Anda di halaman 1dari 17

CERPEN

Achmad Ridho Rafael


Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas cerpen yang berjudul "Sahabat Terbaik " dengan tepat waktu.

Cerpen disusun untuk memenuhi tugas Mata Informatika. Selain itu, Cerpen ini bertujuan
menambah wawasan tentang kreativitas bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
BIOGRAFI
Nama; Achmad Ridho Rafael

Tempat,Tanggal Dan lahir ; Jakarta 19 Februari 2006

Kelamin; Laki Laki

Sekolah; SMKN 66 Jakarta Jurusan Perhotelan

Agama; ISLAM

Alamat; Jl. Pagelarang RT 002/001 NO 93


DAFTAR ISI
1.Sahabat terbaik
2.Baik Luar Dalam
3.Sahabat Sekolah
4.Liburan Sekolahku
5.Pergi Berkemah
6.Kehidupan Seseorang
7. Mengajarkan Tentang Bersikap
Rendah Hati
8.
Sahabat terbaik
Siang itu aku dan Bunga, sahabatku dari kecil sedang mengantri
sebuah tiket konser. Karena artis yang akan tampil di konser tersebut
kebetulan artis internasional, jadi tak heran jika antrian begitu
panjang. Bahkan kami pun sudah mengantri sejak jam 7 tadi dan
sampai sekarang masih belum dapat tiketnya.Sampai sore tiba,
ternyata kami tak kunjung dapat tiket konser itu padahal slot tiket
sudah sangat mepet. Hanya orang yang beruntung yang bisa
mendapatkannya. Salah satu cara mendapatkan tiket konser itu
adalah dengan mengikuti kuis di sebuah radio. Tak mau ketinggalan
pastinya aku pun selalu dengerin radio yang mengadakan kuis
tersebut.Suatu hari tiket tinggal satu-satunya dan aku belum dapat
telpon dari radio tersebut. Ya, mereka yang ditelpon dan berhasil
menjawab pertanyaan yang diajukan adalah mereka yang
dapat. Harapanku pupus ketika seseorang ditelpon dari radio tersebut
dan berhasil menjawab pertanyaan yang diajukan.Karena begitu
ngefansnya sama artis yang mau konser, seharian aku menangis dan
tak mau keluar kamar. Bunga yang tau keadaanku pun segera datang
ke rumah.“Sore tante, Titanya ada?”“Ada itu di kamar, seharian belum
keluar” sahut mamaku menjawab pertanyaan Bunga.“Ta, kenapa sih
nangis gitu kaya anak kecil tau.”“Apa sih, kamu kan tau gimana
ngefansnyaaku sama BAN ST12. Bayangin udah ngantri dari pagi
sampai sore dan ikutan kuis tiap hari tapi ga bisa dapat tiket juga!”“Nih
tiket buat kamu” Bunga menyodorkan sebuah tiket padaku.Dengan
muka heran aku menerima tiket tersebut, ku lihat dengan seksama.
“Hah gimana caranya kamu bisa dapat tiket ini?”
“Aku ikutan kuis juga dan kebetulan aku yang terakhir dapat. Tapi itu

