Anda di halaman 1dari 18

Nama : Hera Dwi Suryandari

No UKG : 201900495703
Prodi PPG : Manajemen Perkantoran

LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi

Masalah
terpilih yang Akar Penyebab
No Eksplorasi alternatif solusi Analisis alternatif solusi
akan masalah
diselesaikan
1 Rendahnya Peserta didik kurang Kajian Literatur Berdasarkan hasil eksplorasi alternatif solusi dari kajian
hasil belajar memahami konsep 1. Model problem-based learning literatur dan wawancara diperoleh hasil solusi alternatif
peserta didik materi Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagai berikut:
dalam mata pembelajaran. implementasi Model Pembelajaran
pelajaran Problem Based Learning dapat Menggunakan model pembelajaran PBL karena Pemecahan
Produk Kreatif meningkatkan Hasil Belajar peserta masalah merupakan teknik yang bagus untuk lebih memahami isi
didik (Halid, 2021; Arifin, 2016) pelajaran. Kondisi seperti ini akan memberikan kontribusi yang
dan
Kewirausahaan cukup berarti untuk membantu siswa yang kesulitan dalam
kelas XII mempelajari konsep-konsep belajar, yang pada akhirnya setiap
OTKP. siswa dalam kelas dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.

1. Model problem-based learning dilakukan dengan adanya pemberian


rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan
pemecahan masalah oleh peserta didik yang diharapkan dapat
menambah keterampilan peserta didik dalam pencapaian materi
pembelajaran (Arifin, 2016).

Langkah-langkah Penerapan Problem Based Learning


(PBL)
Pembelajaran berbasis masalah terdiri dari 5 langkah utama
yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan
suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan
analisis hasil kerja siswa. Kelima langkah tersebut dijelaskan
sebagai berikut ini. (Arifin, 2016)
 Mengorientasikan siswa pada masalah
 Mengorganisasikan siswa untuk belajar
 Membimbing penyelidikan individual maupun
kelompok
 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
 Menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian
masalah
Keunggulan-keunggulan PBL dalam pembelajaran (Wina
Sandjaya, 2008) yaitu:
 Pemecahan masalah merupakan tehnik yang bagus
untuk lebih memahami isi pelajaran.
 Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan
siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan
pengetahuan baru bagi siswa.
 Dapat meningkatkan aktivitasiswa.
 Dapat membantu siswa bagaimana mentransfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah
dalam kehidupan nyata.
 Dapat membantu siswa untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam
pembelajaran yang mereka lakukan.
 Bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap
mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara
berpikir dan merupakan sesuatu yang harus
dimengerti oleh siswa bukan hanya belajar dari guru
atau dari buku-buku saja.

Dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.

Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan
mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan
baru.
 Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki
dalam dunia nyata.
Kelemahan pembelajaran Problem Based Learning
adalah :
 Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak
mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan
merasa enggan untuk mencoba.
 Membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
 Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk
memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka
mereka tidak akan belajar apa yang mereka inginkan
2. Discovery Learning Berdasarkan hasil eksplorasi alternatif solusi dari kajian
 Bahwa penerapan model literatur dan wawancara diperoleh hasil solusi alternatif
pembelajaran Discovery sebagai berikut:
Learning dapat berhasil
meningkatkan hasil belajar Discovey learning merupakan sebuah model pembelajaran yang
mengharapkan peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran dan
siswa. (Nurhasni, 2020; mengajarkan peserta didik untuk mandiri. (Nurhasni, 2020)
Cardina, 2019)
Langkah persiapan model discovery learning
a) Menentukan tujuan pembelajaran.
Wawancara
b) Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik.
1. Kepala Sekolah
c) Memilih materi pelajaran.
Hasil wawancara dengan Bapak d) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik
Kurniawan Hery S.,S.Pd selaku secara induktif.
kepala sekolah, sebagai beriku: e) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-
 Minat dan semangat siswa contoh, ilustrasi, tugas, dan sebagainya untuk dipelajari peserta
yang manaa ini bisa didik.
ditubuhkan
 Metode yang digunakan oleh Hosnan (2014) mengemukakan beberapa kelebihan dari model
guru agar pembelajaran discovery learning yakni sebagai berikut
menarik dan siswa  Membantu peserta didik untuk memperbaiki dan
bersemangat dan berkesan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses
dengan apa yang diberikan kognitif.
oleh guru  Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi
 Guru sebaiknya melakukan dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer.
refleksi terhadap proses  Dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
pembelajaran, dan kemudian memecahkan masalah.
memperbaiki metode  Membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya,
pembelajaran karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang
lain.
2. Pakar (Asesor dan KaProli
 Mendorong keterlibatan keaktifan peserta didik.
OTKP)
Hasil wawancara dengan Ibu Ratri  Mendorong peserta didik berpikir intuisi dan merumuskan
.,S.Pd selaku Asesor dan KaProli hipotesis sendiri.
sebagai berikut:  Peserta didik aktif dalam kegiatan belajar mengajar, karena ia
berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil
Karena untuk meningkatkan hasil akhir.
belajar didukung dengan metode Kekurangan dari model discovery learning yaitu
yang digunakan oleh guru agar  Menyita banyak waktu karena guru dituntut mengubah
peserta didik yang kurang kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi
berminat atau tidak bersemangat menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing.
menjadi terbangkitkan minatnya.  Kemampuan berpikir rasional peserta didik ada yang masih
Jadi sebenarnya guru adalah terbatas.
fasilitator bagaimana  Tidak semua peserta didik dapat mengikuti pelajaran dengan
menumbuhkan minat siswa untuk cara ini.
membaca. Kalau keduanya lemah,
maka minat baca tidak akan
meningkat.

3. Wakil Kepala Sekolah


Bidang Kurikulum
Hasil wawancara dengan Ibu
Mitri Sulasmi.,S.Pd selaku Waka
Kurikulum sebagai berikut :
 Pembelajaran ini efektif untuk
meningkatkan kemampuan
peserta didik dalam
memecahkan masalah
 Model pembelajaran in selain
meningkatkan kemampuan
kognitif, juga meningkatkan
kemampuan afektif dan
psikomotor, karena aktif dalam
kegiatan belajar mengajar,
karena ia berpikir dan
menggunakan kemampuan
untuk menemukan hasil akhir.

Masalah
terpilih yang Akar Penyebab
No Eksplorasi alternatif solusi Analisis alternatif solusi
akan masalah
diselesaikan
2 Rendahnya Peserta didik kurang Kajian Literatur: Berdasarkan hasil eksplorasi alternatif solusi dari kajian
kemandirian berinisatif dalam 1. Flipped classroom literatur dan wawancara diperoleh hasil solusi alternatif
belajar peserta belajar mandiri.  Penerapan Flipped classroom sebagai berikut:
didik pada model dapat meningkatkan
mata pelajaran kemandirian belajar peserta didik, Flipped classroom diungkapkan oleh Strayer (2012:171) bahwa flipped
sehingga peserta didik tidak terus classroom yaitu terbalik (atau membalik) kelas adalah jenis tertentu dari
PKK XI desain blended learning yang menggunakan teknologi untuk
bergantung pada orang lain.
OTKP. (Cardina, 2019 :Mulyati, 2022) pembelajaran di luar kelas dan melakukan kegiatan belajar dikelas
dengan melatih pemahaman materi.

Terdapat dua langkah dalam melaksanakan flipped classroom model


menurut Bregmann dan Sams (2012:35) yaitu :
1) Membuat atau menyiapkan video yang akan
diberikan kepada peserta didik untuk dipelajari di rumah.
2) Kegiatan di kelas untuk mengonfirmasi apa yang
telah dipelajari peserta didik di rumah.
Langkah – langkah yang digunakan dalam menerapkan flipped
classroom yaitu: peserta didik diminta menonton video pembelajaran
atau media lainnya pada pembelajaran sebelumnya dirumah, langkah
selanjutnya saat di kelas peserta didik melakukan kegiatan seperti diskusi
atau mengerjakan tugas, menerapkan kemampuan dalam proyek ataupun
simulasi lainnya, kegiatan selanjutnya yaitu mengukur pemahaman
peserta didik seperti mengadakan kuis, tanya jawab dan sebagainya
(Adhitiya, 2015:117).

