Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KEPERAWATAN ANAK I
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BERAT BADAN
LAHIR RENDAH
(BBLR)
Disusun Oleh :
I Komang Joni Prabaskara (2014201016)
I Made Adi Indrawinata (2014201017)
Ni Kadek Ari Sri Damayanti (2014201035)
A. Definisi
Berat bayi lahir rendah merupakan bayi yang memiliki berat badan yang kurang dari 2500
gram saat lahir (Williamson & Kenda, 2013). Dahulu bayi baru lahir yang berat badan
lahir kurang atau sama dengan 2500 gram disebut premature. Untuk mendapatkan
keseragaman, pada Kongres “European Perinatal Medicine” II di London telah disusun
definisi sebagai berikut:
1. Bayi kurang bulan: bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259
hari).
2. Bayi cukup bulan: bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai
dengan 42 minggu (259 – 293 hari).
3. Bayi lebih bulan: bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih
(294 hari atau lebih)
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37
minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk.,
2010).
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati
dan Ismawati, 2010), yaitu:
a. Faktor ibu
1) Penyakit
2) Ibu
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta
d. Faktor lingkungan
2. PATOFISIOLOGI
Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin tinggi
resiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh
sedikit, hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium,
fosfor dan seng di deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan
demikian bayi preterm mempunyai potensi terhadap peningkatan
hipoglikemia, anemia dan lain-lain. Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang
terutama pada bayi BBLR Prematur.
4. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Proverawati (2010), Gambaran Klinis atau ciri- ciri Bayi BBLR :
a. Berat kurang dari 2500 gram
b. Panjang kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
f. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
g. Kepala lebih besar
h. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
i. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
j. Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif pada
lengan dan sikunya
k. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea
l. Ekstermitas : paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus, tumit mengkilap,
telapak kaki halus.
m. Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan
tangisnya lemah.
n. Pernapasan 40 – 50 kali/ menit dan nadi 100-140 kali/ menit
5. Komplikasi
1. Kesulitan bernafas pada bayi yang disebakan oleh sindrom aspirasi mekonium
2. Terutama pada laki-laki : hipoglikemia simptomatik,
3. Penyakit membran hialin: disebabkan karena surfaktan paru belum sempurna/ cukup,
sehingga olveoli kolaps.
4. Asfiksia neonetorum.
5. Hiperbilirubinemia. Gangguan pertumbuhan hati akan menyebabkan
hiperbilirubinemia yang sering didapatkan oleh bayi dismatur
2. Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut
Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,
karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,
metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu,
bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya
mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematuritas
dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air
panas atau menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir
seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil,
enzim pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/
kg BB (Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya
dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan
didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih
lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi
dengan frekuensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling
utama, sehingga ASI-lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor
menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan
sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung.
Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh
yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan
antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan
sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas
atau BBLR. Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas
secara khusus dan terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan
harus dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum
matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien
sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar
hemolisias dan infeksi karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan
kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila
ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit
ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat
terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan
untuk mengobserfasi usaha pernapasan.
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan
lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan
gula darah secara teratur.
G. Tinjauan Teori Askep Kebutuhan Dasar
1. Data Subyektif
Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan Data
subyektif terdiri dari :
a. Biodata atau identitas pasien :
1) Bayi meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin
2) Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayatantenatal pada
kasus BBLR yaitu:
a) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk,
merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti
diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
b) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran
multiple, kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.
c) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi
tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
d) Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan
(kehamilan postdate atau preterm).
2) Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat
erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :
a) Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun
plasenta previa.
b) Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian
obat penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat
pernafasan.
3) Riwayat post natal
Yang perlu dikaji antara lain :
a) Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3)
asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
b) Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm 2500 gram
lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
c) Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial
aesofagal.
4) Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi
gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu
diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk
mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi
dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat
intravena.
a) Kebutuhan parenteral
Bayi BBLR < 1500 gram menggunakan D5%
Bayi BBLR > 1500 gram menggunakan D10%
b) Kebutuhan nutrisi enteral
BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam
BB 1250-< 2000 gram = 12 kali per 24 jam
BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam
c) Kebutuhan minum pada neonatus :
Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari
Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari
Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari
Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari
Untuk tiap harinya sampai mencapai 180 – 200 cc/kg BB/hari
5) Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah
a) BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.
b) BAK : frekwensi, jumlah
6) Latar belakang sosial budaya
a) Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok,
ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis psikotropika
b) Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu
melakukan diet ketat atau pantang makanan tertentu.
7) Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan ibu
jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan
mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan
psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan BBLR karena
memerlukan perawatan yang intensif
2. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan
pemeriksaan dengan menggunakan standart yang diakui atau berlaku
a. Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan
akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras.
Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya
BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran
lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
b. Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia
benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila
suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 C.
Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C – 37,5C, nadi normal antara 120-
140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi
post asfiksia berat pernafasan belum teratur
c. Pemeriksaan fisik
1) Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi
preterm terdapat lanugo dan verniks.
2) Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom,
ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan
tekanan intrakranial.
3) Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi
terhadap cahaya.
4) Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
5) Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
6) Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
7) Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
8) Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing
dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
9) Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costaae
pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya
asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus
timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi
karena GI Tract belum sempurna.
10) Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda –
tanda infeksi pada tali pusat.
11) Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara
uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor
dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
12) Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta
warna dari faeses.
13) Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang
atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta
jumlahnya.
14) Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah.
Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf
pusat atau adanya patah tulang
3. Data Penunjang
Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan
diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat
pula. Pemeriksaan yang diperlukan adalah:
1) Darah : GDA > 20 mg/dl
Pola nafas tidak setelah dilakukan 1) Kaji frekuensi dan 1) membantu dalam
efektif tindakan,pola pola
membedakan periode
berhubungan nafas menjadi pernafasan,perhatik
efektif dengan an adaya apnea dan perputaran pernafasan
dengan maturitas
Kriteria hasil : perubahan
pusat pernafasan, normal dari
frekuensi jantung
keterbatasan - Neonatus akan 2) Bersihkan jalan
perkembangan mempertahankan nafas sesuai serangan apnetik
otot, penurunan pola pernafasan kebutuhan sejati,terutama sering
energi/kelelahan, periodik,membra 3) Posisikan bayi pada
ne mukosa merah abdomen atau terjadi pada gestasi
ketidakseimbang
muda. posisi telentang minggu ke-30
an metabolik.
dengan gulungan
popok dibawah
2) menghilangkan
bahu untuk
menghasilkan Sekret yang
hiperekstensi menyumbat jalan
4) Tinjauan ulang
napas
riwayat terhadap
obat-obatan yang
dapat memperberat 3) posisi ini
depresi pernapasan memudahkan
pada bayi
5) Kolaborasi dalam pernapasan dan
pemberian oksigen menurunkan episode
sesuai indikasi
apnea,khususnya bila
ditemukan adanya
hipoksia, asidosis
metabolik atau
hiperkapnea
4) magnesium sulfat
dan narkotik menekan
pusat pernapasan dan
aktivitas
1. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
tindakan yang telah disusun, dimana tindakan keperawatan memenuhi klien sehingga
tujuan keperawatan dapat tercapai dengan baik. Hal ini terlaksana karena adanya
kerjasama yang baik dan partisipasi klien, keluarga dan keperawatan suatu tim medis
lainnya.
2. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai sejauh
mana dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.(Hidayat,2011) tujuan evaluasi
adalah untuk melihat kemapuan klien dalam mencapai tujuan.hal ini dapat
dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien
terhadap tindakan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil
keputusan
a. Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang
ditetapkan)
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu
yang lebih lama untuk mencapai tujuan)
DAFTAR PUSTAKA
A.Price, Sylvia. (2006). “Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit”. Jakarta:
EGC
Eko, dkk. 2007. Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir. Jakarta : EGC
Hidayat, Aziz Alimul. 2012. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba
Medika
NANDA International. 2014. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta:EGC
Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika
Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan
Dokter Anak Indonesia.Jakarta: IDAI
Proverawati, A., Ismawati, C. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika
WOC
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
Tn.S dengan Berat Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)
DI Rumah Sakit Selamet
TANGGAL 17 S/D 19 September 2022
FORMAT PENGUMPULAN DATA KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien dilakukan pada tanggal 17 September 2022 pukul 10.00 WITA
di Rumah Sakit Selamet dengan metode observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan
dokumentasi (rekam medis)
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identitas Pasien
Pasien Penanggung
(hubungan dg penanggung)
Nama : By. N Tn. W
Tanggal Lahir : 16 September 2022 25 Juni 1989
Umur : 1 hari 33 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki Laki-Laki
Status Perkawinan: Belum Menikah Sudah Menikah
Suku /Bangsa : Indonesia Indonesia
Agama : Hindu Hindu
Pendidikan :- SMA
Pekerjaan :- Pegawai Swasta
Alamat : Jl. Raya Sidemen no - Jl. Raya Sidemen no -
Alamat Terdekat : Jl. Raya Sidemen no - Jl. Raya Sidemen no -
Nomor Telepon : - 085973xxxxxx
Nomor Register : 063877 -
Tanggal MRS : -
b. Riwayat Kesehatan
a. Pre Natal
Ibu klien mengatakan selama hamil memeriksakan kehamilannya di
bidan tiap 2 bulan sekali. Selama kehamilan ditemukan riwayat
penyakit kehamilan TORCH. G : 3 P : 1 A : 2.
