Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

PRODUK MIGAS 2
“PELUMAS’’

Disusun oleh :

Nama Mahasiswa : Chandini Ruth Yapno


NIM : 211420033
Program Studi : Teknik Pengolahan Minyak dan Gas
Bidang Minat : Refinery
Tingkat : 2

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS
(PEM AKAMIGAS)

Cepu, 30 Agustus 2022


I. Tujuan
Setelah melaksanakan praktikum ini diharapkan:
1. Mahasiswa dapat menggunakan peralatan uji produk pelumas.
2. Mahasiswa dapat memahami prinsip kerja peralatan uji produk pelumas.
3. Mahasiswa dapat membandingkan hasil pengujian produk pelumas dengan spesifikasi
yang berlaku.

II. Keselamatan Kerja


1. Peralatan gelas ditangani dengan hati-hati.
2. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia.
3. Hati-hati bekerja dengan larutan kimia (lihat MSDS) dan perhatikan bahan-bahan yang
mudah terbakar.

III. Dasar Teori


Pelumas sintetis merupakan pelumas yang dibuat dari base oil non mineral atau
campuran base oil mineral yang dikombinasikan dengan zat kimia untuk mendapatkan
pelumas yang mempunyai sifat-sifat sesuai yang diharapkan (Roger, 2004).

Pelumas sintetis ada yang terbuat dari campuran base oil mineral dan bahan sintetis
(semi sintetis) dengan campuran maksimal sebanyak 30% oli sintetis, diharapkan akan
didapatkan pelumas dengan kualitas tidak jauh berbeda dengan oli full sintetis dan yang
terbuat dari base oil buatan/sintetis (Full sintetis) (Roger, 2004).

Pelumas ini memiliki karakteristik diantaranya seperti memiliki titik nyala yang tinggi
dan titik tuang yang rendah untuk mengalirkan dan melumasi dalam kisaran suhu,
memiliki indeks viskositas tinggi agar tetap stabil dan melumasi dalam kisaran suhu
tertentu serta dalam perubahan suhu, berikutnya terdapat stabilitas termal, penyapihan
( kemampuan pemisahan air ), sebagai pencegahan korosi, resistensi keasamaan tinggi,
dapat bercampur dengan pelumas lain, dan berfungsi efektif dalam tekanan dan beban
tinggi (Roger, 2004).

Berdasarkan struktur molekul bahan pelumas serta kekuatan gesernya pelumas


diklasifikasikan sebagai pelumas padat, merupakan bahan padat yang diaplikasikan atau
disisipkan diantara dua permukaan yang bergerak bahan ini akan jauh lebih mudah geser
daripada permukaan yang bergerak. Tiga persyaratan utama suatu bahan untuk menjadi
pelumas padat adalah kemampuan untuk menopang beban yang diterapkan tanpa distorsi
besar, koefisien gesekan yang rendah, dan tingkat keausan yang rendah. Pelumas padat
umumnya digunakan saat kondisi ekstrim seperti dalam bentuk bubuk, gemuk pelumas,
suspensi, film logam atau pelumas terikat. Daya tahan pelumas padat ditingkatkan dengan
melapisi pengikat Bersama dengan pigmen pelumas lapisan terikat ini memberikan
ketebalan yang lebih besar dan meningkatkan masa pakai pelumas dan permukaan tempat
pelumas (Roger, 2004).

Pada pelumas jenis ini dibagi menjadi empat sub jenis yakni polimer yaitu kelompok
pelumas padat terbesar yang cocok digunakan untuk beban ringan. Jenis berikutnya ialah
logam-padat, pelumas jenis ini mengandung padatan lamellar dan mencapai gesekan
rendah melalui proses transfer film yang paling umum digunakan ialah ikatan logam
molybdenum disulfida. Sub jenis lainnya adalah karbon dan grafit digunakan sebagai
pelumas padat ini memiliki sifat stabilitas suhu yang tinggi, stabilitas oksidasi tinggi, dan
kinerja berkelanjutan dalam aplikasi kecepatan geser tinggi. Grafit sebagai material
memiliki gesekan rendah sehingga dapat menahan beban sedang. Dan sub jenis pelumas
padat lainnya ialah keramik dan cermet yang digunakan sebagai pelumas dalam situasi
dimana tingkat keausan yang lebih rendah lebih penting daripada gesekan rendah, pelapis
keramik/cermet dapat digunakan pada kisaran suhu tinggi sekitar 1000°C (Roger, 2004).

Selain pelumas bermolekul terdapat juga pelumas dengan jenis molekul cair yang
digunakan secara eksetensif dalam aplikasi yang tinggi dalam hal kecepatan dan ukuran
beban. Pelumas cair merupakan jenis pelumas yang paling dominan dipasaran dan jenis
ini terdiri dari minyak dasar dan beberapa zat aditif. Pelumas molekul cair jenis sub
pertama yaitu minyak mineral yang berbahan dasar mineral diektraksi dari minyak
mentah. Pelumas minyak terdiri dari empat seperti minyak paraffin ( tahan terhadap
oksidasi ), yang kedua minyak naftenik ( untuk aplikasi suhu rendah ), berikutnya oli
multigrade ( untuk meningkatkan viskositas pelumas ), terakhir yaitu minyak sintesis
( untuk tahan terhadap operasi berat ). Pelumas molekul cair terdiri dari minyak nabati
dan minyak hewani, minyak nabati merupakan Pelumas berbahan dasar minyak yang
terbuat dari lobak dan jarak dikenal sebagai pelumas minyak nabati. Minyak nabati
mengandung lebih banyak pelumas batas alami daripada yang diamati pada minyak
mineral (Roger, 2004).