buat kamu aja. Lagian aku gak begitu ngefans kok sama ST12, Cuma
ikutan kamu aja hehe” sahutnya tanpa muka bersalah.“Beneran?” Aku
langsung bangkit memeluk Bunga yang tengah meledekku karena
muka sembabku.“Beruntung banget deh aku punya sahabat kamu.
Jangan-jangan kamu ikutan kuis Cuma biar dapet tiket untukku
ya?”“Iya hehe” jawaban Bunga yang semakin membuatku merasa
beruntung bersahabat dengan gadis berambut ikal ini.
Baik Luar Dalam
Di suatu siang yang cerah, dua orang gadis bernama Rini dan Titi
tengah mengerjakan tugas sekolah di rumah Rini. Mereka
mengerjakan dengan serius dan suasana nampak hening. Kemudian,
seorang perempuan yang tidak lain adalah teman mereka berdua
bernama Santi. Namun, Rini seolah tidak mempedulikan kehadiran
Santi tersebut.“Ri, itu di depan ada Santi sedang nyariin kamu.
Buruan kamu temui dia. Sudah sejak tadi dia nungguin kami di sana.”
Ujar Titi yang tengah mengerjakan tugas di rumah Rani.“Bi, bilang
saja ke Santi yang ada di depan rumah kalau aku sedang pergi
kemana atau gak ada gitu ya.” Minta Rini kepada Bibi yang bekerja
sebagai pembantu di rumahnya.“Iya Non. Bibi sampaikan.”“Ra,
kenapa kamu seperti itu sama Santi. Dia pastinya sudah datang jauh-
jauh. Kenapa kamu usir. Gak enak kan. Kasihan dia. Dia juga anak
yang baik Ra.” Ujar Titi menasihati Rini.“Dari luarnya dia memang
orang yang baik, ramah dan juga manis. Tapi masa kamu mengukur
sifat seseorang hanya dengan itu saja. Dia itu manis di luar namun di
dalamnya pahit tahu.” Jawab Rini setengah sinis.“Pahit gimana Ri?”
Ujar Titi kembali bertanya.“Dia itu sering membicarakan keburukan
orang lain. Bahkan di belakang ia sering membicarakan temannya
sendiri. Pokoknya banyak yang tidak dapat aku jelaskan Ti. Lihat saja
diri kamu. Kamu memang judes, ceplas ceplos denganku. Namun
setidaknya kamu memiliki hati yang tulus Ti. Bukan sahabat yang dari
luarnya baik namun dalamnya busuk. Dalam berteman, aku tidak
membutuhkan tampilan luar seseorang Ti,” kata Rini
Sahabat Sekolah
Namaku Sinta Putri, aku sangat senang dengan pelajaran Bahasa
Indonesia dan Biologi. Aku mempunyai sahabat yang unik bernama Aulia,
dan aku bingung dengannya. Dikarenakan sahabatku orang yang sangat
sensitif.Menurut dia, aku tidak boleh suka dengan kedua pelajaran
tersebut. Padahal itu hakku. Suatu waktu disaat pelajaran bahasa inggris,
tidak tahu mengapa tiba-tiba aku suka dengan pelajaran tersebut.Mungkin
juga karena guru yang mengajarkan mempunyai cara penyampaian yang
baik. Otomatis aku juga mulai aktif di kelas saat pelajaran bahasa inggris.
Teng teng teng, bunyi bel sekolah, waktu istirahat tiba. Saat itu aku
langsung menghampiri Aulia untuk mengajaknya ke kantin. “Aul, ke kantin
yuk?” ajakku. “Ngga, aku ngga mau lagi sahabatan sama kamu!” jawabnya
sembari buang muka.Awalnya kejadian seperti itu hanya sekali dan kita
berdua balikan seperti semula. Tetapi lama-kelamaan terjadi hal yang
serupa. Sangat aneh Aulia bukannya mengerti perasaanku, justru bikin aku
kesal. Ceritanya begini, waktu Ujian Tengah Semester (UTS) dia
kesusahan menjawab soal pelajaran Biologi, disaat itu dia melihat ke
arahku. Aku dan Aulia tidak satu bangku, Aulia tepat di depan tempat aku
