Disusun oleh :
DWI INDRIYANI
NIM : 2001011
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya
kurang dari 2500 gram (Prawirohardjo, 2010). BBLR adalah bayi dengan
berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gastasi berat
lahir yaitu bayi yang di timbang dalam 1 jam setelah bayi lahir (Hanifah,
2010). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bayi berat
lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasinya.
2. Etiologi
Menurut Huda dan Hardhi, (2013) penyebab kelahiran bayi berat badan
lahir rendah yaitu :
1. Prematur Murni
Premature Murni adalah neonates dengan usia kehamilan kurang dari
37 minggu dan mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa
kehamilan atau disebut juga neonates preterm atau BBLR. Faktor-
faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan premature atau BBLR
adalah :
a. Faktor ibu :
1) Riwayat kelahiran premature sebelumnya.
2) Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun.
3) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
4) Penyakit ibu:HT, jantung, gangguan pembuluhdarah (perokok).
4. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (premature) disamping itu juga disebabkan
dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38
minggu),tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa
kehamilanya,yaitu tidak mencapai 2500 gram. Biasanya hal ini terjadi
karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan
yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta,
infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai
makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan,dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat
normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi
normal,tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra
hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih
sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan
kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi
BBLR,vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi,terlebih lagi bila ibu
menderita anemia.
Pathways
BBLR
Sindroma gangguan
Ketidakseimb
pernafasan
angan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Ketidakefektifan pola
tubuh
nafas
Status nutrisi
turun
Metabolisme
meningkat
Ketidakefektifan
termoregulasi
6. Komplikasi
a. Sindroma distress respiratorik idiopatik
Terjadi pada 10 % bayi kurang bulan. Nampak konsolidasi paru
progresif akibat kurangnya surfaktan yang menurunkan tegangan
permukaan di alveoli dan mencegah kolaps. Pada waktu atau segera
setelah lahir bayi akan mengalami :
1) Rintihan waktu inspirasi
2) Napas cuping hidung.
3) Kecepatan respirasi lebih dari 70/menit.
4) Tarikan waktu inspirasi pada sternum (tulang dada).
5) Nampak gambaran sinar-X dada yang khas bronkogrm udara dan
pemeriksaan gas darah menunjukkan :
6) Kadar oksigen arteri menurun
7) Konsentrasi CO2 meningkat
8) Asidosis metabolic
Pengobatan dengan oksigen yang dilembabkan, antibiotika,
bikarbonas intravena dan makanan intravena. Mungkin diperlukan
tekanan jalan positif berkelanjutan menggunakan pipa endotrakea.
Akhirnya dibutuhkan pernapasan buatan bila timbul gagal napas
dengan pernapasan tekanan positif berkelanjutan.
b. Takipnea selintas pada bayi baru lahir
Paru sebagian bayi kurang bulan dan bahkan bayi cukup bulan
tetap edematosus untuk beberapa jam setelah lahir dan menyebabkan
takipnea. Keadaan ini tidak berbahaya, biasanya tidak menyebabkan
tanda- tanda distress respirasi lain dan membaik kembali 12-24 jam
setelah lahir. Perdarahan intraventrikular terjadi pada bayi kurang bulan
yang biasanya lahir normal. Perdarahan intraventrikular dihubungkan
dengan sindroma distress respiratori idiopatik dan nampaknya
berhubungan dengan hipoksia pada sindroma distress respirasi
idiopatik. Bayi lemas dan mengalami serangan apnea.
c. Fibroplasias Retrorental
Oksigen konsentrasi tinggi pada daerah arteri berakibat
pertumbuhan jaringan serat atau fibrosa dibelakang lensa dan pelepasan
retina yang menyebabkan kebutaan. Hal ini dapat dihindari dengan
menggunakan konsentrasi oksigen di bawah 40% (kecuali bayi yang
membutuhkan lebih dari 40 %).sebagian besar incubator mempunyai
control untuk mencegah konsentrasi oksigen naik melebihi 40% tetapi
lebih baik menggunakan pemantau oksigen perkutan yang saat ini
mudah didapat untuk memantau tekanan oksigen arteri bayi.
d. Serangan Apnea
Serangan apnea disebabkan ketidak mampuan fungsional pusat
pernapasan atau ada hubunganya dengan hipoglikemi atau perdarahan
intracranial. Irama pernapasan bayi tak teratur dan diselingi periode
apnea. Dengan mengunakan pemantau apnea dan memberikan oksigen
pada bayi dengan pemompaan segera bila timbul apnea sebagian besar
bayi akan dapat bertahan dari serangan apnea, meskipun apnea ini
mungkin berlanjut selama beberapa hari atau mingu. Perangsang
pernapasan seperti aminofilin mungkin bermanfaat.
