Anda di halaman 1dari 29

-

STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 1-3 TAHUN DI POSYANDU MAWAR DESA GUMULAN KLATEN TENGAH

Proposal Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan

Oleh Danika Kurniastuti NIM.254.005

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN 2011

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Badan pusat statistik Indonesia pada tahun 2000 melaporkan bahwa data statistik penduduk dari 206,2 juta terdapat 27,8 juta anak(Hasan, 2002). Menurut BKKBN tahun 2007 saat ini jumlah balita ditanah air mencapai 17 % dengan laju pertumbuhan penduduk 2,7% pertahun. Dari perkembangan tersebut didapat peningkatan 7% dari tahun sebelumnya yang akan mempengaruhi perkembangan anak (Sumekto, 2008) Setiap tahapan perkembangan anak adalah masa penting. Setiap anak memiliki tahapan yang berbeda-beda. Perlu ketelitian dari orang tua untuk mendorong anak agar mencapai puncak perkembangan yang optimal. Seorang anak memang butuh pengalaman dalam melakukan penemuan sendiri untuk mengoptimalkan momen pembelajarannya. Namun, orang tua juga harus menemani anak agar bisa menciptakan perkembangan yang optimal bersama anak yang dibutuhkan dalam perkembangannya. Terutama di periode emas kehidupan anak. Menurut Hermawan(2002), psikolog dan direktur lembaga psikologi daya insan, tahun pertama hingga ketiga usia anak merupakan periode emas kehidupan untuk tumbuh dan berkembang. Pada usia tersebut, anak sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan secara optimal. Perkembangan anak meliputi perkembangan kognitif dan

psikososial, Perkembangan kognitif serta emosi pada usia dini merupakan pondasi untuk pertumbuhan anak. Salah satu peran orang tua adalah menyediakan nutrisi yang lengkap dan seimbang, sehingga membantu anak mencapai perkembangan mental dan kognitif yang optimal. Status gizi anak merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang tua. Orang tua perlu memberikan gizi yang seimbang untuk pertumbuhan anak. Karena kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan perkembangan dan pertumbuhan. Data tahun 2007 memperlihatkan 4 juta balita Indonesia kekurangan gizi, 700 ribu diantaranya mengalami gizi buruk. Parameter Pertumbuhan anak dapat diketahui dari pertumbuhan ukuran tubuh diantaranya Tinggi Badan, Berat Badan, Lingkar Kepala, Lingkar Lengan dan Lingkar Dada. Sedangkan perkembangan dilihat dari perkembangan motorik kasar dan halus. Perkembangan anak dapat diukur dengan melakukan test DDST. Menurut ahli gizi dari IPB, Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS, standar acuan status gizi balita adalah Berat Badan menurut umur (BB/U), Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB), dan Tinggi Badan menurut Umur (TB/U). Yang klasifikasikan menjadi normal, underweight (kurus) dan gemuk. Status gizi pada balita dapat diketahui dengan cara mencocokkan umur anak (dalam bulan) dengan berat badan standar table WHONCHS, bila berat badan berkurang, maka status gizinya berkurang. Di posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), telah disediakan Kartu Menuju Sehat (KMS) yang juga bisa juga digunakan untuk memprediksi status gigi anak berdasarkan kurva KMS. Perhatikan dulu

umur anak, kemudian plot berat badannya dalam kurva KMS. Bila masih dalam batas garis hijau maka status gizi baik, bila di bawah garis merah, maka status gizi buruk. Semua nutrisi penting bagi anak dalam usia pertumbuhan. Ali(2001) menyampaikan pentingnya asupan sayur dan protein hewani (lauk pauk), konsumsi susu, jangan terlalu banyak makanan cemilan (junk food) yang akan menyebabkan anak kurang nafsu makan. Sehingga penting untuk menyediakan makanan untuk anak dengan komposisi empat sehat lima sempurna. Menurut martin (2005) perkembangan anak dipengaruhi oleh banyak factor, selain makanan perkembangan anak juga dipengaruhi oleh lingkungan. Status gizi yang baik akan menunjang proses pertumbuhan dan perkembangan anak, sebaliknya status gizi yang buruk menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Kekurangan gizi dapat disebabkan karena kurang makanan atau diet yang tidak seimbang, tidak saja merusak pertumbuhan fisik tetapi juga merusak perkembangan mental. Dua tahun pertama disebut masa kritis dalam pertumbuhan sel-sel otak dan merupakan periode otak yang sangat rentan terhadap kerusakan (Hurlock, ) Balita penderita gizi kurang berpenampilan kurus, rambut kemerahan (pirang), perut kadang-kadang buncit, wajah moon face karena oedema (bengkak) atau monkey face (keriput), anak cengeng, kurang responsive. Bila kurang gizi berlangsung lama akan berpengaruh pada kecerdasannya. Kurang gizi pada balita dapat berdampak terhadap pertumbuhan fisik maupun mentalnya. Anak kelihatan pendek, kurus dibandingkan temen-temennya sebaya yang lebih sehat. Ketika memasuki usia sekolah tidak bisa berprestasi menonjol karena kecerdasannya terganggu. Pemberian nutrisi yang kurang