Namun pelumas minyak nabati kurang stabil dibandingkan pelumas minyak mineral
pada rentang suhu tinggi, sedangkan minyak hewani merupakan lemak yang diambil dari
ikan dan hewan merupakan sumber minyak hewani. Itu ditambahkan ke minyak mineral
untuk meningkatkan kemampuan pembentukan film dari minyak mineral. Minyak hewani
tidak mudah menguap. Kelemahan utama minyak hewani adalah ketersediaannya. Dan
pelumas molekul cair yang terakhir ialah gas seperti sifat nitrogen dan helium digunakan
sebagai pelumas dalam aplikasi di mana ketebalan film antara pasangan tribo sangat
kecil. Keunggulan menggunakan pelumas gas adalah rentang suhu yang besar, tidak perlu
penyegelan untuk pelumasan, gesekan yang sangat rendah karena viskositas rendah, tidak
ada penguapan, tidak ada pemadatan, dan tidak ada dekomposisi. Kelemahan penggunaan
pelumas gas adalah kapasitas beban yang rendah, toleransi yang lebih rendah untuk setiap
kesalahan dalam estimasi beban, dan kebutuhan akan perancang spesialis dalam
menciptakan permukaan yang halus dengan jarak bebas yang rendah (Roger, 2004).

Pelumas memiliki fungsi yakni Minimalisasi gesekan, Film pelumas yang terbentuk di
antara permukaan logam yang bergerak dalam kontak sama sekali tidak memungkinkan
terjadinya kontak ini. Pengurangan panas yang tumbuh, Semakin kental pelumas maka
semakin tinggi gesekan internal dan panas yang dihasilkan. Pemilihan pelumas yang tepat
memberikan keseimbangan yang diperlukan antara apa yang diperlukan untuk
melindungi mesin tanpa menimbulkan gesekan internal yang berlebihan pada pelumas
yang digunakan. Pengurangan keausan adalah fungsi dasar pelumas. Umumnya, semakin
kental oli, semakin besar perlindungan terhadap keausan, dengan aditif juga memainkan
peran penting. Aditif modern memungkinkan penggunaan pelumas dengan viskositas
rendah untuk menawarkan perlindungan yang sama terhadap keausan. Dan sebagai
Perlindungan terhadap korosi dan karat. Saat pelumas menua maka akan menciptakan
produk sampingan yang korosif, sehingga dibutuhkan perlindungan terhadap logam
dengan aditif anti korosi / anti karat tertentu (Roger, 2004).

Sebuah mesin yang bekerja terus menerus akan menyebabkan mesin tersebut menjadi
cepat panas, kehilangan daya, mesin cepat rusak bahkan terbakar. Oleh karena itu, sebuah
mesin motor bakar membutuhkan sistem pelumasan untuk mendinginkan, memperlancar
atau menstabilkan kinerja mesin tersebut dan juga membuat mesin tersebut lebih awet,
Alat -alat yang terdapat di dalam sebuah mesin memiliki posisi saling berdekatan dan bila
bergerak akan menimbulkan gesekan. Gesekan - geskan itu dapat menyebabkan mesin
panas, haus, dan dapat kehilangan daya. Oleh karna itu diperlukan pelumas untuk dapat
mengurangi gesekan dan mesin dapat bekerja dengan lancar. Pelumas ini digunakan
untuk dapat memperlancar dan menstabilkan kinerja mesin tersebut (Roger, 2004).

Pelumas memiliki berbagai macam jenis yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan
bakar bakar dari mesin dengan formulasi yang berbeda jenis pula. Fastron Techno
dengan Teknologi Nano Guard adalah pelumas sintetis yang dirancang untuk semua
mobil Original Engine Manufacture (OEM). Secara khusus diformulasikan untuk mesin
kendaraan modern yang dilengkapi dengan turbocharge dan exhause after treatment
device.Fastron Techno 15W-50 memberikan perlindungan mesin kendaraan yang unggul,
meminimalkan suara gesekan mesin dan mengoptomalkan kinerja mesin. Pertamina
Fastron Techno 10W40 memiliki kelebihan yaitu Gesekan rendah untuk mengurangi
suara kasar dari mesin dan mengoptimalkan kemampuan mesin, Mengurangi keausan dan
menjaga mesin tetap bersih untuk menjaga kehandalan mesin, dan tingkat penguapan
rendah sehingga penambahan pelumas dapat dikurangi (Chang, 2004).