Kelebihan flipped classroom menurut Bregmann dan Sams (2012:20)


yaitu :
a) Penyampaian materi pelajaran menggunakan bahasa
peserta didik jaman sekarang.
b) Flipped classroom membantu peserta didik yang sibuk.
c) Membantu peserta didik yang sedang berjuang.
d) Membantu semua peserta didik dengan kemampuan
apapun menjadi unggul.
e) Memungkinkan peserta didik mengulang materi yang
dipelajari.
f) Memungkinkan guru memahami peserta didiknya dengan
lebih baik.
g) Meningkatkan interaksi peserta didik.
h) Memungkinkan diferensiasi yang nyata.
i) Flipped classroom mengubah pengaturan kelas.
j) Mengubah cara untuk berkomunikasi kepada orang tua
peserta didik.
k) Membantu mengedukasi orang tua peserta didik.
l) Membuat kelas menjadi transparan.

Kekurangan dari model pembelajaran flipped classroom


Adhitiya (2015:124), yaitu:
a) Untuk menonton video, setidaknya diperlukan sarana
yang memadai, baik komputer, laptop maupun
handphone. Hal ini akan menyulitkan peserta didik yang
tidak memiliki sarana tersebut.
b) Diperlukan koneksi internet yang lumayan bagus untuk
mengakses video. Terutama apabila filenya berukuran
besar, maka akan membutuhkan waktu yang cukup lama
untuk membuka atau mengunduhnya. Ada cukup banyak
peserta didik yang gaptek sehingga mereka memerlukan
waktu yang lebih untuk mengakses video tersebut.
c) Peserta didik mungkin perlu banyak penopang untuk
memastikan mereka memahami materi yang disampaikan
dalam video.
Kajian Literatur Berdasarkan hasil eksplorasi alternatif solusi dari kajian
2. Model problem-based learning literatur dan wawancara diperoleh hasil solusi alternatif
berbantuan media Quizizz, sebagai berikut:
 Penggunaan Model problem-
based learning berbantuan Model problem-based learning dilakukan dengan adanya pemberian
media Quizizz dalam rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan
pemecahan masalah oleh peserta didik yang diharapkan dapat menambah
pembelajaran dapat keterampilan peserta didik dalam pencapaian materi pembelajaran
meningkatkan kemandirian (Arifin, 2016).
belajar siswa. (Aulia dkk,
2019; Arifin, 2016) Langkah-langkah Penerapan Problem Based Learning
(PBL)
Pembelajaran berbasis masalah terdiri dari 5 langkah utama
Wawancara
yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan
1. Kepala Sekolah
Hasil wawancara dengan Bapak suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan
Kurniawan Hery S.,S.Pd selaku analisis hasil kerja siswa. Kelima langkah tersebut dijelaskan
kepala sekolah, sebagai beriku: sebagai berikut ini. (Ibrahim, 2003: 13)
 Media pembelajaran ini bisa  Mengorientasikan siswa pada masalah
diakses dimana saja selamaa  Mengorganisasikan siswa untuk belajar
koneksi internet jadi tidak
terbatas raung dan waktunya.
 Membimbing penyelidikan individual maupun
 Untuk peserta didik yang kelompok
mempunyai keterbatasan dalam  Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
sarana dan prasarana tidak  Menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian
memadai tentu aka kesulitan
mengaksesnya. masalah

