Oleh :
Yotam Adi Putra 2001302036
TANAH LAUT
POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pajak merupakan sumber penerimaan paling besar untuk Pemerintah
Republik Indonesia selain sektor migas dan ekspor barang-barang non migas.
Sebagai sumber penerimaan terbesar Pemerintah, pajak dapat dipergunakan
untuk membiayai kegiatan Pemerintah untuk meningkatkan kegiatan
masyarakat. Alokasi pajak untuk pembangunan prasarana dan perbaikan
kualitas sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap kegiatan ekonomi
masyarakat. Sehubungan dengan pajak pemerintah daerah harus mampu
menggali sumber pendapatan asli daerah (PAD) untuk dikembangkan.
Otonomi daerah dilaksanakan dengan berpedoman pada Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan di dukung dengan
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah
serta Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat.
Dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah agar dapat
melaksanakan otonomi,Pemerintah melakukan berbagai kebijakan perpajakan
daerah, di antaranya dengan menetapkan UU Nomor 18 Tahun 1997 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pemberian kewenangan dalam pengenaan
pajak daerah dan retribusi daerah, di harapkan dapat lebih mendorong
Pemerintah Daerah terus berupaya untuk mengoptimalkan pendapatanasli
daerah (PAD), khususnya yang berasal dari pajak daerah.
Selain pajak daerah, retribusi pajak daerah juga penting dalam Pendapatan
Asli Daerah (PAD), retribusi daerah yang merupakan pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan
(Pasal 1 UU NO 28 tahun 2009) diharapkan dapat mendukung sumber
pembiayaan daerah dalam menyelenggarakan pembangunan daerah, sehingga
meningkatkan dan meratakan perekonomian masyarakat didaerahnya.
Kabupaten Tanah Laut merupakan salah satu Kabupaten yang ada di
Provinsi Kalimantan Selatan. Kabupaten Tanah Laut merupakan salah satu
Kabupaten yang ada di Kalimantan Selatan yang mempunyai banyak sekali
tempat wisata menjadikan sector pariwisata menjadi sektor andalan. Namun
sektor lain seperti jasa, pertanian, peternakan dan perikanan didukung oleh
keadaan tanah yang subur.
Pemerintah Kabupaten Tanah Laut berusaha memaksimalkan pendaparan
asli daerah (PAD) untuk pembangunan daerahnya sesuai dengan salah satu
syarat dari pemekaran suatu wilayah yaitu mampu memanfaatkan potensi
daerahnya dengan salah satu cara melalui pajak daerah dan retribusi daerah.
Untuk tahun 2020 pendapatan daerah Kabupaten Tanah Laut telah
melampaui terget dengan capaian sebesar 115% atau dari target sebesar Rp 1.3
triliun terealisasi sebesar Rp. 1.5 triliun . Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Tanah Laut tahun 2020 yang terdiri dari pendapatan pajak daerah,
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-
lain, pendapatan asli daerah yang sah ditetapkan target sebesar Rp. 175 milyar
telah terealisasi sebesar Rp. 165 milyar atau 94,29%.
Untuk mengoptimalkan penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah di
perlukan pengendalian dari pihak yang berkepentingan yaitu Badan
Pendapatan Daerah (BAPENDA) Kabupaten Tanah Laut yang sesuai
fungsinya sebagai koodinator pemungutan pajak dan retribusi daerah dan
koordinator pemungutan penerimaan keuangan daerah. Adapun peranan
pengendalian pemungutan ini bertujuan untuk menghindari kebocoran-
kebocoran dalam pemungutan pajak dan retribusi daerah dilapangan atau agar
pemungutannya bisa berdasarkan potensi real, upaya ini dilakukan agar
penerimaan pajak dan retribusi daerah dari tahun ke tahun terus naik dan
meningkatkan pendapatan daerah khususnya pendapatan asli daerah(PAD).
Salah satu indikator yang menentukan derajat kemandirian suatu daerah
adalah dari penerimaan pendapatan asli daerahnya (PAD). Semakin besar
penerimaan pendapatan asli daerahnya (PAD) suatu daerah, maka semakin
rendah tingkat ketergantungan pemerintah daerah tersebut terhadap pemerintah
pusat. Sebaliknya, semakin rendah penerimaan pendapatan asli daerah (PAD)
suatu daerah, maka semakin tinggi tingkat ketergantungan pemerintah daerah
tersebut terhadap pemerintah pusat. Hal ini dikarenakan pendapatan asli daerah
(PAD) merupakan sumber penerimaan daerah yang berasal dari dalam daerah
itu sendiri.