Mesran Super adalah pelumas mesin bensin yang dibuat dari bahan dasar oli mineral
berkualitas tinggi. Mengandung aditif detergent dispersant, anti oksidasi, anti aus dan
mempunyai sifat-sifat melindungi dan memelihara kebersihan torak, mencegah
terbentuknya sludge (endapan lumpur), mampu mengurangi keausan pada bagian-bagian
yang bergerak terutama pada katup atau klep. Pelumas Mesran super dari Pertamina ini
mengandung bahan aditif khusus sehingga memiliki kekentalan ganda (multigrade),
menjadikan pelumas ini mudah bersirkulasi. Mesin mudah dihidupkan pada waktu mesin
dingin dan suhu rendah serta tetap mempunyai kekentalan yang mantap saat
pengoperasian pada suhu dan kecepatan tinggi. Mesran Super yang telah memenuhi
persyaratan API Service SG/CD akan mendukung performa mesin lawas agar bekerja
secara maksimal. Perlu diketahui bahwa kendaraan keluaran tua memerlukan oli yang
lebih kental karena ruang mesin yang cenderung lebih longgar apabila dibandingkan
dengan mesin lansiran baru (Chang, 2004).

MEDITRAN S series adalah pelumas mesin diesel tugas berat,yang diformulasikan


dari base oil yang seimbang. MEDITRAN S series memberikan perlindungan terhadap
keausan dan korosi serta efektif dalam mengontrol terbentuknya deposit. MEDITRAN S
adalah pelumas mesin diesel tugas berat, yang diformulasikan dari base oil yang
mempunyai viscosity index tinggi dan aditif yang seimbang. MEDITRAN S series dapat
digunakan untuk pelumas mesin diesel kendaraan, alat berat, industri maupun perkapalan
putaran tinggi jenis turbo charged, super charged,atau naturally aspirated. MEDITRAN S
series memenuhi spesifikasi API CF/CF2,MB-Approval 228.0 (SAE 40 ). MEDITRAN S
10W dan MEDITRAN S 30 juga dianjurkan untuk sistem transmisi dan hidrolik pada
mesin tugas berat (Chang, 2004).

Pertamina Prima XP adalah pelumas mesin bensin unggul dari Pertamina yang
diformulasikan dari bahan dasar pilihan berkualitas tinggi dari jenis HVI dengan aditif
hasil teknologi mutakhir dalam jumlah, jenis dan komposisi yang optimal. oli Prima XP
dibuat dari bahan dasar semi sintetis dengan penambahan zat aditif, salah satunya adalah
RN additive. Oli Prima XP 20W-50 untuk mobil juga memiliki kekentalan ganda atau
multi grade. Selain itu, oli ini juga sudah tersertifikasi API SJ, API CF, dan ACEA A2-
96/B2-98. Pertamina Prima XP Diformulasikan dengan "Smart Shield Technology" untuk
memberikan perlindungan optimal dan tercapainya kinerja mesin yang dibutuhkan mesin
terbukti tangguh melindungi mesin, memiliki kemampuan bertahan dari kerusakan dan
memberikan perlindungan terhadap korosi yang 50% , Mencegah pembentukan deposit
pada piston dan menjaga kebersihan mesin sehingga memperpanjang umur mesin.
ketahanan yang tinggi terhadap oksidasi dan panas sehingga mampu memberikan
perpanjangan masa pakai pelumas. Didesain khusus untuk melindungi mesin di iklim
tropis (Chang, 2004).

III.1. Densitas
Densitas merupakan berat cairan per unit volume dengan standar pengukuran
misalnya Kg/m3. Penetapan density akan sangat akurat apabila suhu sampel sama.
Semakin berat minya maka densitas minyak tersebut semakin besar. Maka tujuan dari
uji metoda ini adalah pemeriksaan secara laboratorium dari crude petroleum dan
petroleum product yang normalnya dihandle sebagai cairan dengan menggunakan
glass hidrometer. Pengukuran densitas yang akurat adalah penting untuk
mengkorversikan volume terukur ke volume standart 60 / 60oF. Densitas adalah suatu
faktor yang tidak saja berhubungan dengan kualitas produk tetapi juga terhadap harga
jualnya (George, 2003).

III.2. Viskositas kinematic


Viskositas kinematic merupakan sebuah parameter uji untuk menentukan ratio
antara viskositas absolut untuk kepadatan ( densitas ) dari bahan bakar dengan jumlah
kekuatan yang terlibat pada temperature tertentu salah satunya untuk metode uji 40 °C
dan 100 °C. bahan bakar mengalir ke sumbu karena adanya gaya kapiler dalam
saluran -saluran sempit antara serat - serat sumbu. Aliran kerosin tergantung pada
viskositas yaitu jika minyak cair kental mempunyai tinggi - naik yang besar maka api
akan tetap rendah dan sumbu menjadi arang (hangus) karena kekurangan minyak
(George, 2003).