duduk.“Sin, kamu tahu enggak nomor 5 essay? minta jawabannya dong
satu aja!” tanya Aulia sembari memohon. “Udah si, ini kan bukan ulangan
biasa!” jawabku. “Yah kamu..” sembari jengkel. Aku cuek saja akan hal itu
dan berharap bahwa dia akan intropeksi diri.Coba bayangkan, dia sudah
membuatku sakit hati dan dia ingin meminta jawaban UTS. Beberapa hari
kemudian hasil nilai UTS Biologi dibagikan dan diumumkan.Aku mendapat
nilai 90 sedangkan Aulia mendapat nilai 75. Aku bisa melihat tatapan iri di
sahabatku itu, dan aku sadar bahwa bersahabat dengan orang yang suka
iri hati adalah hal yang susah.
Liburan Sekolahku
Usai pembagian rapot di sekolah, akhirnya aku bisa menikmati liburan
panjang. Meskipun aku tidak mendapat rangking atas, tapi aku tetap
mendapat nilai yang lumayan baik. Aku tetap bahagia karena membayangkan
keluargaku mengajak aku pergi liburan.
Ayah dan ibuku mengajakku pergi liburan ke suatu tempat wisata yang
menyenangkan. Aku sangat tidak sabar untuk pergi menikmati liburan.
Bahkan aku bingung untuk memilih pakaian mana yang akan kupakai. “Kali
aku pakai baju yang mana ya?” Tanyaku dalam hati. “Ah yang biru sangat
bagus, tapi yang merah juga sangat cocok!”
Aku pun pergi menemui ayah dan ibu yang sedang asyik menonton TV. Lalu
aku berbincang dengan mereka, “Ayah, Ibu, bagaimana kalau kita pergi
liburan ke pantai? Aku sangat ingin pergi ke sana”. Ayah dan ibu tiba-tiba
hanya saling pandang, lalu ayah berkata “Nak, liburan kali ini kamu di rumah
saja ya sama Ibu, karena Ayah harus ada pekerjaan di luar kota.” Aku sangat
kecewa dengan pernyataan ayah tapi aku harus menerima keputusannya.
Hari-hari telah berlalu dan aku hanya menikmati libur sekolahku di rumah
saja. Meskipun aku sebenarnya juga ingin pergi ke luar rumah bersama
teman-teman. Tapi ibu melarangku pergi ke luar, dan hanya menyuruhku
membantu melakukan pekerjaan rumah seperti bersih-bersih rumah.
Kalaupun aku keluar hanya saat ke pasar dan itu pun juga ditemani oleh ibu.
Namun aku tetap melakukan pekerjaan yang produktif seperti belajar untuk
menyambut ujian nasional yang akan berlangsung beberapa bulan lagi.
Sebenarnya aku juga merasa suntuk berada di rumah terus. Terkadang aku
ingin menolak permintaan ibu saat menyuruhku, tapi aku cuma bisa terima
dan melakukannya.
Pada suatu sora ibu mengetuk pintu kamarku dan bilang kepadaku “kamu
segera mandi ya, Ibu tunggu di luar.” Aku menjawabnya “loh kita mau kemana
Bu?” Lalu ibu menjawab “Ibu mau mengajak kamu jalan-jalan ke taman kota,
ya sekalian masa kau di rumah terus.” Sontak aku merasa senang “yang
benar Bu, oke kalau begitu aku mandi dulu.”
Setelah itu aku pergi ke taman kota bersama Ibu. Meskipun hanya jalan-jalan
sore di sekitar taman, aku sudah merasa senang banget. Mungkin ini karena
aku terlalu lama berdiam diri di rumah dan baru kali ini menikmati jalan-jalan.
Yang pasti aku sangat senang karena ibu mengajak aku jalan-jalan sore.
Pergi Berkemah
Pagi itu Maria sedang membereskan barang barangnya. Karena Maria
dan teman temannya akan pergi berkemah di sekolah (perjusa).
Setelah semua beres Maria segera mandi dan berdandan rapi ala
pramuka.