e. Enterokolitis Nekrotik
Keadaan ini timbul terutama pada bayi kurang bulan dengan
riwayat asfiksia. Dapat juga terjadi setelah transfuse tukar. Gejalanya :
kembung, muntah, keluar darah dari rectum dan berak cair, syok usus
dan usus mungkin mengalami perforasi. Pengobatan diberikan
pengobatan gentamisin intravena, kanamisin oral. Hentikan minuman
oral dan berikan pemberian makanan intravena. Mungkin diperlukan
pembedahan.
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Arief, (2008) adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
b. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
c. Titer Torch sesuai indikasi
d. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
e. Pemantauan elektrolit
f. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan BBLR menurut Proverawati, (2010):
a. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi. Maka semakin
besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan
sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam
incubator
b. Pelestarian suhu tubuh.
Untuk mencegah hipotermi diperlukan lingkungan yang cukup
hangat dan istirahat konsumsi O2 yang cukup. Bila dirawat dalam
incubator maka suhunya untuk bayi dengan BB 2 kg adalah 35C dan
untuk bayi dengan BB 2-2,5 kg adalah 34c. bila tidak ada incubator
hanya dipakai popok untuk memudahkan pengawasan mengenai
keadaan umum, warna kulit,pernafasan, kejang dan sebagainyasehingga
penyakit dapat dikenali sedini mungkin.
c. Inkubator
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui jendela atau lengan
baju. Sebelum memasukan bayi kedalam incubator. Incubator terlebih
dahulu dihangatkan sampai sekitar 29,4 C untuk bayi dengan BB 1,7 kg
dan 32,20 C untuk bayi yang lebih kecil.
d. Pemberian oksigen
Konsentrasi O2 diberikan sekitar 30-35% dengan menggunakan
head box.
e. Pencegahan infeksi
Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai berikut :
1) Mencuci tangan samoai kesiku dengan sabun dan air mengalir
selama 2 menit.
2) Mencuci tangan dengan zat antiseptic sebelum dan sesudah
memegang bayi.
f. Pemberian makanan.
Pemberian makanan sedini mungkin sangat dianjurkan untuk
membantu terjadinya hipoglikemi dan hiperbilirubin. ASI merupakan
pilihan utama, dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 mllarutan
glucose 5% yang steril untuk bayi dengan berat badan kurang dari 1000
gram.
d. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan
BBLR yaitu:
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas pusat
pernapasan, keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau
kelemahan, dan ketidakseimbangan metabolik.
2. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan SSP imatur (pusat
regulasi residu, penurunan massa tubuh terhadap area permukaan,
penurunan lemak subkutan, ketidakmampuan merasakan dingin dan
berkeringat, cadangan metabolik buruk).
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot
abdominal lemah, dan refleks lemah.
4. Risiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang
tidak efektif.
5. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat
ekstrem, kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak,
ginjal imatur.
6. Resiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan kelembaban
kulit.
Intervensi Rasional
Mandiri:
1. Kaji frekuensi dan pola 1. Membantu dalam membedakan
pernapasan, perhatikan adanya periode perputaran pernapasan normal
apnea dan perubahan frekwensi dari serangan apnetik sejati, terutama
jantung. sering terjadi pad gestasi minggu ke-
2. Isap jalan napas sesuai kebutuhan 30
3. Posisikan bayi pada abdomen 2. Menghilangkan mukus yang neyumbat
atau posisi telentang dengan jalan napas
gulungan popok dibawah bahu 3. Posisi ini memudahkan pernapasan
untuk menghasilkan hiperekstensi dan menurunkan episode apnea,
4. Tinjau ulang riwayat ibu terhadap khususnya bila ditemukan adanya
obat-obatan yang akan hipoksia, asidosis metabolik atau
memperberat depresi pernapasan hiperkapnea
pada bayi 4. Magnesium sulfat dan narkotik
menekan pusat pernapasan dan
Kolaborasi : aktifitas SSP
5. Berikan oksigen sesuai indikasi 5. Hipoksia, asidosis netabolik,
hiperkapnea, hipoglikemia,
hipokalsemia dan sepsis memperberat
serangan apnetik
6. Berikan obat-obatan yang sesuai 6. Perbaikan kadar oksigen dan
indikasi karbondioksida dapat meningkatkan
fungsi pernapasan
Intervensi Rasional
Mandiri : 1. Hipotermia membuat bayi cenderung
1. Kaji suhu dengan memeriksa merasa stres karena dingin, penggunaan
suhu rektal pada awalnya, simpanan lemak tidak dapat diperbaruai
selanjutnya periksa suhu aksila bila ada dan penurunan sensivitas untuk
atau gunakan alat termostat meningkatkan kadar CO2 atau penurunan
dengan dasar terbuka dan kadar O2.
penyebar hangat.