III.3. Pour Point


Pour Point ( titik tuang ) merupakan suhu terendah dimana bahan bakar
minyak masih dapat mengalir dengan sendirinya pada kondisi pengujian. Kemudahan
mengalir bahan bakar dipengaruhi oleh komposisi hidrokarbon dalam bahan bakar itu
namun apabila terdapat kegagalan untuk mengalir pada titik tuang umumnya
berhubungan dengan kandungan lilin dari minyak, tetapi dapat juga karena pengaruh
viskositas minyak sangat kental apabila bahan bakar yang mengandung paraffin akan
lebih mudah membeku dibanding dengan bahan bakar yang kandungan parafinnya
rendah karena struktur paraffin berhubungan dengan pendinginan minyak dapat diatasi
dengan cara diberi tekanan yang relatif kecil (George, 2003).

III.4. Flash Point


Flash point adalah suatu angka yang menyatakan temperatur terendah dari
bahan bakar minyak dimana akan timbul penyalaan api sesaat, apabila pada
permukaan tersebut didekatkan pada nyala api. Sedangkan pour pint adalah suatu
angka yang menyatakan temperatur terendah dari minyak pelumas sehingga minyak
tersebut masih dapat mengalir karena gaya gravitasi (George, 2003).

IV.Bahan dan Alat


IV.1. Density / Specific Gravity, ASTM D 1298
a. Bahan
- Pelumas Prima Xp 20w-50

b. Alat
- Hydrometer Standar :
 Skala Density
 Skala SG atau
 Skala API-gravity
- Thermometer ASTM 12oC atau 12F
- Gelas silinder
- Constant-Temperature Bath

IV.2. Viskositas Kinematik ASTM D-445


a. Bahan
- Pelumas Prima Xp 20w-50

b. Alat
- Viscometers
- Viscometers Holders
- Temperature-Controlled Bath
- Temperature Measuring Device, From 0 to 100oC
 Use either calibrated liquid-in-glass thermometers of an accuracy after
correction of ± 0.02°C or better, or
 any other thermometric device of equal or better accuracy
- Timing Device

IV.3. Pour Point, ASTM D-97


a. Bahan
- Pelumas Prima Xp 20w-50

b. Alat
- Jar Test, bentuk silinder gelas kuning, dasar falt, diameter luar 33,2 – 34,8
mm, tinggi 11,5 – 12,5 mm, diameter 30,0 – 32,4 mm, tebal dinding tidak
lebih besar dari 1,6 mm. Tabung dapat menampung contoh dengan ketinggian
54 ± 3 mm dari dasar bagian dalam.
- Termometer, spesifikasi E1.
- Bak Pendingin

IV.4. Flash Point Cleveland Open Cup, ASTM D-92


a. Bahan
- Pelumas Prima Xp 20w-50

b. Alat
- Peralatan Cawan Cleveland terbuka (manual) – peralatan ini terdiri dari
cawan, pelat pemanas, aplikator api penguji, pemanas dan penyangga.
- Peralatan Pengukur Temperatur.
- Api Penguji.
V. Langkah Kerja
V.1. Density / Specific Gravity ASTM D-1298
a. Langkah Kerja Pengukuran Density 15oC

Atur suhu contoh sesuai dengan jenis contoh yang akan diuji.

Tuangkan contoh uji kedalam gelas silinder, hilangkan adanya gelembung udara dengan
diaduk menggunakan thermometer secara perlahan

Tempatkan gelas silinder yang telah berisi contoh uji pada tempat yang datar,bebas pengaruh
goncangan dan pengaruh udara luar

Lakukan pengukuran temperatur menggunakan Thermometer Skala oC, baca dan catat suhu
contoh uji.

Masukkan dengan perlahan hidrometer DENSITY yang sesuai kedalam contoh uji.

Apabila hidrometer sudah terapung dengan bebas baca skala hidrometer, dicatat sebagai
‘Density Pengamatan’ (Observed Density).

Keluarkan hydrometer, kemudian lakukan pengukuran temperatur, baca dan catat suhu
contoh uji. Apabila perbedaan suhu dari kedua pengamatan tidak melampaui 0,5 oC hasil
rata dicatat sebagai ‘Suhu Pengamatan’ (Observed Temperature).

Untuk merubah Density Pengamatan ke DENSITY 15 °C dikoreksi menggunakan Tabel 53


A atau 53 B dari Petroleum Measurement Tables ASTM D-1250 – 80.
b. Langkah Kerja Pengukuran SG 60/60

Atur suhu contoh sesuai dengan jenis contoh yang akan diuji.

Tuangkan contoh uji kedalam gelas silinder, hilangkan adanya gelembung udara dengan
diaduk menggunakan thermometer secara perlahan.

Tempatkan gelas silinder yang telah berisi contoh uji pada tempat yang datar, bebas
pengaruh goncangan dan pengaruh udara luar.

Lakukan pengukuran temperature menggunakan Thermometer Skala °F, baca dan catat
suhu contoh uji

Masukkan dengan pelan-pelan hidrometer SG yang sesuai kedalam contoh uji.

Apabila hidrometer sudah terapung dengan bebas baca skala hidrometer dan thermometer,
lalu dicatat sebagai SG pengamatan.

