Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
1. Dewi Sumiyati (19216231)
2. Rini Handayani (19216272)
1. Pengertian
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi baru lahir yang saat
dilahirkan memiliki berat badan senilai < 2500 gram tanpa menilai masa gestasi.
(Sholeh, 2014). Pada tahun 1961 oleh World Health Organization (WHO) semua
bayi yang telah lahir dengan berat badan saat lahir kurang dari 2.500 gram disebut
Low Birth Weight Infants atau Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahirnya
kurang 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Berat badan lahir adalah
berat badan yang ditimbang dalam 1 jam setelah bayi lahir. Bayi berat lahir
rendah terjadi karena kehamilan prematur, bayi kecil masa kehamilan dan
kombinasi keduanya. Bayi kurang bulan adalah bayi yang lahir sebelum umur
kehamilan mencapai 37 minggu. Bayi yang lahir kurang bulan belum siap hidup
di luar kandungan sehingga bayi akan mengalami kesulitan dalam bernapas,
menghisap, melawan infeksi dan menjaga tubuh tetap hangat (Depkes RI, 2009).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang
bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction)
(Pudjiadi, dkk., 2010).
Berat badan lahir rendah pada bayi dikelompokkan lebih lanjut sebagai
berikut:
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR), yaitu berat lahir < 2.500 gram.
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), yaitu berat lahir 1.000 gram
sampai ≤ 1.500 gram.
c. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR), yaitu berat lahir < 1.000
gram
a. Etiologi
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati
dan Ismawati, 2010), yaitu:
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV)
dan Herpes simplex virus), dan penyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu (geografis)
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
b. Faktor janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik
(inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta
previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik),
ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal
di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
b. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi
lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih
kecil dari masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Masalah ini
terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang
disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi
dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi
berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat badan
lahir normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak
menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat
hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat dari pada ibu dengan
kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada
masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian
yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi sehingga hanya
memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang
normal. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat
mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, dan
BBLR. Hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal
secara bermakna lebih tinggi, sehingga kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan
prematur juga lebih besar (Nelson, 2010)
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis BBLR adalah sebagai berikut:
a. Preterm: sama dengan bayi prematuritas murni, Bayi yang lahir dengan masa
kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan gestasi atau
yang disebut neonates kurang bulan sesuai dengan masa kehamilan.
b. Term dan posterm:
1) Kulit berselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada
2) Kulit pucat atau bernoda mekonium, kering keriput tipis
3) Jaringan lemak dibawah kulit tipis
4) Bayi tampak gesit, kuat, dan aktif
c. Tali pusat berwarna kuning
d. Berat kurang dari 2500 gram
e. Panjang kurang dari 45 cm
f. Lingkar dada kurang dari 30 cm
g. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
h. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
i. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
j. Kepala lebih besar
k. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
l. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
m. Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif pada lengan
dan sikunya
n. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea
o. Ekstermitas : paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus, tumit mengkilap,
telapak kaki halus.
p. Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan
tangisnya lemah.
q. Pernapasan 40 – 50 kali/ menit dan nadi 100-140 kali/ menit.
5 5. PATHWAYS
(Proverawati, 2010)
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada bayi BBLR yaitu dengan menerapkan
beberapa metode Developemntal care yaitu :
a. Pemberian posisi
Pemberian posisi pada bayi BBLR sangat mempengaruhi pada kesehatan
dan perkembangan bayi. Bayi yang tidak perlu mengeluarkan energi untuk
mengatasi usaha bernafas, makan atau mengatur suhu tubuh dapat
menggunakan energi ini untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Posisi telungkup merupakan posisi terbaik bagi kebanyakan bayi preterm
dan BBLR yang dapat menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, lebih
menoleransi makanan, dan pola tidur istirahatnya lebih teratur. Bayi
memperlihatkan aktifitas fisik dan penggunaan energi lebih sedikit bila
diposisikan telungkup. Akan tetapi ada yang lebih menyukai postur berbaring
miring fleksi.
Posisi telentang lama bagi bayi preterm dan BBLR tidak disukai, karena
tampaknya mereka kehilangan keseimbangan saat telentang dan menggunakan
energi vital sebagai usaha untuk mencapai keseimbangan dengan mengubah
postur. Posisi telentang jangka lama bayi preterm dan BBLR dapat
mengakibatkan abduksi pelvis lebar (posisi kaki katak), retraksi dan abduksi
bahu, peningkatan ekstensi leher dan peningkatan ekstensi batang tubuh dengan
leher dan punggung melengkung. Sehingga pada bayi yang sehat posisi
tidurnya tidak boleh posisi telungkup (Wong, 2008).
b. Minimal handling
1) Dukungan Respirasi
Banyak bayi BBLR memerlukan oksigen suplemen dan bantuan
ventilasi, hal ini bertujuan agar bayi BBLR dapat mencapai dan
mempertahankan respirasi. Bayi dengan penanganan suportif ini
diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi. Terapi oksigen diberikan
berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi.
2) Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada bayi BBLR adalah pemberian
kehangatan eksternal setelah tercapainya respirasi. Bayi BBLR memiliki
masa otot yang lebih kecil dan deposit lemak cokelat lebih sedikit untuk
menghasilkan panas, kekurangan isolasi jaringan lemak subkutan, dan
control reflek yang buruk pada kapiler kulitnya. Pada saat bayi BBLR lahir
mereka harus segera ditempatkan dilingkungan yang dipanaskan hal ini
untuk mencegah atau menunda terjadinya efek stres dingin.
3) Perlindungan terhadap infeksi
Perlindungan terhadap infeksi merupakan salah satu penatalaksanaan
asuhan keperawatan pada bayi BBLR untuk mencegah terkena penyakit.
Lingkungan perilindungan dalam inkubator yang secara teratur dibersihkan
dan diganti merupakan isolasi yang efektif terhadap agens infeksi yang
ditularkan melalui udara. Sumber infeksi meningkat secara langsung
berhubungan dengan jumlah personel dan peralatan yang berkontak
langsung dengan bayi.
4) Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan
tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting
pada bayi preterm, karena kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi (70%
pada bayi cukup bulan dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini
dikarenakan permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik diuresis
terbatas pada ginjal bayi preterm yang belum berkembang sempurna,
sehingga bayi tersebut sangat peka terhadap kehilangan cairan.
5) Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR, tetapi
terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena
berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan belum sepenuhnya
berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode pemberian nutrisi ditentukan oleh
ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui parenteral ataupun
enteral atau dengan kombinasi keduanya.
Kebutuhan bayi untuk tumbuh cepat dan pemeliharaan harian harus
dipenuhi dalam keadaan adanya banyak kekurangan anatomi dan fisiologis.
Meskipun beberapa aktivitas menghisap dan menelan sudah ada sejak
sebelu lahir, namun koordinasi mekanisme ini belum terjadi sampai kurang
lebih 32 sampai 34 minggu usia gestasi, dan belum sepenuhnya sinkron
dalam 36 sampai 37 minggu.
Pemberian makan bayi awal ( dengan syarat bayi stabil secara medis)
dapat menurunkan insidens faktor komplikasi seperti hipoglikemia,
dehidrasi, derajat hiperbilirubinemia bayi BBLR dan preterm yang
terganggu memerlukan metode alternatif, air steril dapat diberikan terlebih
dahulu. Jumlah yang diberikan terutama ditentukan oleh pertambahan berat
badan bayi BBLR dan toleransi terhadap pemberian makan sebelum dan
ditingkatkan sedikit demi sedikit sampai asupan kalori yang memuaskan
dapat tercapai.
Bayi BBLR dan preterm menuntut waktu yang lebih lama dan
kesabaran dalam memberikan makan dibandingkan pada bayi cukup bulan,
dan mekanisme oral-faring dapat terganggu oleh usaha pemberian makan
yang terlalu cepat. Penting untuk tidak membuat bayi kelelahan atau
melebihi kapasitas mereka dalam menerima makanan.
c. Perawatan Metode Kanguru (Kangaroo Mother Care)
1) Definisi dan manfaat perawatan metode kanguru
Perawatan metode kanguru (PMK) merupakan salah satu alternatif cara
perawatan yang murah, mudah, dan aman untuk merawat bayi BBLR.
Dengan PMK, ibu dapat menghangatkan bayinya agar tidak kedinginan
yang membuat bayi BBLR mengalami bahaya dan dapat mengancam
hidupnya, hal ini dikarenakan pada bayi BBLR belum dapat mengatur suhu
tubuhnya karena sedikitnya lapisan lemak dibawah kulitnya.
