Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK I
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BERAT BADAN
LAHIR RENDAH
(BBLR)

Disusun Oleh :
I Komang Joni Prabaskara (2014201016)
I Made Adi Indrawinata (2014201017)
Ni Kadek Ari Sri Damayanti (2014201035)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
TAHUN 2022
I. Tinjauan Teori

A. Definisi
Berat bayi lahir rendah merupakan bayi yang memiliki berat badan yang kurang dari 2500
gram saat lahir (Williamson & Kenda, 2013). Dahulu bayi baru lahir yang berat badan
lahir kurang atau sama dengan 2500 gram disebut premature. Untuk mendapatkan
keseragaman, pada Kongres “European Perinatal Medicine” II di London telah disusun
definisi sebagai berikut:
1. Bayi kurang bulan: bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259
hari).
2. Bayi cukup bulan: bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai
dengan 42 minggu (259 – 293 hari).
3. Bayi lebih bulan: bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih
(294 hari atau lebih)
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37
minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk.,
2010).

B. Fisiologi & Anatomi terkait KDM


a. Sistem pernafasan
Pada bayi dengan berat 900 g alveoli cenderung kecil dengan adanya sedikit
pembuluh darah yang mengelilingi stoma seluler. Semakin matur dan bayi lebih besar
berat badannya, maka akan semakin besar alveoli, pada hakekatnya dindingnya
dibentuk oleh kapiler. Pusat pernafasan kurang berkembang dan otot pernafasan bayi
ini lemah. Terdapat kekurangan lipoprotein paruparu,yaitu suatu surfaktan yang dapat
mengurangi tegangan permukaan pada paru-paru. Pada bayi tidak ada preterm yang
terkecil relaks batuk. Hal ini dapat mengarah yang akan timbulnya inhalasi cairan
yang dimuntahkan dengan timbulnya akibat yang serius. Saluran hidung sangat
sempit dan cidera terhadap mukosa nasal mudah terjadi. Hal ini penting untuk diingat
ketika dimasukkan tabung endotrakeal atau tabung nasogastrik melalui hidung.
Percepatan pernafasan dapat bervariasi pada semua bayi yang baru lahir dan bayi
preterm. Pada bayi baru lahir sewaktu istirahat, maka kecepatan pernafasan dapat
mencapai 60 sampai 80 per menit, dan akan menurun dendekati kecepatan yang biasa
yaitu 34 sampai 36 per menit
b. Sistem sirkulasi
Jantung saat lahir secara relatif kecil, pada beberapa bayi pre-term akan bekerja lemah
dan lambat. Dinding pembuluh darah juga lemah dan sirkulasi perifer seringkali
buruk. Hal ini disebabkan akibat timbulnya kecenderungan perdarahan intrakanial
yang terlihat pada bayi pre-term. Tekanan darah lebih rendah dbandingkan dengan
bayi aterm, terjadinya penurunan berat dan juga tingginya menurun. Tekanan sistolik
pada bayi aterm sekitar 80 mmhg dan pada bayi preterm 45 sampai 60 mmhg.
Tekanan diastolik secara proporsional rendah, bervariasi dari 30 sampai 45 mmhg dan
nadi juga bervariasi antara 100 dan 160/menit. Sistem pencernaan Semakin rendah
usia kehamilan, maka semakin lemah reflek menelan dan menghisap, bayi yang
paling kecil cenderung tidak mampu untuk minum secara efektif. Regurgitasi adalah
hal yang mungkin sering terjadi. Hal ini disebabkan karena spingter pilorus yang
secara relatif kuat dan mekanisme penutupan spingter jantung yang kurang
berkembang. Pencernaan bergantung pada perkembangan dari alat pencernaan itu
sendiri. Lambung dari bayi dengan berat 900 gram akan memperlihatkan adanya
sedikit lipatan mukosa, glandula sekretoris, demikian otot kurang berkembang.
c. Sistem urinarius
Pada saat lahir perubahan lingkungan harus disesuaikan oleh fungsi ginjal, dengan
adanya angka filtrasi glumerolus yang menurun maka fungsi ginjal akan kurang
efisien, dan bahan terlarut yang juga rendah. Hal ini akan terjadinya penurunan
kemampuan untuk mengkonsentrasi urin sehingga menyebabkan urin akan sedikit.
Gangguan elektrolit dan keseimbangan air mudah terjadi.
d. Sistem persarafan
Perkembangan saraf sebagian besar tergantung pada derajat maturitas. Hal ini akan
menyebabkan kurang berkembangnya pusat pengendali fungsi vital, suhu tubuh,
pernafasan, dan pusat reflek. Pada bayi prematur yang ditemukan reflek leher tonik
dan reflek moro di, tetapi reflek tandon bervariasi. Bayi kecil lebih lemah
dibangunkan dan mempunyai tangisan yang lemah yang disebabkan karena buruknya
perkembangan saraf (Price, 2006 ; Syaifudin, 2006).
C. Klasifikasi
Berdasarkan BB lahir
a. BBLR      : BB < 2500gr
b. BBLSR    : BB 1000-1500gr
c. BBLASR : BB <1000 gr
Berdasarkan umur kehamilan
a. Prematuritas murni kurang dari 37 hari dan BB sesuai dengan masa kehamilan/
gestasi (neonatus kurang bulan - sesuai masa kehamilan/ NKB-SMK).
b. Dismatur (IUGR), BB kurang dari seharusnya untuk masa gestasi/kehamilan
akibat bayi mengalami retardasi intra uteri dan merupakan bayi yang kecil untuk
masa kehamilan (KMK). Dismatur dapat terjadi dalam pre-term, term dan post-
term yang terbagi dalam :
1) Neonatus kurang bulan – kecil untuk masa kehamilan (NKB- KMK), dengan
masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari)
2) Neonatus cukup bulan – kecil untuk masa kehamilan (NCB – KMK), dengan
masa kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu (259-293 hari)
3) Neonatus lebih bulan – kecil untuk masa kehamilan (NLB – KMK), 42
minggu atau lebih (294 hari atau lebih)
(Ridha, 2014)
D. Gangguan terkait KDM
1. ETIOLOGI

Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati
dan Ismawati, 2010), yaitu:
a. Faktor ibu

1) Penyakit

a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan


antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.

b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,


HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV)
dan Herpes simplex virus), danpenyakit jantung.

c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.

2) Ibu

a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20


tahun atau lebih dari 35 tahun.

b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).

c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.

3) Keadaan sosial ekonomi

a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini


dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.

b) Aktivitas fisik yang berlebihan

c) Perkawinan yang tidak sah.

b. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.

c. Faktor plasenta

Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio


plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah
dini.

d. Faktor lingkungan

Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi,


terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

2. PATOFISIOLOGI

Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin tinggi
resiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh
sedikit, hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium,
fosfor dan seng di deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan
demikian bayi preterm mempunyai potensi terhadap peningkatan
hipoglikemia, anemia dan lain-lain. Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang
terutama pada bayi BBLR Prematur.

b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai


lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan
mengabsorpsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm.

c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara


refleks hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan
32-34 minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena
target pencapaian BB nya lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan
buruknya motilitas usus terjadi pada bayi preterm.
d. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan
kalori yang meningkat.

e. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak


sebanding dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit.
Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan kalori.

4. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Jumiarni (2006), manifestasi klinis BBLR adalah sebagai berikut:

a. Preterm: sama dengan bayi prematuritas murni

b. Term dan posterm:

1) Kulit berselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada

2) Kulit pucat atau bernoda mekonium, kering keriput tipis

3) Jaringan lemak dibawah kulit tipis

4) Bayi tampak gesiy, kuat, dan aktif

5) Tali pusat berwarna kuning kehijauan

Tanda dan gejala bayi prematur menurut Surasmi ( 2005) adalah :


a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
b. Berat badan sama dengan atau kerang dari 2500 gr
c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
d. Kuku panjangnya belum melewati ujung jarinya
e. Batas dahi dan ujung rambut kepala tidak jelas
f. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
g. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
h. Rambut lanugo masih banyak
i. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
j. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhanya, sehingga
seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga
k. Tumit mengkilap, telapak kaki halus
l. Alat kelamin : pada bayi laki – laki pigmentasi dan rugae pada skrotum
kurang, testis belum turun ke dalam skrotum, untuk bayi perempuan klitoris
menonjol, labia minora tertutup oleh labia mayora.
m. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakanya lemah
n. Fungsi syaraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan refleks hisap,
menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif dan tangisanya lemah.
o. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan jaringan lemak
masih kurang
p. Verniks tidak ada atau kurang