b. Intra Natal
Bayi lahir secara spontan di usia kehamilan 30 minggu, ditandai
dengan ketuban pecah sebelum persalinan, lama persalinan 1 jam dan
bayi lahir pada jam 14.45 WIB. Panjang lahir 34 cm dan berat lahir
1060 gram.
c. Post Natal
Setelah kelahiran bayi sempat tidak menangis dan langsung
dipasang kanul O2 dengan resusitasi selama 3 menit dengan nilai apgar
score 4-5-6, keadaan lemah, nafas tidak teratur.
Keterangan
= Laki-laki = Pasien
= Perempuan = Tinggal serumah
5) Riwayat Sosial
a. Yang Merawat
Saat ini klien diwarat diruang perinatologi dan dirawat oleh perawat dan
sesekali ibu klien menjenguk saat jam kunjung rumah sakit.
b. Hubungan dengan Keluarga
Ibu klien bisa mengunjungi, melihat, dan menyentuh bayinya saat
berkunjung mskipun bayi dalam incubator, sedangkan ayahnya tidak
boleh melihat bayinya karena sudah aturan dari pihak rumah sakit
a. Pola Kebiasaan
1) Bernafas
Sebelum Pengkajian: Keluarga Klien mengatakan Klien tidak mengalami
kesulitan bernafas
Saat Pengkajian : Saat ini pasien mendapat diit susu formula khusus BBLR
3 jam sekali sekitar 30 cc melalui selang OGT
3) Eliminasi
Sebelum Pengkajian: Klien mengatakan tidak ada masalah selama eliminasi
baik eliminasi fekal maupun urin
Saat Pengkajian : Klien BAB ± 3-5x sehari dengan konsistensi warna
hitam, lembek cair, bau khas feses bayi. BAK
menggunakan pempers dan diganti setian 6 jam sekali dan
terisi ± 100 cc
Saat Pengkajian : Klien merasa sangat lesu dan tidak bersemangat dalam
melakukan kegiatan sehari hari meskipun tidak ada
keluan di bagian fisik
Saat Pengkajian : Klien terlihat sering tidur dan bangun jika lapar dan
merasa kotor setelah BAB dan BAK, rata-rata tidur per
hari yaitu 20-22 jam
6) Kebersihan diri
Sebelum Pengkajian : -
Saat Pengkajian : -
7) Pengaturan suhu tubuh
Sebelum Pengkajian : Keluarga Klien mengaatkan Klien terkadang
Menggigil
Sebelum Pengkajian : -
Saat pengkajian : -
Sebelum Pengkajian : -
Saat pengkajian : -
12) Rekreasi
Sebelum Pengkajian :-
Saat pengkajian : -
13) Belajar
Sebelum Pengkajian : -.