2. Pakar (Asesor dan KaProli Keunggulan-keunggulan PBL dalam pembelajaran (Wina


OTKP) Sandjaya, 2008: 220-221) yaitu:
Hasil wawancara dengan Ibu  Pemecahan masalah merupakan tehnik yang bagus
Ratri .,S.Pd selaku Asesor dan untuk lebih memahami isi pelajaran.
KaProli sebagai berikut:
 Model ini sangat fleksibel dan  Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan
peserta didik dapat mengakses siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan
modul dan latihan soal dengan pengetahuan baru bagi siswa.
mudah karena dilakukan secara
 Dapat meningkatkan aktivitasiswa.
online.
 Perlu adanya pengawasan dan  Dapat membantu siswa bagaimana mentransfer
dorongan yang lebih untuk pengetahuan mereka untuk memahami masalah
membuat peserta didik semangat dalam kehidupan nyata.
dalam mengakses modul dan
berlatih soal.  Dapat membantu siswa untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam
3. Wakil Kepala Sekolah Bidang pembelajaran yang mereka lakukan.
Kurikulum  Bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap
Hasil wawancara dengan Ibu Mitri mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara
Sulasmi.,S.Pd selaku Waka
Kurikulum sebagai berikut : berpikir dan merupakan sesuatu yang harus
 Model ini dapat menumbuhkan dimengerti oleh siswa bukan hanya belajar dari guru
rasa tanggung jawab dan sikap atau dari buku-buku saja.
jujur dalam pembelajaran.  Dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
 Peserta didik jadi paham isi
pelajaran yang relevan dengan  Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
masalah disekitarnya. berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan
mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan
baru.
 Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki
dalam dunia nyata.
Kelemahan pembelajaran Problem Based Learning
adalah :
 Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak
mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan
merasa enggan untuk mencoba.
 Membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
 Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk
memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka
mereka tidak akan belajar apa yang mereka inginkan.
Masalah
terpilih yang Akar Penyebab
No Eksplorasi alternatif solusi Analisis alternatif solusi
akan masalah
diselesaikan
3 Rendahnya Kurangnya minta Kajian Literatur Berdasarkan hasil eksplorasi alternatif solusi dari kajian
motivasi peserta didik dalam 1. Course Review Horay literatur dan wawancara diperoleh hasil solusi alternatif
belajar peserta proses pembelajaran.  Model pembelajaran Course sebagai berikut:
didik pada Model pembelajaran Course
mata pelajaran Review Horay dapat Course Review Horay
PKK XII meningkatkan motivasi siswa
Pada pembelajaran Course Review Horay proses belajar banyak
OTKP. dalam kegiatan belajar, terpusat pada siswa dan lebih semarak kondisi didalam kelas. Hal ini
(Prayitno, 2021;Supardi dkk, akan memberikan kontribusi yang cukup berarti untuk membantu siswa
2014) lebih semangat dalam pembelajaran, yang pada akhirnya setiap siswa
dalam kelas dapat termotivasi dalam belajarnya.

Menurut jurnal kependidikan dasar Volume 1 No. 2 Februari


2011, pembelajaran Course Review Horay merupakan salah
satu pembelajran kooperatif yaitu kegiatan belajar mengajar
dengan cara pengelompokkan siswa kedalam kelompok-
kelompok kecil. Course Review Horay merupakan suatu
pembelajaran pengujian terhadap pemahaman konsep siswa
menggunakan kotak yang diisi dengan soal dan diberi nomor
untuk menuliskan jawabanya.
Langkah-langkah pembelajaran yang bisa dilakukan oleh guru sebagai
berikut : Suprijono (2009: 129)
 Guru Menyampaikan Kompetensi yang akan dicapai
 Guru menyajikan materi pembelajaran
 Melakukan tanya jawab untuk pemantapan
 Guru membagi siswa menjadi kelompok kecil
 Guru membagikan lembar jawab Course Review Horay
 Guru mengambil nomor soal secara acak dan
membacakan soal tersebut, lalu diinstruksikan untuk
didiskusikan oleh siswa.
 Guru akan meminta salah satu anggota tiap kelompok
untuk membacakan hasil jawaban yang telah
didiskusikan oleh kelompoknya.
 Apabila jawabannya benar diisi dengan tanda betul (√)
sedangkan bila salah dengan tanda silang (X).
 Guru membacakan pertanyaan sampai semua tabel
(kotak) terisi dengan jawaban.
 Kelompok yang sudah mendapatkan tanda betul (√)
yang membentuk
 garis secara vertical, horizontal atau diagonal
meneriakkan hore atau yel-yel lainnya.
 Nilai kelompok dihitung dari jawaban benar dan jumlah
horay yang diperoleh.
 Penutup dari model ini adalah penyimpulan dan
evaluasi, serta refleksi.

