Anda di halaman 1dari 86

HUBUNGAN HEALTH LOCUS OF CONTROL DENGAN KEPATUHAN

TERAPI INSULIN PADA PENDERITA DIABETES MELITUS


TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NOSARARA

SKRIPSI

SUKMAWATY
201801044

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2022
HUBUNGAN HEALTH LOCUS OF CONTROL DENGAN KEPATUHAN
TERAPI INSULIN PADA PENDERITA DIABETES MELITUS
TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NOSARARA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program


Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu

SUKMAWATY
201801044

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2022
iii

PERYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Health


Locus Of Control Dengan Kepatuhan Terapi Insulin Pada Pasien Diabetes
Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Nosarara adalah benar karya saya
dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau di kutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.
dengan ini saya melimpahkan hak cipta skripsi saya kepada STIKes Widya
Nusantara Palu

Palu, Juni, 2022

Sukmawaty
201801044
iv

HUBUNGAN HEALTH LOCUS OF CONTROL DENGAN KEPATUHA
N TERAPI INSULIN PADA PENDERITA DIABETES MELITUS
TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NOSARARA
The Relationship Between Health Locus Of Control And Insulin Therapy
Adherence In Type II Diabetes Mellitus Patients In The Working Area Of The
Nosarara Health Center
Sukmawaty, Siti Yartin, dan Viere Allanled Siauta
Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu

ABSTRAK

Diabetes Melitus adalah penyakit kronis yang terjadi saat pankreas tidak
menghasilkan insulin yang cukup (hormon yang mengatur gula darah), atau tubuh
tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya. Diabetes
mellitus adalah salah satu dari empat penyakit tidak menular/Noncommunicable
Diseases (NCD) dengan jumlah kasus yang terus meningkat setiap tahun. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hubungan health locus of control dengan
kepatuhan terapi insulin pada penderita diabetes melitus tipe II di wilayah kerja
Puskesmas Nosarara. Jenis penelitian ini kuantitatif dengan metode pendekatan
cross sectional, jumlah sampel sebanyak 37 responden, pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan Total sampling. Analisis data menggunakan uji
Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden (51.4)
memiliki health locus of control yang baik. Hasil analisis bivariat dengan uji Chi-
Square di peroleh terdapat hubunngan health locus of control dengan kepatuhan
terapi insulin pada penderita diabetes melitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas
Nosarara yaitu nilai p 0,001 <0,05. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada
hubungan health locus of control dengan kepatuhan terapi insulin pada penderita
diabetes melitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas Nosarara.
Kata kunci: health locus of control, kepatuhan terapi insulin
v

ABSTRACK
vi

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN HEALTH LOCUS OF CONTROL DENGAN KEPATUHA
N TERAPI INSULIN PADA PENDERITA DIABETES MELITUS
TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NOSARARA

SKRIPSI

SUKMAWATY
201801044

Tanggal Juli 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Siti Yartin, S.Kep.,M.Kep Ns. Viere Allanled Siauta, S.Kep.,M.Kep


NIK. 8906030021 NIK. 20210901131

Mengetahui,
Ketua Prodi Ners
STIKes Widya Nusantara Palu

Ns. Yuhana Damantalm, S.Kep., M.Erg


NIK. 20110901019
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
vii

HUBUNGAN HEALTH LOCUS OF CONTROL DENGAN KEPATUHA
N TERAPI INSULIN PADA PENDERITA DIABETES MELITUS
TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NOSARARA

SKRIPSI

SUKMAWATY
201801044

Ns. Ni Nyoman Elfiyunai, S.Kep., M.Kes


NIK. (.............................................)

(PENGUJI I)

Ns. Siti Yartin, S.Kep., M.Kep.

NIK. 20210902025 (.............................................)


(PENGUJI II)

Ns. Viere Allanled Siauta, S.Kep.,M.Kep.


NIK. 20210901131 (.............................................)

(PENGUJI III)

Mengetahui,
Ketua Prodi Ners
STIKes Widya Nusantara Palu

Ns. Yuhana Damantalm, S.Kep., M.Erg


NIK. 20110901019

PRAKATA
viii

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segaja
karunianya sehingga skripsi ini berhasil di selesaikan dan izinkanlah penulis
menghanturkan sembah sujud sedalam-dalamnya serta trima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada orang tua tercinta, ayahanda Suleman Abd
Halik Hadi dan ibunda Fatmawati atas semua doa, dorongan semangat, inspirasi,
serta segala bantuan baik moral maupun materinya selama studi.
Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret
2022 Mei sampai juni 2022 ini ialah “keperawatan medikal bedah , dengan judul
Hubungan Health Locus Of Control Dengan Kepatuhan Terapi Insulin Pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Nosarara”
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis telah banyak menerima
bimbingan, bantuan, dorongan, arahan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Ibu Greace Widyawati Situmorang, BSc., MSc, selaku Ketua Yayasan
STIKes Widya Nusantara Palu.
2. Bapak Dr, Tigor H. Situmorang, M.H., M.Kes., selaku Ketua STIKes Widya
Nusantara Palu.
3. Ibu Ns. Yuhana Damantalm, S.Kep., M.Erg, selaku Ketua Prodi Keperawatan
STIKes Widya Nusantara Palu.
4. Ibu Ns. Siti Yartin, S.Kep., M.Kep., selaku pembimbing I yang telah
memberikan masukan dan dukungan moral dalam penyusunan skripsi ini
5. Bapak Ns. Viere Allanled Siauta, S,Kep., M.Kep., selaku pembimbing II
yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam perbaikan skripsi ini
6. Ibu Ns Ni Nyoman Elfiyunai S.Kep., M.Kes., selaku penguji utama yang
telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini
7. Bapak/Ibu Dosen dan Staff STIKes Widya Nusantara Palu yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan selama peneliti
mengikuti pendidikan
8. Kepala Puskesmas Nosarara dan staff atas bantuan dan kerja samanya
sehingga penelitian ini dapat terselesaikan sesuai waktu yang telah ditetapkan
9. Bapak Zulkivli Richie, SKM yang telah membantu saya dalam proses
penelitian
ix

10. Teman-teman Quens saya Asriandini, Ulan sari, Elin puspitasri yang telah
memberikan bantuan dan juga motivasi dalam penyusunan skripsi dan teman-
teman keperawatan angkatan 2018 khususnya kelas A yang sudah banyak
memberikan bantuan dan juga motivasi dalam penyusunan skripsi
11. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi
ini. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan,
khususnya dibidang ilmu keperawatan.