Saat pengkajian :-
14) Ibadah
Sebelum Pengkajian : -
Saat Pengkajian :-
b. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemas, kurang aktif, menangis lemah,
perawatan dalam inkubator
b. Tanda-tanda Vital
- Nadi : 132 x per menit
- Pernafasan : 40 x per menit
- Suhu : 36,2°C
c. Antropometri
- Panjang Badan : 34 cm
- Berat Lahir : 1060 gram
- Lingkar Dada : 26 cm
- Lingkar Kepala : 23 cm
d. Kepala : Fontanel anterior lunak, wajah simetris,
rambut hitam
e. Mata : Simetris antara kanan dan kiri, sclera tidak
ikterik
f. Hidung : Terpasang C-PAP Ventilator 2 lt/menit
g. Mulut : Reflek hisap belum ada, terpasang selang
OGT, mukosa kering
h. Telinga : Simetris kanan dan kiri, tidak ada luka
i. Dada : Tidak ada luka, warna kecoklatan
j. Jantung
- Inspeksi : Tampak ictus cordis
- Palpasi : Ictus cordis teraba dengan getaran
- Perkusi : Tak terkaji
- Auskultasi : BJ I & II regular, tidak terdengar gallop
k. Paru
- Inspeksi : Gerakan pernafasan kanan-kiri simetris,
RR : 40 x per menit
- Palpasi : Rabaan gerak pernafasan simetris
- Perkusi : Redup/ Dullness
- Auskultasi : Ronchi
l. Abdomen
- Inspeksi : Pusar insersi ditengah, buncit, terpasang
infus umbilical
- Auskultasi : Peristaltik usus 18 x per memit
- Palpasi : Lunak, tidak ada pembesaran hati/limfa
- Perkusi : Tympani
m. Punggung : Bentuk tulang belakang semi fleksi
n. Genetalia : Jenis kelamin perempuan, labia mayora
belum menutupi labia minora, anus paten
o. Ekstremitas
- Atas : Lengkap, tidak ada kelainan
- Bawah : Lengkap, tidak ada kelainan, kaki kanan
terpasang SPO2, akral sedikit dingin
p. Kulit : Warna kulit coklat gelap, tidak ikterik,
turgor kulit cukup
1. Therapi
- PO Ferlin drop 1x0.3cc
- O2 nasal kanul 0.5 liter/menit
- Susu formula BBLR 8x30cc/hari melalaui selang OGT
- Termoregulasi incubator suhu 34°C
- Infuse umbilical 5%
2. Data Penunjang
Laboratorium tanggal 16-09-2014
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hematologi
Hemoglobin 15.9 g/Dl 12.0-16.0
Hematokrit 49.50 % 37-47
Jumlah Eritrosit 4.14 /Ul 4.2-5.4
Jumlah Lekosit 24.7 /Ul 4.8-10.8
Jumlah Trombosit 249 10^3/ul 150-400
Kimia Klinik
Natrium 137.0 mmol/L 134.0-147.0
Kalium 5.30 mmol/L 3.50-5.20
Calsium 1.20 mmol/L 1.12-1.32
c. Analisa data
Analisa Data Pasien Tn. S (53 tahun) dengan Berat Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)
TANGGAL 12 S/D 13 Juni 2022
2. Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan
1. Prioritas masalah
1. Resiko hipotermi
2. Rencana Keperawatan
NO TANGGAL TT
Diagnosa Keperawatan EVALUASI
DX JAM
17-09-2022 - Mengobservasi ttv,cuping hidung retraksi dada S:-
1 09.00 - Memantau suhu klien O : Suhu : 36,2
- Memonitor BB klien A : Masalah belum teratasi
- Membersihkan incubator secara berkala P : Lanjutkan intervensi
- Mengkaji reflek hisap - Atur suhu incubator sesuai indikasi
- memasang selang OGT - Pantau suhu setiap 3 jam sekali
-Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian - Ganti popok bila basah
nutrisi - Hindarkan bayi kontak langsung dengan sumber
dingin/panas
S:-
O : BB : 1060gram
2 12.00 A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor BB klien
- Monitor asupan intake dan output cairan
- Kaji kemampuan reflek hisap
- Pasang selang OGT
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian
nutrisi
S:-
O : Suhu : 36oC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1 18-09-2022
- Atur suhu incubator sesuai indikasi
10.00
- Pantau suhu setiap 3 jam sekali
- Ganti popok bila basah
- mengobservasi ttv,cuping hidung retraksi dada
- Hindarkan bayi kontak langsung dengan sumber
- mengkaji kemampuan reflek hisap
dingin/panas
- Memonitor asupan intake dan output cairan
S:-
- mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian
O : Klien tampak masih terpasang OGT dengan diit 30cc
nutrisi
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor BB klien
2 18.00
- Monitor asupan intake dan output cairan
- Kaji kemampuan reflek hisap
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi