matriks invertibel, maka :
invertibel dan ( )
invertibel dan ( ) ( )
Untuk sebarang skalar tak-nol k, matriks kA invertibel dan
( )
l. Jika A matriks p x q, maka transpose A, ditulis , didefinisikan
sebagai matriks q x p yang diperoleh dari menukar baris dan kolom
A, yaitu kolom pertama dari merupakan baris pertama matriks A,
kolom kedua dari merupakan baris kedua dari A, dan seterusnya.
m. Suatu matriks n x n disebut matriks elementer jika dapat diperoleh
dari matriks identitas I berukuran n x n dengan melakukan satu
operasi baris elementer.
n. Jika matriks A dikalikan dari kiri dengan matriks elementer E, maka
hasilnya EA adalah matriks A yang dikenai operasi baris elementer
yang sama dengan operasi baris elementer yang dikenakan pada I
untuk mendapatkan E.
o. Jika A matriks n x n yang invertibel, maka untuk setiap matriks b
berordo n x 1, sistem persamaan Ax = b mempunyai tepat satu
penyelesaian, yaitu .
p. Misalkan A matriks persegi. Determinan A, ditulis det(A) atau | |,
dan didefinisikan sebagai jumlah semua hasilkali elementer bertanda
dari A.
q. Sifat-sifat determinan
Jika A memuat baris nol maka det(A) = 0.
Jika A matriks segitiga maka det (A) =
Jika B matriks yang diperoleh dari A dengan baris ke i dari
B sama dengan k kali baris ke i dari A atau kolom ke j dari
B sama dengan k kali kolom ke j dari A, maka
( ) ( )
r. Jika B matriks yang diperoleh dari A dengan menukar dua baris atau
dua kolom dari A maka det(B) = -det (A).
s. Jika B matriks yang diperoleh dari A dengan baris ke i dari B sama
dengan baris ke i dari A ditambah k kali baris ke j dari A atau kolom
ke i dari B sama dengan kolom ke i dari A ditambah k kali kolom j
dari A, maka det (B)=det (A).
t. ( ) ( )
u. Jika C suatu matriks n x n maka ( ) ( ) ( )
v. Misalkan , - matriks berukuran n x n.
Minor , ditulis , didefinisikan sebagai detereminan
sub matriks A setelah baris ke-i dan kolom ke-j
dihilangkan.
Bilangan ( ) , disebut kofaktor .
Matriks , - disebut matriks kofaktor dari A.
Matriks , - disebut adjoin dari A, ditulis adj(A).
w. Misalkan , - matriks berukuran n x n, maka :
Determinan dari A atau det(A) sama dengan jumlah dari
hasil kali komponen-komponen pada satu baris (atau
kolom) dengan kofaktor-kofaktornya, yaitu
( ) (ekspansi kofaktor
sepanjang baris ke i)
Atau
( ) (ekspansi
kofaktor sepanjang kolom ke j)
A invertibel jika dan hanya jika ( ) .
Jika A invertibel maka ( )
( )
Jika A invertibel maka ( ).
( )
x. Aturan Cramer
Jika sistem persamaan linear dengan n persamaan dan
n variabel dengan ( ) , maka mempunyai penyelesaian
tunggal, yaitu
( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( )
Dengan adalah matriks A yang komponen kolom ke-j
.| || || |/
3. Matriks Tranformasi
a. Transformasi pada atau yang memetakan titik ke
bayangan simetrisnya terhadap garis atau bidang disebut
transformasi refleksi.
b. Matriks transformasi refleksi terhadap sumbu-x adalah
0 1
c. Matriks transformasi refleksi terhadap garis y = x adalah
0 1
d. Matriks transformasi refleksi terhadap bidang-xy adalah
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
KB 3. Program Linear
1. Program Linear
a. Program linear merupakan bagian dari Operation Research
yang mempelajari masalah optimum.
b. Prinsip pada program linear diterapkan dalam masalah nyata
diantaranya dalam bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan,
perdagangan, transportasi, industri, sosial, dan lain-lain.
c. Konsep-konsep dasar untuk menyelesaikan masalah program
linear diantaranya adalah dengan membuat model matematika.
d. Langkah-langkah untuk membuat model matematika adalah
sebagai berikut :
Menentukan tipe masalah (maksimum dan minimum)
Mendefinisikan variabel keputusan
Merumuskan fungsi tujuan
Merumuskan fungsi kendala
Menentukan persyaratan nonnegatif
e. Bentuk baku model matematika suatu program linear untuk
masalah maksimum adalah sebagai berikut.