Setelah selesai berdandan, maria segera menuju meja makan.


Ternyata di meja makan sudah ada mami, papi dan adikku
mary.Setelah sarapan, kami pun segera berpamitan pada mami and
papi kami. Lalu naik ke sepeda masing masing dan menuju sekolah.

Di sekolah ternyata sudah ada banyak sekali anak anak. “Hai Maria”
sapa Ester. “Hai juga ester” jawabku. Lalu bel pun berbunyi, kami pun
segera ke lapangan untuk mendengarkan instruksi berkemah. Setelah
mendengarkan instruksi berkemah, kami pun dibagi menjadi
kelompok kecil. Aku sekelompok dengan Ester, Andrew dan markus.
Setelah itu kami pun membangun tenda dan melakukan aktivitas
masing masing.

Saat malam kami pun mencari kayu dan membuat api unggun. Lalu
kami pun melakukan berbagai acara. Ada yang menari, menyanyi,
membaca cerita, membaca puisi dan lain lain. Setelah acara kami pun
makan malam lalu masuk ke tenda dan tidur

Besoknya kami pun berkemas untuk pulang ke rumah masing masing.


Setelah berkemas kami pun berfoto untuk mengingat masa ini. Setelah
kami semua dijemput kami pun pulang.Sungguh liburan yang sangat
menyenangkan dan tak akan pernah kulupa sampai aku besar nanti.
Keindahan Alam Dieng
Suatu hari, aku bersama teman-temanku berkunjung ke sebuah tempat
wisata yang sedang digandrungi kaum milenial, yaitu Dieng. Sebuah
tempat di daerah Wonosobo yang terletak di dataran tinggi dan memiliki
pemandangan alam yang begitu memukau serta udaranya yang sejuk,
membuat kita penasaran dan bertanya, sebenarnya ada apa sih disana. Kita
semua sudah tidak sabar ingin sekali kesana.Sebelum berangkat
menggunakan mobil dan satu supir yang telah kita sewa, kita sudah
menyiapan segala sesuatu yang diperlukan nantinya. Hal yang paling
penting adalah logistik, serta peralatan pribadi masing-masing.Kita
berangkat dari rumah pukul 06.00 WIB. Karena jarak yang terlalu jauh dan
sebelumnya kita belum pernah melakukan perjalanan sejauh ini, kita sangat
antusias dan menikmatinya. Di mobil kita asyik mengobrol, ada juga yang
belum apa-apa tapi sudah terlelap tidur, tanpa sadar karena terlalu
menikmati akhirnya kita sampai di Purwokerto.Ternyata pak supirnya
kurang paham jalan, karena dia sama sekali belum pernah ke Dieng.
Akhirnya kita berhenti di sebuah tempat yang lumayan ramai, sepertinya
pasar. Akupun turun dan bertanya kepada seorang pemuda yang pada saat
itu tepat berada di hadapanku.“Permisi kak kalo boleh bertanya, jalan
menuju Wonosobo ke arah mana ya kak, soalnya kita lupa arahnya?”
pemuda tersebut menjawab sambil menunjukkan ibu jarinya “Ooh.. masih
kesana terus mba, nanti ada patung jendral Soedirman belok kiri”. “Baik
mas terima kasih”, sautku sambil tersenyum.Kita melanjutkan perjalanan
kembali, sambil melihat situasi daerah Purwokerto yang pada saat itu
lumayan ramai. Di sepanjang jalan kita terus bertanya karena benar-benar
tidak tahu arah menuju ke Dieng. Kurang lebih kita harus berhenti dan
turun setiap 1 jam perjalanan. Setelah melakukan perjalanan yang jauh, kita
akhirnya sampai di sebuah pedesaan yang kanan kirinya ditanami tanaman
salak, sepertinya kebun salak.Kita berhenti di pom pengisian bahan bakar,
akan tetapi nasib kita tidak terlalu baik, bensin disitu sedang dalam
perjalanan. Akhirnya kita turun dan beristirahat sejenak sambil meluruskan