Keluarkan hydrometer, kemudian lakukan pengukuran temperatur, baca dan catatsuhu


contoh uji. Apabila perbedaan suhu dari kedua pengamatan tidak melampaui 0,5°C hasil
rerata dicatat sebagai ‘Suhu Pengamatan’ (Observed Temparature).

Untuk merubah SG pengamatan ke SG pada 60/60 °F dikoreksi menggunakanTabel 23 A


atau 23 B dari Petroleum Measurement Tables ASTM D-1250 – 80.

Untuk merubah SG 60/60°F ke Density 15°C atau °API Gravity pada 60°F gunakkan tabel
21.
V.2. Viskositas Kinematik ASTM D-445

Hubungkan stop kontak pada 220 Volt/110 Volt, tekan Switch ke posisi On

Atur posisi Thermostat sesuai suhu yang di kehendaki (misal 40 °C atau 100°C)

Biarkan beberapa saat agar suhu bak mencapai suhu yang dikehendaki sambil stirrer dibiarkan
beroperasi selama pengujian berlangsung agar suhu bak tetap stabil.

Pilih tabung viskometer yang sesuai dengan contoh yang diuji, tabung viskometer harus bersih
dan kering

Istilah viskometer dengan contoh sampai tanda batas yang ditetapkan

Masukkan viskometer yang telah diisi contoh dalam penangas sampai suhunya sama dengan
suhu penangas, minimal direndam 30 menit.

Mulai lakukan pengetesan dan lakukan tiga kali, ulangi pemeriksaan apabila waktu pengaliran
kurang dari 200 detik, dengan cara pemilihan kapiler yang lebih kecil.

Hitung viskositas Kinematik, sebagai berikut:


V=cxt
V = viskositas kinematik (cSt)
c = Faktor kalibrasi dari viscometer (mm2/second2)
t = waktu alir (second)

Hitung Determinability atau Repeatability

Selesai pengujian tekan switch pada posisi Off


V.3. Pour Point ASTM D-97

Atur suhu contoh sesuai dengan jenis contoh yang akan diuji.

Tuangkan contoh ke test jar sampai tanda batas. Jika perlu, panaskan sampel pada penangas
air sampai cukup bisa mencair untuk dituangkan ke jar test

Pasangkan thermometer tercelup pada contoh uji (seperti terlihat pada gambar)

Lakukan pendinginan secara bertahap dimulai dari suhu paling hangat

Setiap penurunan suhu 3 °C, lakukan pengamatan apakah masih bisa mengalir/bergerak
ketika jar test sedikit dimiringkan.

Lanjutkan cara ini sampai suatu titik dicapai dimana minyak tidak menunjukan gerakan
ketika jar test dipegang pada posisi horizontal selama 5 detik, amati thermometer dan catat

Tambahkan sebesar 3 °C pada hasil pengamatan diatas dilaporkan sebagai Pour Point
V.4. Flash Point Cleveland Open Cup ASTM D-92

Cuci mangkok uji dengan larutan yang cocok untuk menghilangkan sisa-sisa karbon yang
tertinggal pada pengujian terdahulu.

Isi mangkok uji sampai tanda batas. Apabila contoh terlalu kental panaskan sebelum dituang
dalam mangkok. Aduk hingga permukaan contoh merata dan bebas dari gelembung-
gelembung udara.

Tempatkan mangkok uji berisi contoh pada alat, pasang termometer sehingga ujung air
raksa terletak + ½ inchi dari dasar mangkok uji.

Panaskan dengan kecepatan kenaikan suhu antara 25 – 30o F per menit

Nyalakan api pencoba dan atur sehingga diameter nyala api 0,4 – 0,8 cm

Apabila suhu contoh sudah mencapai paling sedikit 50o F dibawah Flash Point yang
diperkirakan, jalankan api pecoba diatas permukaan mangkok dengan jarak 0,2 cm dan
waktu untuk melintasi mangkok uji + 1 detik.

Pada saat terjadi sambaran api sesaat diatas permukaan contoh, baca thermometer dan catat
sebagai Flash Point dari contoh tersebut.

Untuk menetapkan Fire Point teruskan pemanasan dan api pencoba dilewatkan diatas
permukaan contoh setiap kenaikkan 5° F/menit sampai contoh terbakar palinng sedikit 5
detik. Catat temperatur sebagai Fire Point.
Ⅵ. Hasil Praktikum
6.1 Density / Specific Gravity ASTM D-1298
Sampel Suhu Density 15°C SG 60/60°F
°C °F Spesifikas Hasil SG Prima Xp
i
Prima Xp 27,5 °C 87,5 °F 0,8890 0,874,55 0,8746
kg/cm3 kg/cm3

Perhitungan:
Diketahui:
X1 = 27,25 °C
X = 27,5 °C
X2 = 27,75 °C
Y1 = 873,4
Y =?
Y2 = 875,7
Maka,
x− x 1 y− y 1
=
x 2−x 1 y 2− y 1
27,5−27,25 y−873,4
=
27,75−27,25 875,7−873,4
0,25 y−873,4
=
0,5 2,3
1,15= y .873,4
= 0,874,55 kg/cm3

