Anda di halaman 1dari 5

Akibat Transaksi atau Kejadian Masa Lalu

Kriteria ini menyempurnakan kriteria penguasaan dan kriteria atau tes pertama
(first-test) pengakuan objek sebagai aset tetapi tidak cukup untuk mengakui secara resmi
dalam sistem pembukuan. Aset harus timbul akibat transaksi atau kejadian masa lalu adalah
kriteria untuk memenuhi definisi tetapi bukan kriteria untuk pengakuan. Transaksi atau
kejadian masa lalu merupakan syarat perlu (necessary condition) tetapi tidak merupakan
syarat cukup (sufficient condition) untuk pengakuan aset. Syarat perlu harus ditetapkan agar
tidak terjadi pengakuan aset yang bersifat hipotesis.
FASB memasukkan transaksi atau kejadian sebagai kriteria aset karena transaksi
atau kejadian tersebut dapat menimbulkan (menambah) atau meniadakan (mengurangi) aset.
Aset atau nilainya dapat dipengaruhi oleh kejadian atau keadaan yang sebagian atau
seluruhnya di luar kemampuan kesatuan usaha atau manajemennya untuk mengendalikan
misalnya kenaikan harga, perubahan tingkat bunga, pertumbuhan alami (akresi), penyusutan
(shrinkage), pencurian, huru-hara, kecelakaan, dan bencana alam. Berbagai transaksi,
kejadian, atau keadaan pada akhirnya akan memicu pengakuan atau penghapusan manfaat
Ekonomik suatu objek (aset).

Karakteristik Pendukung
Selain ketiga karakteristik tersebut, FASB menyebutkan beberapa karakteristik
pendukung. Karakteristik ini lebih menguatkan atau meyakinkan adanya aset, tetapi tiadanya
karakteristik pendukung tidak menghalangi suatu objek untuk memenuhi syarat sebagai aset.
1) Melibatkan kos. Pemerolehan aset pada umumnya melibatkan kos sebagai
penghargaan sepakatan. Bila kos terjadi karena pemerolehan suatu objek terjadi akibat
pertukaran atau pembelian, objek tersebut lebih kuat untuk masuk sebagai aset. Kos
disini penting karena kos merupakan bukti pemerolehan suatu aset dan pengukur
atribut aset yang cukup objektif.
2) Berwujud. Bila sumber ekonomik secara fisik dapat diamati, memang lebih kuat
untuk disebut sebagai aset. Keterwujudan bukan kriteria untuk mendefinisi aset
karena objek seperti hak paten, hak cipta, dan merek tetap masuk dalam aset
walaupun tidak berwujud fisik.
3) Tertukarkan. Suatu sumber ekonomik harus dapat ditukarkan dengan sumber
ekonomik lainnya. Alasannya karena manfaat ekonomik akan menjadi cukup pasti
dan terukur kalau suatu sumber ekonomik mempunyai daya atau nilai tukar. Namun,
syarat ini disanggah karena manfaat ekonomik tidak hanya terletak pada daya tukar
tetapi juga dari daya guna suatu objek untuk produksi.
4) Terpisahkan. Untuk dapat ditukarkan suatu sumber ekonomik harus dapat dipisahkan
dengan sumber ekonomik yang lain atau berdiri sendiri. Syarat ini diajukan dengan
alasan bahwa posisi keuangan harus ditentukan dengan pengukuran nilai berbagai aset
dan kewajiban secara individual. Pihak yang menentang syarat ini berargumen bahwa
ketertukaran dan keterpisahan hanya merupakan syarat untuk memperoleh manfaat
suatu aset.
5) Berkekuatan Hukum. Pada umumnya, kemampuan suatu entitas untuk menguasai
manfaat ekonomik timbul akibat hak-hak hukum (legal rights). Akan tetapi, hak
paksa yang melekat pada hak-hak hukum bukan merupakan syarat mutlak untuk
mengakui adanya aset kalau suatu entitas dapat memperoleh dan menguasai manfaat
dengan cara lain sebagaimana dibahas sebelumnya.

Pengukuran
Pengukuran bukan merupakan kriteria untuk mendefinisi aset tetapi merupakan
kriteria pengakuan aset. Salah satu kriteria pengakuan aset adalah keterukunan
(measurability) manfaat ekonomik masa datang. Yang dimaksud pengukuran dalam
pembahasan di sini adalah penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada suatu objek
aset pada saat terjadinya yang akan dijadikan data dasar untuk mengikuti aliran fisik objek
tersebut. Apabila suatu sumber daya yang diperoleh suatu entitas tidak handal (reliable) pada
elemen pengukurannya, maka sumber daya tersebut tidak dapat ditampilkan sebagai aset
melainkan diakui sebagai pendapatan ketika terjadi transaksi. Sebagai aliran informasi, kos
juga mengalami tiga tahap perlakuan akuntansi mengikuti aliran fisik yaitu
1) Pengukuran (measurement), pengakuan (recognition), dan klasifikasi (classification)
pertama kali pada saat perolehan aset. Untuk selanjutnya seluruh kegiatan dalam
tahap ini disebut pengukuran saja.
2) Pencatatan berikutnya dalam rangka mengikuti aliran fisis aset berupa alokasi,
distribusi, dan penggabungan untuk kepentingan internal/manajerial atau untuk
kepentingan pengkosan produk. Untuk selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap ini
disebut penelusuran (tracing).
3) Pembebanan ke pendapatan periode berjalan atau periode-periode yang akan datang.
Kos yang belum menjadi beban pendapatan (biaya) akan tetap melekat pada objek
menjadi aset badan usaha. Untuk selanjutnya seluruh kegiatan dalam tahap ini disebut
pembebanan ke pendapatan (charging to revenues).

Penilaian
Dalam menilai suatu objek untuk tujuan penyajian, akuntansi dapat menggunakan
berbagai dasar penilaian (bases for valuation), tergantung pada makna yang ingin
ditunjukkan melalui pos laporan keuangan. Penilaian pos aset dimaksudkan untuk
menentukan berapa jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada tiap pos aset dan apa dasar
penilaiannya. Nilai suatu aset telah dikuasai oleh suatu entitas, masalah penilaian yang
muncul adalah dasar apa yang digunakan untuk mempresentasikan makna atau atribut aset
secara tepat. Nilai yang diperoleh atas dasar pertukaran pemerolehan disebut dengan nilai
masuk (input entry value) sedangkan jika dilihat dari nilai pertukaran pemanfaatan disebut
nilai keluaran (output exit value). Nilai masukan didasari pada jumlah rupiah yang harus
dikeluarkan atau dikorbankan untuk memperoleh suatu aset tertentu yang masuk ke dalam
entitas.
FASB menyarankan untuk tetap menggunakan makna penilaian yang sekarang
dipraktikkan. FASB mengidentifikasi lima makna yang dapat digunakan. Apabila dikaitkan
dengan aset, dasar penilaian menurut FASB adalah dapat dinyatakan sebagai berikut:
1) Historical cost. Tanah, gedung, perlengkapan, perlengkapan pabrik, dan kebanyakan
sediaan dilaporkan atas dasar kos historisnya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya
yang dikorbankan untuk memperolehnya. Kos historis ini tentunya disesuaikan
dengan jumlah bagian yang telah didepresiasi atau diamortisasi.
2) Current (replacement) cost. Beberapa sediaan disajikan sebesar nilai sekarang atau
penggantinya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang harus dikorbankan kalau
aset tertentu yang sejenis diperoleh sekarang.
3) Current market value. Beberapa jenis investasi dalam surat berharga disajikan atas
asar nilai pasar sekarang yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang dapat diperoleh
kesatuan usaha dengan menjual aset tersebut dalam kondisi perusahaan yang normal
(tidak akan dilikuidasi). Nilai pasar sekarang biasanya juga digunakan untuk aset yang
kemungkinan akan laku dijual di bawah nilai bukunya.
4) Net realizable value. Beberapa jenis piutang jangka pendek dan sediaan barang
disajikan sebesar nilai terealisasi bersih yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang
akan diterima (tanpa didiskon) dari aset tersebut dikurangi dengan pengorbanan (kos)
yang diperlukan untuk mengonversi aset tersebut menjadi kas atau setaranya.
5) Present (or discounted) value of future cash flows. Piutang dan investasi jangka
panjang disajikan sebesar nilai sekarang penerimaan kas di masa mendatang sampai
piutang terlunasi (dengan tarif diskon implisit) dikurangi dengan tambahan kos yang
mungkin diperlukan untuk mendapatkan penerimaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE

Anda mungkin juga menyukai