baik bagi anak akan mengakibatkan kurang gizi yang sehingga pertumbuhan dan perkembangan akan terhambat. Data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah menunjukkan pada tahun 2005 dari 11 Kabupaten di Jawa Tengah tercatat 1,03 % gizi buruk dan 9,87 % gizi kurang, sedangkan pada tahun 2007 tercatat 3,48 % gizi buruk dan 14,25 % gizi kurang dengan jumlah balita sebanyak 2.659.676 ( Damar, 2008). Masalah gizi tersebut sangat erat kaitannya dengan kemiskinan, keadaan lingkungan yang buruk, kurangnya air bersih,pemberian makanan tambahan,serta minimnya pengetahuan dan pendidikan orang tua balita yang bersangkutan (anonym, 2006). Untuk mengatasi kasus kurang gizi memerlukan peranan dari keluarga, praktisi kesehatan, maupun pemerintah. Pemerintah harus meningkatkan kualitas Posyandu, jangan hanya sekedar untuk penimbangan dan vaksinasi, tapi harus diperbaiki dalam hal penyuluhan gizi dan kualitas pemberian makanan tambahan, pemerintah harus dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat agar akses pangan tidak terganggu.

Keluarga mempunyai peranan yang cukup penting dalam menyediakan kebutuhan gizi untuk anak, sesuai dengan kebutuhan untuk perkembangannya. Dengan penyedia gizi yang baik, diharapkan status gizi anak juga meningkat, sehingga perkembangan dan pertumbuhan bias maksimal. Data statistik Kabupaten Klaten menyebutkan pada tahun 2005 terdapat klasifikasi status gizi sebagai berikut yaitu : 1,46 % gizi buruk, 11,26 % gizi kurang, 85,5 % gizi baik, sedangkan pada tahun 2007 terdapat 1,03 % gizi buruk, 9,8 % gizi kurang. Di desa Gumulan yang merupakan wilayah dari kabupaten klaten, Terdapat 458 balita.

Dari jumlah tersebut 1 anak (0,21 %) gizi kurang, 10 anak (2,18 %) gizi kurang. Sedangkan untuk tingkat perkembangan anak di desa Gumulan belum dilakukan secara rutin (test DDST belum/jarang dilakukan). Sehingga berdasarkan permasalahan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan status gizi dengan perkembangan anak usia 1-3 tahun di desa gumulan, kecamatan klaten tengah, kecamatan klaten.

B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam penelitian adalah: Apakah ada hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak usia 1-3 tahun di Desa Gumulan Kecamatan Gumulan Kabupaten Klaten?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak usia 1-3 tahun di Desa Gumulan Kecamatan Gumulan Kabupaten Klaten. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan status gizi pada anak usia 1-3 tahun di Desa Gumulan Kecamatan Klaten Tengah Kabupaten Klaten b. Mendiskripsikan perkembangan anak usia 1-3 tahun di Desa Gumulan Kecamatan Klaten Tengah Kabupaten Klaten

c. Menganalisis hubungan Status gizi dengan perkembangan anak usia 1-3 tahun

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam hal metode penelitian dan tumbuh kembang anak, 2. Bagi masyarakat Dapat menambah pengetahuan tentang pentingnya gizi bagi anak dan dapat mengetahui perkembangan anak. 3. Bagi ilmu pengetahuan Hasil penelitian ini akan menambah informasi berkaitan dengan hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak usia 1-3 tahun.
4.