Kelebihan
Pembelajaran dengan model Course Review Horay juga melatih siswa
untuk mencapai tujuan-tujuan hubungan sosial yang pada akhirnya
mempengaruhi minat siswa. Pembelajaran Course Review Horay dapat
menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena
setiap siswa yang dapat menjawab benar maka berteriak “Hore” atau
dengan yel-yel lainnya yang disukai. Pada pembelajaran Course Review
Horay proses belajar banyak terpusat pada siswa dan lebih semarak
kondisi didalam kelas. Hal ini akan memberikan kontribusi yang cukup
berarti untuk membantu siswa lebih semangat dalam pembelajaran, yang
pada akhirnya setiap siswa dalam kelas dapat termotivasi dalam
belajarnya.
Kelamahan
Metode pembelajaran Course Review Horay juga memiliki kelemahan
yaitu (1) Siswa aktif dan pasif mendapatkan nilai yang disamakan,
sehingga tidak dapat diketahui tingkat pemahaman materi dari masing-
masing siswa, (2) Adanya peluang untuk curang. Keadaan ini disebabkan
karena tanda benar terhadap soal, ditandai sendiri dikotak jawaban siswa,
(3) Dapat mengakibatkan suasana kelas yang cenderung tidak kondusif.
Keadaan ini disebabkan karena suara siswa yang terlalu kuat dan
bermain-main dalam mengucapkan yel-yel horay.
2. Think-Pair-Share Berdasarkan hasil eksplorasi alternatif solusi dari kajian
 Penerapan Metode literatur dan wawancara diperoleh hasil solusi alternatif
Pembelajaran Kooperatif sebagai berikut:
Teknik Think Pair Share (TPS)
dapat meningkatkan Motivasi Think-Pair-Share
Belajar (Kurniawan, Pembelajaran
2012; Think-Pair-Share merupakan metode
Laksena, 2013) pembelajaran kooperatif. Pendekatan ini memberikan
penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Teknik
1. Kepala Sekolah: bertukar pasangan ini memberi siswa kesempatan untuk
Hasil wawancara dengan Bapak bekerja sama dengan orang lain. Teknik ini biasa digunakan
Kurniawan Hery S.,S.Pd selaku
pada mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak
kepala sekolah, sebagai beriku:
didik.
Sering kali memang dihadapkan
Tahap Pelaksanaan Metode Pembelajaran Think-Pair-
pada rendahnya motivasi belajar
Share
siswa, salah satu alternatif solusi Sebagai contoh, guru baru saja menyajikan suatu topik atau siswa baru
yaitu penerapan metode saja selesai membaca suatu tugas. Selanjutnya, guru meminta siswa
pembelajaran inovatif dengan untuk memikirkan permasalahan yang ada topik atau bacaan tersebut
melihat karakteristik dan minat dengan serius. Tahap-tahap dalam pembelajaran Think-Pair-Share
siswa. Sekarang banyak referensi menurut Lyman dalam Nurhadi (2005:120) adalah thinking (berpikir),
pairing (berpasangan), dan sharing (berbagi).
terkait metode pembelajaran
inovatif, tapi akan lebih baik lagi Berfikir (thinking) merupakan tahapan dimana guru memberikan