badan di pom bensin. Udara di sini sudah cukup dingin yang membuat kita
tidak sabar ingin cepat sampai di Dieng.Setelah menunggu kurang lebih
setengah jam, tanki pembawa bahan bakarpun sampai di tempat. Kita
segera mengisinya dan melanjutkan perjalanan. Tepat pukul 16.00 kita
akhirnya sampai di Dieng, rasanya senang sekali, setelah menempuh
perjalanan yang sangat jauh dan jalanan yang naik turun serta berkelok.
Tempat pertama kali yang kita kunjungi adalah dieng plateur, sebuah
tempat yang memamerkan keindahan alam Dieng dari atas bukit. kita harus
berjalan kaki kurag lebih 15 menit untuk menuju tempatnya. Sepanjang
jalan aku bercanda gurau bersama temanku dan sangat menikmati setiap
perjalanan. Udaranya yang begitu sejuk dan pemandangan yang masih asri
ini benar-benar membuatku takjub.Sampailah kita di sebuah batu yang
sangat tinggi dan terlihat semua pemndangan yang begitu menarik mata
serta memikat hati. Terlihat jelas telaga warna yang memiliki dua warna
yang cantik, yaitu warna hijau dan biru. Tak lupa juga kita mengambil
gambar untuk kenang-kenangan. Puas sudah melihat pemandangan di
sekitar, tak terasa waktu menunjukkan pukul 17.15, yang artinya kita sudah
harus turun sebelum malam hari tiba.Setelah sampai di bawah kita
memutuskan untuk mencari tempat penginapan, dan kita menemukannya.
Semua beristirahat sambil mengemil makanan yang sudah kita bawa dari
rumah. Setelah sholat isya kita ingin menikmati suasana di Dieng sekalian
keluar untuk mencari makan. Kita berjalan kaki dan memakai jaket karena
udaranya yang benar-benar dingin membuat kita menggigil. Kita membeli
nasi goreng, nasi goreng yang panas seketika menjadi dingin dan kita tidak
perlu menunggu lama untuk memakannya karena sudah sangat lapar.
Setelah selesai makan dan jalan-jalan, kita kembali ke homestay karena
besok kita harus bangun lebih awal. Kita beristirahat dan tidur, ada 3 kamar,
jadi yang 1 untuk perempuan, 1 untuk laki-laki dan yang 1 lagi untuk pak
supir.Kita bangun pukul 02.00, kita bangun lebih awal karena tidak mau
ketinggalan melihat sunrise atau matahari terbit. Kita menuju tempat untuk
melihat sunrise menggunakan mobil, nama tempatnya yaitu bukit sikunir.
Jalanan yang begitu gelap dan disertai hujan rintik-rintik membuatku
sedikit mengantuk, karena tidur yang kurang pulas. Sampailah kita di rest
area sikunir pukul 03.15, kita turun dari mobil tahu mencari minuman yang
menghangatkan tubuh. Tepat pukul 03.30, kita menuju bukit sikunir dengan
berjalan kaki dan meniti jalanan yang masih tanah dan licin karena baru
saja di guyur hujan, ditambah lagi gelapnya jalan membuat kita harus
sangat berhati hati. Kita memakai pakaian yang tebal dan jaket, serta
membawa senter untuk menerangi di sepanjang jalan. Meskipun kondisi
jalanan ysng licin tetapi banyak juga yang ingin melihat keindahan mentari
terbit.Setelah bersusah payah dan dengan nafas terengah, akhirnya kita
sampai di sepertiga jalan, kita berhenti sejenak dan kebetulan disitu ada
warung, aku membeli susu untuk menghangatkan tubuh, temanku yang
lain juga membeli minuman yang lain. Setelah istirahat selama 15 menit,
kita melanjutkan perjalanan, sampailah kita di bukit sikunir pukul 04.45.
semakin di atas udaranya semakin dingin dan sejuk. Sambil menunggu
matahari muncul, kita duduk-duduk santai sambil berbincang kecil serta