Bagi petugas pelayanan kesehatan Sebagai masukan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan terutama pelayanan di daerah pesesaan, sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan warga.

E. Keaslian penelitian Penelitian tentang pertumbuhan dan perkembangan balita telah banyak diteliti. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan :

1. Herwan (2005). Dengan penelitian berjudul Hubungan Pola Makan Pendamping

ASI Dengan Pertumbuhan dan Perkembangan Gerak Motorik Kasar Bayi 6-12 Bulan di Propinsi Bengkulu. Variabel yang diteliti adalah pola makan pendamping ASI, pertumbuhan, perkembangan gerak motorik kasar. Analisa data dengan Chisquare,Anova,Regresi Linier. Hasilnya tidak ada hubungan antara pola makan pendamping ASI dengan pertumbuhan dan perkembangan gerak motorik kasar, ada hubungan antara asupan energi dan protein dengan pertumbuhan dan perkembangan gerak motorik kasar.
2. Tri Utami (2002). Dengan penelitian berjudul Karakteristik Ibu Kaitannya

Dengan Tumbuh Kembang Anak Balita di Dusun Mirisewu Ngentak Rojorendah Kulon Progo. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Cross-sectional yaitu untuk menggambarkan fenomena yang ada. Untuk penelitian tersebut,variabel bebasnya adalah karakteristik ibu sebagai variabel tergantungnya tumbuh kembang anak balita.

Perbedaan dengan penelitian ini yaitu dari watu,tempat dan subyek penelitian. Jenis penelitian ini variabel bebasnya adalah status gizi dan variabel tergantungnya perkembangan anak. Penelitian ini merupakan penelitian observasional cohort dengan menggunakan pendekatan retrospektif untuk mengetahui hubungan status gizi dengan perkembangan anak. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu dari waktu,tempat dan subyek penelitian. Jenis penelitian ini variabel bebasnya adalah status gizi dan variabel tergantungnya

perkembangan anak. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan metode crossectional untuk mengetahui hubungan status gizi dengan perkembangan anak. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. 1.

TINJAUAN PUSTAKA Status gizi Pengertian status gizi Menurut Supriasa(2002) gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsikan secara normal melalui digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan metabolisme dan penyerapan zat-zat yang digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ serta menghasilkan energi. Status gizi merupakan ekspresi satu aspek atau lebih dari nutrisi seorang individu dalam satu variabel (Hadi,2002), sedangkan menurut Supriasa, 2002 Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu. Menurut Irianto (2007) menyebutkan Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan indicator baik-buruknya penyediaan makanan sehari-hari. Status gizi ada 3 yaitu :

1) Status gizi baik 2) Status gizi kurang 3) Status gizi berlebih Faktor yang mempengaruhi status gizi Makanan Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh dan akan mempengaruhi status gizi anak. b) Penyakit infeksi Timbulnya KEP (kekurangan Energi Protein) tidak hanya karena makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit infeksi (bakteri,virus,parasit). Anak yang mendapatkan makanan yang cukup baik tetapi sering diserang diare akhirnya dapat menderita kurang gizi. Anak yang menderita diare banyak kehilangan air dan elektrolit sehingga terjadi dehidrasi jika hal ini sering terjadi dan asupan gizi anak kurang maka berat badan anak akan menurun,sehingga mempengaruhi status gizi anak. Sosial ekonomi Kondisi sosial ekonomi keluarga secara langsung akan mempengaruhi ketersediaan pangan dalam keluarga. Selanjutnya ketersediaan pangan dalam keluarga akan mempengaruhi asupan gizi pada seorang anak dan akan mempengaruhi pula status gizinya (Suharyono,dkk,1992)

. a)

c)

d)

Tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi mudah tidaknya penyerapan atau pemahaman pengetahuan akan gizi pemahaman pengetahuan seseorang akan gizi,dapat mendorongnya bersikap positif terhadap masalah gizi sehingga akan terdorong untuk menyediakan makanan sehari-hari dalam jumlah dan kualitas yang mencukupi (Apriadji,1986) Pola pengasuhan anak, meliputi sikap dan perilaku ibu atau pengaruh lain dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan makan, merawat, menjaga kebersihan, memberi kasih sayang, dan sebagainya. Gangguan gizi Gangguan gizi adalah Menurut Depkes RI (1999) gangguan yang sering terjadi adalah :

e)

