Anda di halaman 1dari 12

BAB II

SUMBER AIR BAKU

2.1 Sumber Air Baku yang Digunakan dalam Perencanaa


2.1.1 Air Baku di lokasi
Dalam buku Pengantar Kesehatan Lingkungan, air permukaan merupakan
salah satu sumber penting bahan baku air bersih, (Chandra, 2006).
Faktor-faktor yang harus diperhatikan, antara lain :
a. Mutu atau kualitas baku
b. Jumlah atau kuantitasnya
c. Kontinuitasnya
Yang termasuk air permukaan meliputi :
a. Air Sungai.
b. Air Rawa.

2.1.2 Syarat Air Bersih


Pemenuhan kebutuhan akan air bersih haruslah memenuhi dua syarat yaitu
kuantitas dan kualitas (Depkes RI, 2005).
1. Syarat Kuantitas
Kebutuhan masyarakat terhadap air bervariasi dan bergantung pada keadaan
iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat, (Chandra, 2006). Konsumsi
air bersih di perkotaan Indonesia berdasarkan keperluan rumah tangga,
diperkirakan sebanyak 138,5 liter/orang/hari dengan perincian yaitu untuk
mandi,cuci, kakus 12 liter, minum 2 liter, cuci pakaian 10,7 liter, kebersihan
rumah 31,4 liter, taman 11,8 liter, cuci kendaraan 21,8 liter, wudhu 16,2 liter, lain-
lain 33,3 liter, (Slamet, 2007).
2. Syarat Kualitas
Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, radioaktivitas, dan mikrobiologis
yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air,
(Slamet, 2007).
a. Parameter Fisik
Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah air yang tidak berbau, tidak berasa,
tidak berwarna, tidak keruh atau jernih, dan dengan suhu sebaiknya dibawah suhu
udara sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa nyaman, dan jumlah zat padat
terlarut (TDS) yang rendah.

A. Bau
Air yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh
masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air.
B. Rasa
Air yang bersih biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang tidak tawar
dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan.
C. Warna
Air sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk mencegah
keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna.
Warna dapat disebabkan adanya tannin dan asam humat yang terdapat secara
alamiah di air rawa, berwarna kuning muda, menyerupai urin, oleh karenanya
orang tidak mau menggunakannya. Selain itu, zat organik ini bila terkena khlor
dapat membentuk senyawa-senyawa khloroform yang beracun. Warna pun dapat
berasal dari buangan industri.
D. Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang
bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik, biasanya berasal dari
lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat berasal dari lapukan
tanaman atau hewan. Buangan industri dapat juga merupakan sumber kekeruhan.
E. Suhu
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi
pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat membahayakan
kesehatan, menghambat reaksi-reaksi biokimia didalam saluran/pipa,
mikroorganisme patogen tidak mudah berkembang biak, dan bila diminum air
dapat menghilangkan dahaga.
F. Jumlah Zat Padat Terlarut
Jumlah zat padat terlarut (TDS) biasanya terdiri atas zat organik, garam
anorganik, dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik pula.
Selanjutnya, efek TDS ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada
spesies kimia penyebab masalah tersebut.

1. Parameter Mikrobiologis
Sumber- sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri. Jumlah
dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang
mempengaruhinya. Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan sehari-
hari harus bebas dari bakteri patogen. Bakteri golongan coli tidak merupakan
bakteri golongan patogen, namum bakteri ini merupakan indikator dari
pencemaran air oleh bakteri patogen.

2. Parameter Radioaktivitas
Dari segi parameter radioaktivitas, apapun bentuk radioaktivitas efeknya
adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan
dapat berupa kematian, dan perubahan komposisi genetik. Kematian sel dapat
diganti kembali apabila sel dapatberegenerasi dan apabila tidak seluruh sel mati.
Perubahan genetis dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker dan
mutasi.

3. Parameter Kimia
Dari segi parameter kimia, air yang baik adalah air yang tidak tercemar
secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain air
raksa (Hg), alumunium (Al), arsen (As), barium (Ba), besi (Fe), flourida (F),
tembaga (Cu), derajat keasaman (pH), dan zat kimia lainnya. Kandungan zat
kimia dalam air bersih yang digunakan sehari-hari hendaknya tidak melebihi
kadar maksimum yang diperbolehkan seperti tercantum dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990. Penggunaan air yang
mengandung bahan kimia beracun dan zat-zat kimia yang melebihi ambang batas
berakibat tidak baik bagi kesehatan dan material yang digunakan manusia,
contohnya antara lain sebagai berikut :

 pH
Air sebaiknya tidak asam dan tidak basa (netral) untuk mencegah
terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi air. pH yang
dianjurkan untuk air bersih adalah 6,5 – 9.

