Anda di halaman 1dari 4

WORLDVIEW ISLAM DAN LIBERALISME

Oleh: Trianka Priya Utama

Sebelum masuk dalam pembahasan tentang worldview, sangat perlu bagi para
pengkaji memahami Islam dan Liberalisme secara terminologi. Islam berasal dari kata ‘salm’
(‫ )الس َّْلم‬yang berarti damai atau kedamaian. Islam juga berasal dari kata ‘aslama’ (‫)أَ ْسلَ َم‬, artinya
berserah diri atau pasrah atau tunduk/mematuhi, yakni berserah diri atau tunduk dan patuh
kepada aturan Allah SWT. Islam juga berasal dari kata istaslama–mustaslimun penyerahan
total kepada Allah SWT. Islam juga berasal dari kata ‘saliim’ (‫س ِليْم‬
َ ) artinya bersih dan suci.1
Islam menurut KBBI2 adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬yang
berpedoman pada kitab suci Al-Qur'an yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT.
Islam dapat didefinisikan berserah dari, tunduk, dan patuh kepada aturan Allah SWT yang
dimulai ketika seseorang menyatakan dua kalimat syahadat. Pedoman agama Islam adalah
Al-Qur’an dan As-Sunnah (Hadist).
Istilah liberalisme berasal dari bahasa latin, libertas atau dalam bahasa Inggris disebut
liberty yang artinya kebebasan. Liberalisme adalah suatu paham yang menghendaki adanya
kebebasan. Selain itu, liberalisme juga didefinisikan sebagai suatu paham yang menghendaki
adanya kebebasan individu, baik dalam bidang ekonomi, politik, ilmu pengetahuan,
kebudayaan, agama, maupun kebebasan sebagai warga negara dinamakan liberalisme.3
Dewasa ini dikenal istilah Islam Liberal. Sebuah istilah yang terdiri dari dua kata yang
secara bahasa atau terminologi saling bertentangan satu sama lain. Meski begitu anehnya
pemikiran-pemikiran liberalisme ini terus berkembang dalam tubuh umat Islam. Bukan hanya
sekedar berkembang, tetapi liberalisasi Islam ini memperoleh banyak dukungan dari berbagai
kalangan.

WORLDVIEW
Immanuel Kant menyatakan adanya suatu hal yang “memancarkan” sebuah sistem
keyakinan terstruktur dan mendasari pemikiran dan tindakan manusia. Maka ia
mendefinisikan worldview sebagai “a set of beliefs that underlie and shape all human

1
Anonim. 2013. Pengertian Islam Menurut Bahasa, Istilah, dan Al-Quran. Diakses di:
https://www.risalahislam.com/2013/11/pengertian-islam-menurut-al-quran.html
2
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/islam
3
Parinduri A. 2021. Ideologi Liberalisme: Sejarah, Ciri-Ciri dan Contoh Penerapannya. Diakses di:
https://tirto.id/ideologi-liberalisme-sejarah-ciri-ciri-dan-contoh-penerapannya-gkhn
thought and action”.4 James H Olthuis menyatakan bahwa worldview adalah suatu kerangka
berfikir, atau keyakinan-keyakinan mendasar tentang visi kita terhadap dunia dan visi
terhadap bayangan atau ungkapan kita di masa depan nanti. Visi ini merupakan saluran atau
aliran kepada berbagai dasar keyakinan tentang petunjuk arah dalam kehidupan. Hal tersebut
terintegrasi dalam fikiran seseorang kemudian membangun standar dalam menyikapi realitas
dan berinteraksi terhadapnya, dan hal ini telah lama menjadi dasar pemikiran dan perbuatan
kita sehari-hari.5

THE WORLDVIEW OF ISLAM


Dalam dunia Islam terdapat beberapa istilah yang memiliki persamaan dengan kata
Worldview. Abu al-A’la al-Mawdudi, menamakan cara pandangan dengan istilah Islamic
nazariytat (Islamic Vision). Islamic nazariyat adalah suatu cara pandang yang dimulai dari
pernyataan tentang keesaan Tuhan (syahadah) yang membawa konsekuensi pada seluruh
kegiatan kehidupan manusia di dunia. Hal ini menurutnya, karena syahadah adalah
pernyataan moral yang mendorong manusia untuk melaksanakannya dalam kehidupan secara
menyeluruh.6
Samih ‘Atif al-Zayn menyebut cara pandang atau worldview sebagai al-Mabda’ al-
Islami (Islamic Principle). Ia mendefinisikan cara pandang sebagai aqidah fiqriyyah
(kepercayaan yang berdasarkan akal) yang daripadanya timbul peraturan/sistem.7 Dalam
pengertian yang lebih luas lagi, Sayyid Qutb menamakan cara pandang Islam dengan istilah
at-Tasawwur al-Islami (Islamic Vision). At-Tasawwur al-Islami adalah akumulasi dari
keyakinan asasi yang terbentuk dalam pikiran dan hati setiap Muslim, yang memberi
gambaran khusus tentang wujud dan apa yang terdapat di balik itu.8
Prof. Syed Muhammad Nuquib al-Attas menggunakan istilah Ru’yatul al-Islam li al-
wujud (Pandangan Islam tentang Wujud). Worldview Islam menurut Syed Muhammad
Nuquib al-Attas adalah pandangan Islam tentang realitas dan kebenaran yang tampak oleh
mata hati kita dan yang menjelaskan hakikat wujud. Ia juga menegaskan The Worldview of
Islam itu,