Palu, Juni, 2022

Sukmawaty
201801044

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
x

HALAMAN JUDUL SKRIPSI ii


HALAMAN PERNYATAAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
LEMBAR PERSETUJUAN vi
LEMBAR PENGESAHAN vii
PRAKATA viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 6
B. Kerangka Konsep 18
C. Hipotesis 18
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian 19
B. Tempat dan Waktu Penelitian 19
C. Populasi dan Sampel Penelitian 19
D. Variabel Penelitian 20
E. Definisi Operasional 21
F. Instrumen Penelitian 21
G. Teknik Pengumpulan Data 22
H. Analisis Data 24
I. Bagan Alur Penelitian 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 27
A. Hasil 27
xi

B. Pembahasan 33
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 42
A. Simpulan 42
B. Saran 42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Klasifikasi Berdasarkan Umur Responden


Tabel 4.2 Klasifikasi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden
Tabel 4.3 Klasifikasi Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.4 Klasifikasi Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 4.5 Klasifikasi Berdasarkan Health Locus Of Control
xii

Tabel 4.6 Klasifikasi Berdasarkan Kepatuhan Terapi Insulin


Tabel 4.7 Klasifikasi Berdasarkan Health Locus Of Control Dengan Kepatuhan
Terapi Insulin Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja
Puskesmas Nosarara

DAFTAR GAMBAR

Tabel 2.1 Kerangka Konsep 17


Tabel 3.1 Bagan Alur Penelitian 23
xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Ujian Skripsi


Lampiran 2 : Surat Permohonan Pengambilan Data Awal
Lampiran 3 : Surat Balasan Pengambilan Data Awal
Lampiran 4 : Surat Permohonan Turun Penelitian
Lampiran 5 : Lembar Permohonan Menjadi Responden
xiv

Lampiran 6 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden


Lampiran 7 : Kuesioner Hloc Dan Kepatuhan Terapi Insulin
Lampiran 8 : Surat Balasan Selesai Penelitian
Lampiran 9 : Dokumentasi
Lampiran 10 : Lembar Bimbingan Konsul Proposal Dan Skripsi
Lampiran 11 : Lampiran Master Tabel
Lampiran 12 : Lampiran Hasil Tabulasi Data (SPSS)
Lampiran 13 : Riwayat Hidup
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi saat pankreas tidak


menghasilkan insulin yang cukup (hormon yang mengatur gula darah), atau
tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya.
Diabetes mellitus adalah salah satu dari empat penyakit tidak
menular/Noncommunicable Diseases (NCD) dengan jumlah kasus yang terus
meningkat setiap tahun1.
Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF)
memperkirakan sekitar 425 juta orang diseluruh dunia mengidap diabetes
pada tahun 2015. Sementara pada tahun 2017, penderita diabetes mellitus.
Data tersebut juga mengungkapkan bahwa indonesia adalah negara peringkat
keenam pada tahun 2017 di dunia setelah Tiongkok, India, Amerika Serikat,
Brazil, dan Meksiko, dengan jumlah penderita diabetes usia 20-79 tahun
sekitar 10,3 juta jiwa2. Berdasarkan World Health Organization (WHO) 2020,
penderita diabe20-79 ttes melitus yang berada diseluruh dunia sekitar 422 juta
jiwa, mayoritas tingga di negara berpenghasilan rendah dan menengah, dan
1,6 juta meninggal setiap tahun. Jumlah kasus dan prevelensi diabetes terus
meningkat dalam beberapa tahun terakhir3.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Kementerian
Kesehatan tahun 2018, prevalensi diabetes di Indonesia meningkat dari 6,9%
pada tahun 2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018. Prevalensi terendah adalah
0,8% di Provinsi NTT dan tertinggi di Provinsi DKI Jakarta 3,4% 4. Data di
Sulawesi Tengah pada tahun 2019 prevalensi jumlah penduduk yang
menderita diabetes melitus tertinggi di Kabupaten Parigi Moutong sebesar
33.873 jiwa dengan jumlah yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebesar
6.747 jiwa (19,9%) disusul oleh Kota Palu dengan jumlah 27.005 jiwa, dan
yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebesar 4.533 jiwa (16,8%),

1
2

Kabupaten Sigi berjumlah 16.520 jiwa dengan jumlah yang mendapatkan


pelayanan kesehatan sebesar 2.108 jiwa (12,8%) dan yang terendah yaitu di
Kabupaten Banggai Laut sebesar 213 (4,1%)5.
Menurut Shouip (2014) DM Tipe II yaitu dimulai dengan resistensi
insulin. Kondisi ketika sel gagal merespon insulin dengan benar. Karena
perkembangan penyakit. DM Tipe II juga disebut sebagai “DM tergantung
non-insulin” atau “diabetes onset dewasa”. Penyebab utamanya adalah berat
badan yang berlebihan dan tidak cukup berolahraga. DM Tipe II dapat diobati
dengan obat atau terapi insulin. Selain terapi Insulin, beberapa obat oral dan
keyakinan diri terhadap status kesehatan adalah beberapa hal yang dapat
mengendalikan kadar gula darah menjadi rendah6.
Health locus of control (HLoC) merupakan kepercayaan seseorang
akan baik dan buruknya kesehatannya. Ada dua jenis Hloc yaitu internal
health locus of control (IHLC) dan eksternal health locus of control (EHLC).
Seseorang dengan HLoC tinggi dan baik seringkali memiliki pola pikir yang
baik untuk mengambil keputusan untuk meningkatkan kualitas kesehatannya.
Seseorang dengan health locus of control internal akan mempunyai keyakinan
bahwa dirinya sendiri yang dapat mengendalikan kesehatannya serta
bertanggung jawab atas kesehatannya. Jadi individu akan bertanggung jawab
dengan kesehatan individu sendiri dan mematuhi pengobatan sehingga kadar
glukosa stabil. Sedangkan individu dengan health locus of control eksternal
mempunyai keyakinan bahwa kesehatan individu bergantung pada orang lain,
seperti tenaga kesehatan, sahabat, keluarga dan penciptanya7.
Kepatuhan salah satu sikap individu dalam pengobatan, seperti terapi
insulin, diet, dan perubahan gaya hidup yang di setujui oleh dokter. Penderita
yang taat secara tidak langsung akan menjaga dirinya sendiri, sehingga secara
tidak langsung akan menjadi dokter bagi dirinya sendiri dan mengetahui
kapan harus ke dokter untuk melakukan pemeriksaan rutin dan pemeriksaan
lebih lanjut. Perilaku kepatuhan juga secara umum diartikan sebagai upaya
pasien untuk mengontrol perilaku yang tidak terkontrol yang dapat
menyebabkan resiko terhadap kesehatan. Dampak dari ketidakpatuhan
melakukan terapi insulin yang dianjurkan oleh dokter, tubuh akan merespon
3

dengan gejala-gejala yakni sering buang air kecil, rasa haus terus-
menerus,sakit kepala. Selain itu,efek dari ketidakpatuhan dapat menyebabkan
resiko komplikasi lebih lanjut bagi pasien seperti meningkatnya resiko
penyakit jantung, stroke, neuropati (kerusakan saraf), retinopati diabetikum,
gagal ginjal, dan bisa menyebabkan kematian7.
Hasil penelitian Shania Adhanty, dalam jurnal “hubungan health locus
of control dengan kepatuhan diet pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di
RSUD Kota Depok Tahun 2020” menunjukkan bahwa terdapat korelasi
positif antara dimensi health locus of control yaitu Internal health locus of
control (IHLOC) dan powerful-others health locus of control (POHLOC)
dengan kepatuhan diet dengan nilai r= 0,46. Disisi lain, dimensi chance
locus of control (CLOC) berkorelasi secara negatif dengan kepatuhan diet
dengan nilai r= -0,28. Penelitian ini menunjukan terdapat hubungan antara
health locus of control dengan kepatuhan diet8.
Penelitian kedua dari Hadisa Kuniyo, dalam jurnal “pengaruh locus of
control terhadap quality of life (QOL) pada pasien diabetes mellitus (DM)
tipe II di RSUD Kota Makassar Tahun 2018” locus of control memiliki
pengaruh terhadap quality of life, berdasarkan data dari RSUD Kota Makassar
2018 dari 37 responden menunjukan bahwa sebanyak 16 responden (43,2%)
memiliki internal locus of control dengan jumlah responden yang memiliki
kualitas hidup yang baik sebanyak 13 responden (81,3%) dan kualitas hidup
yang kurang sebanyak 3 responden (18,8%) dengan nilai P 0,038. Sedangkan
17 responden (45,9%) cenderung memiliki external locus of control dengan
quality of life yang baik sebanyak 8 responden (47,1%) dan quality of life
yang kurang sebanyak 9 responden (52,9%)9.
Pada studi pendahuluan yang telah dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas Nosarara, didapatkan data pada tahun 2021 terdapat 37 penderita
diabetes melitus tipe II yang menggunakan terapi insulin. Berdasarkan hasil
wawancara terhadap 10 penderita DM tipe II didapatkan 7 penderita
mengatakan bahwa selama proses terapi pasien kerap mengalami kejenuhan
melakukan terapi insulin, pasien mengatakan tidak melakukan terapi insulin
ketika tidak sedang merasakan gejala-gejala fisik dan saat ingin berpergian
4

jauh pasien terkadang lupa membawa insulin. Sementara dengan 3 pasien


lainnya mengatakan bahwa mengalami kesulitan untuk mengingat waktu-
waktu dalam melakukan terapi insulin dan kadang melakukan terapi insulin
tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan oleh dokter.
Berdasarkan data yang telah diuraikan diatas maka peneliti tertarik
untuk mengetahui Hubungan Health Locus of Control Dengan Kepatuhan
Terapi Insulin pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja
Puskesmas Nosarara.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan Latar Belakang yang telah diuraikan diatas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada Hubungan Health
Locus of Control dengan Kepatuhan Terapi insulin pada Penderita Diabetes
Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Nosarara?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Teridentifikasi Hubungan Health Locus of Control pada Penderita
Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Nosarara.
2. Tujuan Khusus
a. Teridentifikasi Hubungan Health Locus of Control pada Penderita
Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Nosarara.
b. Teridentifikasi Kepatuhan Terapi insulin pada Penderita Diabetes
Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Nosarara.
c. Dianalisis Hubungan Health Locus of control dengan Kepatuhan
Terapi insulin pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah
Kerja Puskesmas Nosarara.
5

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
wawasan ilmiah yang bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan
penelitian lebih lanjut tentang diabetes mellitus tipe II.
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan
wawasan bagi masyarakat Kelurahan Pengawu, Kelurahan Palupi,
Kelurahan Tavanjuka tentang Kepatuhan Terapi Insulin.
3. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan
masukan tentang keberhasilan terapi insulin di Puskesmas Nosarara
sehingga dapat digunakan sebagai alat penilaian untuk meningkatkan
aktivitas terapi insulin. Tindakan lapangan di masyarakat selama
pengobatan Diabetes Melitus. melalui kepatuhan diet, inhalasi insulin,
dan inhalasi obat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Konsep Diabetes Melitus


a. Definisi Diabetes Melitus (DM)
Menurut American Diabetes Association pada tahun 2015,
diabetes melitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik yang
ditandai dengan naiknya kadar glukosa dalam darah ,yang
disebabkan oleh sekresi atau kerja insulin yang tidak normal. DM
adalah masalah pada tubuh yang menyebabkan gula darah naik lebih
tinggi dari yang normal yang juga disebut hiperglikemia. DM
merupakan penyakit kronis akibat gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein yang memunculkan adanya
hiperglikemia10.
Diabetes merupakan gangguan metabolik yang ditandai oleh
hiperglikemia akibatnya kurang hormon insulin atau keduanya.
Sedangkan menurut Atlas International Diabetes Federation (IDF)
2017, Diabetes melitus yaitu suatu penyakit kronis yang
membutuhkan perawatan medis yang lebih lanjut dengan mengontrol
gula darah untuk mengurangi resiko gula darah yang tidak
terkontrol11.
b. Klasifikasi Diabetes Mellitus
International Diabetes Federation (IDF) 2017 Diabetes
melitus dibagi menjadi tiga sebagai berikut12:
1) Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 yaitu jenis diabetes yang disebabkan oleh
reaksi autoimun, dimana sistem kekebalan tubuh memproduksi
sel beta penghasil insulin di pankreas sehingga tubuh tidak dapat
memproduksi insulin.