 Besi(Fe)
Kadar besi (Fe) yang melebihi ambang batas (1,0 mg/l) menyebabkan
berkurangnya fungsi paru-paru dan menimbulkan rasa, warna (kuning),
pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan.

 Klorida
Klorida adalah senyawa halogen klor (Cl). Dalam jumlah banyak, klor (Cl)
akan menimbulkan rasa asin, korosi pada pipa sistem penyediaan air panas.
Sebagai desinfektan, residu klor (Cl) di dalam penyediaan air sengaja dipelihara,
tetapi klor (Cl) ini dapat terikat pada senyawa organic dan membentuk
halogenhidrokarbon (Cl-HC) banyak diantaranya dikenal sebagai senyawa-
senyawa karsinogenik. Kadar maksimum klorida yang diperbolehkan dalam air
bersih adalah 600 mg/l.

 Tembaga (Cu)
Tembaga (Cu) sebetulnya diperlukan bagi perkembangan tubuh manusia.
Tetapi, dalam dosis tinggi dapat menyebabkan gejala GI, SSP, ginjal, hati;
muntaber, pusing kepala, lemah, anemia, kramp, konvulsi, shock, koma dan dapat
meninggal. Dalam dosis rendah menimbulkan rasa kesat, warna, dan korosi pada
pipa, sambungan, dan peralatan dapur.

 Mangan (Mn)
Mangan (Mn) adalah metal kelabu-kemerahan. Keracunan seringkali
bersifat khronis sebagai akibat inhalasi debu dan uap logam. Gejala yang timbul
berupa gejala susunan syaraf: insomnia, kemudian lemah pada kaki dan otot muka
sehingga ekspresi muka menjadi beku dan muka tampak seperti topeng (mask).
Bila pemaparan berlanjut maka bicaranya melambat dan monoton, terjadi
hyperrefleksi, clonus pada patella dan tumit, dan berjalan seperti penderita
parkinsonism.

 Seng (Zn)
Di dalam air minum akan menimbulkan rasa kesat dan dapat menyebakan
gejala muntaber. Seng (Zn) menyebabkan warna air menjadi opalescent dan bila
dimasak akan timbul endapan seperti pasir. Kadar maksimum seng (Zn) yang
diperbolehkan dalam air bersih adalah 15 mg/l.

2.2 Perencanaan Bangunan Penangkap Air


Menurut Sulistyoweni (2002), prinsip penjernihan air menurut sumber air
sebagai berikut:
Air yang berasal dari air sungai