PMK dapat memberikan kehangatan agar suhu tubuh pada bayi BBLR
tetap normal, hal ini dapat mencegah terjadinya hipotermi karena tubuh ibu
dapat memberikan kehangatan secara langsung kepada bayinya melalui
kontak antara kulit ibu dengan kulit bayi, ini juga dapat berfungsi sebagai
pengganti dari inkubator. PMK dapat melindungi bayi dari infeksi,
pemberian makanan yang sesuai untuk bayi (ASI), berat badan cepat naik,
memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan perkembangan kognitif
bayi, dan mempererat ikatan antara ibu dan bayi, serta ibu lebih percaya diri
dalam merawat bayi (Perinansia, 2008).
2) Teknik menerapkan PMK
pada bayi BBLR Beberapa teknik yang dapat dilakukan pada bayi
BBLR (Perinansia, 2008).
a) Bayi diletakkan tegak lurus di dada ibu sehingga kulit bayi
menempel pada kulit ibu.
b) Sebelumnya cuci tangan dahulu sebelum memegang bayi.
c) Pegang bayi dengan satu tangan diletakkan dibelakang leher
sampai punggung bayi.
d) Sebaiknya tidak memakai pakaian dalam (perempuan) atau kaos
dalam (laki-laki) selama PMK.
e) Topang bagian bawah rahang bayi dengan ibu jari dan jari-jari
lainnya, agar kepala bayi tidak tertekuk dan tidak menutupi saluran
napas ketika bayi berada pada posisi tegak.
f) Tempatkan bayi dibawah bokong, kemudian lekatkan antara kulit
dada ibu dan bayi seluas-luasnya.
g) Pertahankan posisi bayi dengan kain gendongan, sebaiknya ibu
memakai baju yang longgar dan berkancing depan.
h) Kepala bayi sedikit tengadah supaya bayi dapat bernapas dengan
baik.
i) Sebaiknya bayi tidak memakai baju, bayi memakai topi hangat,
memakai popok dan memakai kaus kaki.
j) Selama perpisahan antara ibu dan bayi, anggota keluarga (ayah
nenek, dll), dapat juga menolong melakukan kontak kulit langsung
ibu dengan bayi dalam posisi kanguru
PMK tidak diberikan sepanjang waktu tetapi hanya dilakukan jika ibu
mengunjungi bayinya yang masih berada dalam perawatan di inkubator
dengan durasi minimal satu jam secara terus-menerus dalam satu hari atau
disebut PMK intermiten. Sedangkan PMK yang diberikan sepanjang waktu
yang dapat dilakukan di unit rawat gabung atau ruangan yang dipergunakan
untuk perawatan metode kanguru disebut PMK kontinu.
d. Perawatan pada incubator
Inkubator adalah suatu alat untuk membantu terciptanya suatu lingkungan
yang optimal, sehingga dapat memberikan suhu yang normal dan dapat
mempertahankan suhu tubuh. Pada umumnya terdapat dua macam perawatan
inkubator yaitu inkubator tertutup dan inkubator terbuka (Hidayat, 2005).
1) Perawatan bayi dalam inkubator tertutup
a) Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka apabila dalam
keadaan tertentu seperti apnea, dan apabila membuka inkubator
usahakan suhu bayi tetap hangat dan oksigen harus selalu disediakan.
b) Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung.
c) Bayi harus dalam keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk
memudahkan observasi.
d) Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi tubuh.
e) Pengaturan oksigen selalu diobservasi.
f) Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira
dengan suhu 27 derajat celcius.
2) Perawatan bayi dalam inkubator terbuka
a) Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat pemberian
perawatan pada bayi.
b) Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan suhu
normal dan kehangatan.
c) Membungkus dengan selimut hangat.
d) Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk mencegah
aliran udara.
e) Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui
kepala.
f) Pengaturuan suhu inkubator disesuaikan dengan berat badan sesuai
dengan ketentuan.