2. Tempatkan bayi pada inkubator 2. Mempertahankan lingkungan
atau dalam keadaan hangat. termonetral, membantu mencegah stres
karena dingin
3. Pantau sistem pengatur suhu , 3. Hipertermi dengan peningkatan laju
penyebar hangat (pertahankan metabolisme kebutuhan oksigen dan
batas atas pada 98,6°F, glukosa serta kehilangan air dapat terjadi
bergantung pada ukuran dan bila suhu lingkungan terlalu tinggi.
usia bayi)
4. Kaji haluaran dan berat jenis 4. Penurunan keluaran dan peningkatan
urine berat jenis urine dihubungkan dengan
penurunan perfusi ginjal selama periode
stres karena rasa dingin
5. Pantau penambahan berat 5. Ketidakadekuatan penambahan berat
badan berturut-turut. Bila badan meskipun masukan kalori adekuat
penambahan berat badan tidak dapat menandakan bahwa kalori
adekuat, tingkatkan suhu digunakan untuk mempertahankan suhu
lingkungan sesuai indikasi. lingkungan tubuh, sehingga memerlukan
peningkatan suhu lingkungan.
6. Perhatikan perkembangan 6. Tanda-tanda hip[ertermi ini dapat
takikardia, warna kemerahan, berlanjut pada kerusakan otak bila tidak
diaforesis, letargi, apnea atau teratasi.
aktifitas kejang.
Kolaborasi :
7. Pantau pemeriksaan 7. Membantu mencegah kejang berkenaan
laboratorium sesuai indikasi dengan perubahan fungsi SSP yang
(GDA, glukosa serum, disebabkan hipertermi
elektrolit dan kadar bilirubin) 8. Memperbaiki asidosis yang dapat terjadi
8. Berikan obat-obat sesuai pada hiportemia dan hipertermia
dengan indikasi : fenobarbital
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Kaji maturitas refleks berkenaan 1. Menentukan metode pemberian makan
dengan pemberian makan yang tepat untuk bayi
(misalnya : mengisap, menelan,
dan batuk)
2. Auskultasi adanya bising usus, 2. Pemberian makan pertama bayi stabil
kaji status fisik dan statuys memiliki peristaltik dapat dimulai 6-12
pernapasan jam setelah kelahiran. Bila distres
pernapasan ada cairan parenteral di
indikasikan dan cairan peroral haru s
ditunda
3. Kaji berat badan dengan 3. Mengidentifikasikan adanya resiko
menimbang berat badan setiap derajat dan resiko terhadap pola
hari, kemudian dokumentasikan pertumbuhan.
pada grafik pertumbuhan bayi 4. Memberikan informasi tentang
4. Pantau masuka dan dan masukan aktual dalam hubungannya
pengeluaran. Hitung konsumsi dengan perkiraan kebutuhan untuk
kalori dan elektrolit setiap hari digunakan dalam penyesuaian diet.
5. Kaji tingkat hidrasi, perhatikan 5. Pemberian cairan intravena mungkin
fontanel, turgor kulit, berat jenis diperlukan untuk memenuhi
urine, kondisi membran mukosa, peningkatan kebutuhan, tetapi harus
fruktuasi berat badan. dengan hati-hati ditangani untuk
menghindari kelebihan cairan
6. Kaji tanda-tanda hipoglikemia; 6. hipoglikemia secara bermakna
takipnea dan pernapasan tidak meningkatkan mobilitas mortalitas serta
teratur, apnea, letargi, fruktuasi efek berat yang lama bergantung pada
suhu, dan diaphoresis. Pemberian durasi masing-masing episode.
makan buruk, gugup, menangis,
nada tinggi, gemetar, mata
terbalik, dan aktifitas kejang.