berfoto.Matahari sudah mulai muncul, mulai terlihat pancaran
dari arah timur dan awan yang begitu indah, yang membuatku
seakan sedang berada di atas awan. Mentari pun muncul
perlahan dan seketika memberi rasa hangat pada tubuhku.
Hatiku terasa tenang karena melihat keindahan matahari terbit.
Ditambah lagi pemandangan dua gunung kembar yang terlihat
sangat berdekatan, yaitu gunung sumbing dan merbabu. Rasanya
benar-benar senang bisa berada di sini, dan tidak ingin beranjak
pulang.Setelah puas melihat sunrise dan hari juga sudah mulai
siang, kita memutuskan untuk turun dan mencari makan. Kita
kembali dengan menuruni tangga yang masih sedikit licin,
dengan penuh hati-hati akhirnya kita sampai di bawah. Aku
membeli serabi rangin yang sepertinya enak dimakan di udara
yang begitu dingin ini. Kita kembali ke mobil dan menujuke
tempat wisata yang lain. Kita menuju ke komplek candi, yakni
disana ada kumpulan beberapa candi yang masih dijaga
bangunannya oleh masyarakat sekitar. Kita mengelilingi
kompleks candi dengan berjalan kaki sambil menikmati
pemandangan, sayangnya salah satu bangunan dari candi ada
yang sedang direnovasi ulang. Di komplek candi kita hanya
berjalan-jalan dan mengambil gambar.Setelah kita menjajaki
objek wisata di Dieng, meskipun belum semua, tapi kita sudah
sangat senang. Akhirnya kita memutuskan untuk pulang. Kita
pulang pukul 14.00 dari sana, kita harus ke homestay dulu untuk
mengambil barang yang masih disana. Kita pulang melewati jalan
yang kita lalui sewaktu berangkat. Karena kelelahan kita tertidur
di mobil. Tetapi ada juga yang asyik ngobrol sambil mainan
handpone. Lagi-lagi kita nyasar, ya sudah akhirnya kita berhenti
dan bertanya arah jalan yang benar. Sewaktu pulamg tidak
berbeda jauh dengan saat berangkat, sama-sama nyasar dan
harus berhenti berkali-kali. Setelah bertanya berkali-kali akhirnya
kita sampai di kota kita yakni Cilacap. Semoga perjalanan kita ini
menyenangkan dan cukup untuk menghibur diri kita yang penat
akan tugas.
Kehidupan Seseorang
Andi adalah seorang mahasiswa jurusan Teknik Informatika di salah satu
Perguruan Tinggi favorit di Jogjakarta. Setiap hari ia bertemu dengan aku
di kampus. Suatu hari, dia bercerita kepadaku tentang masalah hidupnya.
Dia berpikir kalau orang lain selalu terlihat senang dan bahagia terlepas
dari masalah yang dialami dalam hidupnya. Mereka terlihat seperti orang-
orang yang tak memiliki beban di pundaknya. Namun anehnya, Andi
merasa tidak terlalu suka saat melihat temannya tersenyum
bahagia.“Haikal, kok aku aneh ya selalu merasa bahwa kehidupan orang
lain selalu baik-baik aja bahkan kelihatan seperti tidak punya masalah,
beda banget sama kehidupan aku yang rasanya kayak punya banyak
beban terus aku juga merasa tidak bisa bahagia.” Kata Andi waktu itu.Pada
waktu itu juga aku mengatakan kepada Andi bahwa setiap orang memiliki
permasalahan dan beban hidup yang ditanggung di pundaknya. Tentunya
masing-masing beban hidup yang dialami setiap orang pasti berbeda-beda.
Jika beban hidupmu selalu dibandingkan dengan orang lain maka
percayalah bahwa semua itu akan semakin berat.Yang selama ini
dipikirkan Andi tentang orang lain tidak semuanya benar. Padahal dia
sendiri tidak tahu betul bagaimana kondisi orang lain yang menurutnya