6.2 Viskositas Kinematik 40 °C ASTM D-445

Percobaan Sampel Waktu Nilai Keterangan


Viskositas
1. 350 detik 170,31 cst
2. Prima Xp 350 detik 170,31 cst On Spec
3. 20-50 W 351 detik 170,39 cst
6.3 Viskositas Kinematik 100 °C ASTM D-445

Percobaan Sampel Waktu Nilai Keterangan


Viskositas
1. 638 detik 22,151 cst
2. Prima Xp 637 detik 22,116 cst On Spec
3. 637 detik 22,116 cst

6.4 Pour Point ASTM D-97

Pertadex Spesifikasi Keterangan


Suhu (°C) Keadaan -30 °C Off Spec
-20 °C Membeku

6.5 Flash Point Cleveland Open Cup ASTM D-92

Bahan Hasil Pengujian Spesifikasi Keterangan


Prima Xp 20-50W 235 °C Min 234 °C On Spec`

VI. Analisis
VI.1. Density / Specific Gravity ASTM D-1298
Pada kesempatan kali ini, praktikan melakukan percobaan Density / Specific
Gravity menggunakan metode ASTM D-1298 dengan menggunakan sampel prima
xp. Prinsip kerja dari praktikum ini yaitu dengan mengapungkan hydrometer ke
dalam sampel yang akan diuji baik untuk pengujian density maupun specific gravity
dari sampel uji ini.
Pertama, praktikan menuangkan sampel prima xp ke dalam gelas silinder
sampai tanda batas yang telah ditentukan. Setelah itu, praktikan menempatkan gelas
silinder ke tempat yang rata dan bebas pengaruh kemudian dilakukan pengukuran
suhu terhadap sampel uji menggunakan thermometer. Dari pengukuran tersebut,
praktikan mendapatkan hasil dengan suhu 27,5 °C. Setelah itu, hydrometer dapat
diapungkan didalam sampel uji. Kemudian, hydrometer didiamkan sampel stabil
dalam keadaan mengapung dan praktikan melihat hasil yang ditampilkan pada
hydrometer. Hasil yang didapat oleh praktikan 0,874,55 untuk densitas dan untuk
nilai SG 60/60°F didapatkan hasil 0,8746. Setelah mendapat nilai dari SG 60/60°F.
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi
No.0486.K/10/DJM.S/2017 tentang Standar dan Mutu (Spesifikasi) Bahan Bakar
Minyak Jenis minyak pelumas atau prima xp Yang Dipasarkan Di Dalam Negeri
bahwa untuk spesifikasi densitas pertalite memiliki nilai minimal 0,8890. Dengan
nilai yang praktikan dapat, sampel yang praktikan uji dinyatakan Off Spec atau dalam
artian tidak sesuai spesifkasi sehingga tidak dapat dipasarkan ke konsumen.
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kualitas dari crude oil. Semakin
rendah nilai °API maka nilai SG semakin besar dan banyak mengandung lilin. Pada
percobaan yang praktikan lakukan, °API lebih besar dari nilai density yang
menandakan sampel dalam kualitas baik. Semakin kecil nilai SG dan semakin tinggi
nilai °API nya maka minyak tersebut makin berharga karena lebih banyak
mengandung pengotor daripada kandungan sampel prima xp sehingga mendapat
hasil Off Spec.

6.2 Viskositas Kinematik 40 °C ASTM D-445


Viskositas kinematika suatu zat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah suhu. Semakin tinggi suhu suatu zat, viskositasnya akan semakin
rendah dan kekentalannya juga semakin berkurang, sehingga zat tersebut lebih mudah
mengalir. Dan sebaliknya, Semakin rendah suhu suatu zat, viskositasnya akan semakin
tinggi dan kekentalannya juga semakin meningkat, sehingga zat tersebut lebih sulit
mengalir. Zat yang kekentalannya kecil dan mudah mengalir, jika melewati sebuah
kapiler tentu membutuhkan waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan zat yang
kekentalannya besar dan sulit mengalir.

Pada hasil praktikum yang kami dapat kami mendapat hasil pada percobaan
pertama yaitu 170,31 dan percobaan kedua 170,31 dan percobaan ketiga yaitu 170,39
dari data viskositas kinematic pada sampel prima xp dilakukan perhitungan viskositas
indeks, viskositas indeks prima xp menunjukkan kualitas suatu prima xp saat
digunakan oleh mesin pada temperature yang berbeda. Nilai viskositas indeks yang
tinggi menunjukkan kualitas prima xp yang baik dan dapat digunakkan pada variasi
temperatur yang berbeda. Dengan hasil praktikum yang telah kami lakukan maka
dapat dikatakan On Spec karena telah sesuai spesifikasi dirjen migas, dan jika Off
Spec maka prima kurang baik untuk mesin karena fungsi prima xp berkurang sehingga
bisa mudah terbakar di ruang pembakaran Ketika terkena suhu pada mesin tinggi. Dan
beberapa faktor yang menyebabkan produk dalam keadaan Off Spec, yaitu
terkontaminasi sehingga warna kelihatan gelap sehingga produk pertadex tidak dapat
digunakan, tetapi hasil yang kami dapatkan On Spec karena kami telah sesuai metode
dan prosedur dengan baik.