apabila langsung fokus pada pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa
praktek siswa, sehingga akan diminta untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan atau isu secara
lebih menarik. mandiri. Biasanya guru memberikan waktu satu menit untuk siswa
berfikir mandiri.
Penerapan metode pembelajaran Berpasangan (Pairing) merupakan tahapan dimana guru meminta siswa
CRH dan TPS dibantu dengan untuk berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa
media pembelajaran yang menarik yang telah dipikirkan pada langkah pertama. Interaksi pada tahap ini
dan berfariasi akan meningkatkan diharapkan dapat dapat menghasilkan jawaban bersama jika pertanyaan
telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika suatu pertanyaan
dorongan maupun motivasi dalam khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru memberikan waktu 4-5 menit
belajar. Dan juga dapat disisipi untuk berpasangan.
denan Ice Brraking Berbagi (Sharing) merupakan tahapan dimana guru meminta pasangan-
pasangan siswa tersebut untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas
2. Pakar (Asesor dan KaProli secara keseluruhan mengenai apa yang telah didiskusikan. Langkah ini
OTKP) dilakukan dengan cara bergantian pasangan demi pasangan dan
Hasil wawancara dengan Ibu dilanjutkan sampai beberapa siswa telah mendapatkan kesempatan untuk
Ratri .,S.Pd selaku Asesor dan melaporkan, paling tidak sekitar seperempat pasangan, tetapi disesuaikan
dengan waktu yang tersedia. Pada langkah ini akan menjadi efektif
KaProli sebagai berikut:
apabila guru berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke pasangan yang
Sebetulnya banyak solusi lain (Nurhadi, 2005:120).
alternatif yang dapat ditawarkan
untuk menyembuhkan persoalan Kelebihan
rendahnya motivasi siswa.  Meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran
Berberapa diantaranya dengan  Cocok digunakan untuk tugas yang sederhana
menerapkan metode pembelajaran  Memberikan lebih banyak kesempatan untuk
yang bervariasi, memanfaatkan kontribusi masing- masing anggota kelompok
media pembelajaran yang menarik  Interaksi antar pasangan lebih mudah
serta penyampaian materi yang
 Lebih mudah dan cepat dalam membentuk
mudah dipahami siswa.
kelompoknya
3. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kekurangan
Kurikulum  Lebih banyak kelompok yang akan melapor dan
Hasil wawancara dengan Ibu Mitri perlu dimonitor.
Sulasmi.,S.Pd selaku Waka  Lebih sedikit ide yang muncul
Kurikulum sebagai berikut :  Jika masalah tidak ada penengah
 Model ini menyenangkan dan .( Laksena, 2013)
menarik minat siswa karena
dengan suasana yg meriah siswa
jadi tertarik dengan proses
pembelajaran
 Perlu diperhatikan juga kontrol
kondisi agar tidak kebalabasan,
sehingga anak tidak hanya
berfikir tetang gamenya saja.
3.