selalu baik-baik saja bisa jadi kebalikannya, serta perjuangan orang-orang
untuk menenangkan dirinya sendiri. Bisa saja mereka telah berhasil melalui
masa-masa terberat dalam hidupnya.Setelah itu, dia hanya terdiam
merenungi perkataanku. Dia memikirkan apa yang aku katakan saat itu.
Meskipun terkadang menasehati orang lain tidak semudah menasehati diri
sendiri. Terkadang aku sendiri masih suka membanding- bandingkan diri
dengan orang lain.Waktu dulu aku juga pernah merasakan seperti di posisi
Andi saat ini. Saat itu juga ada yang menasehati aku bahwa Tuhan selalu
memberikan beban masalah sesuai dengan kemampuan masing-masing
orang. Oleh karena itu respon dari orang-orang pun juga berbeda-beda,
terkadang ada yang merasa dibebani ada juga yang tidak.“Tuhan tahu
seberapa kuat kita untuk bisa menghadapi masalah yang diberikan oleh-
Nya, maka dari itu kalau soal porsi jangan ditanyakan ya, karena kita tahu
kalau Tuhan itu memang Maha Adil,” ujar seseorang kepadaku.Mulai saat
itu aku mulai introspeksi perihal diriku sendiri. Aku berusaha untuk
menyelesaikan segala permasalahan yang menimpaku dengan hati yang
lapang. Karena dengan begitu aku bisa menjadi bahagia. Aku juga tidak
perlu membandingkan diriku dengan orang lain. Aku hanya perlu
membandingkan diriku dengan aku yang kemarin. Maka dari itu aku bisa
menjadi pribadi yang lebih baik hingga saat ini.Aku juga percaya jika setiap
masalah yang menimpaku nantinya bisa menjadi pelajaran dalam hidupku.
Karena selalu ada hikmah yang bisa aku ambil dari setiap suka dan duka
ku. Yang membuat aku selalu yakin adalah setiap permasalahan ini datang
dan dirancang oleh-Nya
Mengajarkan Tentang Bersikap Rendah
Hati
Ada seorang anak bernama Fitri, dia merupakan murid kelas 6 SD yang
sangat pintar dan baik hati. Di sekolah sangat banyak teman yang
menyukainya karena sikapnya tersebut. Tidak jarang, semua ingin
berteman dengan Fitri. Ada lagi anak perempuan bernama Ita, ia
berbanding terbalik dengan Fitri. Ia pintar namun sangat sombong.
Temannya hanya dua yaitu Lisa dan Lily, gadis kembar di
sekolahnya.Suatu hari, Ibu guru mengumumkan bahwa akan ada
perlombaan membaca pidato dua minggu lagi. Bu Yati selaku wali kelas
6 membuka kesempatan seluas-luasnya bagi siapa saja yang ingin ikut
seleksi. Fitri dan Ita jelas ikut berpartisipasi. Setiap hari mereka selalu
latihan membaca pidato agar lolos seleksi. Sampai hari penyeleksian
tiba, keduanya memberikan tampilan yang memukau lalu dinyatakan
lolos.Saat hari perlombaan tiba, Ita terus saja membanggakan dirinya,
menyatakan bahwa pasti ia akan juara. Sebab sebelumnya dia juga
pernah menjadi juara waktu kelas 5 SD di lomba pidato. Berbeda
dengan Fitri, ia tidak henti-hentinya berdoa dan berlatih, mencoba
menghafal kembali teks pidato. Ita pun dipanggil lebih dulu, sang juara
kelas 5 SD kini mendadak lupa teks pidato yang sudah
dihafalnya.Setelah itu, Fitri maju dan memberikan penampilan yang
sangat bagus. Semua juri kagum termasuk Bu Yati yang saat itu datang
untuk menemani mereka lomba. Pengumuman pun tiba, Fitri keluar
menjadi juara 1 sedangkan Ita harus menahan air matanya karena dia
tidak menang sama sekali. Cerpen pendidikan ini mengajarkan kita
bahwa harus menjadi orang yang rendah hati dan jangan sombong

Anda mungkin juga menyukai