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
antara lain :
a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflek
dan maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui
apakah bayi itu prematuritas atau maturitas
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan tes
pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens
terakhirnya.
c. Darah rutin, glokosa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi lahir
tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang bulan
dimulai pada umur 8 jam atau dapat atau diperkirakan akan terjadi sindrom
gawat nafas.
e. USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan < 37 minggu
KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan terganggu
b. Keluhan utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu tubuh
rendah
c. Riwayat penyakit sekarang
Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu ,berat badan
kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar score pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3
menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang, dan 7-10 normal
d. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan ganda,hidramnion
e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB Paru,
tumor kandungan, kista, hipertensi
f. ADL
1) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya absorbsi
kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium, produksi
urin rendah
g. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran compos mentis
b) Nadi : 180X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 120-
140X/menit
c) RR : 80X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C.
2) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung rata-rata
120 sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna kulit
bayi sianosis atau pucat, pengisisan capilary refill (kurang dari 2-3
detik).
b) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan otot
aksesoris, cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan
pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah
stridor, wheezing atau ronkhi.
c) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut bertambah,
kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi
dan bau), BAB (jumlah, warna, karakteristik, konsistensi dan bau),
refleks menelan dan mengisap yang lemah.
d) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin
(jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
e) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks moro,
menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi,
ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon pupil, tulang
kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan lunak.
f) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
g) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi,
pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
h) c : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang badan
sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama dengan atau
kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30cm,
lingkar lengan atas, lingkar perut, keadaan rambut tipis, halus, lanugo
pada punggung dan wajah, pada wanita klitoris menonjol, sedangkan
pada laki-laki skrotum belum berkembang, tidak menggantung dan
testis belum turun., nilai APGAR pada menit 1 dan ke 5, kulitkeriput.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis (bayi
lahir dalam masa gestasi 30 minggu) – (D.0005)
b. Risiko Hipotermi berhubungan dengan suplai lemak subkutan tidak
memadai ( Imaturitas kondisi kulit) – (D.0140)
c. Risiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan memcerna
makanan (Reflek menghisap dan menelan belum berkembang dengan
baik) – (D.0032)
d. Risiko Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
( Sistem imun yang belum matang) – (D.0142)
3. RENCANA TINDAKAN
No Diagnosis Perencanaan
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Pola Nafas Tidak Pola Nafas - (L.01004) Pemantauan Respirasi - (I.01014) Pemantauan Respirasi - (I.01014)
Efektif Setelah dilakukan tindakan Observasi : Observasi
Berhubungan keperawatan selama 3 x 24 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan 1. Memantau kelainan dalam respirasi
Dengan jam diharapkan ventilasi upaya napas vital bayi
Imaturitas membaik 2. Monitor pola napas 2. Mendeteksi gangguan pola napas