Harus memenuhi :
Harus memenuhi :
2. Metode Grafik
a. Metode grafik ini dibedakan 2 yaitu metode titik ekstrim (titik
pojok) dan metode garis selidik.
b. Teorema Fundamental Program Linear
Jika nilai optimal fungsi tujuan masalah program linear ada
maka nilai tersebut dihasilkan oleh satu atau lebih titik
pojok pada daerah penyelesaian fisibel.
Jika masalah program linear mempunyai penyelesaian tidak
tunggal, sedikitnya satu dari penyelesaian berada pada titik
pojok daerah penyelesaian fisibel.
c. Teorema Eksistensi Penyelesaian Masalah Program Linear.
Jika daerah penyelesaian fisibel masalah program linear
tertutup maka nilai maksimum dan nilai minimum fungsi
tujuan ada.
Jika daerah penyelesaian fisibel masalah program linier
tidak tertutup dan koefisien fungsi tujuan bernilai positif
maka nilai minimum fungsi tujuan ada tetapi nilai
maksimumnya tidak ada.
Jika daerah penyelesaian fisibel masalah program linier
kosong (artinya tidak ada titik yang memenuhi semua
fungsi kendala) maka nilai maksimum dan nilai minimum
fungsi tujuan tidak ada
d. Langkah menyelesaikan model matematika dengan metode
grafik (metode titik ekstrim)
Menggambar garis yang persamaannya ditentukan dari
fungsi kendala.
Mengarsir daerah yang tidak memenuhi fungsi kendala.
Menentukan daerah penyelesaian fisibel (DPF)
Membandingkan nilai Z dari titik ekstrim untuk
menentukan penyelesaian optimal.
e. Langkah menyelesaikan model matematika dengan metode
grafik (metode garis selidik)
Menggambar DPF
Menggambar garis yang persamaannya dari fungsi tujuan
ax + by = 0.
Menggambar garis-garis yang sejajar dengan ax + by = 0
dan melalui titik ekstrim. Garis sejajar ini disebut garis
selidik.
Untuk masalah maksimum maka titik ekstrim terakhir yang
dilalui garis selidik berkaitan dengan penyelesaian optimal.
Sedangkan untuk masalah minimum, titik ekstrim pertama
yang dilalui garis selidik berkaitan dengan penyelesaian
optimal
3. Metode Simpleks
a. Langkah-langkah menyelesaikan masalah program linear
dengan metode simpleks adalah sebagai berikut.
Buat model matematika (jika masalah dalam bentuk
masalah kontekstual).
Tambahkan variabel slack atau variabel surplus pada setiap
pertidaksamaan fungsi kendala. Jika pertidaksamaannya
maka tambahkan variabel slack agar menjadi
persamaan. Jika pertidaksamaan maka kurangkan
variabel surplus agar menajdi persamaan. Variabel slack
atau variabel surplus merupakan variabel nonnegatif yang
dimunculkan di ruas kiri pertidaksamaan agar menajdi
persamaan.
Diperoleh model matematika baru
Susun model matematika baru tsb kedalam tabel simpleks
(sebagai program awal).
Pilih kolom kunci yaitu kolom yang mempunyai nilai
terendah ( | |) {|
| }
Pilih baris kunci yaitu yang bernilai terendah dengan
dan k adalah kolom kuncinya
. 2 3/ dan k adalah kolom kuncinya
Tentukan elemen kuncinya yaitu perpotongan kolom kunci
dengan baris kunci, disimbolkan elemen kunci
Program optimal
4. Dualitas
a. Teorema tentang Dualitas (lemah)
Jika LP1 program linear masalah maksimum dalam bentuk
baku, LP2 program linear masalah minimum dalam betuk
baku, LP1 dan LP2 merupakan dual satu sama lainnya maka :
Jika LP1 merupakan kasus penyelesaian tidak terbatas
maka LP2 merupakan kasus ketidaklayakan.