6.3 Viskositas Kinematik 100 °C ASTM D-445

Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau fluida.
Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk
mengalir. Beberapa cairan ada yang dapat mengalir cepat, sedangkan lainnya mengalir
secara lambat. Cairan yang mengalir cepat seperti air, alkohol, dan bensin mempunyai
viskositas besar. Jadi, viskositas tidak lain untuk menentukan kecepatan mengalirnya
suatu cairan. Pengujian viskositas ini menggunakan metode ASTM D 445.
Pada pengujian ini, praktikan melakukan 3 kali pengulangan dengan hasil pada
percobaan pertama yaitu 638s, percobaan kedua 637s, dan percobaan ketiga 637s.
Sehingga didapatkan nilai viskositas sebesar 22,151 cSt, 22,116 cSt, dan 22,116 cSt.
Hasil ini sudah memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan oleh Dirjen Migas dengan
besar viskositas yaitu maksimal 8 cSt. Hal ini menunjukkan bahwa sampel prima xp
yang digunakan diindikasi tidak mengandung kontaminan karena apabila sampel
terkontaminasi dengan fraksi berat maka nilai viskositas akan tinggi, sedangkan
viskositas akan rendah bila terkontaminasi dengan fraksi ringan. Nilai viskositas yang
tinggi juga menunjukkan bahwa prima xp tersebut dalam kondisi sangat kental
sehingga jika digunakan dapat menyebabkan penyumbatan pada pipa mesin
pembakaran. Sebaliknya, nilai viskositas yang terlalu rendah menunjukan prima xp
dalam kondisi encer sehingga jika digunakan dapat menyebabkan banyak kelonggaran
atau sela yang cukup besar pada mesin.

6.4 Pour Point ASTM D-97


Pada praktikum pour point ASTM D-97 kami melakukan percobaan ini
dilakukan dengan menggunakan contoh uji prima xp, contoh uji didinginkan sehingga
mecapai titik dimana contoh uji tidak dapat mengalir yang kemudian disebut dengan
pour point. Setiap penurunan 3 °C dicek apakah contoh uji sudah mencapai titik tuang
atau belum. Pada suhu 0 °C. contoh uji masih mengental dimana kami mendapat hasil
-20 °C maka dinyatakan Off Spec dikarenakan sampel prima xp yang terlalu kental
sehingga sulit untuk menyesuaikan dengan suhu pada kulkas

Pour point adalah temperature terendah fluida masih dapat mengalir atau
pergerakan fluida tersebut teramati sesuai kondisi pengujian, hal ini sangat berguna
untuk diketahui agar mencegah pembekuan bahan bakar.

Apa yang dimaksud dengan ASTM D-97, ASTM D-97 merupakan metode
standard test untuk penguji pour point dan digunakkan untuk produk minyak bumi
(minyak jar, pelumas, minyak diesel, dan minyak bakar)

Faktor-Faktor yang mempengaruhi pour point yaitu kandungan hidrokarbon


dan faraksi - fraksi ringan ataupun berat dalam produk tersebut atau kandungan fraksi
berat pada minyak, semakin banyak fraksi berat semakin tinggi pour point dan
kandungan wax semakin tinggi pour point.

Pada praktikum kali ini produk yang kami uji dinyatakan nilai pour point tidak
memenuhi standar minimum (Off Spec) kenapa produk tersebut dinyatakan Off Spec
dan apa penyebabnya bila suatu produk dinyatakan Off Spec pada saat pengujian pour
point hal ini disebabkan produk tersebut telah terkontaminasi fraksi buat sehingga
pada saat pengujian telah membeku sebelum temperature spec yang telah ditentukan
ataupun kegagalan hasil proses pada unit MDU (Mek Dewaxing Unit) yang berfungsi
untuk mengurangi kandungan wax pada minyak pertadex dan hasil yang kami dapat
yaitu Off Spec