Masalah
terpilih yang Akar Penyebab
No Eksplorasi alternatif solusi Analisis alternatif solusi
akan masalah
diselesaikan
4 Rendahnya Peserta didik kurang Kajian Literatur: Berdasarkan hasil eksplorasi alternatif solusi dari kajian
keaktifan belajar percaya diri dalam 1. Snowball Throwing literatur dan wawancara diperoleh hasil solusi alternatif
peserta didik
dalam mata
menyampaikan Pembelajaran Snowball Throwing sebagai berikut:
pendapat/jawaban/pert dapat meningkatkan keaktifan serta
pelajaran Produk hasil belajar siswa. (Nugroho: 2020,
Kreatif dan anyaan Dalam konteks pembelajaran, Snowball Throwing diterapkan dengan
Alfianinda;2016) melempar segumpulan kertas untuk menunjuk siswa yang diharuskan
Kewirausahaan
kelas XI OTKP. menjawab soal dari guru. Strategi ini digunakan untuk memberikan
konsep pemahaman materi yang sulit kepada siswa serta dapat juga
digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan
siswa dalam materi tersebut.
1. Kelebihan ST
a. Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa seperti
bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain.
b. Siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
berpikir karena diberi kesempatan untuk membuat soal dan
diberikan pada siswa lain.
c. Membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa
tidak tahu soal yang dibuat temannya seperti apa.
d. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.
e. Pendidik tidak terlalu repot membuat media karena siswa terjun
langsung dalam praktek.
f. Pembelajaran menjadi lebih efektif.
1. Kekurangan strategi ini adalah karena pengetahuan yang
diberikan tidak terlalu luas dan hanya berkisar pada apa yang telah
diketahui siswa. Sering kali, strategi ini berpotensi mengacaukan
suasana daripada mengefektifkannya.
2. Time token arends Berdasarkan hasil eksplorasi alternatif solusi dari kajian
Time token arends metode pembelajaran
literatur dan wawancara diperoleh hasil solusi alternatif
yang dapat digunakan untuk sebagai berikut:
meningkatkan kepercayaan diri peserta 2. Time token arends
Time token arends merupakan sebuah alternatif metode pembelajaran
didik dalam berpendapat dan
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepercayaan diri peserta
mengurangi dominasi keaktifan peserta didik dalam berpendapat dan mengurangi dominasi keaktifan
didik tertentu agar tercipata proses peserta didik tertentu agar tercipata proses belajar interaktif dan
belajar interaktif dan critical thinking critical thinking bagi peserta didik. (Mukrimaa dalam Lestari 2022)
bagi peserta didik. (Lestari 2022;
Widiatmoko 2020) Memiliki beberapa kelebihan yang dapat membantu guru mengelola
proses pembelajaran di kelas. Kelebihan metode TTA adalah:
Wawancara a) Mendorong peserta didik untuk meningkatkan peran
pastisipasi dan inisiatif.
1. Kepala Sekolah:
Hasil wawancara dengan Bapak
b) Peserta didik tidak mendominasi pembicaraan.
Kurniawan Hery S.,S.Pd selaku c) Peserta didik menjadi aktif dalam pembelajaran
kepala sekolah, sebagai beriku: d) Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
berkomunikasi (aspek keaktifan oral)
2. Pakar (Asesor dan KaProli e) Melatih peserta didik untuk berani berpendapat.
OTKP) f) Menumbuhkan kebiasaan pada peserta didik untuk saling
Keaktifan siswa dapat ditumbuhkan mendengarkan, berbagi masukan, memberikan saran, dan
dengan menggunakan model pembelajaran keterbukaan terhadap kritik.
yang menarik minat dan menantang siswa. g) Mengajarkan peserta didik untuk menghargai pendapat
Berikan hal baru dalam pembelajaran, orang lain.
sedikit pertanyaan pengantar, ice breaking
h) Guru dapat berperan untuk mengajak peserta didik
dan selalu buka sesi tanya jawab (Diskusi)
mencari solusi bersama terhadap permaalahan yang
ditemui.
3. Wakil Kepala Sekolah Bidang
i) Tidak memerlukan banyak media pembelajaran.
Kurikulum
Hasil wawancara dengan Ibu Mitri Adapun beberapa kelemahan dari metode pembelajaran TTA ini adalah
Sulasmi.,S.Pd selaku Waka :
Kurikulum sebagai berikut : a) Hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja.
b) Tidak bisa digunakan pada kelas yang memiliki jumlah
Pembelajaran yang lebih asik,
pemerataan dalam berkomunikasi peserta didik yang banyak.
dan juga adanya kritik pendapat c) Memerlukan banyak waktu serta persiapan proses
dari teman menjadi lebih hidup lagi pembelajaran, agar dapat berjalan lancar.
d) Peserta didik yang memiliki kemampuan berpendapat
4. Siswa akan memiliki batasan untuk speak up dalam proses
diskusi.
Siswa menginginkan pembelajar
yang merata dalam menyampaikan
pendapat, jadi tidak anak yang
sama terus yang menjawab. Selain
itu meraka juga berharap tidak ada
yang membully saat mera
berpendapat.