1. Air permukaan dengan tingkat kekeruhan yang tinggi


Pada jenis air ini, pengolahan dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
Langkah 1
Karena kekeruhan yang tinggi akibat besarnya kandungan sedimen dalam air
baku, maka urutan proses pengolahan yang diusulkan adalah:
a) prasedimentasi
b) koagulasi-flokulasi
c) sedimentasi
d) filtrasi dan
e) desinfeksi
Diawalinya proses pengolahan dengan prasedimentasi menyebabkan bahan kimia
yang digunakan pada proses selanjutnya akan lebih kecil sehingga lebih
ekonomis.
Langkah 2
Pengolahan air dengan menggunakan saringan pasir lambat. Sebelum proses
penyaringan, terlebih dahulu dilakukan proses pengendapan sampai kekeruhan
mencapai 50 mg/L SiO2 .
2. Air permukaan dengan tingkat kekeruhan yang rendah sampai sedang
Pada jenis air ini, pengolahan dapat dilakukan dengan alternatif sebagai berikut :
Langkah 1
Dengan tingkat kekeruhan yang lebih rendah, maka proses pengolahan dapat
dilakukan cukup hanya dengan:
a) Koagulasi,flokulasi
b) sedimentasi
c) filtrasi dan
d) desinfeksi Langkah 2
Pengolahan air dengan menggunakan saringan pasir lambat. Sebelum proses
penyaringan, terlebih dahulu dilakukan proses pengendapan sampai kekeruhan
mencapai 50 mg/L SiO2 .
1) Pada saat air tidak keruh, air diolah dengan saringan pasir cepat
bertekanan (pressure filter).
2) Pada saat air keruh, filter over load dan clogging (tidak berfungsi).
Untuk pelayanan dimanfaatkan air dari reservoir.
1. Air permukaan dengan kandungan warna yang sedang sampai tinggi
Urutan proses pengolahan untuk air permukaan dengan tingkat warna yang
tinggi adalah :
a) koagulasi-flokulasi
b) sedimentasi
c) filtrasi
d) desinfeksi
Pada pengolahan jenis ini, lebih banyak koagulan yang dipakai dan
akan lebih baik dengan pembubuhan lumpur kaolin, bentonite atau lumpur
setempat. Pembubuhan koagulan dimaksudkan untuk memperberat flok
yang dihasilkan. Pada jenis air berwarna, koagulasi harus dilakukan dengan
tingkat energi yang lebih tinggi, waktu flokulasi dan sedimentasi yang lebih
lama dari pada air tidak berwarna.
1. Air permukaan dengan kesadahan yang tinggi
Proses pengolahan untuk air permukaan dengan kesadahan yang tinggi
adalah dengan proses kapur soda, yaitu dengan pemisahan Ca secara
kimiawi untuk kemudian diendapkan di bak pengendap.Apabila kesadahan
yang dominan bersifat sementara, dapat dilakukan penyaringan dengan
saringan marmer yang dilanjutkan dengan desinfeksi.
2. Air permukaan dengan kekeruhan sangat rendah
Pada kasus air permukaan dengan tingkat kekeruhan sangat rendah,
dapat dilakukan pengolahan langsung yang terdiri dari proses filtrasi yang
dilanjutkan dengan proses desinfeksi. Sebenarnya air dari hasil pengolahan
ini sudah cukup baik untuk dikonsumsi langsung tetapi dalam rangka
menjaga partikulat yang masuk maka perlu dilakukan filtrasi, dan untuk
menjaga supaya tidak terjadi kontaminasi bakteriologis maka perlu
dilakukan desinfeksi.
Sebelum dialirkan ke bangunan instalasi pengolahan air minum
(WTP), air baku yang berada dialam tentunya harus di tampung dahulu atau
diarahkan pada suatu tempat yang dinamakan bangunan penangkap air baku.
Bangunan intake adalah suatu bangunan pada bendung yang
berfungsi sebagai penyadap aliran sungai, mengatur pemasukan air dan
sedimenserta menghindarkan sedimen dasar sungai dan sampah masuk
ke intake. Selain itu, intake juga merupakan suatu konstruksi yang berguna
untuk mengambil air dari sumber air di permukaan tanah seperti reservoir,
sungai, danau atau kanal.Fungsi bangunan ini dalam perencanaan PLTA
adalah untuk membelokkan aliran air dari sungai dalam jumlah yang
diinginkan untuk kebutuhan PLTA. Letak intake diatur sedekat mungkin
dengan bangunan pembilas, dan merupakan satu kesatuan dengan
pembilas serta tidak menyulitkan penyadapan aliran dan tidak
menimbulkan pengendapan sedimen dan turbulensi aliran diudik intake.
Letak Intake diatur sedemikian rupa supaya berada ditikungan luar
aliran, sehingga pada keadaan banjir angkutan sedimen dasar yang
mendekat keintake akan terlempar ketikungan dalam menjauhi intake.
Bangunan intake terdiri dari lantai/ambang dasar, pintu, dinding banjir, pilar
penempatan pintu, saringan sampah, jembatan pelayan, rumah pintu,
dan perlengkapan lainnya.Variasi kualitas air permukaan sangat berarti
dalam menentukan titik pengambilan air. Dimana terdapat adanya variasi
yang konstan (tidak berfluktuasi), di tempat seperti inilah merupakan
titik pengambilan yang diharapkan.Analisa kualitas air permukaan pada
setiap bagian penampang di titik yang dinilai cocok untuk pengambilan air
sangat penting bagi penetapan lokasi intake, terutama intake langsung.
Dan analisa kualitas pada bagian air permukaan horisontal sangat pokok
untuk menetapkan titik pengambilan semua jenis intake.Intake merupakan
bangunan/alat untuk mengambil air dari sumbernya. Intake yang
dibangun harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain
kehandalan dalam menyediakan air secara kontiniu, keamanan dalam