6
7

2) Diabetes tipe 2
DM tipe 2 merupakan jenis diabetes yang paling sering
ditemukan. Salah satu ciri-ciri DM tipe 2 yaitu naiknya kadar
gula dalam darah (Hiperglikemia). Hiperglikemia merupakan
hasil dari produksi insulin yang tidak adekuat dan
ketidakmampuan tubuh untuk merespon insulin atau resistensi
insulin.
3) Diabetes melitus gestasional
Hiperglikemia atau peningkatan kadar gula dalam darah
yang pertama kali dideteksi saat kehamilan dapat
diklasifikasikan sebagai diabetes gestasional yang pertama kali
didiagnosis selama kehamilan atau hiperglikemia selama
kehamilan. Diabetes gestasional dapat didiagnosis selama
trimester pertama kehamilan, tetapi dalam banyak kasus
kemungkinan diabetes mellitus ada sebelum kehamilan, tetapi
belum terdiagnosis.
c. Etiologi
DM Tipe II merupakan jenis DM yang paling sering terjadi
dan ditandai dengan cacat progresif dari fungsi sel beta pankreas
yang menyebabkan tubuh kita tidak dapat memproduksi insulin
dengan baik. DM Tipe II terjadi ketika tubuh tidak lagi dapat
memproduksi insulin yang cukup untuk mengimbagi terganggunya
kemampuan untuk memproduksi insulin. Pada DM Tipe II tubuh kita
baik menolak efek dari insulin atau tidak memproduksi insulin yang
cukup untuk mempertahankan tingkat glukosa yang normal13.
Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan terjadinya
DM Tipe II serta resiko terjadinya. Antara lain:
1) Usia
Pada usia diatas 65 tahun Resistensi insulin cenderung
meningkat . Hal ini terjadi karena semakin bertambahnya usia,
organ di dalam tubuh bekerja lambat sehingga mempengaruhi
8

metabolisme yang mengakibatkan menumpuknya glukosa di


dalam darah dan urin13.
2) Obesitas
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko DM,
penderita DM Tipe II yang mengalami obesitas sebanyak 90%.
Obesitas dapat terjadi karena genetik atau terlalu banyak makan
namun memiliki aktivitas fisik yang kurang. Ketidakseimbangan
ini memicu terjadi peningkatan kadar lemak. Kadar lemak yang
meningkat di dalam darah menurunkan manfaat glukosa yang
tersimpan di jaringan adipose. Kejadian ini dapat berdampak
pada terjadinya resistensi insulin yang kemudian meningkatkan
pelepasan insulin. Pelepasan insulin yang terus meningkat
nantinya akan berdampak buruk pada kinerja reseptor insulin13.
3) Kelompok etnik
Penyakit DM Tipe II kemungkinan besar akan diderita
oleh etnik di Amerika Serikat (golongan Hispanik) dan
penduduk asli Amerika dan penduduk asli Amerika
dibandingkan dengan etnik Afrika-Amerika13.
d. Patofisiologi
Metabolisme adalah suatu cara dalam tubuh manusia yang
dibutuhkan untuk tetap terhubung sepanjang waktu. Setiap hari
manusia membutuhkan karbohidrat, dan diubah menjadi bentuk gula
dalam darah, asam amino dan protein, lemak serta asam lemak.
Nutrisi ini diserap melalui usus dan kemudian disalurkan melalui
pembuluh darah ke seluruh tubuh sehingga organ tubuh dapat
menggunakannya sebagai "bahan bakar" metabolisme. Insulin
membantu nutrisi masuk ke dalam sel untuk bertindak sebagai
"bahan bakar". Insulin yang disekresikan oleh sel beta dapat
diibaratkan sebagai kunci yang dapat membuka pintu bagi glukosa
untuk masuk ke dalam sel. Tanpa insulin, gula dalam darah tidak
dapat masuk ke dalam sel, dan tubuh tidak dapat melakukan
metabolisme sehingga tidak dapat menghasilkan sumber energi.
9

Gula darah naik ketika Glukosa tetap berada di dalam pembuluh


darah14.
Insulin dapat digunakan untuk mengurangi peradangan di
usus dan merangsang sekresi glukosa dalam hati dan otot dalam
bentuk glikogen. Insulin juga meningkatkan penyimpanan lemak di
jaringan diposa dapat dipercepat pada asam amino dari protein-
protein makanan kemudian masuk kedalam sel. Saat jam makan
dan sebelum tidur, pankreas terus menerus membiarkan beberapa
kecil insulin. Glukagon dan insulin bekerja sama untuk menjaga
tingkat gula dalam darah secara konstan dapat masuk dalam darah
dengan merangsang hati untuk melepaskan glukosa. Pada mulanya,
hati menghasilkan gula dalam darah melalui glikogen. Setelah 8-12
tanpa makanan, hati membentuk glukosa dari pemecahan zat lain
selain karbohidrat yang mencakup asam amino (gluconeogenesis)14.
e. Manifestasi Klinis
Individu yang menderita DM Tipe 2 biasanya mengalami
kenaikan frekuensi ingin berkemih, rasa lapar, rasa haus, mudah
capek, merasa tidak bersemangat, kelelahan jangka panjang,
biasanya terjadi pada usia diatas 30 tahun, tetapi prevalensinya kini
semakin tinggi pada golongan anak-anak dan remaja. Gejala tersebut
sering terabaikan karena dianggap sebagai kelelahan akibat kerja,
jika glukosa darah sudah masuk ke saluran urin dan urin tersebut
tidak disiram, maka akan dikerubuti oleh semut yang merupakan
tanda adanya gula13.
f. Komplikasi
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2018
secara umum komplikasi Diabetes Mellitus dibagi menjadi dua
yaitu15:
1) Komplikasi Mikrovaskular
Komplikasi makrovaskular merupakan komplikasi yang
menyebabkan aterosklerosis dengan mempengaruhi arteri yang
lebih besar. Akibat aterosklerosis yaitu penyakit jantung
10

koroner, hipertensi, dan stroke. Komplikasi mikrovaskular yang


umum terjadi pada penderita diabetes yaitu penyakit jantung
koroner, penyakit serebrovaskular, dan penyakit pembuluh
darah perifer. Komplikasi makrovaskular ini sering terlihat pada
pasien diabetes tipe II dengan hipertensi, dislipidemia, atau
obesitas.
2) Komplikasi Mikrovaskuler
Komplikasi mikrovaskuler terjadi lebih pada pasien
Diabetes Melitus tipe II. Gula darah yang meningkat diserap dan
menghasilkan protein terglikasi yang melemahkan dinding
pembuluh darah dan menyumbat pembuluh darah kecil. yang
mendorong perkembangan komplikasi mikrovaskuler, adalah
retinopati, penyakit ginjal, dan neuropati.
g. Penatalaksanaan
Pengobatan yang efektif untuk semua jenis DM akan
mengoptimalkan kontrol gula darah dan mengurangi komplikasi.
Pengobatan DM tipe II meliputi11:
1) Memantau kadar gula darah secara rutin
2) Merencanakan makan yang dibentuk secara individu untuk
mencukupi keperluan nutrisi, mengontrol gula darah dan lipid
dan mempertahankan berat badan yang sesuai
3) Menurunkan berat badan (pasien gemuk dengan Diabetes
melitus Tipe II) maupun diet tinggi kalori sesuai tingkat
perkembangan dan tingkat aktivitas.

2. Konsep Health Locus of Control


a. Definisi Health Locus of Control
Locus of control adalah persepsi individu mengenai dirinya
yang memegang kendali atas sesuatu yang terjadi pada dirinya.
Locus of control juga merupakan konsep psikologis yang
menggambarkan kepercayaan seseorang tentang tingkat control yang
dapat dilaksanakan seseorang atas lingkungannya16.
11

Health locus of control adalah tingkat kepercayaan bahwa


kesehatan mereka dipengaruhi oleh dimensi internal atau eksternal.
Seseorang yang memiliki health locus of control yaitu
mempengaruhi perilaku kesehatan dimana akan beresiko bagi
kesehatan mereka sendiri serta mematuhi aturan kesehatan17.
Health locus of control juga diartikan apabila sejauh mana
kondisi penderita dapat mempengaruhi proses penyembuhan. Health
locus of control juga mempengaruhi sikap yang berhubungan
dengan kesehatan seseorang dan kepatuhan dalam mengikuti anjuran
dari tenaga medis 18.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi health locus of control
Teori locus of control menjelaskan mengenai pusat kendali
dan pusat pengarahan dari setiap perilakunya. locus of control
mengacu kepada sejauh mana seseorang merasakan akibat dari
perilakunya sendiri. Seseorang yang merasakan kejadian-kejadian,
baik yang positif maupun negatif, sebagai akibat dari tindakanya
sendiri disebut dengan internal locus of control. Sebaliknya apabila
dilakukan akibat tekanan dari luar dirinya seperti nasib, kesempatan,
atau akibat dari perbuatan orang lain disebut eksternal locus of
control19
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan internal dan
eksternal locus of control yaitu19:
1. Usia
Menurut Rotter bahwa usia mempengaruhi locus of control yang
dimiliki individu. Ditunjukkan dengan locus of control internal
akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini
berkaitan dengan tingkat kemtangan berpikir dan kemapuan
mengambil keputusan.
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin juga berpengaruh terhadap health locus of control
yang dibuktikan pada penelitian oleh Thoms, dkk menyatakan
bahwa penderita diabetes perempuan menunjukan nilai lebih
12

tinggi di semua parameter dari pada pria. Hal ini di karenakan


pria dan wanita merespon secara berbeda terhadap item tes
tertentu.
3. Kebudayaan
Menurut Safitri (2013) kebudayaan merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi locus of control, seperti budaya barat
dan timur. Secara umum, orang Asia terbukti lebih berorientasi
eksternal dari pada orang Amerika, hal ini didapatkan dari
sebuah penelitian yang menjelaskan hal kepercayaan budaya.
Budaya Amerika lebih ke arah kemandirian dan individualis
sedangkan budaya Asia menekankan ketergantngan masyarakat
dan saling ketergantungan.
4. Stimulus
Jika kekurangan stimulus dari lingkungan maka hal ini dapat
menyebabkan seseorang mengalami deprivasi persepsual (tidak
memperoleh stimulus yang memadai).
5. Respon
Memberikan respon dan reaksi pada saat yang tepat terhadap
tingkah laku dapat meberikan pengaruh penting terhadap rasa
percaya diri. Aspek ini sangat berpengaruh dalam pembentukan
locus of control internal dan eksternal, karena ketika lingkungan
selalu merespon perilaku maka seseorang akan merasa bahwa
dirinya menguasai reinforcement.
6. Latar belakang dan lingkungan keluarga
Latar belakang dan lingkungan keluarga juga berperan dalam
pembentukan locus of control., suportif, disiplin, dan
menekankan reinforcement positif memungkinkan anak untuk
membentuk locus of control internal pada dirinya.
c. Proses perkembangan health locus of control
Menurut Rosviantika (2019) locus of control terdiri dari skala
penilaian internal dan eksternal. Konsep health locus of control
merupakan bagian dari teori social learning oleh J Rotter yang
13

menyangkut kepribadian dan mewakili harapan umum mengenai


faktor-faktor yang menentukan keberhasilan maupun kegagalan
terhadap kehidupan seseorang. Teori belajar sosial memberikan
pengaruh dalam kesehatan melalui proses belajar, setiap individu
akan mengembangkan keyakinan bahwa hasil yang didapatkan
merupakan tindakan dari dirinya atau dari luar dirinya20.
Menurut Wallston dkk (2016) menyatakan bahwa ada
kesulitan dalam memprediksi perilaku kesehatan khusus dari
tindakan harapan umum (expectancy) seperti pada skala I-E Rotter.
Sehingga para asli menemukan melalui pengamtan kelas untuk
pasien diabetes melitus yang baru terdiagnosis. Didapatkan hasil
bahwa keluarga dan staf medis terus menekankan pentingnya peran
aktif pasien dalam perawatan kesehatan. Para ahli mencoba agar
pasien mengadopsi internal locos of control. Hal ini mendorong
minat peneliti untuk menghubungkan locus of control dengan
perawatan kesehatan17
d. Dimensi health locus of control
Berdasarkan Wallston, dkk dimensi health locus of control
terdiri dari17:
1) Internal health locus of control
Seseorang dengan internal locus of control percaya
kesehatan mereka tergantung pada mereka sendiri. Saat
seseorang terjatuh, mereka biasanya mempersalahkan diri
sendiri dan berusaha untuk melakukan pengobatan untuk
kembali sehat. Individu dengan orientasi ini cenderung hidup
sehat dan menunjukkan tingkat ketahanan yang tinggi dalam
proses penyembuhan. Hal ini karena ia menganggap kesehatan
sebagai hal yang paling penting dan mereka bertanggung jawab
penuh atas kesembuhannya.
2) Chance health locus of control
Chance merupakan suatu kepercayaan seseorang bahwa
sesuatu yang akan terjadi dalam hidupnya ditentukan oleh
14

sesuatu yang tidak berwujud seperti nasib, kebahagiaan, dan


kemujuran. Saat sakit, orang-orang ini cenderung menganggap
sudah saatnya untuk sakit.
3) Powerful others health locus of control
Powerful others merupakan bahwa sehat atau tidaknya
seseorang disebabkan oleh adanya faktor yang berasal dari
orang lain (eksternal). Individu akan terus bergantung pada
orang lain, ketika dirinya jatuh sakit. Dengan kata lain,
kesadaran akan pentingnya kesehatan terhadap dirinya sendiri
masih kurang, sehingga menyebabkan pola hidup yang tidak
teratur.