Kolaborasi : Kolaborasi :
7. Pantau pemeriksaan laboratorium 7. Mendeteksi perubahan fungsi ginjal
sesuai indikasi : Glukas serum. berhubungan dengan penurunan
Nitrogen urea darah, kreatin, simpanan nutrien dan kadar cairan
osmolalitas serum/urine, akibat malnutrisi.
elektrolit urine. 8. Ketidakstabilan metabolik pada bayi
8. Berikan suplemen elektrolit SGA/LGA dapat memerlukan suplemen
sesuai indikasi misalnya kalsium untuk mempertahankan homeostasis.
glukonat 10%
Intervensi Rasional
Mandiri : 1. Untuk mengetahui lebih dini adanya
1. Kaji adanya tanda – tanda-tanda terjadinya infeksi
tanda infeksi
2. Lakukan isolasi bayi lain yang 2. Tindakan yang dilakukan untuk
menderita infeksi sesuai meminimalkan terjadinya infeksi yang
kebijakan insitusi lebih luas
3. Sebelum dan setelah menangani 3. Untuk mencegah terjadinya infeksi
bayi, lakukan pencucian tangan
4. Yakinkan semua peralatan yang 4. Untuk mencegah terjadinya infeksi
kontak dengan bayi bersih dan
steril
5. Cegah personal yang mengalami 5. Untuk mencegah terjadinya infeksi
infeksi menular untuk tidak yang berlanjut pada bayi
kontak langsung dengan bayi.
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Bandingkan masukan dan 1. Pengeluaran harus 1-3 ml/kg/jam,
pengeluaran urine setiap shift dan sementara kebutuhan terapi cairan kira-
keseimbangan kumulatif setiap kira 80-100 ml/kg/hari pada hari
periodik 24 jam pertama, meningkat sampai 120-140
ml/kg/hari pada hari ketiga postpartum.
2. Pantau berat jenis urine setiap 2. Meskipun imaturitas ginjal dan
selesai berkemih atau setiap 2-4 ketidaknyamanan untuk
jam dengan menginspirasi urine mengonsentrasikan urine biasanya
dari popok bayi bila bayi tidak mengakibatkan berat jenis yang rendah
tahan dengan kantong penampung pada bayi preterm (rentang
urine. normal1,006-1,013). Kadar yang rendah
menandakan volume cairan berlebihan
dan kadar lebih besar dari 1,013
menandakan ketidakmampuan masukan
cairan dan dehidrasi.
3. Evaluasi turgor kulit, membran 3. Kehilangan atau perpindahan cairan
mukosa, dan keadaan fontanel yang minimal dapat dengan cepat
anterior. menimbulkan dehidrasi, terlihat oleh
turgor kulit yang buruk, membran
mukosa kering, dan fontanel cekung.
4. Pantau tekanan darah, nadi, dan 4. Kehilangan 25% volume darah
tekanan arterial rata-rata (TAR) mengakibatakan syok dengan TAR < 25
Kolaborasi : mmHg menandakan hipotensi.
5. Pantau pemeriksaan laboratorium 5. Dehidrasi meningkatkan kadar Ht diatas
sesuai dengan indikasi Ht normal 45-53% kalium serum
6. Berikan infus parenteral dalam 6. Hipoglikemia dapat terjadi karena
jumlah lebih besar dari 180 ml/kg, kehilangan melalui selang nasogastrik
khususnya pada PDA, displasia diare atau muntah.
bronkopulmonal (BPD), atau
entero coltis nekrotisan (NEC)
7. Berikan tranfusi darah. 7. Penggantian cairan darah menambah
volume darah, membantu
mengenbalikan vasokonstriksi.
Mungkin perlu untuk mempertahankan
kadar Ht/Hb optimal dan menggantikan
kehilangan darah.
6. Resiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan kelembaban
kulit.
Tujuan: bayi mempertahanmkan integritas kulit.
Kriteria hasil:
Kulit tetap bersih dan utuh.
Intervensi Rasional
1. Observasi tekstur dan warna kulit. 1. Untuk mengetahui adanya kelainan
pada kulit secara dini
2. Jaga kebersihan kulit bayi. 2. Meminimalkan kontak kulit bayi
dengan zat-zat yang dapat merusak
kulit pada bayi
3. Ganti pakaian setiap basah. 3. Untuk meminimalisir terjadinya iritasi
pada kulit bayi
4. Lakukan mobilisasi tiap 2 jam. 4. Untuk mencegah kerusakan kulit pada
bayi
DAFTAR PUSTAKA