1)

Kekurangan Energi dan protein (KEP) Kekurangan energi dan protein (KEP) merupakan keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan seharihari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi. Kondisi kekurangan energi protein dapat dibagi menjadi tiga yaitu : marasmus,kwashiorkor,atau marasmus-kwashiokor.
a) Marasmus

suatu penyakit yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein juga zat-zat gizi lain, kriterianya anak sangat kurus,tinggal tulang

berbungkus kulit,kulit keriput, wajah tampak tua, berat badan sangat kurang, sering disertai diare kronik atau konstivasi, tekanan darah dan detak jantung berkurang.
b) Kwashiorkor

umumnya ditemukan pada anak usia 6 bulan sampai 4 tahun, criteria khusus adalah edema seluruh tubuh terutama pada kaki, wajah membulat sembab, cengeng, rewel, kadang apatis, anak menolak makan, pembesaran hati, sering disertai infeksi, anemia, diare, rambut warna kusam dan mudah dicabut, bercak merak yang meluas dan berubah menjadi hitam terkelupas, wajah nampak sayu.
c) Marasmus-Kwashiorkor

tanda-tanda marasmic-kwashiorkor adalah gabungan dari tanda-tanda yang ada pada marasmic dan kwashiorkor. (1) Kekerangan Vitamin A Tanda awal dari kekurangan vitamin A adalah turunnya kemampuan melihat dalam cahaya samara, tidak melihat apabila memasuki ruangan yang agak gelap secara tiba-tiba. (2) Kekurangan zat besi (anemia gizi) Anemia gizi adalah rendahnya kadar hemoglobin dalam darah hal ini dapat dilihat pada kelopak mata yang terlihat berwarna pucat. Anemia banyak sekali ditemukan pada wanita hamil dan anak usia dibawah 3

tahun. Dapat terjadi akibat rendahnya kadar zat besi dalam makanan, perdarahan yang banyak atau akibat penyakit kronis seperti malaria.

(3)

Kekurangan yodium Membesarnya kelenjar gondok,sering ditemukan di daerah

pegunungan, dan daerah yang menggunakan air yang sumbernya dari batu kapur. Cara penentuan status gizi Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok

masyarakat,salah satu satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan antropometri.dalam pemakaian untuk penilaian status

gizi,antropometridisajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variable lain. Variable tersebut adalah sebagai berikut : 1) Umur Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil

penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat,menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah kecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun,1,5 tahun,2 tahun. Oleh sebab itu,penentuan umur anak perlu dihitng dengan cermat. Ketentuan yang dipakai yaitu 1 tahun adalah 12 bulan,1 bulan

adalah 30 hari. Bila jumlah hari kurang dari 15,dibulatkan ke bawah dan bila jumlah hari lebih dari 15 dibulatkan ke atas (Depkes RI,2004).

2) Berat Badan Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasukcairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan dinyatakan dalambentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengan melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan,yang dalam penggunaannya

memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran,hanya saja tergantung pada ketepatan umur,sehingga kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan status gizi dari waktu ke waktu (Abunain,1990) Tinggi badan Tinggi badan untuk anak kurang dari 2 tahun sering disebut dengan panjang badan. Pada bayi yang baru lahir, panjang badan rata-rata adalah sebesar 50 cm. pada tahun pertama, pertambahannya adalah 1,25 cm/perbulan (1,5 x panjang badan lahir). Penambahan tersebut akan berangsur-angsur berkurang sampai usia 9 tahun, yaitu hanya sekitar 5 cm / tahun. Baru pada masa pubertas ada peningkatan pertumbuhan tinggi badan yang cukup pesat, yaitu 5-25 cm /

tahun pada wanita, sedangkan pada laki-laki peningkatannya sekitar 10-30 cm / tahun. Penambahan tinggi badan akan berhenti pada usia 18-20 tahun. Tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting kedua. Keuntungan dari pengukuran tinggi badan ini adalah alatnya yang murah, mudah dibuat, dan dibawa sesuai keinginan. Selain itu, tinggi badan merupakan indicator yang baik untuk pertumbuhan fisik yang mudah lewat (stunting) dan untuk perbandingan terhadap perubahan relative, seperti nilai berat badan dan lingkar lengan atas. Dengan menggunakan table tinggi dan berat badan dan mengetahui tinggi dan berat badan anak, maka keadaan status gizi anak tersebut dapat diketahui. Sementara kerugiannya adalah perubahan dan pertambahan tinggi badan yang relative pelan serta sukar diukur, karena terdapat selisih nilai antara posisi pengukuran saat berdiri dan saat tidur.