3. Konsep Kepatuhan Terapi insulin


a. Definisi Kepatuhan Terapi insulin
Kepatuhan terapi insulin adalah kepatuhan seseorang dalam
menggunakan terapi insulin yang dianjurkan oleh dokter dan
diajarkan cara penggunaanya. Kepatuhan merupakan salah satu
faktor penting yang menentukan hasil pengobatan terutama pada
pasien yang menderita penyakit kronis. Insulin merupakan hormon
yang terdiri dari 2 rantai polipeptida dan terdiri dari asam amino
pada rantai alfa dan 30 asam amino pada rantai beta. Kedua rantai
dihubungkan bersama oleh ikatan disulfida. Pada manusia, gen
insulin terletak di lengan pendek kromosom. Insulin disintesis di sel
pankreas sebagai prekursornya, insulin. Proinsulin, awalnya
ditemukan dalam retikulum endoplasma kasar, kemudian diangkut
ke aparatus Golgi oleh transportasi ventrikel dan kemudian diubah
menjadi insulin21.
b. Indikasi Penggunaan Insulin
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2015, tujuan
gula darah untuk penderita diabetes tipe II yang dicapai dengan
berbagai cara, adanya perubahan pola hidup hingga pengobatan
dengan insulin. Sehingga perkembangan dan penyakit, penderita
15

yang sudah menggunakan dua obat diabetes mungkin tidak mencapai


tujuan gula darah mereka, sehingga insulin mungkin bermanfaat bagi
penderita diabetes tipe II. Selain itu, ada beberapa orang dengan
diabetes tipe 2 yang memiliki kondisi tertentu yang dianjurkan untuk
mendapatkan terapi insulin. Kondisi tersebut antara lain 22:
1) Menggunakan anti hiperglikemia oral dengan dosis optimal tiga
hingga enam bulan yang digunakan
2) Pasien DM yang hamil
3) Penderita DM tipe II yang menderita penyakit-penyakit tertentu
seperti tuberculosis dan graves disease
4) Penderita DM tipe II yang memiliki kekurangan berat badan.
c. Metode Pemberian Terapi Insulin
Konsep insulin basal merupakan insulin, yang akan
memastikan jumlah insulin yang konstan sepanjang hari. Karena
perlu untuk tetap aktif untuk waktu yang sangat lama (satu hari),
Insulin menengah atau insulin kerja panjang dapat disuntikkan
sementara itu; seperti glargine dan detemir. Penggunaan insulin basal
dapat memenuhi hingga 50% dari kebutuhan insulin harian untuk
penggunaan insulin basal, yang dapat disuntikkan sekali sehari.
Penderita yang akan mendapatkan keuntungan dari cara ini adalah
pasien yang glukosa darahnya tidak terkendali dengan nilai gula
darah puasa (GDP>200 mg/dl)22.
Metode pemberian yang kedua yaitu basal-plus. Cara ini
terdiri dari 2 komponen. Komponen yang pertama adalah komponen
insulin basal dan komponen kuda adalah komponen insulin
bolus/prandial yang diinjeksikan pada saat jadwal makan
utama/makan yang mempunyai porsi yang lebih besar dari pada yang
lainnya. Tujuan dari insulin bolus adalah memperbaiki glukosa darah
postprandial dan biasanya digunakan insulin yang cara kerjanya
rapid-acting seperti aspart, lispro dan glulisine atau short acting,
seperti actrapid. Metode basal-plus ini sebenarnya dapat
dimodifikasi menjadi metode bertingkat seperti suntikan insulin
16

bolus/prandial dapat dinaikan secara bertahap dari 1x suntikan


menjadi 2x suntikan sampai 3x suntikan pada jadwal makan sesuai
kebutuhan terhadap target glikemik yang dicapai. Metode basal-plus
mempunyai keuntungan dimana fleksibilitas yang tinggi akan sangat
membantu pasien diabetes mellitus tipe 2 yang mempunyai jadwal
makan yang tidak teratur22.
Menurut American Diabetes Association 2015 (ADA),
pendekatan basal bolus adalah yang paling dekat dengan cara
fisiologis sekresi insulin. Insulin bolus/prandial disuntikan 3
kali/hari sehari sesuai jadwal makan untuk mengatur hiperglikemia
postprandial. Namun, tentu saja cara ini membutuhkan lebih banyak
usaha dan pemahaman, dapat dihubungkan banyaknya jumlah
pemberian insulin yang perlu dilakukan dan kompleks pelaksananya.
Cara ini kurang fleksibel dibandingkan dengan cara basal-plus22.
d. Teknik dan lokasi penyuntikan insulin
Ada beberapa penyerapan insulin; tempat injeksi (dinding
perut tercepat, diikuti oleh lengan, paha dan wajah), kedalaman
injeksi (injeksi intramuskular mempercepat penyerapan), jenis, dosis
insulin. diserap lebih cepat, aktivitas fisik, dengan atau tanpa
lipodistrofi atau lipohipertrofi (memperlambat penyerapan) dan
perbedaan temparatur (suhu tinggi mempercepat penyerapan) )23.
Pemberian insulin secara subkutan dengan melaksanakan
pinchet, kemudian jarum suntik membentuk sudut 45ºC atau 90ºC
ketika jaringan subkutan tebal. Area suntikan dapat dilakukan di
lengan atas perut, lengan bawah, dan lengan atas. Suntikan boleh
diberikan di area yang setara setiap harinya, tetapi tidak di tempat
yang sama. Area suntikan harus diputar. Kerja cepat insulin harus
disuntikkan ke perut, sedangkan insulin kerja menengah disuntikkan
ke paha dan bokong23.
e. Jenis-jenis insulin
Menurut Wisman, 2019 terdapat jenis 4 insulin dipakai oleh
penderita diabetes, yaitu23:
17

1) Insulin kerja ultra pendek (rapid acting insulin)