6.5 Flash Point Cleveland Open Cup ASTM D-92


Berdasarkan hasil pengujian titik nyala pada prima xp, didapatkan nilai hasil
pengamatan sebesar 235 C. Hasil tersebut sudah sesuai dengan yang dikehendaki
oleh spesifikasi sampel, atau dalam hal ini adalah spesifikasi prima xp dari Dirjen
Migas. Dimana nilai titik nyala minyak pelumas atau prima xp yang dikehendaki oleh
pemerintah minimal adalah 234 C. Hasil 235 C tentunya sudah lebih dari minimal,
dan memenuhi syarat titik nyala untuk minyak pelumas. Hal ini menunjukan bahwa
serangkaian pengujian yang dilakukan oleh praktikan sudah sesuai dengan metoda,
baik dari aspek peralatan, prosedur dan perlakuan praktikan terhadap sampel yang
diujikan, seperti pencucian cup, pemanasan sampel, waktu mulai melihat reaksi uap
terhadap api, pengaturan putaran, pengaturan besar nyala api dan pengaturan aliran
gas. Adapun mengenai hasil titik nyala yang sebesar 235 C dapat mengindikasikan
adanya komponen yang sedikit lebih berat dari minyak pelumas, dikarenakan nilai
yang didapatkan sedikit lebih tinggi dari minimum. Namun untuk dapat
menyimpulkan apakah sampel yang diuji sungguh terindikasi terkontaminasi fraksi
yang agak lebih berat harus dilakukan pengujian massa jenis atau density. Titik nyala
hanya memberikan gambaran terhadap kemurnian, tanpa dapat menentukan
kontaminasi secara kuantitatif. Namun terlepas dari terkontaminasi atau tidaknya
sampel tersebut, jika dilihat dari segi tujuan awal pemeriksaan titik nyala pada suatu
minyak, maka minyak pelumas yang dijadikan sampel akan sangat aman jika disimpan
pada suhu kamar. Karena nilai titik nyala minyak pelumas tersebut jauh diatas suhu
kamar yang hanya 30C, sehingga kemungkinan membentuk uap yang mudah terbakar
dalam jumlah banyak sangatlah kecil. Atau bisa dikatakan jika hanya dilihat dari aspek
titik nyala saja, maka bisa disimpulkan bahwa minyak pelumas tersebut sangat baik.

VII. Penutup
VII.1. Density / Specific Gravity ASTM D-1298
A. Kesimpulan
Pelumas yang diuji tidak masuk dalam spesifikasi atau Off Spec karena
kemungkinan telah terkontaminasi pengotor lainnnya

B. Saran

1. Ikuti semua aturan yang berlaku di laboratorium agar proses praktikum berjalan
dengan lancar.

2. Menentukan skala pembacaan pada hydrometer maupun thermometer dengan tepat


dan teliti.

7.2 Viskositas Kinematik 40 °C ASTM D-445

A. Simpulan

Setelah hasil percobaan dibandingkan dengan spesisifikasi minyak pelumas


yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Migas, minyak pelumas yang diuji masih
masuk dalam range spesifikasi artinya masih On Spec.
B. Saran

1). Sebelum melakukan percobaan, alangkah lebih baiknya membersihkan peralatan


terlebih dahulu terutama viscometer untuk menghindari kebuntuan karena dapat
mengganggu percobaan akibat sampel tidak bisa dihisap

2). Sebaiknya pengujian dilakukan dengan dua cara, yaitu manual dan otomatis, agar
mahasiswa dapat mendapatkan ilmu yang lebih luas dan dapat membandingkan dua
alat tersebut.

3). Sebaiknya sampel yang diberikan lebih dari satu, supaya mahasiswa dapat
mengetahui karakter dan perbedaan perlakuan dari setiap sampel. Terlebih jika kedua
sampel tersebut memiliki nilai yang berbanding (yang satu On Spec, satunya Off Spec)

7.3 Viskositas Kinematik 100 °C ASTM D-445

A. Kesimpulan

Setelah hasil percobaan dibandingkan dengan spesisifikasi minyak solar yang


dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Migas, minyak solar yang diuji masih masuk
dalam range spesifikasi artinya masih On Spec.

B. Saran

Sebelum melakukan percobaan, alangkah lebih baiknya membersihkan


peralatan terlebih dahulu terutama viscometer untuk menghindari kebuntuan karena
dapat mengganggu percobaan akibat sampel tidak bisa dihisap.

7.4 Pour point ASTM D-97

A.Kesimpulan
Kami mendapat hasil Off Spec dikarenakan produk Prima xp yang terlalu
kental dan alat yang digunakan yaitu alat freezer rumahanan

B. Saran

Ikuti semua aturan yang berlaku di laboratorium agar proses praktikum


berjalan dengan lancar. Dan membaca modul terlebih dahulu agar dapat
memahami Langkah kerja dengan baik.
7.5 Flash Point COC ASTM D-92

A. Kesimpulan

Dari data yang di uji dengan menggunakan metode pengamatan flash point coc
didapatkan hasil On Spec bila dibandingkan dengan standar spesifikasi Dirjen Minyak
dan Gas Bumi bahan bakar minyak jenis pelumas atau sampel prima xp adalah 234.

B. Saran

Perhatikan suhu bath pemanas, jika terlalu tinggi dapat mengakibatkan


perolehan data yang tidak akurat. Jika membaca skala temperatur pastikan mata sejajar
lurus dengan thermometer, agar didapat data yang tepat.

VIII. Daftar Pustaka


Chang, 2004 Chevron Lubricants Information Bulletin 8 : Synthetics Oils

Haycock, Roger F. 2004. Automotive Lubricants Reference Book: Second Edition.

Totten, George E. 2003 Fuels and Lubricants Handbook: Technology, Properties,


Performance, and Testing (ebook). West Conshohocken, PA: ASTM International.

Warendale, PA: SAE International.

IX. Lampiran
9.1 Density/Specific Gravity ASTM D-1298
9.2 Viskositas kinematik 40 °C ASTM D-445

9.3 Viskositas Kinematik 100 °C ASTM D-445

9.4 Pour Point ASTM D-97


9.5 Flash Point COC ASTM D-92

Anda mungkin juga menyukai