Besarnya peran serta kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah sebagai
sumber utama penerimaan keuangan daerah dalam komponen pendapatan asli
daerah (PAD), sehingga membuatnya menjadi bagian yang sangat vital.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan mengambil judul: “PENGARUH PAJAK DAERAH DAN
RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH
KABUPATEN TANAH LAUT”
1.4 TUJUAN
Dalam penelitian ini peneliti memiliki maksud untuk mengetahui tentang
pengaruh penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan
asli daerah (PAD) di Kabupaten Tanah Laut. Adapun tujuan penelitian ini
sesuai dengan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas maka
diharapkan dapat memenuhi beberapa hal, yaitu:
1. Seberapa efektifkah pajak dan retribusi daerah Kabupaten Tanah Laut tahun
2021?
2. Seberapa berkontribusikah pajak dan retribusi daerah terhadap Pendapatan
Asli Daerah Kabupaten Tanah Laut tahun 2021?
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
Pada bagian ini diuraikan beberapa landasan teori yang akan digunakan untuk
membedah rumusan masalah penelitian salah satu unsur yang dibahas adalah
pengertian terhadap objek penelitian. Berikut ini adalah pemaparan
variabelvariabel yang akan diteliti.
1. Pajak yang dipun gut oleh Pemerintah Daerah dengan pengaturan dari daerah
sendiri;
2. Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan nasional tetapi penetapan
tarifnya dilakukan oleh Pemerintah Daerah;
3. Pajak yang ditetapkan dan/atau dipungut Pemerintah Daerah;
Ada tiga teknik pungutan pajak yaitu Official Assesment System, Self
Assesment System dan Withholding System (Anggoro, 2017:271). Ketiga teknik
tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1) Official Assesment System
Sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang oleh seseorang berada pada pemungut atau aparatur
pajak. Dalam sistem ini wajib pajak bersifat pasif, menunggu ketetapan dari
aparatur pajak, hutang pajak baru timbul bila sudah ada Surat Ketetapan
pajak dari aparatur pajak.
2) Self Assesment System
Sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk menentukan pajak yang
terutang oleh wajib pajak berada pada wajib pajak sendiri. Dalam sistem
tersebut wajib pajak tidak hanya melaporkan jumlah pajak yang terutang
tetapi juga harus aktif menghitung, menetapkan, menyetor sendiri pajak yang
terutang.
3) Withholding System
Sisem pemungutan pajak dimana wewenang untuk menentukan pajak yang
terutang oleh seseorang berada pada pihak ketiga. Misalnya pajak
penghasilan atas gaji, upah atau honorarium yang dihitung oleh pemberi
kerja.
Sumber: www.djpk.kemenkeu.go.id.
2.1.1.6 Cara Perhitungan Pajak
Keterangan:
1. Pajak Kabupaten/Kota
1) Pajak Hotel 10%
2) Pajak Restoran 10%
3) Pajak Hiburan 75%
4) Pajak Reklame 25%
5) Pajak Penerangan Jalan 10%
6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 25%
7) Pajak Parkir 30%
8) Pajak Air Tanah 20%
9) Pajak Sarang Burung Walet 10%
10) Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan 0,3%
11) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 5%
Pajak daerah memiliki beberapa perbedaan sesuai dengan jenis, objek dan
subjeknya. Beberapa perbedaan ini menimbulkan pengaturan yang berbeda-beda
pula sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah. Agar lebih jelasnya berikut disajikan tabel Objek dan Subjek
Pajak Daerah:
1. Pajak Hotel Pelayanan yang disediakan oleh Orang pribadi atau Badan
Hotel dengan pembayaran, yang melakukan
termasuk jasa penunjang pembayaran kepada
sebagai kelengkapan Hotel yang Orang pribadi atau Badan
sifatnya memberikan yang mengusahakan
kemudahan dan kenyamanan, Hotel
termasuk fasilitas olahraga dan
hiburan
2. Pajak Restoran Pelayanan yang disediakan oleh Orang pribadi atau Badan
Restoran yang membeli
makanan/minuman
dari Restoran
3. Pajak Hiburan Jasa penyelenggaraan Hiburan Orang pribadi atau Badan dengan dipungut
bayaran yang menikmati Hiburan
4. Pajak Reklame Semua penyelenggara Reklame Orang pribadi atau Badan
yang menggunakan
Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan Penggunaan tenaga listrik, baik Orang pribadi atau Badan
yang dihasilkan sendiri maupun yang menggunakan
diperoleh dari sumber lain tenaga listrik
6. Pajak Mineral Bukan Kegiatan pengambilan Mineral Orang pribadi atau Badan
Logam dan Batuan Bukan Logam dan Batuan yang dapat mengambil
Mineral Bukan Logam dan
Batuan
7. Pajak Parkir Penyelenggaraan tempat Parkir Orang pribadi atau Badan
diluar badan jalan, baik yang yang melakukan parkir
disediakan berkaitan dengan kendaraan bermotor
pokok usaha maupun yang
disediakan sebagai suatu usaha,
termasuk penyediaan tempat
penitipan kendaraan bermotor
8. Pajak Air Tanah Pengambilan dan/atau Orang pribadi atau Badan
pemanfaatan Air Tanah yang melakukan
pengambilan dan/atau
pemanfaatan Air Tanah
9. Pajak Sarang Burung Pengambilan dan/atau Orang pribadi atau Badan
Walet pengusaha Sarang Burung Walet yang melakukan
pengambilan dan/atau
mengusahakan Sarang
Burung Walet
10. Pajak Bumi dan Bumi dan/atau Bangunan yang Orang pribadi atau Badan
Bangunan Pedes aan dan dimiliki, dikuasai, dan/atau yang secara nyata
Perkotaan dimanfaatkan oleh orang mempunyai suatu haka
pribadi atau Badan, kecuali tau Bumi dan/atau
untuk usaha perkebunan, memperoleh manfaat
perhutanan, dan pertambangan atas Bumi, dan/atau
memiliki, menguasai
dana tau memperoleh
manfaat atas
Bangunan
11. Bea Perolehan Hak katas Perolehan Hak atas Tanah dan Orang pribadi atau Badan
Tanah dan Bangunan Bangunan yang memperoleh Hak
atas Tanah dan/atau
Bangunan
Sumber : Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
Keterangan:
Retribusi Jasa Umum adalah pungutan atas pelayanan yang disediakan atau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan
umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Objek Retribusi Jasa
Umum adalah pelayanan yang disediakan oleh daerah untuk tujuan kepentingan
dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
Jenisjenis retribusi jasa umum adalah sebagai berikut:
1) Retribusi Pelayanan Kesehatan
2) Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan
3) Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akta Capil
4) Retribusi Pelayanan Pemakaman/ Pengabuan Mayat
5) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
6) Retribusi Pelayanan Pasar
7) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
8) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
9) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
10) Retribusi Pelayanan Tera/ Tera Ulang
11) Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus
12) Retribusi Pengolahan Limbah Cair
13) Retribusi Pelayanan Pendidikan
14) Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi
15) Retribusi Pengendalian lalu-lintas
3) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau
kelompok usaha masyarakat.
𝑃𝑦
𝑋= 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ
Keterangan:
Pajak Daerah (X 1)
2.3 Hipotesis
1. Belanja Modal
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran yang dilakukan dalam
rangka pembentukan modal yang sifatnya memperoleh atau menambah
aset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari dua belas
bulan (satu periode akuntansi), termasuk didalamnya adalah
pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan
atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas
aset. Indikator untuk pengukuran Belanja Modal adalah:
2. Pajak Daerah
Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau
badan kepada daerah yang bersifat memaksa dengan berdasarkan
Undang-undang yang berlaku, dimana tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran
daerah guna melaksanakan pembangunan, penyelenggaraan daerah, dan
untuk pelayanan masyakarat.
3. Retribusi Daerah
Retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang
penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan
pembangunan daerah. Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang diberikan atau
disediakan oleh pemerintah daerah untuk orang pribadi atau badan,
dimana pihak yang membayar Retribusi Daerah mendapatkan jasa atau
imbalan secara langsung dan pelaksanaannya didasarkan atas peraturan
yang berlaku. Hasil dari pungutan Retribusi Daerah digunakan untuk
penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah.
4. Dana Perimbangan
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah
dalam rangka pelaksanaan desentraslisasi (UU No. 33 Tahun 2004).
Dana Perimbangan dimaksudkan untuk membantu daerah dalam
mendanai kewenangannya, mengurangi ketimpangan sumber
pendanaan pemerintahan antara pusat dan daerah serta untuk
mengurangi kesenjangan pendanaan antar daerah. Perincian pendapatan
yang termasuk ke dalam Dana Perimbangan terdapat dalam Undang-
Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yakni Dana Perimbangan
bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan
dalam struktur APBD termasuk dalam kelompok pendapatan daerah
yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus
(DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH).
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
hipotesis berupa analisis regresi linier sederhana dan analisis regresi linier
berganda. Dalam analisis regresi linear beganda, agar persamaan regresi
tersebut layak digunakan atau diaplikasikan harus memenuhi uji asumsi
klasikagar hasil pengujian bersifat tidak bias dan efisien (Best Linier
Unbiased Estimator/BLUE). Uji asumsi klasik meliputi uji normalitas
(normality),uji multikolinearitas (multikolinearity), uji heteroskedastisitas,
dan uji autokorelasi (Supriyadi, 2014: 71). Uji Normalitas tidak digunakan
dalam penelitian ini dikarenakan penelitian ini menggunakan seluruh
subjek penelitian (tidak menggunakan sampel).
1. Analisis Statistik Deskriptif
a. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas merupakan salah satu bentuk syarat dari uji asumsi
klasik. Uji Multikolinieritas bertujuan bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di
antara variabel independen (Ghozali, 2011: 105). Uji multikolinearitas
bertujuan untuk menguji pada model regresi ditemukan adanya korelasi
antar variavel bebas atau tidak. Deteksi terhadap multikoliniearitas juga
bertujuan untuk menghindari bias dalam proses pengambilan keputusan
mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen.Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen
saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Mendeteksi
multikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance
dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai VIF lebih dari 10
(VIF > 10) dan nilai tolerance lebih kecil atau kurang dari 0,1 (Tol< 10) dan
nilai tolerance lebih besardari 0,10 (Tol > 0,10) maka model tersebut dapat
dikatakan terbebas atau tidak terjadidari multikolinieritas.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas merupakan salah satu bentuk syarat dari uji asumsu
klasik. “Uji Heteroskedastisistas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain” (Ghozali, 2011:139). Uji heterosdedastisitas bertujuan
untuk menguji pada model regresi dimana ditemukan adanya korelasi antar
variabel independen atau tidak. Jika variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastistas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah jika tidak
terjadi heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau
tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan metode grafik
(scatterplot). Metode grafik dilakukan dengan membuat grafikantara
variabel terikat dengan residualnya, dimana sumbu Y adalah yang
diprediksi dan sumbu X adalah residual. Dasar pengambilan keputusan
yang diambil sebagai berikut:
1) Jika pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola yang
teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka telah terjadi
heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka nol pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi merupakan salah satu bentuk syarat dari uji asumsi klasik.
“Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya)” (Ghozali, 2013: 110).
Uji autokorelasi merupakan salah satu bentuk uji asumsi klasik dimana nilai
variabel dependen tidak mempunyai hubungan dengan variabel itu sendiri,
baik nilai periode sebelumnya atau nilai periode sesudahnya.Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik
jika tidak memiliki masalah autokorelasi apabila pengaruh faktor penganggu
yang terjadi dalam suatu periode waktu pengamatan tidak berpengaruh oleh
periode lainnya, sebaliknya dikatakan tidak layak pakai prediksi apabila
masalah autokorelasi muncul ketika terdapat saling ketergantungan antara
faktor pengganggu yang berhubungan dengan periode pengamatan. Masalah
autokorelasi menyebabkan parameter yang diestimasi akan bias dan
variannya tidak normal.
1) Nilai DW lebih tinggi dari batas atas (Upper Bound) maka model
tersebut mengandung autokorelasi negatif: 0< DW statistic <dl.
2) Nilai DW lebih rendah dari batas bawah (Lower Bound) maka model
tersebut mengandung autokorelasi positif: 4 – dl <DW statistik <4.
3) Apabila nilai DW statistik berada diantara batas bawah (Lower Bound)
dan batas atas (Upper Bound) maka model tersebut berada dalam daerah
ragu-ragu: dL d” DW statistik d” dU dan 4 – dU d” DW statistik d” 4 –
dL.
4) Suatu model dikatakan bebas masalah autokorelasi positif maupun
negatif jika DW statistik terletak diantara: dU<DW statistik < 4 – dL.
3. Uji Hipotesis
a. Analisis Regresi Linear Sederhana
Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui
pengaruh antara satu variabel bebas (X) dengan satu variabel terikat (Y)
yang ditampilkan dalam bentuk persamaan regresi. Selain itu, analisis
regrsi linier juga bertujuan untuk memprediksikan nilai dari variabel terikat
apabila nilai variabel bebas mengalami kenaikan atau penurunan serta
untuk mengetahui arah hubungan.
1) Persamaan umum regresi linier sederhana Sujarweni & Endaryanto
(2012: 83), persamaan umum regresi linier sederhana adalah sebagai
berikut :
Y = a + bX
Keterangan:
Y = Variabel Dependen (Belanja Modal)
a = Nilai Konstanta
b = Koefisien Regresi
X =Variabel Independen (Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana
Perimbangan)
2) Menghitung koefisien korelasi ( ) antara prediktor X dengan
kriterium Y menggunakan rumus: