Anda di halaman 1dari 38

LK 0.

1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul Geometri


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Geometri Datar
2. Geometri Ruang
3. Geometri Transformasi
4. Pembelajaran Geometri
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang dipelajari KB 1. Geometri Datar

1. Titik, Garis dan Bidang


a. Geometri merupakan suatu kajian ilmu tentang
titik, garis, dan bidang.
b. Semua objek dalam geometri dikonstruksi oleh
titik, yang merupakan bagian terkecil dari objek
geometri; garis yang merupakan kumpulan titik-
titik tak kosong; dan bidang.
c. Titik adalah objek geometri yang tidak memiliki
ukuran yang dipresentasikan dengan noktah (titik)
dan pemberian nama suatu titik dengan
menggunakan huruf kapital.
d. Garis terbentuk dari tak berhingga titik yang tak
kosong.
e. Ruas garis merupakan sebagian dari suatu garis
yang dibatasi oleh dua titik.
f. Terbentuknya suatu bidang pada geometri, selain
dari tiga titik tak kolinear, diakibatkan juga oleh
kondisi-kondisi sebagai berikut :
 Sebuah bidang terbentukdari sebuah garis dan
sebuah titik yang tidak terletak pada garis
tersebut.
 Sebuah bidang terbentuk dari dua buah garis
yang sejajar.
 Sebuah bidang terbentuk dari dua buah garis
yang berpotongan.

2. Segitiga
a. Segitiga merupakan kurva tertutup yang dibatasi
oleh tiga buah ruas garis yang bertemu pada
ujung-ujungnya.
b. Pertemuan ujung-ujung ruas garis disebut titik
sudut.
c. Macam-macam segitiga dapat dikelompokkan
berdasarkan panjang sisi-sisinya dan besar
sudutnya.
d. Macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi-
sisinya diantaranya adalah segitiga sembarang,
segitiga sama kaki, dan segitiga sama sisi.
e. Macam-macam segitiga berdasarkan besar
sudutnya diantaranya adalah segitiga lancip,
segitiga tumpul dan segitiga siku-siku.
f. Garis-garis istimewa pada segitiga meliputi garis
berat, garis bagi, garis tinggi, dan garis sumbu
pada suatu segitiga.
g. Jika diketahui segitiga ABC, dengan sisi-sisinya
AB, BC, dan AC maka untuk menentukan keliling
dari segitiga tersebut yaitu dengan menambahkan
panjang seluruh sisi segitiga yang disimbolkan
dengan
| | | | | |.
h. Jika pada segitiga ABC dengan AB merupakan
alas segitiga dan garis CD merupakan garis tinggi
yang berasal dari penarikan titik C secara tegak
lurus terhadap garis AB maka untuk menentukan
luas segitiga yaitu | | | | dan
secara umum pada suatu segitiga, dengan alas a,
tinggi t, luas L, maka
.
i. Segitiga-segitiga yang sama dan sebangun disebut
dengan segitiga yang kongruen sehingga dapat
dibangun teorema sbb. Pada dua segitiga, berlaku:
 Dua segitiga sama dan sebangun, jika dua buah
sisinya dan sudut apit sisi itu sama (S-Sd-S).
 Dua segitiga sama dan sebangun, jika satu sisi
sama dan kedua sudut pada sisi itu sama(Sd-S-
Sd).
 Dua segitiga sama dan sebangun, jika satu
sisinya sama, sudut pada sisi itu dan sudut
dihadapan sisi itu sama (S-Sd-Sd).
 Dua segitiga sama dan sebangun, jika segitiga
itu siku-siku dan sebuah sisi siku-siku dan sisi
miringnya sama.

3. Segiempat
a. Segiempat adalah gabungan dari empat ruas garis
yang ditentukan oleh empat titik, tiga titik
diantaranya tidak segaris.
b. Pengelompokkan segiempat-segiempat bisa
dilakukan berdasarkan sisi, sudut, dan hubungan
antara sisi dan sudut danbeberapa sifat dari
segiempat.
c. Berikut merupakan macam-macam bangun
segiempat disertai definisi, luas dan keliling yaitu:
 Jajargenjang
Jajargenjang adalah suatu segiempat yang sisi-
sisinya sepasang-sepasang sejajar.

o Luas jajargenjang = a x t
o Keliling jajargenjang ABCD
K = AB + BC + CD + DA
 Persegi panjang
Persegi panjang adalah suatu jajargenjang yang
salah satu sudutnya siku-siku

o Luas persegi panjang ABCD = AB x BC


o Keliling persegi panjang ABCD
= AB + BC + CD + DA
 Belah ketupat
Belah ketupat merupakan salah satu bangun
datar yang tersusun atas empat sisi yang sama
panjang dan sudut yang berhadapan sama besar.

o Luas belah ketupat


o Keliling belah ketupat
= AB + BC + CD + DA
 Persegi
Persegi adalah jajargenjang yang semua sisinya
sama panjang dan satu sudutnya siku-siku

o Luas persegi ABCD = s x s


o Keliling persegi = AB + BC + CD + DA
 Trapesium
Trapesium adalah suatu segiempat yang dua
buah sisinya sejajar.

( )
o Luas trapesium=
o Keliling trapesium
= AB + BC + CD + DA
 Layang-layang.
Layang-layang adalah bangun datar segiempat
yang memiliki 2 pasang berbeda sisi berdekatan
yang sama panjang.

o Luas layang-layang
o Keliling layang-layang
= AB + BC + CD + DA

4. Lingkaran
a. Lingkaran adalah garis lengkung (kurva) yang
bertemu pada kedua ujungnya, dan merupakan
himpunan titik-titik yang jaraknya sama terhadap
titik tertentu.
b. Jari-jari lingkaran adalah ruas garis yang
menghubungkan sebuah titik pada lingkaran
dengan titik pusat lingkaran.
c. Tali busur merupakan ruas garis yang
menghubungkan dua titik pada lingkaran.
d. Ruas garis yang ditarik dari pusat dan tegak lurus
tali busur, disebut apotema.
e. Sebagian dari lingkaran yang terletak diantara
kedua ujung tali busur disebut busur.
f. Juring dibatasi oleh dua jari-jari dan busur.
g. Tembereng dibatasi oleh tali busur dan busur.
h. Garis singgung adalah garis yang mempunyai
persekutuan dengan lingkaran pada dua buah titik
yang berimpitan. Titik tersebut yang disebut
sebagai titik singgung.
i. Sudut pusat adalah sudut yang dibentuk oleh dua
jari-jari lingkaran.
j. Sudut keliling ialah sudut yang dibentuk oleh dua
tali busur yang berpotongan pada lingkaran.
k. Besarnya sebuah busur lingkaran adalah besarnya
sudut pusat pada busur itu.
l. Komponen-komponen tertentu yang digunakan
dalam penentuan luas lingkaran diantaranya
adalah jari-jari lingkaran dan konstanta phi atau
bisa juga dalam penghitungan luas dengan
menggunakan diameter lingkaran dan konstanta
phi ( ). Sehingga diperoleh :
atau
KB 2. Geometri Ruang

1. Kedudukan Titik, Garis dan Bidang dalam


Ruang
a. Pada geometri ruang, gambar yang digunakan
adalah gambar stereometris, yaitu gambar yang
pangkal sudut pandangnya ada di jauh tak hingga.
b. Berikut merupakan tiga aksioma dalam geometri
ruang :
 Aksioma 1. Melalui dua buah titik hanya dapat
dilukis sebuah garis lurus saja.
 Aksioma 2. Jika sebuah garis lurus dan sebuah
bidang datar mempunyai dua titik persekutuan,
maka garis lurus itu terletak seluruhnya pada
bidang datar itu.
 Aksioma 3. Tiga buah titik sembarang (artinya:
ketiga titik itu tidak terletak pada sebuah garis
lurus) selalu dapat dilalui oleh sebuah bidang
datar.
c. Dari aksioma-aksioma yang disebutkan dalam
poin 1 didapatlah teorema-teorema dibawah ini:
 Teorema 1. Sebuah bidang ditentukan oleh tiga
titik sembarang.
 Teorema 2. Sebuah bidang ditentukan oleh sebuah
garis dan sebuah titik (diluar garis itu).
 Teorema 3. Sebuah bidang ditentukan oleh dua
buah garis berpotongan.
d. Dalam geometri ruang, hubungan yang mungkin
terjadi antara dua bidang adalah kedua bidang
berhimpit, kedua bidang sejajar, kedua bidang
saling berpotongan
e. Hubungan antara dua buah garis yang mungkin
terjadi dalam geometri ruang ini adalah dua buah
garis saling berpotongan (terletak dalam satu
bidang), sejajar (terletak dalam satu bidang) atau
bersilangan (tidak terletak dalam satu bidang).
f. Hubungan antara garis dan bidang dapat berupa
terletak pada bidang, sejajar bidang atau
menembus bidang.
g. Persekutuan hanya terjadi pada dua garis, garis
dan bidang, dua bidang, yang tidak sejajar.
h. Dalam bangun ruang, rusuk merupakan
persekutuan dari dua bidang. Sedang titik sudut
merupakan persekutuan dari tiga bidang.
i. Dua garis sejajar jika terletak pada satu bidang
yang sama.
j. Garis m sejajar dengan bidang U jika terdapat
garis g di U dan .
.
2. Jarak dalam Ruang
a. Dalam geometri jarak berarti panjang ruas garis
terpendek antara dua objek geometri
b. Berdasarkan kedudukan objek dalam ruang,
kajian dalam jarak dalam ruang terdiri atas:
 Jarak antara 2 titik dalam ruang
 Jarak antara titik dan garis
 Jarak antara titik dan bidang
 Jarak antara 2 garis sejajar
 Jarak antara garis dan bidang
 Jarak antara 2 bidang sejajar
 Jarak antara 2 garis bersilangan

3. Sudut dalam Ruang


a. Sudut dalam ruang terjadi pada, yaitu :
 sudut antara dua garis
 sudut antara garis dan bidang
 sudut antara dua bidang atau lebih
b. Sudut antara garis g dan h yang saling
bersilangan, dapat ditentukan dengan menentukan
sudut g dan h’, dengan , g dan h’
berpotongan.
c. Untuk menentukan sudut garis g ke bidang U
adalah menentukan sudut antara garis g dan
proyeksi garis g pada bidang U.