Sumber:
Adhitiya, E. N., A. Prabowo, R. Arifuddin. (2015). Studi Komparasi Model Pembelajaran Traditional Flipped Classroom dengan Peer
Instruction Flipped terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah. UNNES Journal of Mathematics Education, 4 (2), 1-11
Alfianind, Izmia Noor 2016. Efektivitas Penggunaan Metode Snowball Throwing dan Snowball Drilling Terhadap Hasil Belajar Geografi
Ditinjau Dari Keaktifan Belajar Peserta Didik Kelas X SMA Batik 1 Surakarta Tahun 2015/2016 (Pokok Bahasan: Menganalisis
Hubungan antara Manusia dengan Lingkungan sebagai Akibat dari Dinamika Hidrosfer)
Arifin, Ira (2016). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Matematika di Kelas XI A SMK Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi FKIP UNS.
Aulia, Lias Nur dkk (2019). Upaya peningkatan kemandirian belajar siswa dengan model problem-based learning berbantuan media
Quizizz. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 5 (1), 2019, 69-78
Bregmann, J. & Sams, A. (2012). Flip Your Classroom : Reach Every Student in Every Class Every Day. ISTE.ASCD
Cardina, Yindi (2019)” Peningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Prakarya Dan Kewirausahaan Melalui Pembelajaran
Snowball Throwing di SMK Batik Perbaik Purworejo” Skripsi FKIP UNS.
Halid,Sartin, (2021). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Pembelajaran
Produk Kreatif Dan Kewirausahaan Di SMK Negeri 1 Bulango Selatan. Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal Volume 08, (1), January
2022
Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Kurniawan, H & Istiningrum, A (2012).Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Teknik Think Pair Share Untuk Meningkatkan Motivasi
Belajar Akuntansi Kompetensi Dasar Menghitung Mutasi Dana Kas Kecil Siswa Kelas X Akuntansi 2 Smk Negeri 7 Yogyakarta Tahun
Ajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 1, Tahun 2012
Laksena, Fandy (2013).Efektivitas penerapan pembelajaran kooperatif tipe think pair share (tps) dalam meningkatkan motivasi belajar dan
hasil belajar siswa kelas xi pada pembelajaran chassis otomotif di SMK Bhinneka Karya Surakarta. Skripsi FKIP UNS
Lestari, Eka Setya Puji 2022.Upaya Peningkatan Keaktifan Dan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Administrasi Umum Dengan
Penerapan Metode Pembelajaran Time Token Arends Pada Peserta Didik Kelas X OTKP 1 SMK Batik 2 Surakarta Tahun Ajaran
2019/2020. Skripsi FKIP UNS
Nugroho, Andripa Cahya 2022. Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing dengan Media Permainan Uno untuk Meningkatkan
Keaktifan dan Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Pelajaran 2019/2020. Jurnal Ilmu
Pendidikan dan Psikologi. Vol. 2 No. 1
Nurhasni, (2021).Upaya Meningkatkan Critical Thinking Dan Hasil Belajar Logika Matematika Melalui Model Discovery Learning Untuk
Siswa Smk Negeri 3 Sungai Penuh. Jurnal Ilmu Pendidikan dan Psikologi. Vol. 2 No. 1 Maret 2022 e-ISSN : 2797-3344 P-ISSN :
2797-3336
Prayitno,Anton (2021) Model Pembelajaran Course Review Horay Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Pengaruhnya Terhadap Hasil
Belajar Produk Kreatif Dan Kewirausahaan. Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi) Vol. 2 No. 12
Strayer, J.F. (2012). How Learning In An Inverted Classroom Influences Cooperation, Innovation And Task Orientation. Learning Environ
Res, 15 (1), 171-193.
Supriadi, dkk (2014). Meningkatkan Motivasi Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Course Review Horay (Crh) Kompetensi
Dasar Sistem Politik Indonesia Kelas X-Rpl2 SMK Negeri 4 Banjarmasin. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan : Volume 4, Nomor 7
Tri Mulyati, Tri (2022)”Pengaruh Model Pembelajaran Blended Learning Dengan Strategi Flipped ClassroomTerhadap Kemandirian Dan
Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Simulasi Digital Siswa Kelas X Di SMK Negeri 1 Gondang” Skripsi FKIP UNS.
Widiatmoko, Irkham Henry.2020. Penggunaan Teknik Pembelajaran Time Token pada Mata Pelajaran Sejarah Indonesia dengan Media
Kupon Berbicara untuk Meningkatkan Keaktifan dan Kepercayaan Diri Peserta Didik pada Kelas X IPS 3 SMA Negeri 2 Boyolali
Tahun Pelajaran 2019/2020. Skripsi FKIP UNS
Amalia, A.R dan Sitompul, D.N. 2021. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Di Smk Pustek
Serpong Dalam Mata Akuntansi Dasar Kelas X Tahun Pelajaran 2020/2021, Jurnal Pendidikan Penelitian dan Pengajaran, Vol 2, No 3,
http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/JPPG/article/view/7448

Sukirman dan Solikin, M. 2020. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar
Peserta Didik. Jurnal Pendidikan Vokasi Otomotif, Vol 2, Nomor 2, hal 49 – 60

Anda mungkin juga menyukai