4
James W. Sire.2015. Naming the Elephant: Worldview as a Concept. Downer Grove: InterVarsity Press
Academic p. 23
5
Ibid, p.28
6
Abu al-A’la al-Mawdudi (1967) dalam Hamid Fahmy Zarkasyi. 2021. Minhaj Berislam, dari Ritual hingga
Intelektual. Insists: Jakarta. Selanjutnya disebut Minhaj.
7
Samih Athif al-Zayn (1989) dalam Minhaj
8
Muhammad Sayyid Quthb (1997) dalam Minhaj
”…bukan sekedar pandangan akal manusia terhadap dunia fisik atau keterlibatan
manusia di dalamnya dari segi historis, sosial, politik dan kultural… tapi mencakup
aspek dunia dan akhirat dimana kedua aspek ini harus terkait secara erat dan
mendalam, sedangkan aspek akhirat harus diletakkan sebagai aspek final..”9
Maka worldview Islam dapat disarikan berupa pengetahuan (Syariah), keimanan
(akidah) dan perbuatan (akhlak) yang terakumulasi sepanjang hayat yang kemudian
membentuk system kehidupan baik berkaitan dengan realitis fisik maupun non fisik.
Sementara itu al-Qur’an dan Hadist adalah sumber pembentukan worldview Islam. Dalam
penafsirannya baik al-Qur’an dan hadist punya syarat, metode, dan prosedur yang disepakati
oleh para ulama, tidak semua orang bisa menfasirkan.

THE WORLDVIEW OF LIBERALISM


Liberalism, from the Latin liberalis, is a broad political ideology or worldview
founded on the ideas of liberty and equality. Liberalism espouses a wide array of views
depending on their understanding of these principles, and can encompass ideas such as free
and fair elections, free trade, private property, capitalism, constitutionalism, liberal
democracy, free press, and the free exercise of religion.10 Jadi liberalisme adalah worldview
tentang kebebasan dan kesetaraan yang membebaskan cara pandang orang-orang bergantung
pada pemahaman setiap orang. Liberalisme ini menitikberatkan pada konsep kebebasan
individu di setiap sendi kehidupan, termasuk beragama.
Menurut Linda Woodhead salah satu nilai liberalisme adalah: “Individual freedom.
For liberals, individuals are sovereign ‘choosers’. As such, each one is the ultimate authority
on how he or she should conduct his or her own life.” Linda juga menambahkan bahwa
liberalisme dihilangkan dari sektor public dan politik sehingga ia menjadi urusan privat
(private religion).11 Liberalisme atau sekularisasi kehidupan ini muncul karena
ketidakmampuan doktrin dan dogma agama Kristen untuk berhadapan dengan peradaban
Barat yang terbentuk dari berbagai unsur.12
Harvey Cox menyebutkan bahwa masyarakat perlu dibebaskan dari kontrol agama
dan pandagan hidup metafisik yang tertutup. Dunia menurut Cox, perlu dikosongkan dari
nilai-nilai rohani dan agama. Sains akan berkembang dan maju jika dunia dikosongkan dari

9
Syed Muhammad Nuquib al-Attas (2001) dalam Minhaj
10
https://learn.saylor.org/mod/page/view.php?id=17372
11
Linda Woodhead. 2010. Liberal religion and illiberal secularism. Diakses di:
https://www.researchgate.net/publication/290925268_Liberal_religion_and_illiberal_secularism
12
Adnin Armas. 2003. Pengaruh Kristen-Orientalis Terhadap Islam Liberal. Gema Insani: Jakarta
tradisi atau agama yang menyatakan adanya kekuatan supernatural yang menjaga dunia.13
Proses penduniawian semua realitas inilah yang menjadi worldview dari liberalisme. Terdapat
banyak definisi tentang liberalisme atau sekulerisme, akan tetapi semua bermuara pada hal
yang sama yaitu sektor publik dibersihkan dari nilai-nilai budaya dan agama.

ISLAM DAN LIBERALISME


Islam dan Liberalisme baik secara terminologi atau worldview tidak bisa bersatu.
Maka istilah Islam Liberal secara konseptual tidak bisa diterima oleh akal karena Islam dan
Liberal adalah konsep yang benar-benar berbeda dan bertentangan. Liberalisasi Islam berarti
sudah tidak lagi berpegang teguh pada akidah yang lurus dan pikiran yang benar, bahkan
tidak dapat lagi disebut sebagai Islam karena ia berlepas diri dari al-Qur’an dan as-Sunnah.
Konsep liberal ini sampai pada pemahaman bahwa siapa pun boleh menafsirkan al-
Qur’an dengan dalih kesetaraan dan kebebasan individu. Berangkat dari pemahaman itu, para
pemuja liberal ini mengatakan bahwa al-Qur’an itu multitafsir sehingga tidak ada yang boleh
bernilai paling benar. Padahal sebagaimana yang kita ketahui, dalam agama Islam hal-hal
yang menyangkut aqidah tidak ada multi tafsir. Sedangkan perbedaan fiqih sangat lumrah
terjadi. Kita juga mengenal istilah dalil qath’i (pasti) dan zhanni yang mengandung dua atau
lebih kemungkinan.
Pemikiran yang berasal diimpor dari barat ini, selain menegaskan tidak adanya
kebenaran absolut, juga menjadi pintu masuk “tafsir suka-suka”. Para orientalis barat dan
liberalis membuat berbagai penafsiran “liar” yang banyaknya justru menentang perintah-
perintah yang sudah jelas. Sebagai contoh diselisihinya kewajiban memakai jilbab bagi
wanita.

13
Ibid.

Anda mungkin juga menyukai