Jika LP2 merupakan kasus penyelesaian tidak terbatas
maka LP1 merupakan kasus ketidaklayakan
Jika LP1 dan LP2 keduanya tertutup dan dapat diselesaikan
maka ( ) ( ), (dibaca nilai optimal (LP1)
nilai optimal (LP2)).
b. Teorema Dualitas (kuat)
Jika LP1 atau LP2 dapat diselesaikan dan tertutup maka
berlaku pada pasangannya dan opt(LP1)=opt(LP2).
KB 4. Pembelajaran Aljabar
1. Teori Belajar
Menurut Bruner, untuk pengetahuan dibentuk melalui tahapan
enaktif, ikonik, dan simbolik
3. Pembelajaran Abad 21
Empat keterampilan abad 21 adalah
critical thinking
communication
collaboration
creativity.
( )
c. Identitas setangah sudut diberikan berikut.
. / √ v . / √
. / √ v cos. / √
3. Limit Fungsi
a. Limit suatu fungsi merupakan konsep yang
fundamental dalam kalkulus dan analisis yang
berkaitan dengan perlakuan fungsi di sekitar
titik tertentu.
b. Barisan adalah suatu fungsi yang domainnya
adalah himpunan bilangan bulat positif atau
bilangan asli (N) atau himpuanan bagiannya.
c. Suatu barisan yang daerah hasilnya (range)
adalah himpunan bagian dari himpunan
bilangan real disebut barisan bilangan real.
d. Barisan ( ) dikatakan :
Monoton naik jika untuk setiap
√ ( ) √
m. Prinsip Apit
Dipunyai fungsi-fungsi f, g, h terdefinisi pada
selang buka bilangan real yang memuat
a. Jika ( ) ( ) ( ) untuk setiap
dan
( )
( ) ( )
n. Berikut diberikan teorema dasar limit fungsi
trigonometri. Pada teorema berikut ukuran
sudut yang digunakan adalah radian.
o. Teorema
4. Limit Sepihak
a. Dipunya fungsi ( ) , dan c di selang
( ). Limit fungsi f untuk x mendekati c dari
kanan adalah L, ditulis dengan
( )
jika dan hanya jika untuk setiap terdapat
sehingga | ( ) | apabila .
b. Dipunya fungsi ( ) , dan c di selang
( ). Limit fungsi f untuk x mendekati c dari
kanan adalah L, ditulis dengan
( )
jika dan hanya jika untuk setiap terdapat
sehingga | ( ) | apabila .
c. Dipunya fungsi . Nilai
( ) ada dan bernilai L jika dan hanya
jika
( ) ( )
( )
Jika dan ( ) maka ( )
( )
Jika dan ( ) maka ( )
( )
Jika dan ( ) maka ( )
3. Aplikasi turunan
a. Suatu nilai disebut nilai ekstrim mutlak dari
suatu fungsi jika nilai tersebut merupakan nilai
ekstrim fungsi pada domain fungsi tersebut;
sedangkan nilai disebut nilai ekstrim relative
dari suatu fungsi jika nilai tersebut merupakan
nilai ekstrim fungsi pada suatu selang yang
merupakan himpunan bagian dari domain fungsi
tersebut. Nilai ekstrim mutlak suatu fungsi juga
merupakan nilai ekstrim relative.
b. Apabila c suatu nilai ekstrim dari fungsi f maka
c haruslah merupakan bilangan kritis fungsi f
dan c memenuhi salah satu dari : c merupakan
titik ujung I, c merupakan titik stasioner f, atau c
merupakan titik singular f.
c. Teorema rata-rata menjamin adanya nilai
( ) dimana
( ) ( )
( )
d. Kemonotonan grafik fungsi dapat dilihat dari
nilai turunan pertama fungsi tersebut yaitu
( ) untuk setiap yang bukan di titik
ujung maka grafik f naik pada I dan jika
( ) untuk setiap yang bukan dititik
ujung f maka grafik f turun pada I.
