Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM

Judul : Distilasi Minyak Atsiri

TujuanPercobaan :

1. Mempelajari teknik pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan titik didih


2. Mempelajari metode ekstraksi minyak atsiri menggunakan prinsip hidrodistilasi

Pendahuluan

Minyak atsiri atau minyak esensial adalah kelompok minyak nabati yang berupa cairan
kental namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri dapat
diperoleh dari batang, kulit, akar, bunga, daun, biji maupun buah dari tumbuhan. Indonesia
memiliki 40 jenis tanaman penghasil minyak atsiri, namun baru sebagian saja yang
digunakan sebagai sumber minyak atsiri secara komersial. Proses untuk mendapatkan minyak
atsiri dikenal dengan cara menyuling atau distilasi terhadap tanaman penghasil minyak atsiri
(Guenther, 1987).
Penyulingan minyak atsiri dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu penyulingan dengan
sistem rebus, penyulingan dengan air dan uap, dan penyulingan dengan uap langsung.
Percobaan yang dilakukan menggunakan penyulingan dengan sistem rebus yaitu dengan
memasukkan bahan baku, baik yang sudah dilayukan, kering ataupun basah kedalam ketel
penyuling yang telah berisi air kemudian dipanaskan. Uap yang keluar dari ketel dialirkan
dengan pipa yang dihubungkan dengan kondensor (pendingin). Uap yang merupakan
campuran uap air dan minyak akan terkondensasi menjadi cair dan ditampung dalam wadah.
Cairan minyak dan air tersebut dipisahkan dengan separator pemisah minyak untuk diambil
minyaknya saja (Guenther, 1987).
Komponen kimia minyak atsiri pada umunya terdapat dalam suatu tanaman dan
dipengaruhi oleh jenis spesies tanaman, juga oleh lingkungan tempat tumbuh, maupun
metode isolasi yang digunakan. Isolasi minyak atsiri dari bahan alam seperti sereh dan
cengkeh dilakukan melalui penyulingan bersama air (hidrodistilasi). Air panas akan memecah
ester menjadi alkohol dan asam karboksilat. Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena
titik didihnya rendah. Minyak atsiri masuk dalam golongan senyawa organik terpenoid dan
fenil propan yang bersifat larut dalam minyak (lipofil). Penyusunan minyak atsiri dari
kelompok terpenoid dapat berupa terpena yang tidak membentuk cincin, bercincin satu
maupun bercincin dua. Masing-masing dapat memiliki percabangan gugus-gugus ester, fenol,
oksida, alkohol, aldehid dan keton. Kelompok fenil propana juga memiliki percabangan
rantai berupa gugus-gugus fenol dan eter fenol. Minyak atsiri yang berasal dari bunga
cengkeh banyak mengandung senyawa eugenol (Guenther, 1987).
Beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan pada proses distilasi yaitu bahan baku,
alat penyulingan, kondensor, separator, dan tangki penampungan. Bahan baku yang
digunakan harus memiliki randeman minyak tinggi. Bahan baku juga harus dirajang terlebih
dahulu agar mempermudah keluarnya minyak yang berada di ruang antar sel dalam jaringan
tanaman. Bahan yang digunakan untuk distilasi hendaknya jangan basah karena akan
memperpanjang waktu distilasi. Alat penyulingan yang baik adalah alat yang tidak
menimbulkan kontaminasi terhadap minyak. Kondensor digunakan untuk kondensasi
(mengenmbunkan) uap yang keluar dari ketel. Prinsip kerja kondensor adalah merubah fase
uap menjadi fase cair karena pertukaran kalor pada pipa pendingin. Separator berfungsi untuk
memisahkan minyak atsiri dengan air berdasarkan perbedaan massa jenis (Guenther, 1987).

Prinsip Kerja

Pemisahan komponen suatu campuran yang terdiri dari dua jenis cairan atau lebih
berdasarkan perbedaan titik didih masing-masing zat menggunakan prinsip hidrodistilasi.

Alat

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah pisau, set alat distilasi, gelas ukur 5 mL

Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan kali ini adalah sampel (sereh dan cengkeh),
magnesium sulfat anhidrat, batu didih.

Prosedur Kerja

1. Preparasi sampel. Potong kecil-kecil sampel (daun, bunga atau batang) yang sudah
bersih dan kering (dengan jumah air minimum)
2. Persiapkan set alat destilasi sesuai dengan gambar dibawah
3. Masukkan 50 g sampel kedalam labu alat gelas 250 mL. Penuhi labu dengan akuades
hingga setengah volume total labu. Tambahkan batu didih.
4. Pasang kembali labu pada set up alat distilasi. Panaskan labu pada mantel pemanas
secara perlahan-lahan. Hentikan distilasi jika sudah diperoleh distilat sebanyak 100
mL atau telah dipanaskan selama 1-1,5 jam.
5. Catat volume distilat yang diperoleh. Biarkan distilat beberapa saat hingga nantinya
diperoleh dua fase, aqueous phase dan organic phase. Pisahkan minyak atsiri dari air
yang ada dalam campuran distilat. Lalu tambahkan sedikit magnesium sulfat pada
distilat minyak atsiri yang diperoleh.
6. Hitung rendemen minyak atsiri yang diperoleh. Amati bau dan warna dari minyak
atsiri tersebut.

Waktu yang dibutuhkan

Waktu yang dibutuhkan untuk hidrodistilasi adalah 3,5 jam

Data Pengamatan

 Sampel : batang tanaman sereh sebanyak 65 g


 Waktu distilasi : 3,5 jam
 Jumlah pelarut : ¾ dari volume labu alas bulat
 Bau minyak atsiri : harum dan memiliki aroma khas
 Warna minyak atsiri : tidak berwarna

Hasil

 Volume distilat total : 60 mL


 Volume minyak atsiri yang didapat : 0,5 mL

Pembahasan Hasil

Minyak atsiri merupakan minyak esensial yang memiliki aroma khas dan mudah
menguap. Minyak atsiri dapat diperoleh dari distilasi tanaman penghasil minyak atsiri seperti
cengkeh dan sereh. Praktikum ini menggunakan batang tanaman sereh untuk menghasilkan
minyak atsiri. Pertama batang dipotong menjadi bagian-bagian kecil agar minyak dapat lebih
cepat keluar. Hal ini karena semakin luas permukaannya, maka semakin cepat minyak keluar.
Percobaan dilakukan menggunakan prinsip hidrodistilasi yaitu menggunakan air sebagai
pelarut sampel. Metode hidrodistilasi merupakan metode terpilih untuk memproduksi minyak
sereh yaitu memanfaatkan perbedaan titik didih. Sampel yang digunakan sebanyak 65 g dan
pelarut akuadest yang digunakan sebanyak ¾ dari volume labu alas bundar yang digunakan.
Distilasi dilakukan selama 3,5 jam. Minyak atsiri yang diperoleh hanya sebanyak 0,5 mL dari
total 60 mL distilat yang diperoleh. Minyak atsiri memiliki bau harum dan berbentuk cairan
minyak tidak berwarna. Hal ini dikarenakan minyak atsiri masih dalam keadaan segar dan
murni tanpa pencemar. Namun setelah penyimpanan lama minyak atsiri dapat berubah warna
menjadi lebih tua karena teroksidasi dan membentuk resin.
Distilasi dipilih karena lebih murah. Distilasi tanaman aromatik secara sederhana
menggunakan penguapan atau pembebasan minyak dari membran sel tanaman dengan adanya
kelembaban, dengan menerapkan suhu yang tinggi dan kemudian mendinginkan campuran
uap untuk memisahkan minyak dari air berdasarkan perbedaan massa jenis minyak atsiri dan
air. Semakin tinggi suhu pemanasan, maka semakin banyak volume minyak yang dihasilkan.
Hal ini dikarenakan semakin tinggi suhu pemansan, maka minyak yang keluar semakin
banyak.
Prinsip hidrodistilasi adalah bahan tanaman hampir seluruhnya terendam air dalam labu.
Faktor penting dalam hidrodistilasi adalah air dalam labu harus selalu dalam jumlah yang
cukup selama proses distilasi untuk mencegah overheat dan rusaknya bahan tanaman. Sampel
yang terendam air dididihkan selanjutnya uap yang mengandung air dan membawa
komponen minyak atsiri dilewatkan dalam kondensor/pendingin. Minyak yang dihasilkan
dari metode hidrodistilasi berwarna lebih gelap. Air yang terpisah dapat digunakan sebagai
floral water dan cairan anti nyamuk.
Metode hidrodistilasi ini masih memiliki banyak kerugian yaitu prosesnya lambat dan
waktu yang diperlukan lebih lama dibandingkan dengan distilasi uap, perlakuan lama dalam
air panas dapat menyebabkan hidrolisis beberapa kandungan senyawa dari minyak essensial
seperti ester, dan komponen teroksigenasi seperti fenol bertendensi untuk larut dalam air,
sehingga sulit dilakukan pemisahan dengan distilasi. Bahan yang memiliki kandungan ester
tinggi kuga tidak dapat menggunakan metode ini karena air panas dapat memecah ester
menjadi alkohol dan asam karboksilat. Adapun parameter yang mempengaruhi hasil dan
kualitas minyak essensial yaitu :
1. Metode distilasi
Teknik distilasi harus dipilih berdasarkan titik didih minyak dan sifat bahan tanaman
karena kandungan panas dan suhu uap dapat merubah karakteristik distilasi.
2. Desain peralatan
Desain peralatan distilasi mempengaruhi kontrol panas dari laju distilasi. Desain
kondensor yang tidak baik dapat mengakibatkan kondensasi yang tidak baik pula dan
kehilangan minyak essensial. Kondensor berfungsi sebagai pengembun, yaitu dengan
merubah fasa uap menjadi fasa cair dengan cara pertukaran kalor antara uap dengan air
dingin yang dialirkan diantara dinding kolom dan pendingin.

3. Kondisi bahan mentah


Bahan yang digunakan harus yang mempunyai kandungan minyak yang tinggi baik dari
batang maupun daun. Perajangan atau pemotongan menjadi bagian-bagian kecil akan
merubah densitas pengemasan bahan saat ditembatkan dalam labu alas bundar sehingga
mempermudah penguapan minyak atsiri yang terdapat dalam kantung minyak di dalam ruang
antar sel dalam jaringan tanaman.
4. Waktu distilasi
Kandungan berbeda dari minyak essensial terdistilasi sesuai dengan titik didihnya
masing-masing, oleh karena itu, fraksi dengan titik didih yang paling tinggi akan terbentuk
paling akhir. Distilasi yang dihentikan terlalu cepat akan menghilangkan senyawa yang
bertitik didih tinggi.
5. Pengisian bahan mentah
Pemasukan jumlah bahan mentah yang tidak sesuai dapat menyebabkan distilasi yang
tidak lengkap. Bahan yang dimasukkan dalam labu distilat harus pas artinya tidak terlalu
sedikit maupun tidak terlalu banyak. Pengisian bahan tanaman yang berlebihan dapat
mengakibatkan lolosnya uap tanpa membawa minyak.
Komponen kimia minyak atsiri yang terdapat dalam suatu tanaman disamping
dipengaruhi oleh jenis spesies tanaman, juga oleh lingkungan tempat tumbuh maupun metode
yang digunakan. Minyak yang diperoleh dari proses hidrodistilasi ini berupa minyak essensial
kasar yang mengandung pengotor dan air serta dapat pula mengandung zat-zat yang dapat
menurunkan aroma serta kualitasnya. Keberadaan air serta pengotor mempengaruhi kualitas
minyak dan mempercepat polimerisasi dan reaksi lain yang tidak diinginkan. Penambahan
magnesium sulfat anhidrat bertujuan untuk memisahkan air dengan minyak dan pengotoran
pada minyak. Minyak atsiri terdiri dari beberapa senyawa seperti kelompok terpenoid dan
fenil propan. Pengelompokan ini berdasarkan pembentukan minyak atsiri didalam tanaman
penghasil minyak atsiri. Minyak atsiri yang terdiri dari kelompok terpenoid dapat berupa
terpena-terpena yang asiklik, monosiklik maupun bisiklik. Masing-masing dapat memiliki
percabangan gugus-gugus ester, fenol, oksida, alkohol, aldehid, dan keton. Sementara
kelompok fenil propan juga memiliki percabangan rantai berupa gugus-gugus fenol dan eter
fenol.

Kesimpulan

Pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan titik didih dapat dilakukan dengan banyak
cara salah satunya yaitu distilasi. Adapula metode distilasi yaitu hidrodistilasi. Hidrodistilasi
menggunakan air sebagai pelarutnya. Sampel minyak atsiri yang didapat dari batang sereh
yaitu sebanyak 0,5 mL dengan waktu distilasi selama 3,5 jam. Minyak yang dihasilkan dari
proses distilasi umumnya masih berupa minyak essensial kasar yang dapat mengandung
pengotor dan air yang dapat menurunkan kualitas aromanya.

Referensi

Guenther, E. 1987. Minyak Atsiri Jilid I. Penerjemah S. Ketaren. Jakarta : UI Press.

Saran

Diharapkan untuk praktikum selanjutnya, massa sampel yang digunakan untuk distilasi
disesuaikan dengan volume dari labu alas bundar, selain itu juga diharapkan agar kran diberi
selang agar saat digunaan praktikum airnya tidak membanjiri meja praktikum.

Anda mungkin juga menyukai