4. Volume Bangun Ruang


a. Volume bangun ruang adalah banyaknya isi ruang
yang digunakan oleh suatu bangun.
b. Satuan yang digunakan yaitu satuan volume,
misalnya liter, ml, m3, dm3, dll

KB 3. Geometri Transformasi
1. Transformasi geometri adalah transformasi yang
mempelajari proses perubahan suatu bidang
geometri yang meliputi posisi, besar, dan bentuknya
sendiri, yang diakibatkan karena translasi
(pergeseran), refleksi (pencerminan), dilatasi
(memperbesar/memperkecil), rotasi (perputaran).
2. Translasi adalah perpindahan atau pergeseran setiap
titik dengan arah dan jarak yang sama.Bayangan
titik A(x,y) oleh translasi ( ) adalah A’(x+a, y+b)
. /
( )→ ( )

3. Pencerminan atau refleksi adalah transformasi yang


memindahkan suatu titik dengan menggunakan sifat
benda dan bayangan pada cermin datar. Pada
bidang kartesius sumbu-X, sumbu-Y, titik asal O
(0,0), garis x = h, garis y = k, garis y = x, dan garis
y = -x dapat digunakan sebagai sumbu cermin atau
garis sumbu. Rumus umus refleksi :
a. ( )→ ( )
b. ( )→ ( )
c. ( )→ ( )
d. ( )→ ( )
e. ( )→ ( )
f. ( )→ ( )
g. ( )→ ( )

4. Rotasi atau perputaran pada bidang merupakan


suatu transformasi yang memutar setiap titik pada
suatu bidang. Transformasi tersebut memindahkan
titik-titik dengan memutar titik-titik tersebut sejauh
terhadap suatu titik pusat rotasi.
 Hasil rotasi titik A(x,y) terhadap titik pusat
O(0,0) dengan sudut putar sejauh adalah
sbb :
[ ] 0 10 1
 Hasil rotasi titik A(x,y) terhadap titik pusat
(a,b) dengan sudut putar sejauh adalah
sbb :
[ ] 0 10 1 0 1

5. Dilatasi dapat diartikan sebagai perkalian. Ada juga


yang mengartikan sebagai perbanyakan. Dilatasi
merupakan suatu transformasi geometri yang
mengubah ukuran suatu bangun tetapi tidak
mengubah bentuk bangun yang bersangkutan.
Perubahan bangun tersebut bisa diperkecil atau
memperbesar ukuran. Karena itu kadang dilatasi
diartikan juga sebagai perbesaran
 Titik A(x,y) didilatasi dengan titik pusat (0,0)
dengan faktor skala k sehingga ( ) dengan
rumus dan .
 Titik A(x,y) didilatasi dengan titik pusat (a,b)
dengan faktor skala k sehingga ( ) dengan
rumus ( ) dan ( ) .

6. Hasil Kali Transformasi


Hasil kali transformasi atau komposisi
transformasi adalah transformasi yang diperoleh
dari gabungan dua transformasi atau lebih.

KB 4. Pembelajaran Geometri

1. Agar guru dapat mengajar matematika dengan


efektif, guru harus mengetahui bagaimana peserta
didik belajar matematika. Ilmu yang mengkaji
tentang bagaimana individu belajar dikenal dengan
teori belajar atau psikologi pembelajaran.
2. Ciri khas dari model pembelajaran salah satunya
adalah sintak atau tahapan-tahapan atau fase-fase.
3. Pembelajaran berbasis masalah memiliki sintak :
a. Mengorientasikan peserta didik pada masalah
b. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
c. Mengembangkan penyelidikan individu atau
kelompok
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan
mempamerkannya
e. Analisis dan evaluasi proses pemecah masalah.
4. Pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based
Learning (PBL) adalah pembelajaran yang
menggunakan masalah sebagai konteks
pembelajaran. Masalah yang disajikan dapat berupa
masalah nyata yang tidak terstruktur (ill-structured)
atau masalah terbuka (open-ended).
5. Sintak atau fase-fase dari PBL meliputi 5 fase atau
tahapansebagai berikut :
Fase 1 : Mengorientasikan peserta didik pada
masalah.
Fase 2 : Mengorganisasikan peserta didik untuk
belajar.
Fase 3 : Mengembangkan penyelidikan individu
atau kelompok
Fase 4 : Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya dan mempamerkannya.
Fase 5 : Analisis dan evaluasi proses pemecahan
masalah.
6. Perangkat-perangkat yang harus guru siapkan
dalam pembelajaran antara lain silabus yang sudah
dikembangkan, RPP, bahan ajar dan sumber
belajar, media pembelajaran, instrumen penilaian
dan kisi-kisi, instrumen pengamatan dan kisi-kisi,
lembar jurnal siswa/ guru, bahan ajar remedial dan
pengayaan, jawaban tes/soal, dan pedoman
pensekoran jika dibutuhkan.
7. Penggalan silabus antara lain berisi identitas satuan
pendidikan, identitas kelas, alokasi waktu,
tema/konteks, kompetensi inti, kompetensi dasar,
indikator pencapaian kompetensi, materi pokok,
kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu,
sumber belajar.
8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
didefinisikan sebagai suatu rencana kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan
ataupun lebih.
9. RPP disusun berdasarkan Kompetensi Dasar (KD)
atau subtema dan dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan atau lebih.
10. Kegiatan pembelajaran atas tiga tahap, yaitu
pendahuluan, inti, dan penutup.
2 Daftar materi yang sulit dipahami di 1. Kedudukan titik, garis dan bidang
modul ini 2. Menentukan jarak dan sudut dalam ruang
3 Daftar materi yang sering mengalami 1. Menentukan jarak titik ke garis dalam bangun
miskonsepsi ruang
2. Menentukan jarak titik ke bidang dalam bangun
ruang
3. Menentukan jarak bidang ke bidang
LK 0.1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul Aljabar dan Program Linear


Judul Kegiatan Belajar (KB) 5. Bentuk Aljabar dan Sistem Persamaan Linear
6. Matriks dan Vektor pada Bidang dan Ruang
7. Program Linear
8. Pembelajaran Aljabar
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang KB 1. Bentuk Aljabar dan Sistem Persamaan Linear
dipelajari
1. Bentuk Aljabar
a. Bentuk aljabar adalah suatu bentuk matematika yang didalam
penyajiannya memuat huruf-huruf untuk mewakili bilangan
yang belum diketahui.
b. Dalam suatu bentuk aljabar terdapat unsur-unsur aljabar, yang
meliputi variabel (peubah), koefisien, konstanta, faktor, dan
suku (suku sejenis dan suku tidak sejenis.
c. Suku adalah bagian dari bentuk aljabar yang dipisah dengan
tanda – atau +.
d. Penyebutan untuk satu suku disebut suku tunggal, untuk dua
suku disebut binom, untuk tiga suku disebut trinom, sedangkan
suku banyak disebut polinom.
e. Faktor adalah bilangan yang membagi bilangan lain atau hasil
kali.
f. Koefisien adalah faktor bilangan pada hasil kali dengan suatu
peubah.
g. Konstanta adalah lambang yang menyatakan bilangan tertentu
(bilangan konstan/tetap).
h. Suku sejenis memiliki peubah dan pangkat dari peubah yang
sama. Jika berbeda, disebut dengan suku tidak sama atau suku
tidak sejenis.
i. Operasi hitung penjumlahan dan pengurangan suku aljabar
dilakukan dengan cara menjumlahkan atau mengurangkan
koefisien antara suku-suku yang sejenis.
j. Pada perkalian antarsuku bentuk aljabar, sifat distributif
sebagai konsep dasar.
k. Hukum distributif bisa dilakukan untuk memfaktorkan bentuk
aljabar. Langkah pertama yaitu mencari faktor persekutuan
terbesar dari setiap suku aljabar.

2. Persamaan dan Pertidaksamaan


a. Persamaan adalah kalimat terbuka yang menggunakan tanda
hubung “ = ” (sama dengan).
b. Persamaan linear dengan satu variabel (PLSV) adalah suatu
persamaan yang memiliki satu variabel (peubah) dan pangkat
tertinggi satu.
c. Penyelesaian (solusi) dari PLSV adalah bilangan real yang
menggantikan variabel sehingga persamaan tersebut menjadi
bernilai besar.
d. Persamaan linear dengan dua variabel (PLDV) adalah
persamaan yang memiliki dua peubah dan pangkat
tertingginya satu.
e. Penyelesaian (solusi) dari PLDV adalah bilangan
terurut (x1,y1) sedemikian hingga jika disubstitusikan x1 untuk
x dan y1 untuk y mengakibatkan persamaan menjadi bernilai
besar.
f. Himpunan penyelesaian pertidaksamaan linear dalam bentuk
ax + by < c terdiri dari titik-titik pada salah satu sisi garis yang
didefinisikan dalam bentuk ax + by = c.

3. Sistem Persamaan Linear


a. Sistem persamaan linear (SPL) yang terdiri atas n persamaan
dengan p variabel

Dengan dan bilangan-bilangan riil untuk setiap

b. Bilangan-bilangan terurut ( ) disebut penyelesaian


(solusi) untuk SPL

Jika {

c. Metode penyelesaian SPL antara lain :


 Grafik
 Eliminasi
 Substansi
 Campuran eliminasi dan substansi
 OBE pada matriks yang diperbesar dari SPL
d. SPL dengan n persamaan dan p variabel dapat dinyatakan
dalam bentuk persamaan matriks dengan A
matriks koefisien, X matriks variabel, dan B matriks konstanta
dari SPL tersebut.

KB 2. Matriks dan Vektor pada Bidang dan Ruang

1. Matriks dan Determinan


a. Matriks adalah susunan persegi panjang dari bilangan-
bilangan. Bilangan-bilangan pada susunan tersebut disebut
entri atau komponen atau elemen dari matriks.
b. Ukuran dari matriks ditentukan oleh banyaknya baris dan
banyaknya kolom
c. Jenis-jenis matriks. Misalkan matriks , -
 Matriks A disebut matriks persegi berorde n jika A
mempunyai n baris dan n kolom.
 Matriks A disebut matriks segitiga bawah jika semua
komponen diatas diagonal utama nol.
 Matriks A disebut matriks segitiga atas jika semua
komponen dibawah diagonal utama nol.
 Matriks A disebut matriks segitiga jika matriks A
merupakan matriks segitiga atas atau segitiga bawah.
 Matriks A disebut matriks diagonal jika A merupakan
matriks segitiga atas dan segitiga bawah.
 Matriks A disebut matriks skalar jika A merupakan
matriks diagonal dan komponen pada diagonal utama
sama.
 Matriks A disebut matriks identitas jika A merupakan
matriks persegi yang semua komponen pada diagonal
utama adalah 1 dan komponen lainnya 0.
 Matriks A disebut matriks nol jika semua
komponennya 0.
 Matriks A disebut matriks kolom jika hanya
mempunyai satu kolom. Matriks A disebut matriks
baris jika hanya mempunyai satu baris.
d. Dua matriks dikatakan sama jika kedua matriks tersebut
berukuran sama dan komponen yang bersesuaian sama.
e. Jika , - dan , - berukuran sama,
( )
f. Jika , - maka ( )
g. Jika , - adalah matriks p x q dan , - matriks q x n
maka hasilkali AB merupakan matriks berukuran p x r yang
komponennya ( ) ∑
h. Jika A matriks persegi dan terdapat matriks B sedemikian sehingga
AB = BA = I, maka A dikatakan invertibel dan B dikatakan invers A.
Jika A invertibel maka invers dari matriks A disimbolkan dengan
.
i. Matriks 0 1 invertibel jika dan

0 1
j. Jika A dan B matriks invertibel berukuran sama, maka
 AB invertibel
 ( )
k. Jika A matriks invertibel, maka :
 invertibel dan ( )
 invertibel dan ( ) ( )
 Untuk sebarang skalar tak-nol k, matriks kA invertibel dan
( )
l. Jika A matriks p x q, maka transpose A, ditulis , didefinisikan
sebagai matriks q x p yang diperoleh dari menukar baris dan kolom
A, yaitu kolom pertama dari merupakan baris pertama matriks A,
kolom kedua dari merupakan baris kedua dari A, dan seterusnya.
m. Suatu matriks n x n disebut matriks elementer jika dapat diperoleh
dari matriks identitas I berukuran n x n dengan melakukan satu
operasi baris elementer.
n. Jika matriks A dikalikan dari kiri dengan matriks elementer E, maka
hasilnya EA adalah matriks A yang dikenai operasi baris elementer
yang sama dengan operasi baris elementer yang dikenakan pada I
untuk mendapatkan E.
o. Jika A matriks n x n yang invertibel, maka untuk setiap matriks b
berordo n x 1, sistem persamaan Ax = b mempunyai tepat satu
penyelesaian, yaitu .
p. Misalkan A matriks persegi. Determinan A, ditulis det(A) atau | |,
dan didefinisikan sebagai jumlah semua hasilkali elementer bertanda
dari A.
q. Sifat-sifat determinan
 Jika A memuat baris nol maka det(A) = 0.
 Jika A matriks segitiga maka det (A) =
 Jika B matriks yang diperoleh dari A dengan baris ke i dari
B sama dengan k kali baris ke i dari A atau kolom ke j dari
B sama dengan k kali kolom ke j dari A, maka
( ) ( )
r. Jika B matriks yang diperoleh dari A dengan menukar dua baris atau
dua kolom dari A maka det(B) = -det (A).
s. Jika B matriks yang diperoleh dari A dengan baris ke i dari B sama
dengan baris ke i dari A ditambah k kali baris ke j dari A atau kolom
ke i dari B sama dengan kolom ke i dari A ditambah k kali kolom j
dari A, maka det (B)=det (A).
t. ( ) ( )
u. Jika C suatu matriks n x n maka ( ) ( ) ( )
v. Misalkan , - matriks berukuran n x n.
 Minor , ditulis , didefinisikan sebagai detereminan
sub matriks A setelah baris ke-i dan kolom ke-j
dihilangkan.
 Bilangan ( ) , disebut kofaktor .
 Matriks , - disebut matriks kofaktor dari A.
 Matriks , - disebut adjoin dari A, ditulis adj(A).
w. Misalkan , - matriks berukuran n x n, maka :
 Determinan dari A atau det(A) sama dengan jumlah dari
hasil kali komponen-komponen pada satu baris (atau
kolom) dengan kofaktor-kofaktornya, yaitu
( ) (ekspansi kofaktor
sepanjang baris ke i)
Atau
( ) (ekspansi
kofaktor sepanjang kolom ke j)
 A invertibel jika dan hanya jika ( ) .
 Jika A invertibel maka ( )
( )
 Jika A invertibel maka ( ).
( )
x. Aturan Cramer
Jika sistem persamaan linear dengan n persamaan dan
n variabel dengan ( ) , maka mempunyai penyelesaian
tunggal, yaitu
( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( )
Dengan adalah matriks A yang komponen kolom ke-j

diganti dengan komponen pada matriks [ ]

2. Vektor pada Bidang dan Ruang

a. Vektor-vektor ( ) dan ( ) dapat dinyatakan secara


geometris sebagai ruas-ruas garis berarah.
b. Arah panah menentukan arah vektor dan panjang panah
menyatakan besarnya.
c. Pangkal panah disebut titik pangkal vektor dan titik ujung
panah disebut titik ujung vektor.
d. Vektor dinyatakan dengan huruf kecil tebal, misalnya
e. Semua skalar merupakan bilangan real.
f. Jika titik pangkal v adalah A dan titik ujungnya adalah B maka
ditulis ⃗⃗⃗⃗⃗ .
g. Norm ( ) di adalah ‖ ‖ √ dan
Norm ( ) di adalah
‖ ‖ √
h. Jika u dan v dua vektor tak-nol di atau adalah
sudut antara u dan v maka hasil kali titik u.v didefinisikan oleh
( )

Atau dengan notasi determinan

.| || || |/

i. Nilai mutlak det .| |/ sama dengan luas jajargenjang di


yang ditentukan oleh vektor ( ) ( ).

Nilai mutlak (| |) sama dengan volum

paralelepipedum yang ditentukan oleh vektor-vektor


( ) ( )

3. Matriks Tranformasi
a. Transformasi pada atau yang memetakan titik ke
bayangan simetrisnya terhadap garis atau bidang disebut
transformasi refleksi.
b. Matriks transformasi refleksi terhadap sumbu-x adalah
0 1
c. Matriks transformasi refleksi terhadap garis y = x adalah
0 1
d. Matriks transformasi refleksi terhadap bidang-xy adalah

[ ]

e. Matriks transformasi refleksi terhadap bidang-xz adalah

[ ]

f. Matriks transformasi refleksi terhadap bidang-yz adalah

[ ]

g. Matriks rotasi berlawanan arah jarum jam mengelilingi sumbu-

x positif sebesar sudut adalah [ ]

h. Matriks rotasi berlawanan arah jarum jam mengelilingi sumbu-

y positif sebesar sudut adalah [ ]

i. Matriks rotasi berlawanan arah jarum jam mengelilingi sumbu-

z positif sebesar sudut adalah [ ]

j. Matriks transformasi translasi menurut vektor 0 1 adalah


[ ]

k. Matriks transformasi peregangan pada arah-x dengan faktor k


adalah 0 1
l. Matriks transformasi peregangan pada arah-y dengan faktor k
adalah 0 1

m. Matriks transformasi dilatasi dengan faktor k adalah 0 1


n. Matriks transformasi dilatasi dengan faktor k di adalah

[ ]

KB 3. Program Linear

1. Program Linear
a. Program linear merupakan bagian dari Operation Research
yang mempelajari masalah optimum.
b. Prinsip pada program linear diterapkan dalam masalah nyata
diantaranya dalam bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan,
perdagangan, transportasi, industri, sosial, dan lain-lain.
c. Konsep-konsep dasar untuk menyelesaikan masalah program
linear diantaranya adalah dengan membuat model matematika.
d. Langkah-langkah untuk membuat model matematika adalah
sebagai berikut :
 Menentukan tipe masalah (maksimum dan minimum)
 Mendefinisikan variabel keputusan
 Merumuskan fungsi tujuan
 Merumuskan fungsi kendala
 Menentukan persyaratan nonnegatif
e. Bentuk baku model matematika suatu program linear untuk
masalah maksimum adalah sebagai berikut.

Harus memenuhi :

f. Bentuk baku model matematika suatu program linear untuk


masalah minimum adalah sebagai berikut

Harus memenuhi :

2. Metode Grafik
a. Metode grafik ini dibedakan 2 yaitu metode titik ekstrim (titik
pojok) dan metode garis selidik.
b. Teorema Fundamental Program Linear
 Jika nilai optimal fungsi tujuan masalah program linear ada
maka nilai tersebut dihasilkan oleh satu atau lebih titik
pojok pada daerah penyelesaian fisibel.
 Jika masalah program linear mempunyai penyelesaian tidak
tunggal, sedikitnya satu dari penyelesaian berada pada titik
pojok daerah penyelesaian fisibel.
c. Teorema Eksistensi Penyelesaian Masalah Program Linear.
 Jika daerah penyelesaian fisibel masalah program linear
tertutup maka nilai maksimum dan nilai minimum fungsi
tujuan ada.
 Jika daerah penyelesaian fisibel masalah program linier
tidak tertutup dan koefisien fungsi tujuan bernilai positif
maka nilai minimum fungsi tujuan ada tetapi nilai
maksimumnya tidak ada.
 Jika daerah penyelesaian fisibel masalah program linier
kosong (artinya tidak ada titik yang memenuhi semua
fungsi kendala) maka nilai maksimum dan nilai minimum
fungsi tujuan tidak ada
d. Langkah menyelesaikan model matematika dengan metode
grafik (metode titik ekstrim)
 Menggambar garis yang persamaannya ditentukan dari
fungsi kendala.
 Mengarsir daerah yang tidak memenuhi fungsi kendala.
 Menentukan daerah penyelesaian fisibel (DPF)
 Membandingkan nilai Z dari titik ekstrim untuk
menentukan penyelesaian optimal.
e. Langkah menyelesaikan model matematika dengan metode
grafik (metode garis selidik)
 Menggambar DPF
 Menggambar garis yang persamaannya dari fungsi tujuan
ax + by = 0.
 Menggambar garis-garis yang sejajar dengan ax + by = 0
dan melalui titik ekstrim. Garis sejajar ini disebut garis
selidik.
 Untuk masalah maksimum maka titik ekstrim terakhir yang
dilalui garis selidik berkaitan dengan penyelesaian optimal.
Sedangkan untuk masalah minimum, titik ekstrim pertama
yang dilalui garis selidik berkaitan dengan penyelesaian
optimal

3. Metode Simpleks
a. Langkah-langkah menyelesaikan masalah program linear
dengan metode simpleks adalah sebagai berikut.
 Buat model matematika (jika masalah dalam bentuk
masalah kontekstual).
 Tambahkan variabel slack atau variabel surplus pada setiap
pertidaksamaan fungsi kendala. Jika pertidaksamaannya
maka tambahkan variabel slack agar menjadi
persamaan. Jika pertidaksamaan maka kurangkan
variabel surplus agar menajdi persamaan. Variabel slack
atau variabel surplus merupakan variabel nonnegatif yang
dimunculkan di ruas kiri pertidaksamaan agar menajdi
persamaan.
 Diperoleh model matematika baru
 Susun model matematika baru tsb kedalam tabel simpleks
(sebagai program awal).
 Pilih kolom kunci yaitu kolom yang mempunyai nilai
terendah ( | |) {|
| }
 Pilih baris kunci yaitu yang bernilai terendah dengan
dan k adalah kolom kuncinya
. 2 3/ dan k adalah kolom kuncinya
 Tentukan elemen kuncinya yaitu perpotongan kolom kunci
dengan baris kunci, disimbolkan elemen kunci

 Lakukan transformasi baris kunci dengan cara membagi


elemen pada baris kunci dengan elemen kunci

 Lakukan transformasi baris-baris yang lain yaitu baris


baru=baris lama – bilangan pada kolom kunci yang
bersesuaian dengan baris lama (baris yang akan
ditransformasikan) dikalikan nilai baru baris kunci.
 Buat tabel simpleks baru berdasarkan langkah e s.d. i
 Bila tabel baru/perbaikan belum optimal ( )
buat tabel baru dengan langkah e s.d. i
 Lakukan terus menerus tahap e s.d. I sehingga menemukan

 Program optimal

4. Dualitas
a. Teorema tentang Dualitas (lemah)
Jika LP1 program linear masalah maksimum dalam bentuk
baku, LP2 program linear masalah minimum dalam betuk
baku, LP1 dan LP2 merupakan dual satu sama lainnya maka :
 Jika LP1 merupakan kasus penyelesaian tidak terbatas
maka LP2 merupakan kasus ketidaklayakan.
 Jika LP2 merupakan kasus penyelesaian tidak terbatas
maka LP1 merupakan kasus ketidaklayakan
 Jika LP1 dan LP2 keduanya tertutup dan dapat diselesaikan
maka ( ) ( ), (dibaca nilai optimal (LP1)
nilai optimal (LP2)).
b. Teorema Dualitas (kuat)
Jika LP1 atau LP2 dapat diselesaikan dan tertutup maka
berlaku pada pasangannya dan opt(LP1)=opt(LP2).

KB 4. Pembelajaran Aljabar

1. Teori Belajar
Menurut Bruner, untuk pengetahuan dibentuk melalui tahapan
enaktif, ikonik, dan simbolik

2. Model pembelajaran Discovery Learning


a. Discovery learning menggunakan pendekatan berpusat pada
siswa dimana siswa menemukan pengetahuan baru melalui
pengalaman aktif dan langsung serta mengkonstruksi konsep
baru berdasarkan pengetahuan yang sudah ada
b. Sintaks pembelajaran discovery learning menurut
Kemendikbud (2012:6) adalah
 Stimulation
 Problem statement
 Data collecting
 Data processing
 Verification
 Generalization

3. Pembelajaran Abad 21
Empat keterampilan abad 21 adalah
 critical thinking
 communication
 collaboration
 creativity.

4. PPK (Penguatan Pendidikan Karakter)


a. Gerakan PPK menempatkan nilai karakter sebagai dimensi
terdalam pendidikan yang membudayakan dan
memberadapkan para pelaku pendidikan.
b. Lima nilai utama karakter yang saling berkaitan membentuk
jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai prioritas
gerakan PPK adalah
 Religius
 Nasionalis
 Mandiri
 Gotongroyong
 Integritas

5. Perangkat Pembelajaran Materi Bentuk Aljabar


a. Perangkat pembelajaran menjadi pegangan bagi guru/dosen
dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium,
atau di luar kelas.
b. Dalam permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang Standar
proses pendidikan : penyusunan perangkat pembelajaran
merupakan bagian dari perencanaan pembelajaran.
c. Rencana pembelajaran dirancang dalam bentuk silabus dan
RPP yang mengacu pada standar isi.
d. Berikut merupakan penggalan silabus yang berisi tentang:
 identitas satuan pendidikan
 mata pelajaran
 kelas/semester
 kompetensi inti
 kompetensi dasar
 nilai karakter
 indikator pencapaian kompetensi
 materi pokok
 kegiatan pembelajaran
 penilaian
 alokasi waktu
 sumber belajar.
e. Berikut merupakan isi dari RPP:
 Identitas satuan pendidikan
 Mata pelajaran
 Materi pokok
 Kelas/semester
 Alokasi waktu
 Kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator
pencapaian kompetensi
 Tujuan pembelajaran
 Materi pembelajaran
 Pendekatan, metode, daan model pembelajaran
 Media/alat
 Sumber belajar
 Kegiatan pembelajaran
 Penilaian
 Lampiran-lampiran yang berisi bahan ajar, materi remidial,
materi pengayaan, media PPT, LKPD, Instrumen Penilaian
2 Daftar materi yang sulit 1. Matriks transformasi
dipahami di modul ini 2. Program linear yang berkaitan dengan metode simpleks dan
dualitas
3. Vektor pada bidang dan ruang
3 Daftar materi yang sering 1. Program linear yang berkaitan dengan menentukan model
mengalami miskonsepsi matematika dalam merumuskan dan menentukan tipe masalah
(maksimum dan minimum)
2. Program linear yang berkaitan dengan metode simpleks dan
dualitas
3. Vektor pada bidang dan ruang
LK 0.1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul Kalkulus dan Trigonometri


Judul Kegiatan Belajar (KB) 9. Fungsi Trigonometri
10. Fungsi, Jenis Fungsi, dan Limit
Fungsi
11. Turunan dan Aplikasi Turunan
12. Antiturunan, Integral, dan Aplikasi
Integral
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang dipelajari KB 1. Fungsi Trigonometri

4. Identitas Fungsi Trigonometri


a. Trigonometri adalah ilmu yang mempelajari
tentang hubungan antara sisi dan sudut dari suatu
segitiga serta fungsi dasar yang muncul dari relasi
tersebut.
b. Pada sebuah segitiga ABC,
dengan a, b, dan c merupakan
panjang sisi-sisi yang berada didepan sudut A, B,
dan C.
c. Fungsi trigonometri lainnya didefinisikan:

d. Sifat-sifat fungsi trigonometri diberikan berikut.



 Jika , maka
 Jika , maka
 ( ) dan ( )
 . / . /
 . / . /
 ( ) ( )
 ( ) ( )
 . / . /
 . / . /
 ( ) ( )
 ( ) ( )
e. Aturan sinus mengatakan bahwa pada suatu segitiga
ABC berlaku

dengan a panjang sisi depan sudut A, b Panjang


sisi depan sudut B, dan c panjang sisi didepan
sudut C. Aturan tersebut diperluas menjadi

dengan R merupakan jari-jari lingkaran luarsegitiga


f. Aturan cosinus mengatakan bahwa pada suatu
segitiga ABC berlaku


g. Sebuah fungsi f dikatakan periodik jika terdapat


sebuah bilangan positif p sehingga ( )
( ) . Nilai p terkecil disebut periode.
h. Fungsi dengan nilai ( ) mempunyai periode
karena 0 . /1 ( ) ( )

Dan periode fungsi ( ) juga sama yaitu


i. Fungsi dengan nilai ( ( )) dan
( ( )) mempunyai periode dan
amplitudo A.

5. Invers Fungsi Trigonometri


a. Fungsi dengan ( ) mempunyai
, - dan 0 1.
b. Fungsi dengan ( ) mempunyai
, - dan , -.
c. Fungsi dengan ( ) mempunyai
dan 0 1
d. Identitas invers fungsi trigonometri diberikan
berikut.
 ( ) √
 ( ) √
 ( ) √
 ( )
| |
√ { √

6. Rumus jumlah dan selisih fungsi trigonometri


a. Identitas jumlah dan selisih sudut diberikan berikut.
 ( )
 ( )
 ( )
b. Identitas sudut ganda diberikan berikut.
 ( )
 ( )

 ( )
c. Identitas setangah sudut diberikan berikut.
 . / √ v . / √

 . / √ v cos. / √

d. Identitas jumlah fungsi trigonometri diberikan


berikut.
 . / . /
 . / . /
e. Identitas perkalian fungsi trigonometri diberikan
berikut
 , ( ) ( )-
 , ( ) ( )-
 , ( ) ( )-
KB 2. Fungsi, Jenis Fungsi, dan Limit Fungsi

1. Fungsi, Jenis Fungsi dan Fungsi Invers


a. Suatu fungsi f dari himpunan A ke B
merupakan pasangan terurut
sedemikian sehingga memenuhi dua hal :
 ( )
 ( ) ( )
b. Jenis-jenis fungsi atara lain fungsi satu-satu
(injektif), fungsi pada (surjektif), fungsi
bijektif, fungsi naik, dan fungsi turun

2. Komposisi Fungsi dan Fungsi Invers


a. Fungsi komposisi adalah gabungan dari
beberapa fungsi yang ada. Fungsi komposisi
disimbolkan dengan atau disebut
bundaran.
b. Diketahui fungsi-fungsi f dan g dengan
. Fungsi komposisi
didefinisikan sebagai ( )( )
, ( )-
c. Fungsi dengan disebut fungsi
identitas apabila ( ) .
d. Misalkan fungsi . Jika terdapat fungsi
sehingga nilai-nilai
g, ( )- maka fungsi g disebut
invers f dan ditulis .
e. Jika fungsi injektif, maka :
 Fungsi ada

3. Limit Fungsi
a. Limit suatu fungsi merupakan konsep yang
fundamental dalam kalkulus dan analisis yang
berkaitan dengan perlakuan fungsi di sekitar
titik tertentu.
b. Barisan adalah suatu fungsi yang domainnya
adalah himpunan bilangan bulat positif atau
bilangan asli (N) atau himpuanan bagiannya.
c. Suatu barisan yang daerah hasilnya (range)
adalah himpunan bagian dari himpunan
bilangan real disebut barisan bilangan real.
d. Barisan ( ) dikatakan :
 Monoton naik jika untuk setiap

 Monoton tidak turun jika untuk setiap

 Monoton turun jika untuk setiap

 Monoton tidak naik jika untuk setiap


e. Dipunyai barisan ( ). Barisan ( ) dikatakan
kovergen ke L, ditulis jika dan
hanya jika untuk setiap terdapat
sedemikian hingga | | jika
f. Nilai ( ) maksudnya adalah jika
x mendekati tetapi tidak sama dengan c, maka
( ) mendekati L.
g. Limit fungsi f bernilai L untuk ditulis
( ) , jika dan hanya jika untuk
setiap terdapat sedemikian hingga
| ( ) | jika | | , yaitu
| | | ( ) |
h. Jika a dan c suatu konstanta real, maka

i. Nilai limit suatu fungsi adalah tunggal, yaitu jika


( ) ( ) , maka
L=M
j. Dipunyai ( ) , ( ) , dan
K sembarang bilangan real.
 ( ( ) ( ))
 ( )
 ( ( ) ( ))
( )
 ( )
k. Teorema
 Jika ( ) suatu suku banyak dan ,
maka ( ) ( )
( )
 Jika ( ), dengan ( ) dan
( ) masing-masing merupakan suku
banyak berderajat n dan m, , dan
( ) ( )
( ) , maka ( ) ( )
l. Jika n bilangan bulat positif dan
( ) maka √ ( )

√ ( ) √
m. Prinsip Apit
Dipunyai fungsi-fungsi f, g, h terdefinisi pada
selang buka bilangan real yang memuat
a. Jika ( ) ( ) ( ) untuk setiap
dan
( )
( ) ( )
n. Berikut diberikan teorema dasar limit fungsi
trigonometri. Pada teorema berikut ukuran
sudut yang digunakan adalah radian.






o. Teorema



4. Limit Sepihak
a. Dipunya fungsi ( ) , dan c di selang
( ). Limit fungsi f untuk x mendekati c dari
kanan adalah L, ditulis dengan
( )
jika dan hanya jika untuk setiap terdapat
sehingga | ( ) | apabila .
b. Dipunya fungsi ( ) , dan c di selang
( ). Limit fungsi f untuk x mendekati c dari
kanan adalah L, ditulis dengan
( )
jika dan hanya jika untuk setiap terdapat
sehingga | ( ) | apabila .
c. Dipunya fungsi . Nilai
( ) ada dan bernilai L jika dan hanya
jika
( ) ( )

5. Limit Tak Hingga dan Limit di Tak Hingga

Limit Tak Hingga


a. Dipunyai fungsi * +
( ) ( )
apabila | |
b. Dipunyai fungsi * +
( )
( ) apabila | |
c. Dipunyai fungsi-fungsi * + ,
( ) , ( )
( )
 Jika dan ( ) maka ( )

( )
 Jika dan ( ) maka ( )

( )
 Jika dan ( ) maka ( )
( )
 Jika dan ( ) maka ( )

Limit di Tak Hingga


a. Dipunyai fungsi
( ) | ( ) |
b. Dipunyai fungsi
( ) | ( ) |
c. Jika ( ) dan ( )
maka K = L.
d. Jika ( ) dan ( )
maka K = L.
6. Kekontinuan Fungsi
 Definisi kekontinuan fungsi diberikan sebagai
berikut. Dipunya fungsi .
Fungsi f dikatakan kontinu di titik c jika dan
hanya jika ( ) ( )

KB 3. Turunan dan Aplikasi Turunan

1. Definisi dan rumus-rumus turunan fungsi


a. Berdasarkan definisi turunan, suatu fungsi
mempunyai turunan pada suatu titik apabila
turunan dari pihak kiri sama dengan turunan dari
pihak kanan pada titik tersebut atau ( ) ada
apabila ( ) ( )
b. Jika f, g merupakan fungsi-fungsi yang
mempunyai turunan maka berlaku :
, -
 dengan k konstanta Real
( )( ) ( ) ( )
 ( ) ( ) ( ) dengan k sembarang
bilangan real
( )( ) ( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( )
. / ( ) , ( )-
, dengan syarat
( ) .
, -
 , n merupakan bilangan bulat
tak nol.
 Turunan fungsi trigonometri diberikan berikut
ini.
( )
1.
( )
2.
( )
3.
( )
4.
( )
5.
( )
6.
c. Aturan rantai didasari dari turunan fungsi
komposisi yaitu
,( )( )- ,(
)( )- , ( )-
, ( )- ( )
, ( )-
Dengan syarat f dan g mempunyai turunan pada
domainnya.

2. Turunan fungsi implisit dan fungsi invers


a. Fungsi yang nilai fungsinya disajikan dalam ruas
yang berbeda yaitu ( ) disebut fungsi
eksplisit; sedangkan fungsi yang penyajian nilai
fungsinya tidak seperti itu disebut fungsi
implisit.
b. Untuk mencari turunan fungsi implisit dilakukan
melakukan proses penurunan pada kedua ruas
dengan menggunakan teorema turunan yang
sesuai .
c. Syarat suatu fungsi mempunyai invers adalah
fungsi tersebut adalah fungsi injektif dan domain
dari fungsi inversnya adalah Range dari fungsi
semula.
d. Turunan fungsi invers dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu mencari fungsi invers kemudian
diturunkan atau menggunakan hubungan
( )( )
, ( )-
e. Turunan dari invers fungsi trigonometri
diberikan berikut ini
( )
 | |

( )
 | |

( )

( )

( )
 | |
| |√
( )
 | |
| |√

3. Aplikasi turunan
a. Suatu nilai disebut nilai ekstrim mutlak dari
suatu fungsi jika nilai tersebut merupakan nilai
ekstrim fungsi pada domain fungsi tersebut;
sedangkan nilai disebut nilai ekstrim relative
dari suatu fungsi jika nilai tersebut merupakan
nilai ekstrim fungsi pada suatu selang yang
merupakan himpunan bagian dari domain fungsi
tersebut. Nilai ekstrim mutlak suatu fungsi juga
merupakan nilai ekstrim relative.
b. Apabila c suatu nilai ekstrim dari fungsi f maka
c haruslah merupakan bilangan kritis fungsi f
dan c memenuhi salah satu dari : c merupakan
titik ujung I, c merupakan titik stasioner f, atau c
merupakan titik singular f.
c. Teorema rata-rata menjamin adanya nilai
( ) dimana
( ) ( )
( )
d. Kemonotonan grafik fungsi dapat dilihat dari
nilai turunan pertama fungsi tersebut yaitu
( ) untuk setiap yang bukan di titik
ujung maka grafik f naik pada I dan jika
( ) untuk setiap yang bukan dititik
ujung f maka grafik f turun pada I.
e. Penentuan nilai ekstrim suatu fungsi dapat
dilakukan dengan uji turunan pertama yaitu Jika
( ) ada pada selang ( ) untuk
suatu kecuali mungkin dititik c sendiri
maka ( ) ekstrim relative jika dan hanya jika
( ) berganti tanda di
f. Kecekungan grafik fungsi dapat diperiksa
menggunakan turunan kedua dari fungsi
tersebut. Kriterianya dalah grafik f cekung
keatas pada I apabila ( ) yang
bukan titik ujung I.
g. Penentuan nilai ekstrim juga dapat dilakukan
dengan uji turunan kedua dengan syarat ( )
dan ( ) ada pada I. Kriteria yang digunakan
yaitu : ( ) ( ) suatu maksimum
relative f, ( ) ( ) suatu minimum
relative f, dan
( )

KB 4. Antiturunan, Integral, dan Aplikasi Integral

1. Antiturunan
a. Antiturunan atau integral tak tentu merupakan
balikan dari turunan. Jika ( ) ( ) untuk
setiap maka F disebut suatu antiturunan f
pada selang I. Keberadaan antiturunan tidak
tunggal, untuk menunjukkan semua
antiturunan f, dapat dituliskan dengan ( )
, dengan C sebarang konstanta.
b. Teorema-teorema dalam integral tak tentu
antara lain sebagai berikut.
 Jika r sebarang bilangan rasional kecuali -1,
maka ∫
 ∫ dan

 Kelinieran :
o ∫ ( ) ∫ ( )
o ∫, ( ) ( )-
∫ ( ) ∫ ( )
o ∫, ( ) ( )-
∫ ( ) ∫ ( )
 Diberikan f fungsi yang diferensiabel dan r
bilangan rasional dengan , maka
, ( )-
∫, ( )- ( ) ,C = kostanta
 Penggantian: dipunyai g mempunyai
turunan pada dan dengan I adalah
suatu selang. Jika f terdefinisi pada selang I
sehingga ( ) ( ), maka
∫ , ( )- ( ) , ( )-
 Integral parsial
Jika U dan V adalah fungsi-fungsi yang
mempunyai turunan pada selang terbuka I,
maka ∫ ∫
 Jika dijumpai integral fungsi trigonometri
yang rumit, diusahakan dapat dikembalikan ke
dalam bentuk yang pokok.
 Untuk mengintegralkan fungsi rasional
( )
( ) dicek dulu derajat ( ) dan
( )
( ) ( ) difaktorkan menjadi factor linear
atau kuadrat, kombinasikan semua suku dalam
pecahan bagian dengan menyamakan
penyebut, hitung semua koefisien yang ada,
dan diintegralkan.

2. Notasi Sigma dan Jumlah Riemann


a. Deret dan notasi sigma diperlukan dalam
pembahasan tentang jumlah Riemann hingga
integral tertentu. Teorema yang sering
digunakan, khususnya dalam perhitungan
integral tertentu melalui limit jumlah Riemann
antara lain sebagai berikut.
 ∑ untuk sebarang konstanta c,
 ∑ ∑
 ∑ ( ) ∑
∑ )
b. Definisi partisi : dipunyai [a,b] suatu selang
tutup, suatu untuk selang [a,b] adalah
sebarang himpunan yang terdiri (n+1) bilangan
* +, dengan

c. Definisi jumlah Riemann : dipunyai


, - suatu fungsi, suatu partisi
selang [a,b], dan , -. Bangun
∑ ( ) . Bangun disebut jumlah
Riemann untuk f pada selang [a,b].
d. Definisi integral tertentu sebagai limit jumlah
Riemann :
Dipunyai fungsi , - jika
‖ ‖ ∑ ( ) ada, maka dikatakan
fungsi f terintegralkan secara Riemann pada
selang [a,b]. Selanjutnya ditulis
‖ ‖ ∑ ( ) ∫ ( ) disebut
integral tertentu (integral Riemann) fungsi f
dari a ke b.

3. Integral Tertentu
Teorema-teorema integral tertentu :
 ∫ ‖ ‖ ∑
 ∫ ‖ ‖ ∑ ( )
 Kelinearan :
o ∫ , ( ) ( )-
∫ ( ) ∫ ( )
o ∫ ( ) ∫ ( )
 ∫ ( ) ∫ ( ) ∫ ( )
 Teorema Dasar Kalkulus 1: jika f kontinu pada
selang [a,b] dan x suatu titik dalam [a,b], maka
,∫ ( ) -
( )
 Teorema Dasar Kalkulus 2 : jika f(x) kontinu
pada [a,b] dan F(x) sebarang antiturunan f(x),
maka ∫ ( ) ( ) ( ). Selanjutnya
ditulis ( ) ( ) , ( )- .

4. Aplikasi integral
a. Luas daerah pada bidang datar, daerah D yang
dibatasi oleh grafik fungsi f,
. L adalah luas daerah D.
 Jika ( ) untuk semua , -,
maka ∫ ( )
 Jika ( ) untuk semua , -,
maka ∫ ( )
 Secara umum ∫ | ( )|
b. Luas daerah pada bidang datar, daerah D yang
dibatasi dua grafik fungsi f dan g dengan
( ) ( ) untuk semua , -
Jika L adalah luas daerah D,
maka ∫ , ( ) ( )-
c. Volume benda putar dari suatu daerah D pada
bidang datar yang diputar dengan suatu poros
tertentu, dimana D dibatasi oleh grafik f,
sumbu X, , dan diputar dengan
poros sumbu X, dengan metode cakram,
diperoleh
∑ , ( )-
‖ ‖
∫ , ( )- .
d. Volume Benda Putar dari suatu daerah pada
bidang datar yang diputar dengan suatu poros
tertentu, di mana dibatasi oleh grafik fungsi
g dan h dengan ( ) ≥ ℎ( ) pada [ , ], x = a,
dan x = b diputar terhadap sumbu , dengan
metode cincin, diperoleh:

∑ ,, ( )- , ( )- -
‖ ‖

∫ , ( )- , ( )-

e. Volume Benda Putar dari suatu daerah pada


bidang datar yang diputar dengan suatu poros
tertentu, di mana dibatasi oleh grafik fungsi
kontinu dengan ( ) ≥ 0 pada selang [ , ],
garis = , garis = , dan sumbu , diputar
terhadap sumbu 𝑌, dengan metode sel silinder
(kulit tabung), diperoleh:

∑ ( )
‖ ‖

∫ ( ) .
e. Panjang busur grafik dari titik 0( , ( ))
sampai titik ( , ( )) adalah
∑√ , ( )- ∫ √ , ( )-
‖ ‖

f. Luas permukaan benda putar dengan D adalah


daerah yang dibatasi oleh grafik fungsi kontinu
f pada selang [a,b] diputar mengelilingi sumbu
X.