beroperasi dan pembiayaan yang minimum. Kapasitas intake harus
mampu melayani kebutuhan maksimum harian
Dalam merencanakan intake, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :
1.Intake sebaiknya terletak ditempat dimana tidak ada aliran deras
yang bisa membahayakan intake.
2.Tanah disekitar intake seharusnya cukup stabil dan tidak mudah terkena
erosi.
3.Inlet, sebaiknya berada di bawah permukaan badan air untuk mencegah
masuknya benda-benda terapung. Disamping itu inlet sebaiknya terletak
cukup di atas air.
4.Intake seharusnya terletak jauh sebelum sumber kontaminasi.
5.Intake sebaiknya terletak di hulu sungai suatu kota.
6.Intake sebaiknya dilengkapi dengan saringan kasar yang selalu
dibersihkan. Ujung pipa pengambilan air yang berhubungan dengan
pompa sebaiknya juga diberi saringan (strainer).
Dalam merencanakan intake, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :
1.Intake sebaiknya terletak ditempat dimana tidak ada aliran deras
yang bisa membahayakan intake.
2.Tanah disekitar intake seharusnya cukup stabil dan tidak mudah terkena
erosi.
3.Inlet, sebaiknya berada di bawah permukaan badan air untuk mencegah
masuknya benda-benda terapung. Disamping itu inlet sebaiknya terletak
cukup di atas air.
4.Intake seharusnya terletak jauh sebelum sumber kontaminasi.
5.Intake sebaiknya terletak di hulu sungai suatu kota.
6.Intake sebaiknya dilengkapi dengan saringan kasar yang selalu
dibersihkan. Ujung pipa pengambilan air yang berhubungan dengan
pompa sebaiknya juga diberi saringan (strainer).
7.Untuk muka air yang berfluktuasi, inlet yang ke sumur pengumpul
sebaiknya dibuat pada beberapa level.
8.Jika permukaan badan air selalu konstan dan tebing sungai terendam air,
maka intake dibuat di dekat sungai.Selain itu, dalam pembangunan intake
hal-hal yang harus diperhatikan antara lain adalahlokasi harus aman dari
arus deras, terletak di hulu sungai sehingga aman dari pencemaran,
posisi intake yang benar agar air baku dapat disadap secara
konstansesuai dengan kebutuhan baik pada musim kemarau maupun
pada musim hujan. Konstruksi intake disesuaikan menurut konstruksi
bangunan air, dan umumnya secara kualitas airnya kurang baik namun
biasanya secara kuatitas airnya cukup banyak.
Lokasi intake harus memperhatikan beberapa factor di bawah ini :
1.Kualitas air yang tersedia harus baik.
2.Berlokasi d tempat dimana tidak terdapat arus / aliran kuat yang
dapat merusak intake.
3.Selama banjir, air tidak boleh masuk ke dalam intake.
4.Sebaiknya sedekat mungkin dengan stasiun pemompaan.
5.Pasokan tenaga harus tersedia dan dapat digunakan.
6.Angin yang menyebabkan sedimentasi harus dihindari.
7.Lokasi harus mudah dijangkau dan dekat tempat pengolahan
sehingga meminimalkan biaya perpipaan.
8.Lokasi sebaiknya tidak berada di wilayah cekungan.
9.Sebaiknya tertutup untuk mencegah sinar matahari yang bisa
menstimulus pertumbuhan lumut atau ganggang di air ataupun pengotor-
pengotor dari luar.
10.Tanah tempat dibangunnya intake harus stabil.
11.Bangunan intake harus kedap air.
12.Pipa inlet ditempatkan dibawah permukaan sungai atau danau untuk
mendapatkan air yang lebih dingin dan mencegah masuknya benda-
benda yang mengapung.
13.Sebaiknya terletak agak jauh dari bahu sungai untuk mencegah
kemungkinan pencemaran.
14.Sebaiknya terletak pada bagian hulu kota.
Terdapat kriteria dalam perencanaan intake, yakni :
1. Bell mouth strainer
 Kecepatan melalui lubang strainer 0,15 –0,3 m/det.
 Letak strainer 0,6 –1 m di bawah tinggi muka air minimum.
2. Sumuran pengumpul
 Dasar sumur diambil 1 m di bawah strainer.
 Konsruksi harus kuat dan penempatan pipa serta perlengkapannya
dapat dengan mudah untuk dioperasikan dan dipelihara.
 Waktu detensi tidak kurang dari 20 menit.
3. Pipa penyalur air baku dengan pengaliran grafitasi
 Kecepatan aliran 0,6 –1,5 m/det untuk mencegah iritasi dan
sedimentasi pada pipa.
 Ukuran diameter pipa ditetapkan dengan menjaga kecepatan aliran
0,6 m/det pada saat level air rendah, dan tidak lebih dari
kecepatan aliran 1,5 m/det pada saat level air tertinggi.
4. Pipa penyalur air baku dengan pengaliran menggunakan pompa
 Kecepatan aliran berkisar antara 1 –1,5 m/det dengan pangaturan
diameter sama seperti kriteria pipa penyalur secara gravitasi.
 Pusat pompa ditetapkan tidak kurang dari 3,7 m di bawah level
air terendah dan tidak lebih dari 4 m di atas level air terendah.
5. Screen
 Jarak antar kisi adalah 25,4 –76,2 mm
 Lebar kisi 0,25 –5 inchi
 Kemiringan kisi 30o–45odari horizontal
 Kehilangan tekanan pada kisi 0,01 –0,8 m.

Jenis bangunan penangkap air yang dipilih untuk sungai iwoimendaa


yaitu Intake Tower yang dibangun sedekat mungkin ke pinggiran
sungai, tetapi dengan kedalaman minimum 3 meter. Puncak intake
(ruangan pompa) berada 1,5 meter di atas muka air tertinggi, kenapa
kami memilih intake tower karena sesuai dengan kebutuhan dan tahap-
tahapan pada bangunan pengolahan air minum, dan sesuai dengan
prasyarat dari sistem pengolahan air minum.

Anda mungkin juga menyukai