e. Penentuan nilai ekstrim suatu fungsi dapat
dilakukan dengan uji turunan pertama yaitu Jika
( ) ada pada selang ( ) untuk
suatu kecuali mungkin dititik c sendiri
maka ( ) ekstrim relative jika dan hanya jika
( ) berganti tanda di
f. Kecekungan grafik fungsi dapat diperiksa
menggunakan turunan kedua dari fungsi
tersebut. Kriterianya dalah grafik f cekung
keatas pada I apabila ( ) yang
bukan titik ujung I.
g. Penentuan nilai ekstrim juga dapat dilakukan
dengan uji turunan kedua dengan syarat ( )
dan ( ) ada pada I. Kriteria yang digunakan
yaitu : ( ) ( ) suatu maksimum
relative f, ( ) ( ) suatu minimum
relative f, dan
( )
1. Antiturunan
a. Antiturunan atau integral tak tentu merupakan
balikan dari turunan. Jika ( ) ( ) untuk
setiap maka F disebut suatu antiturunan f
pada selang I. Keberadaan antiturunan tidak
tunggal, untuk menunjukkan semua
antiturunan f, dapat dituliskan dengan ( )
, dengan C sebarang konstanta.
b. Teorema-teorema dalam integral tak tentu
antara lain sebagai berikut.
Jika r sebarang bilangan rasional kecuali -1,
maka ∫
∫ dan
∫
Kelinieran :
o ∫ ( ) ∫ ( )
o ∫, ( ) ( )-
∫ ( ) ∫ ( )
o ∫, ( ) ( )-
∫ ( ) ∫ ( )
Diberikan f fungsi yang diferensiabel dan r
bilangan rasional dengan , maka
, ( )-
∫, ( )- ( ) ,C = kostanta
Penggantian: dipunyai g mempunyai
turunan pada dan dengan I adalah
suatu selang. Jika f terdefinisi pada selang I
sehingga ( ) ( ), maka
∫ , ( )- ( ) , ( )-
Integral parsial
Jika U dan V adalah fungsi-fungsi yang
mempunyai turunan pada selang terbuka I,
maka ∫ ∫
Jika dijumpai integral fungsi trigonometri
yang rumit, diusahakan dapat dikembalikan ke
dalam bentuk yang pokok.
Untuk mengintegralkan fungsi rasional
( )
( ) dicek dulu derajat ( ) dan
( )
( ) ( ) difaktorkan menjadi factor linear
atau kuadrat, kombinasikan semua suku dalam
pecahan bagian dengan menyamakan
penyebut, hitung semua koefisien yang ada,
dan diintegralkan.
3. Integral Tertentu
Teorema-teorema integral tertentu :
∫ ‖ ‖ ∑
∫ ‖ ‖ ∑ ( )
Kelinearan :
o ∫ , ( ) ( )-
∫ ( ) ∫ ( )
o ∫ ( ) ∫ ( )
∫ ( ) ∫ ( ) ∫ ( )
Teorema Dasar Kalkulus 1: jika f kontinu pada
selang [a,b] dan x suatu titik dalam [a,b], maka
,∫ ( ) -
( )
Teorema Dasar Kalkulus 2 : jika f(x) kontinu
pada [a,b] dan F(x) sebarang antiturunan f(x),
maka ∫ ( ) ( ) ( ). Selanjutnya
ditulis ( ) ( ) , ( )- .
4. Aplikasi integral
a. Luas daerah pada bidang datar, daerah D yang
dibatasi oleh grafik fungsi f,
. L adalah luas daerah D.
Jika ( ) untuk semua , -,
maka ∫ ( )
Jika ( ) untuk semua , -,
maka ∫ ( )
Secara umum ∫ | ( )|
b. Luas daerah pada bidang datar, daerah D yang
dibatasi dua grafik fungsi f dan g dengan
( ) ( ) untuk semua , -
Jika L adalah luas daerah D,
maka ∫ , ( ) ( )-
c. Volume benda putar dari suatu daerah D pada
bidang datar yang diputar dengan suatu poros
tertentu, dimana D dibatasi oleh grafik f,
sumbu X, , dan diputar dengan
poros sumbu X, dengan metode cakram,
diperoleh
∑ , ( )-
‖ ‖
∫ , ( )- .
d. Volume Benda Putar dari suatu daerah pada
bidang datar yang diputar dengan suatu poros
tertentu, di mana dibatasi oleh grafik fungsi
g dan h dengan ( ) ≥ ℎ( ) pada [ , ], x = a,
dan x = b diputar terhadap sumbu , dengan
metode cincin, diperoleh:
∑ ,, ( )- , ( )- -
‖ ‖
∫ , ( )- , ( )-
∑ ( )
‖ ‖
∫ ( ) .
e. Panjang busur grafik dari titik 0( , ( ))
sampai titik ( , ( )) adalah
∑√ , ( )- ∫ √ , ( )-
‖ ‖
∑ [ ( ) ( )- √ , ( )-
‖ ‖
∫ ( ) √ , ( )-
2 Daftar materi yang sulit dipahami di 1. Notasi sigma dan jumlah Riemann
modul ini 2. Anti turunan
3. Volume benda putar
3 Daftar materi yang sering mengalami 1. Notasi sigma dan jumlah Riemann
miskonsepsi 2. Anti turunan
3. Volume benda putar
( )
d. Banyaknya permutasi dari n unsur yang terdiri
dari unsur jenis pertama sama, unsur
jenis kedua sama, unsur jenis ketiga sama,
…, dan unsur jenis ke–k sama ditentukan
dengan
dimana
9. Kombinasi
a. Kombinasi k unsur dari n unsur berbeda adalah
sebuah jajaran dari k unsur yang urutannya
tidak diperhatikan.
b. Misalkan n dan k bilangan bulat non negatif
dengan . Banyaknya kombinasi k unsur
dari n unsur berbeda tanpa pengulangan
ditentukan dengan rumus:
( ) . /
( )
c. Binomial Newton berbentuk ( ) ,
koefisien variabelnya dapat bersandarkan pada
segitiga pascal atau konsep kombinasi.
Menurut teorema binomial :
( ) ∑ ( )
KB 2 Teori Peluang
1. Percobaan dan Peluang Suatu Kejadian
a. Setiap proses yang menghasilkan suatu
kejadian disebut percobaan
b. Semua hasil yang mungkin dari suatu
percobaan disebut ruang sampel, biasanya
dinyatakan dengan S.
c. Setiap hasil dalam ruang sampel disebut titik
sampel.
d. Banyaknya anggota dalam S dinyatakan
dengan n(S).
e. Setiap hasil dalam ruang sampel disebut titik
sampel
f. Jika ruang sampel S mempunyai anggota yang
berhingga banyaknya dan setiap titik sampel
mempunyai kesempatan untuk muncul yang
sama, dan A suatu kejadian munculnya
percobaan tersebut, maka peluang kejadian A
( )
dinyatakan dengan : ( ) ( )
2. Frekuensi Harapan
Frekuensi harapan suatu kejadian pada suatu
percobaan adalah hasil kali peluang dengan
frekuensi percobaan A, dinyatakan dengan rumus:
ℎ( ) = ( )
5. Kejadian majemuk
a. Peluang Kejadian Tak Saling Lepas
Jika terdapat elemen yang sama antara
kejadian A dan B maka :
( ) ( ) ( ) ( )
b. Peluang Kejadian yang Saling Lepas
Dua kejadian disebut saling lepas jika irisan
dari dua kejadian itu merupakan himpunan
kosong, atau dapat ditulis kejadian A dan B
saling lepas jika . Maka diperoleh
( ) ( ) ( )
c. Peluang Bersyarat
Jika A dan B adalah dua kejadian dalam ruang
sampel S dan P(A) 0, maka peluang
bersyarat dari B yang diberikan A
didefinisikan sebagai :
( )
( | )
( )
d. Kejadian Saling Bebas (Stokastik)
Jika A dan B saling bebas maka apapun hasil
kejadian A tidak mempengaruhi B atau dapat
ditulis ( | )=P(B), sehingga diperoleh jika
A dan B saling bebas maka
( ) ( ) ( )
e. Prinsip inklusi dan eksklusi
| | | | | | | | | | | |
| | | |
1. Distribusi Frekuensi
a. Data yang telah dikumpulkan perlu disusun
secara sistematis supaya dapat dianalisis.
Susunan dari suatu data disebut distribusi data.
b. Ada beberapa cara menyusun data, yaitu :
▪ Distribusi frekuensi kuantitatif, yaitu
penyusunan data menurut besarnya
(kuantitasnya).
▪ Distribusi frekuensi kualitatif (kategori),
yaitu penyusunan data menurut kualitasnya
(kategorinya).
▪ Runtun waktu (time series), yaitu
penyusunan data menurut waktu terjadinya.
▪ Distribusi spasial, yaitu penyusunan data
menurut tempat geografisnya.
c. Penyusunan distribusi frekuensi diawali
dengan menentukan banyaknya interval kelas
yang efisien biasanya antara 5 dan 15 atau
dengan menggunakan Rumus Sturges yaitu :
= 1 + 3,322 . Sedangkan lebar interval
kelas ditentukan dengan membagi jangkauan
(yaitu selisih antara harga terbesar dan
terkecil) dengan banyak interval kelas yang
digunakan.
d. Penggambaran Distribusi Frekuensi dilakukan
dengan beberapa cara antara lain : histogram,
poligon dan ogive.
2. Ukuran Pemusatan
a. Ukuran pemusatan terdiri dari mean, mean
terbobot, median, kuartil dan modus.
b. Mean dari sekumpulan observasi adalah
jumlah semua observasi dibagi banyak
observasi.
Jika suatu sampel berukuran n dengan
elemen maka mean sampel
∑
adalah ̅
Misal adalah himpunan k nilai
dan bobot yang diberikan
kepada mereka maka mean terbobot adalah
∑
̅
∑
c. Median
Median dari sekumpulan data adalah nilai yang
berada di tengah dari sekumpulan data itu
setelah diurutkan menurut besarnya.
Data yang tidak dikelompokkan
Jika banyaknya data ganjil maka
Dengan:
Lmd : batas bawah interval median
n : banyak data
F : jumlah frekuensi interval-interval
sebelum interval median
fmd : frekuensi interval median
c : lebar interval
d. Kuartil
Kuartil dari sekumpulan data adalah nilai-nilai
yang membagi empat secara sama dari
sekumpulan data itu setelah diurutkan menurut
besarnya.
e. Modus
Modus dari sekumpulan data adalah nilai yang
sering muncul atau nilai yang mempunyai
frekuensi tertinggi dalam kumpulan data itu.
Data tidak dikelompokkan : merupakan data
yang paling banyak muncul, jika semua data
punya frekuensi yang sama banyak maka tidak
ada Modus.
Data dikelompokkan :
3. Ukuran Penyebaran/Dispersi
a. Ukuran penyebaran data adalah suatu ukuran
yang menyatakan seberapa besar nilai-nilai
data berbeda atau bervariasi dengan nilai
ukuran pusatnya atau seberapa besar
penyimpangan nilai-nilai data dengan nilai
pusatnya.
b. Berikut merupakan ukuran penyebaran:
Jangkauan
Jangkauan adalah selisih data terbesar dan
terkecil.
∑ ( )
√
Data dikelompokkan
∑ ( ̅)
√
∑ ( )
√
Ragam (Variansi)
Merupakan rata-rata dari jumlah kuadrat
simpangan tiap data yang dirumuskan
sebagai . Artinya ragam diperoleh dari
simpangan baku dikuadratkan.
6. Literasi
Literasi atau melek matematis didefinisikan
sebagai kemampuan seseorang individu
merumuskan, menggunakan, dan menafsirkan
matematika dalam berbagai konteks. Hal-hal
tersebut tertulis dalam RPP yang dibuat oleh
pendidik.
1. Keterbagian
a. Bilangan bulat a membagi habis bilangan bulat b
(ditulis a| ) apabila terdapat bilangan bulat k
sehingga
b. Istilah-istilah lain yang mempunyai arti sama
dengan a| adalah “a faktor dari b” atau “a
pembagi b” atau “b kelipatan a”
c. Beberapa sifat terkait keterbagian pada bilangan
bulat:
Jika a| dan b| maka a|
Jika a| dan a|( ) maka a|
Jika p| , maka p| untuk semua
Jika p| dan p| , maka p|
3. Bilangan Prima
Setiap bilangan asli lebih dari 1, mempunyai paling
sedikit
4. Kelipatan Persekutuan Terkecil
KB 2 Kongruensi Modulo
1. Kekongruenan
2. Sistem Residu
KB 4 Induksi Matematika
1.