∑ [ ( ) ( )- √ , ( )-
‖ ‖

∫ ( ) √ , ( )-

2 Daftar materi yang sulit dipahami di 1. Notasi sigma dan jumlah Riemann
modul ini 2. Anti turunan
3. Volume benda putar

3 Daftar materi yang sering mengalami 1. Notasi sigma dan jumlah Riemann
miskonsepsi 2. Anti turunan
3. Volume benda putar

LK 0.1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul Kombinatorika dan Statistika


Judul Kegiatan Belajar (KB) 13. Kaidah Pencacahan, Permutasi,
Kombinasi
14. Teori Peluang
15. Ukuran pemusatan Data dan
Penyebaran
16. Pembelajaran Kombinatorika dan
Statistika
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang dipelajari KB 1 Kaidah Pencacahan, Permutasi, Kombinasi

7. Kaidah Pencacahan dan Penjabaran Binom


Newton
a. Kaidah pencacahan merupakan aturan untuk
menghitung banyaknya susunan obyek-obyek
tanpa harus merinci semua kemungkinan
susunannya.
b. Kaidah Perkalian
Kaidah Perkalian berlaku bagi penyusunan
atau pemilihan objek yang dilakukan beberapa
tahap dan dilaksanakan sekaligus. Pada setiap
tahap dimungkinkan beberapa cara (alternatif)
penyusunan atau pemilihan.
c. Kaidah penjumlahan berlaku untuk tindakan
pemilihan atau penyusunan dilakukan dalam
beberapa tahap pemilihan atau penyusunan
yang tidak dilaksanakan sekaligus, akan tetapi
dilakukan berdasarkan salah satu tahap
8. Permutasi
a. Permutasi k unsur dari n unsur berbeda adalah
sebuah jajaran dari k unsur yang urutannya
diperhatikan.
b. Untuk setiap bilangan asli, didefinisikan :
! = 1 × 2 × 3 × ... × ( − 2) × ( − 1) ×
Notasi ! dibaca faktorial.
Didefinisikan juga 1! = 1 dan 0! = 1.
c. Banyaknya permutasi obyek yang diambil
dari obyek berbeda, dengan ≤ adalah
yang didefinisikan dengan :

( )
d. Banyaknya permutasi dari n unsur yang terdiri
dari unsur jenis pertama sama, unsur
jenis kedua sama, unsur jenis ketiga sama,
…, dan unsur jenis ke–k sama ditentukan
dengan

dimana

e. Banyaknya permutasi untuk n unsur berbeda


yang diatur dalam sebuah lingkaran disebut
permutasi siklik dari n unsur ( )
ditentukan oleh rumus:
( ) = ( − 1)!

9. Kombinasi
a. Kombinasi k unsur dari n unsur berbeda adalah
sebuah jajaran dari k unsur yang urutannya
tidak diperhatikan.
b. Misalkan n dan k bilangan bulat non negatif
dengan . Banyaknya kombinasi k unsur
dari n unsur berbeda tanpa pengulangan
ditentukan dengan rumus:
( ) . /
( )
c. Binomial Newton berbentuk ( ) ,
koefisien variabelnya dapat bersandarkan pada
segitiga pascal atau konsep kombinasi.
Menurut teorema binomial :

( ) ∑ ( )

KB 2 Teori Peluang
1. Percobaan dan Peluang Suatu Kejadian
a. Setiap proses yang menghasilkan suatu
kejadian disebut percobaan
b. Semua hasil yang mungkin dari suatu
percobaan disebut ruang sampel, biasanya
dinyatakan dengan S.
c. Setiap hasil dalam ruang sampel disebut titik
sampel.
d. Banyaknya anggota dalam S dinyatakan
dengan n(S).
e. Setiap hasil dalam ruang sampel disebut titik
sampel
f. Jika ruang sampel S mempunyai anggota yang
berhingga banyaknya dan setiap titik sampel
mempunyai kesempatan untuk muncul yang
sama, dan A suatu kejadian munculnya
percobaan tersebut, maka peluang kejadian A
( )
dinyatakan dengan : ( ) ( )

2. Frekuensi Harapan
Frekuensi harapan suatu kejadian pada suatu
percobaan adalah hasil kali peluang dengan
frekuensi percobaan A, dinyatakan dengan rumus:
ℎ( ) = ( )

3. Kepastian dan Kemustahilan


Peluang suatu kejadian mempunyai nilai
, artinya jika P = 0 maka kejadian dari
suatu peristiwa adalah mustahil atau tidak pernah
terjadi, dan jika P = 1 maka suatu peristiwa pasti
terjadi.

4. Komplemen dari suatu kejadian


Jika menyatakan komplemen dari kejadian A,
maka : P( ) = 1 – P(A)

5. Kejadian majemuk
a. Peluang Kejadian Tak Saling Lepas
Jika terdapat elemen yang sama antara
kejadian A dan B maka :
( ) ( ) ( ) ( )
b. Peluang Kejadian yang Saling Lepas
Dua kejadian disebut saling lepas jika irisan
dari dua kejadian itu merupakan himpunan
kosong, atau dapat ditulis kejadian A dan B
saling lepas jika . Maka diperoleh
( ) ( ) ( )
c. Peluang Bersyarat
Jika A dan B adalah dua kejadian dalam ruang
sampel S dan P(A) 0, maka peluang
bersyarat dari B yang diberikan A
didefinisikan sebagai :
( )
( | )
( )
d. Kejadian Saling Bebas (Stokastik)
Jika A dan B saling bebas maka apapun hasil
kejadian A tidak mempengaruhi B atau dapat
ditulis ( | )=P(B), sehingga diperoleh jika
A dan B saling bebas maka
( ) ( ) ( )
e. Prinsip inklusi dan eksklusi
| | | | | | | | | | | |
| | | |

KB 3 Ukuran pemusatan Data dan Penyebaran

1. Distribusi Frekuensi
a. Data yang telah dikumpulkan perlu disusun
secara sistematis supaya dapat dianalisis.
Susunan dari suatu data disebut distribusi data.
b. Ada beberapa cara menyusun data, yaitu :
▪ Distribusi frekuensi kuantitatif, yaitu
penyusunan data menurut besarnya
(kuantitasnya).
▪ Distribusi frekuensi kualitatif (kategori),
yaitu penyusunan data menurut kualitasnya
(kategorinya).
▪ Runtun waktu (time series), yaitu
penyusunan data menurut waktu terjadinya.
▪ Distribusi spasial, yaitu penyusunan data
menurut tempat geografisnya.
c. Penyusunan distribusi frekuensi diawali
dengan menentukan banyaknya interval kelas
yang efisien biasanya antara 5 dan 15 atau
dengan menggunakan Rumus Sturges yaitu :
= 1 + 3,322 . Sedangkan lebar interval
kelas ditentukan dengan membagi jangkauan
(yaitu selisih antara harga terbesar dan
terkecil) dengan banyak interval kelas yang
digunakan.
d. Penggambaran Distribusi Frekuensi dilakukan
dengan beberapa cara antara lain : histogram,
poligon dan ogive.

2. Ukuran Pemusatan
a. Ukuran pemusatan terdiri dari mean, mean
terbobot, median, kuartil dan modus.
b. Mean dari sekumpulan observasi adalah
jumlah semua observasi dibagi banyak
observasi.
 Jika suatu sampel berukuran n dengan
elemen maka mean sampel

adalah ̅
 Misal adalah himpunan k nilai
dan bobot yang diberikan
kepada mereka maka mean terbobot adalah

̅

c. Median
Median dari sekumpulan data adalah nilai yang
berada di tengah dari sekumpulan data itu
setelah diurutkan menurut besarnya.
 Data yang tidak dikelompokkan
 Jika banyaknya data ganjil maka

 Jika banyaknya data genap :


( ) ( )

 Data yang dikelompokkan

Dengan:
Lmd : batas bawah interval median
n : banyak data
F : jumlah frekuensi interval-interval
sebelum interval median
fmd : frekuensi interval median
c : lebar interval

d. Kuartil
Kuartil dari sekumpulan data adalah nilai-nilai
yang membagi empat secara sama dari
sekumpulan data itu setelah diurutkan menurut
besarnya.
e. Modus
Modus dari sekumpulan data adalah nilai yang
sering muncul atau nilai yang mempunyai
frekuensi tertinggi dalam kumpulan data itu.
 Data tidak dikelompokkan : merupakan data
yang paling banyak muncul, jika semua data
punya frekuensi yang sama banyak maka tidak
ada Modus.
 Data dikelompokkan :

3. Ukuran Penyebaran/Dispersi
a. Ukuran penyebaran data adalah suatu ukuran
yang menyatakan seberapa besar nilai-nilai
data berbeda atau bervariasi dengan nilai
ukuran pusatnya atau seberapa besar
penyimpangan nilai-nilai data dengan nilai
pusatnya.
b. Berikut merupakan ukuran penyebaran:
 Jangkauan
Jangkauan adalah selisih data terbesar dan
terkecil.

 Simpangan rata-rata atau deviasi rata-rata


Simpangan rata-rata atau deviasi rata-rata
adalah ukuran yang menyatakan seberapa
besar penyebaran tiap nilai data terhadap
nilai meannya
 Data tidak dikelompokkan

 Data yang dikelompokkan

 Simpangan baku (Standar Deviasi)


Diketahui sekumpulan data kuantitatif yang
tidak dikelompokkan dan dinyatakan oleh
. Dari data tersebut, dapat
diperoleh nilai simpangan baku yang
ditentukan sebagai berikut :

 Data tidak dikelompokkan


∑ ( ̅)

∑ ( )

 Data dikelompokkan
∑ ( ̅)

∑ ( )

 Ragam (Variansi)
Merupakan rata-rata dari jumlah kuadrat
simpangan tiap data yang dirumuskan
sebagai . Artinya ragam diperoleh dari
simpangan baku dikuadratkan.

KB 4 Pembelajaran Kombinatorika dan Statistika


1. Istilah Pengetahuan Faktual, Konseptual,
Prosedural, dan Metakognitif untuk Tingkat
SMA/MA/SMALB/Paket C
a. Faktual
Faktual adalah pengetahuan teknis dan
spesifik, detail dan kompleks berkenaan
dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan
budaya terkait dengan masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara,
kawasan regional, dan internasional.
b. Konseptual
Konseptual adalah terminologi/istilah dan
klasifikasi, kategori, prinsip, generalisasi,
teori, model, dan struktur yang digunakan
terkait dengan pengetahuan teknis dan spesifik,
detail dan kompleks berkenaan dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya
terkait dengan masyarakat dan lingkungan
alam sekitar, bangsa, negara, kawasan
regional, dan internasional.
c. Prosedural
Prosedural adalah pengetahuan tentang cara
melakukan sesuatu atau kegiatan yang terkait
dengan pengetahuan teknis, spesifik,
algoritma, metode, dan kriteria untuk
menentukan prosedur yang sesuai berkenaan
dengan dengan ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, dan budaya terkait dengan masyarakat
dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara,
kawasan regional, dan internasional.
d. Metakognitif
Metakognitif adalah pengetahuan tentang
kekuatan dan kelemahan diri sendiri dan
menggunakannya dalam mempelajari
pengetahuan teknis, detail, spesifik, kompleks,
kontekstual dan kondisional berkenaan dengan
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya
terkait dengan masyarakat dan lingkungan
alam sekitar, bangsa, negara, kawasan
regional, dan internasional.

2. Arti 4C (Communication, Collaborative,


Critical Thinking, dan Creativity)
a. Communication (Komunikasi)
Komunikasi adalah sebuah kegiatan
mentransfer sebuah informasi baik secara lisan
maupun tulisan
b. Collaborative (Kolaborasi)
Kolaborasi adalah kemampuan berkolaborasi
atau bekerja sama, saling bersinergi,
beradaptasi dalam berbagai peran dan
tanggungjawab, bekerja secara produktif
dengan yang lain, menempatkan empati pada
tempatnya, menghormati perspektif berbeda.
c. Critical Thinking and Problem Solving
(Berpikir kritis dan pemecahan masalah)
Berpikir kritis dan pemecahan masalah adalah
kemampuan untuk memahami sebuah masalah
yang rumit, mengkoneksikan informasi satu
dengan informasi lain, sehingga akhirnya
muncul berbagai perspektif, dan menemukan
solusi dari suatu permasalahan.
d. Creativity and innovation (Kreatifitas dan
Inovasi)
Kreatifitas dan inovasi adalah kemampuan
untuk mengembangkan, melaksanakan, dan
menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada
yang lain, bersikap terbuka dan responsif
tergadap perspektif baru dan berbeda.

3. Problem Based Learning (PBL)


Pembelajaran pada materi peluang kejadian
majemuk dapat dilaksanakan dengan Model
Problem Based Learning (PBL) dengan sintaks
sebagai berikut:
 Orientasi peserta didik kepada masalah
 Mengorganisasi peserta didik
 Membimbing penyelidikan individu dan
kelompok
 Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya
 Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah

4. Discovery Learning (DL)


Pembelajaran pada materi Kaidah pencacahan
dapat dilaksanakan dengan model Discovery
Learning dengan sintaks sebagai berikut.
 Stimulation (stimulasi/pemberian
rangsangan)
 Problem statement (identifikasi masalah)
 Data collecting (pengumpulan data)
 Data processing (pengolahan data)
 Verification (pembuktian)
 Generalization (menarik kesimpulan)

5. Project Based Learning (PjBL)


Pembelajaran pada materi statistika dapat
dilaksanakan dengan model Project Based
Learning dengan sintaks sebagai berikut:
 Membuka pertanyaan dengan suatu
pertanyaan menantang
 Merencanakan proyek
 Menyusun jadwal aktivitas
 Mengawasi jalannya proyek
 Penilaian terhadap produk yang
dihasilkan
 Evaluasi

6. Literasi
Literasi atau melek matematis didefinisikan
sebagai kemampuan seseorang individu
merumuskan, menggunakan, dan menafsirkan
matematika dalam berbagai konteks. Hal-hal
tersebut tertulis dalam RPP yang dibuat oleh
pendidik.

7. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)


a. Religius
Sikap religius mencerminkan keberimanan dak
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Integritas
Integritas artinya selalu berupaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang bisa dipercaya
dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
c. Mandiri
Mandiri artinya tidak bergantung pada orang
lain dan menggunakan tenaga, pikiran, dan
waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi,
dan cita-cita.
d. Nasionalis
Nasionalis berarti menempatkan kepentingan
bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi
dan kelompok.
e. Gotong royong
Gotong royong mencerminkan tindakan
menghargai kerja sama dan bahu membahu
menyelesaiakan persoalan bersama.
2 Daftar materi yang sulit dipahami di 4. Binom Newton
modul ini 5. Peluang bersyarat
6. Ukuran penyebaran data
3 Daftar materi yang sering mengalami 1. Binom Newton
miskonsepsi 2. Peluang bersyarat
3. Ukuran penyebaran data

LK 0.1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul Bilangan


Judul Kegiatan Belajar (KB) 17. Keterbagian, Faktor Bilangan,
Bilangan Prima, Kelipatan Bilangan
18. Kongruensi Modulo
19. Notasi Sigma, Barisan dan Deret
20. Induksi Matematika
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang dipelajari KB 1 Keterbagian, Faktor Bilangan, Bilangan
Prima, Kelipatan Bilangan

1. Keterbagian
a. Bilangan bulat a membagi habis bilangan bulat b
(ditulis a| ) apabila terdapat bilangan bulat k
sehingga
b. Istilah-istilah lain yang mempunyai arti sama
dengan a| adalah “a faktor dari b” atau “a
pembagi b” atau “b kelipatan a”
c. Beberapa sifat terkait keterbagian pada bilangan
bulat:
 Jika a| dan b| maka a|
 Jika a| dan a|( ) maka a|
 Jika p| , maka p| untuk semua
 Jika p| dan p| , maka p|

2. Faktor Persekutuan Terbesar


a. Suatu bilangan bulat d disebut faktor
persekutuan dari a dan b apabila d| dan |
b. Bilangan bulat positif d disebut FPB dari a dan
b jika dan hanya jika
 d| dan d|
 jika c| dan c| maka
c. Bilangan bulat a dan b disebut relatif prima
(saling prima) jika FPB(a,b)=1
d. Untuk setiap bilangan bulat positif a dan b
terdapat dengan tunggal bilangan bulat q dan r
sedemikian sehingga
.

3. Bilangan Prima
Setiap bilangan asli lebih dari 1, mempunyai paling
sedikit
4. Kelipatan Persekutuan Terkecil

KB 2 Kongruensi Modulo
1. Kekongruenan
2. Sistem Residu

KB 3 Notasi Sigma, Barisan dan Deret


1. Notasi Sigma
2. Barisan dan Deret
3. Barisan sebagai Fungsi
4. Barisan Fibonacci
5. Golden Ratio

KB 4 Induksi Matematika
1.

2 Daftar materi yang sulit dipahami di 7. ….


modul ini 8. …

3 Daftar materi yang sering mengalami 4. ….


miskonsepsi 5. …

Anda mungkin juga menyukai