Neurologis - (D. kriteria hasil : 3. Monitor adanya sputum atau cairan pada 3. Memantau adanya cairan mukosa
0005) 1. Dispnea 4 (cukup rongga mulut 4. Memantau kepatenan jalan nafas
menurun) 4. Monitor adanya sumbatan jalan nafas 5. Mengetahui keinan paru
2. Penggunaan otot bantu 5. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru 6. Mendeteksi melalui bunyi nafas
nafas 4 (cukup 6. Auskultasi bunyi nafas 7. Memantau oksigen dalam darah
menurun) 7. Monitor saturasi oksigen
3. Pemanjangan fase
ekspirasi 4 (cukup Terapeutik : Terapeutik
menurun) 1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai 1. Memantau respirasi setiap 3 jam
4. Frekuensi nafas 4 kondisi pasien 2. Catat setiap perkembangan
(cukup membaik) 40- 2. Dokumentasikan hasil pemantauan 3. Pemberian terapi oksigen sesuai
60x/menit 3. Pemberian oksigen dengan nasal kanul dengan kebutuhan
5. Kedalaman nafas 4 4. Mengatur posisi bayi dalam inkubator 4. Sedot cairan jika cairan berlebih
(cukup membaik) 5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 5. Terapi obat sesuai dengan indikasi
detik
6. Pemberian terapi obat
2 Risiko Termoregulasi Neonatus - Manajemen Hipotermia - (I. 14507) Manajemen Hipotermia - (I. 14507)
hipotermia (L.14135) Observasi Observasi
berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu tubuh 1. Memonitor keadaan umum
dengan keperawatan selama 3x24 2. Identifikasi penyebab hipotermia (mis. berkaitan dengan hipotermi atau
kurangnya jam, diharapkan terpapar suhu lingkungan rendah, hipertermi
lapisan lemak pengaturan suhu tubuh pakaian tipis) 2. Mengetahui penyebab hipotermi
subkutan - (D. neonatus agar tetap berada 3. Monitor tanda dan gejala akibat 3. Mengetahui tanda dan gejala
0140) pada rentang normal. hipotermia (hipotermia ringan: yang dialami pasien
Dengan kriteria hasil: takipnea, menggigil, diuresis; hipotermi
1. Menggigil 2 (cukup sedang: aritmia, apatis, refleks
menurun) menurun; hipotermia berat: oliguria,
2. Konsumsi oksigen 3 refleks menghilang)
(sedang) dari 0,5 lpm
menjadi 0,2 lpm Terapeutik Terapeutik
3. Kutis memorata 2 1. Sediakan lingkungan yang hangat (mis. 1. Dapat membantu dalam
(cukup menurun) atur suhu ruangan, inkubator) mempertahankan suhu pasien
4. Dasar kuku sianotik 2 2. Ganti pakaian dan atau linen yang 2. Menurunkan kehilangan panas
(cukup menurun)
5. Suhu tubuh 4 (cukup basah melalui evaporasi
menurun) 36,5–37,50 C 3. Lakukan penghangatan eksternal (mis. 3. Dapat membantu dalam
6. Frekuensi nadi 3 selimut, menutup kepala, pakaian tebal) mempertahankan suhu pasien
(sedang) 100-160x/m
7. Kadar glukosa darah 3 Regulasi Temperatur - (I. 14578) Regulasi Temperatur - (I. 14578)
(sedang) >50 - <180 Teraupeutik Teraupeutik
mg/dl 1. Mengatur suhu inkubator sesuai kebutuhan 1. Menjaga kehangatan bayi
2. Menghangatkan terlebih dahulu bahan- 2. Tindakan ini secara umum berhasi
bahan yang akan kontak langsung dengan dalam memperbaiki termogulasi
baik. 3. Mencegah bayi hipotermi kontak
3. Menghindari meletakkan bayi didekat suhu ruangan.
jendela terbuka atau area deket pendingin 4. Mengoptimalkan dalam menjaga
ruangan. termogulasi bayi.
4. Menyesuaikan lingkungan dengan
kebutuhan bayi
3 Risiko Defisit Status Nutrisi - (L.03030) Pemberian Makan Enteral - (I.03126) Pemberian Makan Enteral - (I.03126)
Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Observasi : Observasi
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 1. Periksa posisi oralgastric tube (OGT) 1. Mengetahui ketepatan selang OGT
dengan ketidak jam diharapkan status 2. Monitor adanya muntah 2. Untuk menentukan jumlah pemberian
mampuan nutrisi membaik 3. Monitor residu lambung susu
memcerna kriteria hasil : 4. Memonitor berat badan 3. Monitor produksi cairan lambung
makanan (Reflek 1. Porsi asupan
menghisap dan bertambah 4 (Cukup 4. Mengetahui keberhasilan tujuan
menelan belum meningkat) Terapeutik
berkembang 2. Berat badan 4 (cukup Terapeutik : 1. Nutrisi sesuai indikasi
dengan baik) - membaik) 1. Berikan makanan sesuai dengan diit 2. Mencegah terjadinya infeksi
(D.0032) 3. Bising Usus 4 (Cukup 2. Gunakan teknik bersih dalam pemberian 3. Mencegah kenaikan asam lambung
Membaik) makanan via selang. 4. Mencoba reflek menelan bayi
4. Membran mukosa 4 3. Tinggikan tempat tidur 30-45 derajat
(cukup membaik) 4. Hentikan pemberian makan melalui selang
nasogatrik, jika asupan oral dapat
ditoleransi.