Menurut Proverawati (2010), Gambaran Klinis atau ciri- ciri Bayi BBLR :
a. Berat kurang dari 2500 gram
b. Panjang kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
f. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
g. Kepala lebih besar
h. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
i. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
j. Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif pada
lengan dan sikunya
k. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea
l. Ekstermitas : paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus, tumit mengkilap,
telapak kaki halus.
m. Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan
tangisnya lemah.
n. Pernapasan 40 – 50 kali/ menit dan nadi 100-140 kali/ menit

5. Komplikasi
1. Kesulitan bernafas pada bayi yang disebakan oleh sindrom aspirasi mekonium
2. Terutama pada laki-laki : hipoglikemia simptomatik,
3. Penyakit membran hialin: disebabkan karena surfaktan paru belum sempurna/ cukup,
sehingga olveoli kolaps.
4. Asfiksia neonetorum.
5. Hiperbilirubinemia. Gangguan pertumbuhan hati akan menyebabkan
hiperbilirubinemia yang sering didapatkan oleh bayi dismatur

E. Pemeriksaan Diagnostik / Pemeriksaan penunjang terkait KDM


Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan Diagnostik yang dapat dilakukan
antara lain :
a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflek
dan maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui
apakah bayi itu prematuritas atau maturitas
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan tes
pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens
terakhirnya.
c. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi
lahir tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang
bulan dimulai pada umur 8 jam atau dapat atau diperkirakan akan terjadi
sindrom gawat nafas.
F. Penatalaksanaan Medis
1. Medis
a. Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
b. Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup
d. Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik yang tepat

2. Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut
Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,
karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,
metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu,
bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya
mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematuritas
dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air
panas atau menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir
seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil,
enzim pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/
kg BB (Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya
dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan
didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih
lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi
dengan frekuensi yang lebih sering.  ASI merupakan makanan yang paling
utama, sehingga ASI-lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor
menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan
sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung.
Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh
yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan
antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan
sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas
atau BBLR. Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas
secara khusus dan terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan
harus dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum
matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien
sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar
hemolisias dan infeksi karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan
kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila
ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit
ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat
terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan
untuk mengobserfasi usaha pernapasan.
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan
lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan
gula darah secara teratur.
G. Tinjauan Teori Askep Kebutuhan Dasar

1. Data Subyektif
Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan Data
subyektif terdiri dari :
a. Biodata atau identitas pasien :
1) Bayi meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin
2) Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayatantenatal pada
kasus BBLR yaitu:
a) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk,
merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti
diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
b) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran
multiple, kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.
c) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi
tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
d) Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan
(kehamilan postdate atau preterm).
2) Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat
erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :
a) Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun
plasenta previa.
b) Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian
obat penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat
pernafasan.
3) Riwayat post natal
Yang perlu dikaji antara lain :
a) Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3)
asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
b) Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm  2500 gram
lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
c) Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial
aesofagal.
4) Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi
gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu
diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk
mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi
dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat
intravena.
a) Kebutuhan parenteral
Bayi BBLR < 1500 gram menggunakan D5%
Bayi BBLR > 1500 gram menggunakan D10%
b) Kebutuhan nutrisi enteral
BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam
BB 1250-< 2000 gram = 12 kali per 24 jam
BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam
c) Kebutuhan minum pada neonatus :
Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari
Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari
Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari
Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari
Untuk tiap harinya sampai mencapai 180 – 200 cc/kg BB/hari
5) Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah
a) BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.
b) BAK : frekwensi, jumlah
6) Latar belakang sosial budaya
a) Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok,
ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis psikotropika
b) Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu
melakukan diet ketat atau pantang makanan tertentu.
7) Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan ibu
jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan
mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan
psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan BBLR karena
memerlukan perawatan yang intensif

2. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan
pemeriksaan dengan menggunakan standart yang diakui atau berlaku
a. Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan
akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras.
Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya
BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran
lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
b. Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia
benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila
suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 C.
Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C – 37,5C, nadi normal antara 120-
140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi
post asfiksia berat pernafasan belum teratur
c. Pemeriksaan fisik
1) Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi
preterm terdapat lanugo dan verniks.
2) Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom,
ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan
tekanan intrakranial.
3) Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi
terhadap cahaya.
4) Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
5) Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
6) Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
7) Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
8) Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing
dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
9) Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costaae
pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya
asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus
timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi
karena GI Tract belum sempurna.
10) Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda –
tanda infeksi pada tali pusat.
11) Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara
uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor
dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
12) Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta
warna dari faeses.
13) Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang
atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta
jumlahnya.
14) Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah.
Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf
pusat atau adanya patah tulang

3. Data Penunjang
Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan
diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat
pula. Pemeriksaan yang diperlukan adalah:
1) Darah : GDA > 20 mg/dl

2) Test kematangan paru


3) CRP
4) Hb dan Bilirubin : > 10 mg/dl
4. Diagnosa Keperawatan

Menurut Proverawati (2010), diagnosa keperawatan yang mungkin


muncul pada BBLR adalah:
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,
keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan,
ketidakseimbangan metabolik.
b. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan
lemak tubuh subkutan.
c. Resiko gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena
imaturitas.
2. Perencanaan Tindakan
1. Prioritas Diagnosa Keperawatan

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,


keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan,
ketidakseimbangan metabolik.
b. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan
lemak tubuh subkutan.
c. Resiko gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena
imaturitas.
Rencana Asuhan Keperawatan

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

Pola nafas tidak setelah dilakukan 1) Kaji frekuensi dan 1) membantu dalam
efektif tindakan,pola pola
membedakan periode
berhubungan nafas menjadi pernafasan,perhatik
efektif dengan an adaya apnea dan perputaran pernafasan
dengan maturitas
Kriteria hasil : perubahan
pusat pernafasan, normal dari
frekuensi jantung
keterbatasan - Neonatus akan 2) Bersihkan jalan
perkembangan mempertahankan nafas sesuai serangan apnetik
otot, penurunan pola pernafasan kebutuhan sejati,terutama sering
energi/kelelahan, periodik,membra 3) Posisikan bayi pada
ne mukosa merah abdomen atau terjadi pada gestasi
ketidakseimbang
muda. posisi telentang minggu ke-30
an metabolik.
dengan gulungan
popok dibawah
2) menghilangkan
bahu untuk
menghasilkan Sekret yang
hiperekstensi menyumbat jalan
4) Tinjauan ulang
napas
riwayat terhadap
obat-obatan yang
dapat memperberat 3) posisi ini
depresi pernapasan memudahkan
pada bayi
5) Kolaborasi dalam pernapasan dan
pemberian oksigen menurunkan episode
sesuai indikasi
apnea,khususnya bila
ditemukan adanya
hipoksia, asidosis
metabolik atau

hiperkapnea

4) magnesium sulfat
dan narkotik menekan
pusat pernapasan dan
aktivitas

susunan saraf pusat


(SSP).

Hipotermi Suhu tubuh - Rawat bayi dalam - mempertahankan


berhubungan dalam batas incubator bersuhu 32 -35
suhu tubuh
dengan kontrol normal dan tidak - Pertahankan suhu
hipotermi dengan lingkungan yang adekuat - agar tidak terjadi
suhu yang imatur
kriteria hasil : -Hindari bayi dimandikan kehilangan panas
dan penurunan suhu tubuh 36,5 - - Monitor suhu tubuh yang berlebihan
lemak tubuh 37,5 C setiap jam - memandikan bayi
subkutan. dengan hipotermi
membahayakan
- mengetahui
perkembangan/keada
an bayi

Resiko gangguan Kebutuhan nutrisi - Observasi intake dan - Mengidentifikasi


kebutuhan nutrisi kurang dapat output setiap hari keseimbangan antara
: kurang dari terpenuhi dengan -Monitor berat badan perkiraan pemasukan
kriteria hasil : setiap hari dan kebutuhan nutrisi
kebutuhan tubuh
Turgor kulit -Kolaborasi pemberian - Membantu dalam
berhubungan membaik, BAB infus memantau
dengan ketidak dan BAK lancer keefektifan aturan
mampuan terapeutik
mencerna nutrisi - Ketentuan
dukungan nutrisi
karena imaturitas.
didasarkan pada
perkiraan kebutuhan
bayi.

1. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
tindakan yang telah disusun, dimana tindakan keperawatan memenuhi klien sehingga
tujuan keperawatan dapat tercapai dengan baik. Hal ini terlaksana karena adanya
kerjasama yang baik dan partisipasi klien, keluarga dan keperawatan suatu tim medis
lainnya.
2. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai sejauh
mana dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.(Hidayat,2011) tujuan evaluasi
adalah untuk melihat kemapuan klien dalam mencapai tujuan.hal ini dapat
dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien
terhadap tindakan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil
keputusan
a. Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang
ditetapkan)
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu
yang lebih lama untuk mencapai tujuan)

DAFTAR PUSTAKA
A.Price, Sylvia. (2006). “Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit”. Jakarta:
EGC

Eko, dkk. 2007. Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir. Jakarta : EGC
Hidayat, Aziz Alimul. 2012. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba
Medika
NANDA International. 2014. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta:EGC
Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika
Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan
Dokter Anak Indonesia.Jakarta: IDAI
Proverawati, A., Ismawati, C. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika
WOC
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
Tn.S dengan Berat Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)
DI Rumah Sakit Selamet
TANGGAL 17 S/D 19 September 2022
FORMAT PENGUMPULAN DATA KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien dilakukan pada tanggal 17 September 2022 pukul 10.00 WITA
di Rumah Sakit Selamet dengan metode observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan
dokumentasi (rekam medis)

1. PENGUMPULAN DATA
a. Identitas Pasien
Pasien Penanggung
(hubungan dg penanggung)
Nama : By. N Tn. W
Tanggal Lahir : 16 September 2022 25 Juni 1989
Umur : 1 hari 33 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki Laki-Laki
Status Perkawinan: Belum Menikah Sudah Menikah
Suku /Bangsa : Indonesia Indonesia
Agama : Hindu Hindu
Pendidikan :- SMA
Pekerjaan :- Pegawai Swasta
Alamat : Jl. Raya Sidemen no - Jl. Raya Sidemen no -
Alamat Terdekat : Jl. Raya Sidemen no - Jl. Raya Sidemen no -
Nomor Telepon : - 085973xxxxxx
Nomor Register : 063877 -
Tanggal MRS : -

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama saat pengkajian


Bayi menangis lemah, reflek hisap belum ada, berat bayi lahir sangat rendah
yaitu 1060 gram

2) Riwayat Penyakit Sekarang


Bayi lahir pada tanggal 16 September 2022 di RSUD Selamet secara
spontan diusia kehamilan 30 minggu dengan berat bayi lahir yaitu 1060 gram.
Selain itu setelah lahir bayi tidak langsung menangis dengan nilai apgar score
yaitu 6 yang Tergolong Moderately Depressed (asfiksia sedang), oleh karena
itu bayi sekarang dipindah keruang Perinatologi untuk mendapat tindakan
lebih lanjut.

3) Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

a. Pre Natal
Ibu klien mengatakan selama hamil memeriksakan kehamilannya di
bidan tiap 2 bulan sekali. Selama kehamilan ditemukan riwayat
penyakit kehamilan TORCH. G : 3 P : 1 A : 2.
b. Intra Natal
Bayi lahir secara spontan di usia kehamilan 30 minggu, ditandai
dengan ketuban pecah sebelum persalinan, lama persalinan 1 jam dan
bayi lahir pada jam 14.45 WIB. Panjang lahir 34 cm dan berat lahir
1060 gram.
c. Post Natal
Setelah kelahiran bayi sempat tidak menangis dan langsung
dipasang kanul O2 dengan resusitasi selama 3 menit dengan nilai apgar
score 4-5-6, keadaan lemah, nafas tidak teratur.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Genogram

Keterangan
= Laki-laki = Pasien
= Perempuan = Tinggal serumah

5) Riwayat Sosial
a. Yang Merawat
Saat ini klien diwarat diruang perinatologi dan dirawat oleh perawat dan
sesekali ibu klien menjenguk saat jam kunjung rumah sakit.
b. Hubungan dengan Keluarga
Ibu klien bisa mengunjungi, melihat, dan menyentuh bayinya saat
berkunjung mskipun bayi dalam incubator, sedangkan ayahnya tidak
boleh melihat bayinya karena sudah aturan dari pihak rumah sakit

a. Pola Kebiasaan
1) Bernafas
Sebelum Pengkajian: Keluarga Klien mengatakan Klien tidak mengalami
kesulitan bernafas

Saat Pengkajian : Klien Bernafas normal dengan RR 30x/menit

2) Makan dan minum


Sebelum Pengkajian: Keluarga Klien mengatakan bahwa klien sangat lemah,
tidak pernah bergerak aktif, dan tidak bisa
mengonsumsi/menghisap ASI

Saat Pengkajian : Saat ini pasien mendapat diit susu formula khusus BBLR
3 jam sekali sekitar 30 cc melalui selang OGT

3) Eliminasi
Sebelum Pengkajian: Klien mengatakan tidak ada masalah selama eliminasi
baik eliminasi fekal maupun urin
Saat Pengkajian : Klien BAB ± 3-5x sehari dengan konsistensi warna
hitam, lembek cair, bau khas feses bayi. BAK
menggunakan pempers dan diganti setian 6 jam sekali dan
terisi ± 100 cc

4) Gerak dan aktivitas


Sebelum Pengkajian : Klien mengatakan bahwa sebelum sakit klien dapat
beraktivitas secara mandiri, dan menjalani kehidupan
normal seperti biasa

Saat Pengkajian : Klien merasa sangat lesu dan tidak bersemangat dalam
melakukan kegiatan sehari hari meskipun tidak ada
keluan di bagian fisik

5) Istirahat dan tidur


Sebelum Pengkajian: Keluarga klien mengatakan klien sering menghabiskan
waktunya untuk tidur

Saat Pengkajian : Klien terlihat sering tidur dan bangun jika lapar dan
merasa kotor setelah BAB dan BAK, rata-rata tidur per
hari yaitu 20-22 jam

6) Kebersihan diri
Sebelum Pengkajian : -
Saat Pengkajian : -
7) Pengaturan suhu tubuh
Sebelum Pengkajian : Keluarga Klien mengaatkan Klien terkadang
Menggigil

Saat Pengkajian : Suhu tubuh klien menurut di bawah 36,5° C


8) Rasa nyaman
Sebelum Pengkajian : Keluarga klien mengatakan bahwa klien selalu
menangis Ketika klien lapar atau habis BAB dan BAK
Saat Pengkajian : Klien selalu terbangun dan menangis jika lapar dan
merasa kotor setelah BAB dan BAK
9) Rasa aman
Sebelum Pengkajian: -
Saat Pengkajian : -

10) Data sosial

Sebelum Pengkajian : -
Saat pengkajian : -

11) Prestasi dan produktivitas

Sebelum Pengkajian : -
Saat pengkajian : -

12) Rekreasi

Sebelum Pengkajian :-
Saat pengkajian : -

13) Belajar

Sebelum Pengkajian :  -.
Saat pengkajian :-
14) Ibadah
Sebelum Pengkajian : -
Saat Pengkajian :-

b. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemas, kurang aktif, menangis lemah,
perawatan dalam inkubator
b. Tanda-tanda Vital
- Nadi : 132 x per menit
- Pernafasan : 40 x per menit
- Suhu : 36,2°C
c. Antropometri
- Panjang Badan : 34 cm
- Berat Lahir : 1060 gram
- Lingkar Dada : 26 cm
- Lingkar Kepala : 23 cm
d. Kepala : Fontanel anterior lunak, wajah simetris,
rambut hitam
e. Mata : Simetris antara kanan dan kiri, sclera tidak
ikterik
f. Hidung : Terpasang C-PAP Ventilator 2 lt/menit
g. Mulut : Reflek hisap belum ada, terpasang selang
OGT, mukosa kering
h. Telinga : Simetris kanan dan kiri, tidak ada luka
i. Dada : Tidak ada luka, warna kecoklatan
j. Jantung
- Inspeksi : Tampak ictus cordis
- Palpasi : Ictus cordis teraba dengan getaran
- Perkusi : Tak terkaji
- Auskultasi : BJ I & II regular, tidak terdengar gallop
k. Paru
- Inspeksi : Gerakan pernafasan kanan-kiri simetris,
RR : 40 x per menit
- Palpasi : Rabaan gerak pernafasan simetris
- Perkusi : Redup/ Dullness
- Auskultasi : Ronchi
l. Abdomen
- Inspeksi : Pusar insersi ditengah, buncit, terpasang
infus umbilical
- Auskultasi : Peristaltik usus 18 x per memit
- Palpasi : Lunak, tidak ada pembesaran hati/limfa
- Perkusi : Tympani
m. Punggung : Bentuk tulang belakang semi fleksi
n. Genetalia : Jenis kelamin perempuan, labia mayora
belum menutupi labia minora, anus paten
o. Ekstremitas
- Atas : Lengkap, tidak ada kelainan
- Bawah : Lengkap, tidak ada kelainan, kaki kanan
terpasang SPO2, akral sedikit dingin
p. Kulit : Warna kulit coklat gelap, tidak ikterik,
turgor kulit cukup
1. Therapi
- PO Ferlin drop 1x0.3cc
- O2 nasal kanul 0.5 liter/menit
- Susu formula BBLR 8x30cc/hari melalaui selang OGT
- Termoregulasi incubator suhu 34°C
- Infuse umbilical 5%

2. Data Penunjang
Laboratorium tanggal 16-09-2014
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hematologi
Hemoglobin 15.9 g/Dl 12.0-16.0
Hematokrit 49.50 % 37-47
Jumlah Eritrosit 4.14 /Ul 4.2-5.4
Jumlah Lekosit 24.7 /Ul 4.8-10.8
Jumlah Trombosit 249 10^3/ul 150-400
Kimia Klinik
Natrium 137.0 mmol/L 134.0-147.0
Kalium 5.30 mmol/L 3.50-5.20
Calsium 1.20 mmol/L 1.12-1.32

c. Analisa data

Analisa Data Pasien Tn. S (53 tahun) dengan Berat Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)
TANGGAL 12 S/D 13 Juni 2022

Data Subyektif Data Obyektif Kesimpulan


- a) Akral sedikit Resiko hipotermi
dingin
b) Lahir premature
30 minggu
c) BBLRS 1060
gram
d) Suhu tubuh
36,2°C
e) Perawatan dalam
inkubator
- a) Terpasang selang Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari
OGT
kebutuhan tubuh
b) Reflek hisap
lemah
c) BB 1060 gram
d) Terpasang infus
umbilical D5%

a. Rumusan Masalah Keperawatan


Masalah Keperawatan
1. Resiko hipotermi
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
b. Analisa Masalah
P : Resiko hipotermi
E : Penurunan Suhu
S : Keluarga Klien Mengatakan Klien Terkadang Menggigil
Proses Terjadinya : hal ini terjadi di karenakan tidak adanya lemak
subkutan, ditambah dengan kegagalan untuk
memberikan repson terhadap stimulus dari luar
Akibat jika tidak ditanggulangi : jika tidak di tangani bisa menimbulkan
resiko kematian pada klien

P : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh


E : Kelemahan
S : Keluarga Klien mengatakan bahwa klien terlihat lemah, tidak
aktif,dan reflek hisap yang lemah
Proses Terjadinya : hal ini terjadi di karenakan lemahnya kemampuan
reflek dan gerak klien.
Akibat jika tidak ditanggulangi : jika tidak di tangani bisa Menyebabkan
keterlambatan perkembangan
kemampuan motoric, dan terhambatnya
fungsi otak

2. Diagnosa Keperawatan

N TANGGA DIAGNOSA KEPERAWATAN PARA


O L F
2 17/10/2022 Resiko hipotermi
3 17/10/2022 Ketidakefektifan nutrisi : kurang darin
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
prematuritas, ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrisi

3. Perencanaan
1. Prioritas masalah
1. Resiko hipotermi

2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

2. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasionalisasi


Keperawatan Hasil
1. Resiko hipotermi Setelah dilakukan -Pantau suhu setiap 3 - Sebagai acuan
tindakan keperawatan jam sekali penatalaksanaan
selama 3x24 jam tindakan
hipotermi tubuh stabil ,
- Mengikuti program
dengan kriteria hasil : -Atur suhu incubator
- Suhu tubuh normal sesuai indikasi yang dianjurkan
36-37,5°C -Hindarkan bayi - Menjaga
- Akral hangat kontak langsung kenyamanan klien
Bayi tidak menggigil dengan sumber
dingin/panas
-Ganti popok bila
basah
2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan - Monitor BB klien - mengetahui
tindakan keperawatan - Pasang selang OGT perkembangan
nutrisi : kurang dari
selama 3x24 kebutuhan - Kaji kemampuan nutrisi bayi
kebutuhan tubuh nutrisi terpenuhi , reflek hisap - membantu suplai
dengan kriteria hasil : - Monitor asupan nutrisi untuk tubuh
- BB seimbang 2500- intake dan output - indikasi bayi
3500 gram cairan mampu menyerap
- Reflek hisap kuat - Kolaborasi dengan nutrisi
ahli gizi untuk - mengatur
Intake ASI adekuat pemberian nutrisi keseimbangan
cairan pada klien
- asupan nutrisi bayi
bisa tercukupi
PELAKSANAAN 
Pelaksanaan Keperawatan Pada Tn.Sdengan Berat Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)
Di RS SelametTanggal 17 September s/d 19 September 2022
NO TANGGAL
TINDAKAN RESPON KLIEN TT
DX JAM
17 September
1,2 2022 - Mengobservasi S:-
08.00 ttv,cuping hidung O : Nadi : 132x/mnt , RR : 40x/mnt , S : 36,2
1 retraksi dada
09.00 S:-
1 -Memantau suhu O : Suhu klien 36,2
10.00 klien
1 S:-
10.30 -Memonitor BB O : BB : 1060 gram , LD : 26 cm , PB : 34cm , LK : 23cm
klien
S:-
-Membersihkan O : Incubator tampak bersih
incubator secara
berkala
2 12.00 -mengkaji reflek S:-
hisap O : Reflek hisap klien tampak lemah
2 13.00 -memasang selang S:-
OGT O : Terpasang selang OGT pada klien
2 16.00 -mengkolaborasi S:-
dengan ahli gizi O : klien mendapat diit susu 30cc/OGT
untuk pemberian
nutrisi
1,2 18 September - mengobservasi S:-
2022 ttv,cuping hidung O : Suhu : 36°C Nadi : 100x/menit, RR : 48/menit
10.00 retraksi dada
2 12.00 - mengkaji S:-
kemampuan O : reflek hisapklien masih tampak lemah
reflek hisap

2 12.30 - Memonitor S:-


asupan intake O : terlihat diit yang diberikan habis, tidak ada residu
dan output cairan
2 18.00 - mengkolaborasi S:-
dengan ahli gizi O : klien mendapat diit susu BBLR 30cc/OGT
untuk pemberian
nutrisi
1,2 19 September - mengobservasi S:-
, 2022 ttv,cuping hidung O : suhu : 36,4oC , nadi : 100x/menit RR : 45x/menit
10.00 retraksi dada

1 11.00 - Mengganti popok S : ( klien menangis)


bila basah O : klien tampak menangis saat popoknya diganti
2 14.00 - mengkolaborasi S:-
dengan ahli gizi O : klien masih terpasang OGT dengan diit 30cc
untuk pemberian
nutrisi
A. Evaluasi
Evaluasi Keperawatan Pada Tn.Sdengan Berat Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)
Di RS Selamet Tanggal 17 September s/d 19 September 2022

NO TANGGAL TT
Diagnosa Keperawatan EVALUASI
DX JAM
17-09-2022 - Mengobservasi ttv,cuping hidung retraksi dada S:-
1 09.00 - Memantau suhu klien O : Suhu : 36,2
- Memonitor BB klien A : Masalah belum teratasi
- Membersihkan incubator secara berkala P : Lanjutkan intervensi
- Mengkaji reflek hisap - Atur suhu incubator sesuai indikasi
- memasang selang OGT - Pantau suhu setiap 3 jam sekali
-Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian - Ganti popok bila basah
nutrisi - Hindarkan bayi kontak langsung dengan sumber
dingin/panas

S:-
O : BB : 1060gram
2 12.00 A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor BB klien
- Monitor asupan intake dan output cairan
- Kaji kemampuan reflek hisap
- Pasang selang OGT
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian
nutrisi
S:-
O : Suhu : 36oC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1 18-09-2022
- Atur suhu incubator sesuai indikasi
10.00
- Pantau suhu setiap 3 jam sekali
- Ganti popok bila basah
- mengobservasi ttv,cuping hidung retraksi dada
- Hindarkan bayi kontak langsung dengan sumber
- mengkaji kemampuan reflek hisap
dingin/panas
- Memonitor asupan intake dan output cairan
S:-
- mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian
O : Klien tampak masih terpasang OGT dengan diit 30cc
nutrisi
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor BB klien
2 18.00
- Monitor asupan intake dan output cairan
- Kaji kemampuan reflek hisap
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi

1 - mengobservasi ttv,cuping hidung retraksi dada S :-


19-09-2022 - Mengganti popok bila basah O : Suhu 36,4oC
11.00 - mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
pemberian nutrisi
- Atur suhu incubator sesuai indikasi
- Pantau suhu setiap 3 jam sekali
- Hindarkan bayi kontak langsung dengan sumber
dingin/panas
- Ganti popok bila basah
S :-
O : Klien tampak masih terpasang infus umbilikel 5%
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor BB klien
2 14.00 - Monitor asupan intake dan output cairan
- Kaji kemampuan reflek hisap
- Pasang selang OGT
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi

Anda mungkin juga menyukai