Lingkar kepala

Secara normal, pertambahan ukuran lingkar pada setiap tahap relative konstan dan tidak dipengaruhi oleh factor ras, bangsa, dan letak geografis. Saat lahir, ukuran lingkar kepala normalnya adalah 34-35 cm. kemudian akan bertambah sebesar 0,5 cm /bulan pada bulan pertama atau menjadi 44 cm. pada 6 bulan pertama ini, pertumbuhan kepalapaling cepat dibandingkan dengan tahap berokutnya, kemudian tahun-tahun pertama lingkar kepala bertambah tidak lebih dari 5 cm/tahun, setelah itu sampai usia 18 tahun lingkar kepala hanya bertambah 10 cm. pengukuran lingkar kepala dimaksudkan untuk menafsirkan pertumbuhan otak. Berat otak waktu lahir adalah sekitar 350 gra, pada usia 1 tahun beratnya hampirmencapai 3 kali lipat yaitu 925 gram 75%, dan mencapai 90% pada usia 6 tahun. Pertumbuhan ukuran lingkar kepala umumnya mengikuti pertumbuhan otak, sehingga bila ada hambatan / gangguan pada pertumbuhan lingkar kepala, pertumbuhan otak biasanya juga terhambat. 5) Lingkar Lengan Atas (LLA< lila) Pertambahan lingkar lengan atas ini relative lambat. Saat lahir, lingkar lengan atas sekitar 11 cm dan pada tahun pertama, lingkar lengan atas menjadi 16 cm. selanjutnya ukuran tersebut tidak banyak berubah sampai usia 3 tahun. Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan jaringan lemak dan otot yang tidak terpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dan berguna untuk menilai keadaan gizi dan pertumbuhan anak prasekolah. Keuntungan dari pengukuran lingkar lengan atas adalah murah, mudah, alatnya bias dibuat sendiri, dan siapa

saja dapat melakukannya. Namun, kadang-kadang hasil pengukuran kurang akurat bkarena sukar untuk mengukur lila tanpa menekan jaringan.

2.

Perkembangan Pengertian perkembangan perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,sebagai hasil akhir dari pematangan. Disini menyangkut adanya prosesdiferensiasi dari sel-sel tubuh,jaringan tubuh, organ-organ dan system organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya, termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih,1995). Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri indivindu dari mulai lahir sampai mati. Pengertian lain dari perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami indivindu atau organisme menuju kedewasaannya atau kematangannya yang berlangsung secara sistematis,progresif,dan berkesinambungan baik menyangkut fisik maupun psikis (yusuf,2004)
b.

Aspek-aspek dari perkembangan menurut Yusuf (2004)

meliputi perkembangan fisik, kognitif, emosi, bahasa, social, kepribadian,moral.

1)

Perkembangan

fisik

adalah

kemampuan

seorang anak untuk melakukan kegiatan yang bersifat fisik dan motorik. 2) Perkembangan mental adalah segala kegiatan

dan perkembangan yang memerlukan kecepatan berfikir baik yang bersifat sederhana atau komplek,perkembangan emosi sangat berkaitan dengan perasaan seseorang. 3) Perkembangan kognitif adalah kemampuan

menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif. 4) Perkembangan sosial merupakan pencapaian

kematangan dalam hubungan sosial,dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok,moral,dan tradisi. Factor yang mempengaruhi perkembangan Menurut Soetjiningsih (1995) secara umum tedapat dua faktor utama yang mempengaruhi yaitu : 1) Faktor genetik Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Potensi genetic yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal.

2) Faktor lingkungan

a) gizi ibu yang jelek sebelum maupun sewaktu hamil yang dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan otak, anemi pada bayi baru lahir, mudah terkena infeksi. Factor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (postnatal) misalnya masa antara 28 minggu dalam kandungan sampai tujuh hari setelah melahirkan merupakan masa rawan dalam proses tumbuh kembang anak, khususnya tumbuh kembang anak.
b) faktor psikososial seperti stimulasi, anak yang mendapat stimulasi

yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau tidak mendapat stimulasi. Pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila mamperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak sesuai dengan tahap tahapan perkembangannya sehingga

menimbulkan rasa percaya diri pada anak. Kelompok atau teman sebaya,untuk proses sosialisasi dengan lingkungan anak memerlukan teman sebaya,kalau anak bermain sendiri maka ia akan kehilangan kesempatan belajar dari teman-teman sebayanya.
d.

Cara untuk mengetahui tingkat perkembangan anak usia 1-3 tahun

dilakukan dengan test DDST Test DDST adalah test perkembangan menurut denver
1) Delay, apabila anak gagal atau menolak tugas pada item yang berada di

sebelah kiri garis usia 2) Caution, apabila anak gagal atau menolak tugas pada item di mana garis usia berada di antara 75 %-90% ?(warna hijau)

3) Normal, apabila gagal atau menolak tugas pada item di sebelah kanan garis

usia. Atau apabila anak lulus, gagal atau refusal tugas di mana garis usia berada di antara 25,5 75 % (warna putih)

B. KERANGKA TEORI Makanan Penyakit infeksi Sosisl ekonomi Tingkat pendidikan Pola anak asuh Tinggi badan Berat badan Lingkar lengan Lingkar dada Lingkar kepala Faktor konfoding -pendidikan ibu -sosial ekonomi -pola asuh Status gizi Kurang Test DDST Baik Tingkat perkembangan

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, VARIABEL, PENELITIAN, DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka konsep variabel Independen Status gizi anak Variabel Dependen Perkembangan anak

Variabel Konfonding Tingkat pendidikan ibu Social ekonomi Pola asuh

keterangan konsep hubungan status gizi dengan perkembangan anak

keterangan : : diteliti : tidak diteliti : arah hubungan

B. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Ho : ada hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak usia 1 sampai 3 tahun. Ha : tidak ada hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak usia 1 sampai 3 tahun.
C. Variable Penelitian

1. Variabel independen : variabel yang menentukan atau berpengaruh terhadap variabel dependen (Notoatmojo,2002). Dalam penelitian ini variable independen adalah status gizi 2. Variabel dependen adalah : variabel yang dapat atau mudah dipengaruhi oleh variabel independen Pada penelitian ini variable dependen adalah perkembangan nak usia 1 3 tahun

D. Definisi Operasional

variabel Status anak

Definisi operasional gizi Keseimbangan gizi pada anak yang merupakan gambaran pemberian nutrisi pada anak dalam tahap perkembangan dan pertumbuhan

Cara ukur

Alat ukur

hasil 1. Baik 2. Sedang 3. Kurang

data

Dengan melakukan Timbanagan pengukuran - Metline Tinggi badan - Kuioner Berat badan Lingkar kepala umur

Perkembangan

Perubahan progresif kontinyu (berkesinambungan ) dalam diri indivindu anak usia 1-3 tahun yang meliputi perkembangan kognitif dan psikososial

pengukuran Formulir yang DDST DDST dan

1. Normal 2. Delay 3. Caustion

E. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan desain penelitian Diskriptif Analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Menurut Hidayat (2007) penelitian dengan menggunakan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan atau sekali waktu antara faktor resiko dengan efek. Pada penelitian ini peneliti akan melakukan pengukuran pada

variabel depanden dan independen sekaligus dalam waktu yang bersamaan dan pada saat itu juga hasil pengukuran di dapat secara bersamaan.

F. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah

keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang akan diteliti

(Notoatmodjo, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah anak yang berusia 1-3 tahun di desa Gumulan Klaten tengah dengan jumlah 168 balita. 2. Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan dari semua obyek yang akan diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002). Penelitian ini pengambila sampelnya menggunakan simple random sampling. yaitu pengambilan sampel berdasarkan dari kelompok atau gugus yang ada dalam populasi tersebut. Peneliti akan melakukan teknik cluster pada posyandu mawar dengan jumlah populasi 168 balita. Kriteria inklusi dan eksklusi penilaiannya adalah sebagai berikut : a) Kliteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Anak yang dalam mengalami sakit atau penolakan pada saat pengukuran

2) Anak yang usianya lebih dari 3 tahun dan anak yang usia 1-3 tahun yang tidak bertempat tinggal di desa Gumulan b) Kliteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Anak yang berusia 1-3 tahun yang bertempat tinggal di desa Gumulan dan terdaftar di posyandu mawar 2) Anak usia 1-3 tahun yang tidak mempunyai gangguan perkembangan, misalnya retradasi mental 3) Orang tua yang memiliki anak usia 1-3 tahun yang bersedia menjadi responden

G. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di posyandu mawar Desa Gumulan, Klaten Tengah dan waktu penelitian dilakukan selama kurang lebih 1 Bulan pada bulan juli 2011

H. Etika Penelitian Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan prosedursesuai dengan etika penelitian, yang meliputi : 1. Informed consent

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan informed consent ini diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberi lembar persetujuan untuk menjadi responden. Hal ini bertujuan agar responden mengerti maksud dan tujuan dari penelitian dan mengetahui dampak dan manfaatnya, jika responden bersedia maka responden harus menandatangani lembar persetujuan, dan jika responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak responden atau tidak memaksa (Hidayat, 2007).

2. Anonimity ( tanpa nama)

Dengan tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur, guna menjaga privasi responden (Hidayat, 2007).
3. Confidentiality (kerahasiaan)

Dokumen yang mencantumkan identitas responden dan data yang berhubungan dengan penelitian hanya diketahui oleh peneliti dan pembimbing dan hanya digunakan untuk pengolahan data, bila data sudah tidak digunakan maka akan segera dimusnahkan (Hidayat, 2007).

I. Instrumen penelitian Instrument penelitian untuk menunjukkan ststus gizi adalah table z-skor,dan dalam variable ini menggunakan alat timbangan bayi untuk mengukur BB. Hasilnya

dikelompokkan dalam skala ordinal menjadi gizi lebih,gizi baik,gizi kurang,dan gizi buruk.

J. Uji validitas dan reliabilitas 1. Uji validitas Validitas instrument untuk perkembangan tidak perlu di ujikan lagi karena standart yang digunakan sudah menggunakan standar yang ditetapkan internasional yaitu menggunakan DDST II 2. Uji reliabilitas Uji reliabilitas instrument timbangan untuk menentukan status gizi dengan menggunakan uji terra yaitu untuk menentukan validitas suatu alat DDST dan table z-skor tidak dilakukan uji reliabilitas karena instrument ini sudah sesuai standart internasional dan validitasnya sudah terbukti (banyak digunakan untuk penelitian).

K. Prosedur pengumpulan data 1. Pengumpulan data untuk status gizi menggunakan tehnik pengukuran

antropometri yaitu berat badan anak ditimbang dengan menggunakan alat timbangan bayi dan menggolongkan umur kemudian di catat di lembar observasi. 2. Cara pengumpulan data untuk perkembangan anak menggunakan format DDST I I dengan cara melakukan test DDST II

L. Tehnik Analisa Data Analisa uji hipotesa ini menggunakan chi-square dengan rumus sebagai berikut : X2 = (Fo - Fh )2 Keterangan : X2 = signifikasi frekuensi Fo = frekuensi obsevasi Fh = frekuensi harapan M. Jalannya Penelitian 1. Tahap persiapan
a) Melakukan koordinasi dan mengurus surat izin penelitian pada Posyandu

Mawar Desa Gumulan


b) Melakukan kunjungan awal ke lokasi penelitian untuk melaporkan rencana

penelitian dan menjelaskan tujuan serta teknis pelaksanaannya c) Menyiapkan alat dan bahan penelitian yang meliputi timbangan dan alat tulis 2. Tahap pelaksanaan a) Malaksanakan pengukuran tinggi badan dan berat badan b) Memasukkan data tinggi badan dan berat badan ke dalam KMS c) Mengkatagorikan status gizi balita

3.

Tahap pelaporan Data yang telah terkumpul semua kemudian diolah dengan menggunakan analisa data chi square kemudian penyusunan laporan

Anda mungkin juga menyukai