4 Risiko Infeksi Tingkat Infeksi Neonatus - Pencegahan Infeksi Bayi - (I.14539) Pencegahan Infeksi Bayi - (I.14539)
berhubungan (L.14137) Observasi Observasi
dengan ketidak Setelah dilakukan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan Deteksi dini adnya kelainan pada bayi
adekuatan tindakan keperawatan sistemik ( terutama suhu)
pertahanan tubuh selama 3 x 24 jam Terapeutik Terapeutik
(Sistem imun diharapkan infeksi tidak 1. Batasi jumlah pengunjung 1. Menjaga kontaminasi virus yang
yang belum terjai 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah jontak berasal dari luar (pengunjung)
matang) - kriteria hasil : dengan pasien dan lingkungan pasien 2. Menjaga kebersihan diri dengan
(D.0142) 1. Demam 5 (menurun) : 3. Pertahankan teknik aseptik pada pasien menjaga suhu
suhu bayi normal 36.5- beRisiko tinggi 3. Mencegah persebaran infeksi
37,5 oC 4. Rawat tali pusat secara terbuka nosokomial
2. Kemerahan 5
(menurun) 5. Ganti popok atau diapers secara berkala 4. Mencegah terjadinya infeksi
3. Bengkak 4 (cukup 5. Mencegah terjadinya ruam popok
menurun)
4. Kadar Sel Darah Putih/ Edukasi Edukasi
hasil Labolatorium Ajarkan cara mencuci tangan yang benar Keluarga memelihara kesehatan bayi
(cukup menurun) kepada keluarga saat berkunjung dengan menjaga kebersihan tangan saat
menyentuh bayi.
4. Implementasi
Implemetasi keperawatan adalah kategori serangkaian perilaku
perawat yang berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim
kesehatan lain untuk membantu masalah kesehatan pasien yang sesuai
dengan perencanaan dan kriteria hasil yang telah ditentukan dengan cara
mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilakukan. implementasi pelaksanaan kegiatan dibagi dalam beberapa
kriteria berdasarkan SIKI, SDKI, SLKI yaitu: Observasi: dilaksanakan
dengan mengamati, mengidentifikasi kondisi pasien, Terapeutik:
dilaksanakan rencana keperawatan dengan baik tindakan dependen dan
Independen, Edukasi, memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga
terkait kondisi pasien dan penyakit yang diderita. (Rizka, 2018)
5. Evaluasi
Evaluasi Keperawatan, merupakan tahap akhir dari proses
keperawatan. Langkah dari evaluasi proses keperawatan adalah mengukur
respon pasien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan pasien kearah
pencapaian tujuan.
Dalam mengevaluasi, perawat harus memiliki pengetahuan dan
kemampuan untuk memahami respon terhadap intervensi keperawatan.
Kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai, serta
kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria
hasil. Evaluasi keperawatan pada asuhan keperawatan bayi dengan BBLR
yaitu ;
a. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis
(bayi lahir dalam masa gestasi 30 minggu) – menurun
b. Risiko Hipotermi berhubungan dengan suplai lemak subkutan tidak
memadai ( Imaturitas kondisi kulit) – menurun
c. Risiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan
memcerna makanan (Reflek menghisap dan menelan belum
berkembang dengan baik) – tidak terjadi
d. Risiko Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
( Sistem imun yang belum matang) – tidak terjadi
21
DAFTAR PUSTAKA
22
ASUHAN KEPERAWATAN
DATA BAYI :
- Nama bayi : Bayi Ny.S
- Berat lahir : 1625gr
- Jenis kelamin : Laki laki
- Berat sekarang : 1450 gr
- Tgl lahir/Usia : 22-01-2022 / 8 hari
- Apgar score : 6/7
- No RM :0029
- Tanggal pengkajian : 02-02-2021
- Diagnosa : NKB-SMK- BBLR,
- Jenis Persalinan : Spontan G1P0A0
- Usia Kehamilan : 32 minggu
- Alamat : Kp Cirarab, Curug Rt 001 Rw 004 kelurahan palasari . Legok
9. Jantung
Nadi 140x/ menit
10. Extermitas
- Ekstremitas atas
Inspeksi
Rentang pergerakan sendi bahu, klavikula, siku normal pada tangan reflek
genggam ada, kuat bilateral, terdapat sepuluh jari dan tanpa berselaput, jarak
antar jari sama karpal dan metacarpal ada dan sama di kedua sisi dan kuku
panjang melebihi bantalan kuku.
Palpasi
Humerus radius dan ulna ada, klavikula tanpa fraktur tanpa nyeri simetris
bantalan kuku merah muda sama kedua sisi.
- Ekstremitas bawah
Panjang sama kedua sisi dan sepuluh jari kaki tanpa selaput, jarak antar jari sama
bantalan kuku merah muda, panjang kuku melewati bantalan kuku rentang
pergerakan sendi penuh : tungkai, lutut, pergelangan, kaki, tumit dan jari kaki
tarsal dan metatarsal ada dan sama kedua sisi reflek plantar ada dan sismetris.
- Nadi perifer : teraba keras brakial kanan, dan kiri, femoral kanan dan kiri.
11. Umbilikus
Tampak normal tali pusat blm puput tidak ada inflamasi, jumlah pembuluh darah
arteri dan vena,
12. Genital
Penis lurus, meatus urinarius di tengah di ujung glans tetis dan skrotum penuh.
13. Anus
Posisi di tengah dan paten (uji dengan menginsersi jari kelingking) pengeluaran
mekonium terjadi dalam 24 jam.
14. Spinal
Normal tidak ada kelainan
15. Kulit
Waerna tubuh pink, tidak ada sianosis pada kuku dan tidak icterus, tidak ada
kemerahan dan tidak ada tanda lahir.
16. Suhu
25
Menggunakan incubator, pengaturan suhu incubator = 33 C, suhu kulit 36,8 C.
DATA IBU
- Nama ibu : Ny.S Nama ayah : Tn. J
- Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Karyawan
- Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
- Alamat : Kampung Cirarab, Curug Rt 001 Rw 004 kelurahan palasari . Legok
Hubungan orang tua dan bayi :
- Ibu : menyentuh, memeluk, berbicara, berkunjung, memanggil nama dan montak
mata.
- Ayah : menyentuh, memeluk, berbicara, berkunjung, memanggil nama dan montak
mata.
- Orang terdekat yang dapat dihubungi adalah ayah bayi.
- Orang tua berespon terhadap penyakit anaknya, orang tua merasa sedih dengan
kondisi anaknya.
- Orang tua berespon terhadap hospitalisasi, orang tua merasa kawatir dan cemas
karena terpisah dengan anaknya.
- Anak lain :
Tidak ada
- Data tambahan :
Laboratorium tanggal 23-1-2022 :
HB : 15,2 mdl
Leukosit : 10,90 x 10 ^/vl
HT : 40%
Trombosit : 255 x 10 ^3/vl
CRP : 5mg/dl
26
RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN
- Tanggal pengkajian sabtu 29 januari 2022
ANALISA DATA
Inisial klien : By Ny S
Ruangan :Perinatologi
Umur :7 hari
27
Do : D 0142 risiko infeksi
- HB : 13,2 mdl
- Leukosit: 14,80 x 10 ^/vl
- HT: 44%
- Trombosit: 230 x 10
^3/vl
- CRP: 25mg/dl
- Dilakukan pemberian
antibiotic amfisilin 2x80
gr, gentamisin 1x8 gram
- Terpasang strofer
- Tali pusat belum puput
29
Suhu kulit hangat(mis,atur suhu
membaik ruangan,inkubator)
Pengisian kapiler Ganti pakaian atau linen
membaik yang basah
Hipoksia Lakukan penghangatan
membaik pasif (mis,selimut,menutup
L 02011 perfusi kepala,pakaian tebal)
perifer : Lakukan penghangatan
Tekanan darah aktif eksternal(mis,kompres
sistolik membaik. hangat,botol hangat,selimut
Tekanan diastolik hangat,metoda kanguru)
membaik. Edukasi :
L 08064 status -
kenyamanan
Keluhan
kedinginan
menurun
Suhu ruangan
membaik
Keluhan sulit tidur
menurun.
L 06053 status
neurologis
Hipertermia
menurun.
30
10 ^/vl kulit dan jaringan pasien dan lingkungan
- HT: 44% Elastisitas=5 pasien
- Trombosit: 230 x (meningkat) Pertahankan tehnik aseptik
10 ^3/vl Perfusi jaringan pada pasen beresiko
- CRP: 25mg/dl =5 (meningkat) Edukasi:
- Dilakukan Kerusakan -
pemberian jaringan=5 Kolaborai:
antibiotic amfisilin (menurun) - Berikan antibiotik
2x80 gr, Kerusakan lapisan
gentamisin 1x8 kulit=5 (menurun)
gram Nyeri=5
- Terpasang strofer (menurun)
Perdarahan=5
(menurun)
Kemerahan=5
(menurun)
Hematoma=
(menurun)
Suhu kulit=5
(membaik)
Sensasi=5
(membaik)
CATATAN KEPERAWATAN
31
2022/ Dx 1 nutris O:
sabtu/ Mengidentifikasi perlunya Minum asi per ogt
15.00 wib penggunaan slang 20cc
nasogastrik Refleks menelan
Memonitor muntah agak lemah
Memonitor betrat badan BB : 1450gram
Terapeutik A:Masalah belum
Fiksasi slang ogt teratasi
Kolaborasi P:Lanjutkan intervensi
Kolaborasi pemberian Observasi keadaan
medikasi sebelum makan umum dan tanda-tanda
Kolaborasi dengan ahli gizi vital
untuk menentukan jumlah Timbang BB
kalori dan jenis nutrien Observasi muntah
yang dibutuhkan jika perlu Berikan metode
kanguru.
32
hangat,selimut
hangat,metoda kanguru
atau metode kantong
plastik)
33
30 januari 1 Melakukan pemeriksaan S:- Rini.H
2022/ Dx 1 keadaan umun dan tanda O:
minggu / tanda vital N 152x/mnt, RR Minum asi 20 cc
15.00 wib 49x/mnt, SB: 37ºc Refleks menelan
Mengkaji intake output. masih lemah
Mengkaji refleks menelan BB : 1440gram
Mengkaji apakah ada alergi A:Masalah belum teratasi
makanan/tidak P:Lanjutkan intervensi
Memberikan susu 20 cc Observasi keadaan
Membersihkan mulut umum dan tanda-tanda
34
30 januari 1 Melakukan pemeriksaan S:- Rini.H
2022/ Dx 3 keadaan umun dan tanda O:
minggu / tanda vital N 152x/mnt, RR Terdapat luka tali
17.00 wib 49x/mnt, SB: 37ºc pusat yang sudah
Mengkaji tanda dan gejala mengering
infeksi lokal dan sistemik Tidak terdapat pus
Membatasi jumlah A:Masalah belum teratasi
pengunjung P:Lanjutkan intervensi
Mencuciuci tangan sebelum Lakukan cuci tangan
dan sesudah kontak dengan sebelum memegang
pasien dan lingkungan klien
pasien Batasi jumlah
Merawat tali pusat pengunjung
pemberian antibiotic Rawat tali pusat secara
amfisilin 2x80 gr, terbuka setiap hari
gastromisin 1x8 gram Kolaborasi pemberian
Terpasang strofer antibotik
35
meningkatkan BB dengan Observasi keadaan
cara diletakkan pada dada umum dan tanda-tanda
Ibu dalam posisi vital
tengkurap. Latih refleks menelan
Mengobservasi muntah klien
Berikan asi/pasi setiap
2-3 jam sekali
31 januari 2 Melakukan pemeriksaan S : Dewi.S
2022/senin Dx 2 keadaan umun dan tanda O : &
/17.00 wib tanda vital , N 152x/mnt, Bayi dalam rini.H
RR 47x/mnt, SB: 36,7ºc inkubator
Mengkaji tanda-tanda SB: 36,7ºc
hipotermi RR:47 x/mnt
Mengatur suhu inkubator
Mengganti pempes A:Masalah Teratasi
sebagian
P:Lanjutkan intervensi
Observasi keadaan
umum dan tanda-tanda
vital
Observasi tanda-tanda
hipotermi
Atur kondisi selalu
dalam keadaan hangat
31 januari 1 Melakukan pemeriksaan S : - Dewi.S
2022/senin Dx 3 keadaan umun dan tanda O : &
/17.00 wib tanda vital N 152x/mnt, Tampak tali pusat yg Rini.H
RR 49x/mnt, SB: 36,57c mulai mengering
Mengkaji tanda dan gejala Tidak terdapat pus
infeksi lokal dan sistemik A: Masalah belum
Membatasi jumlah teratasi
pengunjung P: Lanjutkan intervensi
Mencuciuci tangan Lakukan cuci tangan
sebelum dan sesudah sebelum memegang
36
kontak dengan pasien dan klien
lingkungan pasien Batasi jumlah
Merawat tali pusat pengunjung
pemberian antibiotic Rawat tali pusat secara
amfisilin 2x80 gr, terbuka
gastromisin 1x8 gram Kolaborasi pemberian
Terpasang strofer antibotik
37