Ada 2 jenis arah kerja insulin, insulin aspart dan lispro.
Kerja insulin sangat singkat diserap lebih cepat (90% dalam
100 menit) di tempat suntikan dibanding insulin konvensional
(90% dalam 150 menit). Konsentrasi puncak yang lebih tinggi
dan lebih kecil, serta lama kerja lebih singkat. Lispro dapat
diberikan 15 menit sebelum makan dan digunakan pada
penatalaksanaan diabetes mellitus ketika sakit.
2) Insulin kerja pendek (short acting insulin)
Kemampuan dan akan timbul hipoglikemik insulin kerja
pendek/ insulin reguler kira-kira sama dengan insulin kerja
pendek ultra. Insulin regular merupakan insulin yang dapat
diberikan secara intravena maupun subkutan, dan sering
digunakan untuk mengobati kondisi akut seperti ketoasidosis,
dan pembedahan. Dalam kasus diabetes yang masih baru, lebih
baik menggunakan insulin jenis ini untuk menghindari efek gula
darah rendah.
3) Insulin kerja menengah
Insulin kerja menengah adalah insulin bekerja lambat,
dan masa kerja yang panjang tetapi kurang dari 24 jam. Insulin
dengan jenis ini dapat digunakan 2x sehari, dan digunakan untuk
anak yang telah mempunyai pola hidup lebih teratur untuk
menghindari terjadinya hipoglikemia. Sebagian besar kasus DM
tipe 1 pada anak menggunakan insulin kerja menengah.
4) Insulin kerja panjang
Karena jam kerja yang sangat panjang, cukup
menggunakan insulin hanya sekali sehari. Studi menemukan
bahwa penggunaan insulin kerja panjang secara signifikan
mengurangi kejadian hipoglikemia nokturnal (hipoglikemia
nokturnal). Penggunaan insulin kerja panjang (insulin glargine)
juga dapat secara signifikan menurunkan kadar HbA1c dan
kejadian kadar gula darah tinggi.
18

B. Kerangka konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Health locus of control Kepatuhan terapi insulin

Keterangan :

: Variabel yang telah diteliti

: Hubungan

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian adalah: untuk mengetahui Hubungan


antara Health Locus of control dengan Kepatuhan Terapi Insulin pada
penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Nosarara.
Ha : Ada hubungan antara Health of control dengan kepatuhan terapi insulin
pada penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas
Nosarara.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang


didefinisikan sebagai metode penelitian berdasarkan filosofi positif, dan
digunakan untuk mempelajari populasi atau sampel tertentu dengan
pendekatan cross sectional, yaitu penelitian dilakukan pada waktu tertentu
dan bertujuan untuk mengetahui apakah dari dua variabel yaitu variabel
independen (bebas) dan variabel dependen (terikat) mempunyai hubungan
atau tidak 24.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas
Nosarara.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 April sampai 8 Mei Tahun
2022

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi
Populasi yaitu semua sumber data atau subjek penelitian yang
diperlukan dalam suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh penderita Diabetes Melitus tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas
Nosarara dengan jumlah 37 responden25.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian objek dari populasi yang akan diteliti dan
dianggap dapat mewakili keseluruhan populasi. Sampel yang digunakan

19
20

dalam penelitian ini adalah sebanyak 37 responden dengan menggunakan


total sampling25.
3. Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling
dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel yaitu
berjumlah 37 responden.
a. Kriteria Inklusi
1) Pasien Diabetes Melitus tipe 2 yang bersedia menjadi responden
2) Pasien Diabetes Melitus tipe 2 yang menggunakan terapi insulin
b. Kriteria Eksklusi
1) Penderita Diabetes Melitus tipe 1
2) Penderita Diabetes Melitus yang mempunyai komplikasi
3) Penderita Diabetes Melitus tipe 2 yang memiliki kendala dalam
berkomunikasi

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu atribut yang digunakan dalam


melakukan penelitian dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan antara
variabel yang diteliti26.
1. Variabel Independen (Bebas)
Pada penelitian ini yang merupakan bagian variabel independen adalah
kepatuhan health locus of control.
2. Variabel Dependen (Terikat)
Pada penelitian ini yang merupakan bagian variabel dependen adalah
kepatuhan terapi insulin.
21

E. Definisi Operasional

Merupakan suatu objek yang d iobservasi dan kemudian hasilnya


dapat diulang kembali oleh peneliti lainnya26.
1. Health Locus Of Control
Definisi : Locus of control merupakan suatu kepercayaan
bahwa seseorang dapat mengontrol kesehatannya
dengan kemampuannya sendiri.
Alat ukur : Kuesioner
Cara ukur : Pengisian kuesioner
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : 1. Rendah (skor= 18-46)
2. Tinggi (skor= 47-72)
2. Kepatuhan terapi insulin
Definisi : Kepatuhan terapi insulin adalah kepatuhan
seseorang dalam menggunakan terapi insulin yang
dianjurkan oleh dokter dan diajarkan cara
penggunaannya.
Alat ukur : Kuesioner
Cara ukur : Pengisian kuesioner
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : 1. Rendah (skor<6)
2. Sedang (skor 6-7)
3. Tinggi (skor 8)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data primer dalam penelitian ini adalah


kuesioner. Kuesioner adalah pernyataan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden. Kuesioner yang digunakan dalam
penelitian ini tersusun secara struktur dan berisikan pernyataan yang harus
dijawab responden. Adapun kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari 2 kuesioner yaitu27.
22

1. Kuesioner Health locus of control


Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner Health locus of
control. Dengan jumlah pertanyaan 18 item yang terdiri dari 3 sub
dimensi, setiap sub terdiri dari 6 pernyataan dengan menggunakan skala
likert dengan skor Sangat setuju: 4, Setuju: 3, Tidak setuju: 2, dan Sangat
Tidak setuju: 1. Pernyataan no 1,2,3,4,5 dan 6 merupakan pernyataan
dimensi internal health locus of control, pernyataan no 7,8,9,10,11 dan
12 merupakan pernyataan dimensi Chance health locus of control, dan
untuk pernyataan no 13,14,15,16,17, dan 18 merupakan pernyataan
dimensi Powerful others health locus of control. Kuesioner ini dibuat
dari kuesioner baku Wallston (1978) yang sudah di modifikasi oleh Sarah
Rahmadian dan kuesioner ini telah digunakan peneliti sebelumnya di
RSUD H. Adam Malik Medan. Yang telah dilakukan uji validitas dengan
nilai r 0,97 dan uji reliabilitas dengan nilai r 0,731. Artinya semua
instrumen dalam penelitian ini valid dan layak untuk digunakan dalam
penelitian28.
2. Kuesioner Kepatuhan terapi insulin
Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner kepatuhan terapi
insulin. Kuesioner ini terdiri dari 8 pertanyaan dengan menggunakan
skala gutman dengan skor Ya= 1 dan Tidak= 0. Kuesioner ini dibuat dari
kuesioner baku Morisky Medication Adherence Scale (MMAS) yang
telah di modifikasi oleh Faisal Fachrur Arifin dan kuesioner ini telah
digunakan peneliti sebelumnya di RSUD H. Adam Malik Medan29.

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Cara pengumpulan data


Prosedur Pengumpulan data dalam penelitian ini awalnya
dilakukan dengan cara meminta surat pengantar dari pihak kampus untuk
disampaikan kepada pihak Puskesmas Nosarara, adapun cara
pengumpulan data dilakukan sebagai berikut:
Mengumpulkan data dengan menggunakan kuesioner yang berisi
pertanyaan tertulis guna untuk mengetahui Health Locus Of Control dan
23

Kepatuhan Terapi Insulin Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II di


Wilayah Kerja Puskesmas Nosasara.
2. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini merupakan penderita
Diabetes Melitus pada tahun 2021 dan dijadikan sebagai responden
dalam penelitian30.
b. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini diambil dari pihak
Puskesmas Nosarara.
3. Proses pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara door to door,
kemudian meminta persetujuan untuk menjadi responden dengan cara
mengisi lembar persetujuan menjadi responden. Setelah itu responden
dibagikan kuesioner Health locus of control dan kepatuhan terapi insulin.
1) Melakukan pengumpulan data melalui tahap Editing, Coding,
Tabulastions, Entry, cleaning, Describing31:
2) Editing
Peneliti dapat melakukan pemeriksaan lembar observasi yang telah
diisi. Kemudian peneliti memeriksa data atau identitas
3) Coding
Coding ada cara yang digunakan agar tidak terjadinya kekeliruan
dalam mengisi data menggunakan pengkodean
4) Tabulations
Tabulations yaitu menyusun informasi ke dalam master tabel dan
dijumlah serta diberikan juga keterangan
5) Entri Data
Entri data yaitu memasukan data ke program komputer
6) Cleaning
Setelah semua data diperoleh dari responden, penelitian melakukan
pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan.
24

7) Describing
Setelah semua data-data diperoleh dari responden, peneliti
melakukan kembali pengecekan untuk melihat kemungkinan adanya
kesalahan.

H. Analisa Data

1. Analisis Univariat
Data dianalisa secara univariat, menganalisa data dapat dilakukan
terhadap setiap variabel penelitian. Analisa data biasanya dilakukan
dengan formulasi distribusi frekuensi dengan rumus sebagai berikut:
P =fN x 100% =…..%
Keterangan :
P: Persentase
F: Jumlah subjek yang ada pada kategori tertentu
N: Keseluruhan responden
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
chi-square. Data yang ingin dianalisis bivariat adalah adanya hubungan
variabel independen (health locus of control) terhadap variabel dependen
(kepatuhan minum obat) pada pasien diabetes melitus tipe II32.
Syarat uji chi-square adalah:
a. Sampel lebih dari 30
b. Tidak ada sel yang nilai observed bernilai nol
c. Nilai yang diambil “contuinity correction”
d. Semua expected lebih dari 5, boleh expected kurang dari 5 asalkan
maksimal 20% dari jumlah sel
1) Tabel 3x3 maksimal 2 sel
2) Tabel 2x3 maksimal 2 sel
3) Tabel 2x2 maksimal 2 sel
Jika syarat uji chi-square tidak terpenuhi, digunakan alternatif
lain diantaranya:
a. Untuk tabel 2x2, alternatif uji chi-square adalah Fisher’s
25

b. Untuk tabel 2xk adalah uji Kolmogorov-Smirnov


c. Penggabungan sel adalah langkah alternatif uji chi-square tabel 2x2
dan 2xk sehingga terbentuk suatu tabel B x K yang baru. Setelah
dilakukan penggabungan sel, uji hipotesis dipilih sesuai dengan tabel
BxK yang baru tersebut.
26

I. Bagan Alur Penelitian

Proposal Penelitian

Mengurus surat izin penelitian di Tata usaha

Tata usaha STIKes Widya Nusantara Palu

Puskesmas Nosarara

Populasi
Seluruh penderita Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas
Nosarara pada tahun 2021 dengan jumlah 37 orang

Teknik sampling
Total sampling

Inform consent
Menjelaskan dan meminta persetujuan responden

Pengumpulan data
Wawancara dan kuesioner

Variabel Independen Variabel Dependen


Health locus of control Kepatuhan terapi insulin

Analisa Data
Uji chi square.

Hasil dan pembahasan

Kesimpulan dan saran


27

Gambar 3.1 Bagan Alur penelitian


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Lokasi Penelitian

UPTD Puskesmas Nosarara merupakan salah satu pusat pelayanan


kesehatan Masyarakat yang berada di Wilayah Kecamatan Tatanga Kota
Palu. Secara astronomis terletak 80% deretan, 20% perbukitan. Batas-
batas Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Nosarara, yaitu sebelah utara
berbatasan dengan Kelurahan. Bayaoge, sebelah timur berbatasan dengan
Kelurahan Tatura Selatan, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan.
Marawola, dan sebelah barat berbatasan dengan Kel. Duyu.

UPTD Puskesmas Nosarara adalah salah satu Puskesmas dari 3 (tiga)


Puskesmas yang ada di Kecamatan Tatanga, wilayah kerjanya seluas ±
6.00 km². Puskesmas Nosarara berdiri pada tahun 08 Agustus 2015,
merupakan pemakaran dari Puskesmas Mabelopura, yang diresmikan oleh
Bapak Wali Kota Palu H. Rusdy Mastura. UPTD Puskesmas Nosarara
memiliki Wilayah Kerja tiga Kelurahan yaitu Kelurahan Tavanjuka,
Palupi, dan Pengawu yang terdiri dari 16 RW dan 80 RT. Adapun jumlah
RW dan RT terhadap luas wilayah yaitu sebagai berikut:

No Luas Jumlah Kepadatan

Kelurahan Wilayah Penduduk RW RT Penduduk


(Km²) (Km²)

1 Tavanjuka 2,17 5056 3 16 2,31

2 Palupi 1,64 9919 7 38 6,05

3 Pengawu 2,19 7799 6 26 3,59

Total 6,00 22,774 16 80 38

27
28

Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat


pada umumnya, dengan seiringnya waktu maka pada tanggal 8 Agustus 2015
berdirilah Puskesmas Nosarara. Dengan berdirinya Puskesmas Nosarara
maka pelayanan kesehatan dapat terjangkau dan UPT Puskesmas Nosarara
Memiliki dua Puskesmas pembantu yang terletak di Kelurahan palupi, dan
Kelurahan Tavanjuka, dan satu Puskesdas terletak di kelurahan Pengawu.

2. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara mendatangi UPT di Puskesmas


Nosarara dan mendatangi Rumah Warga yang menderita Diabetes Melitus
tipe II. Penelitian ini dilakukan dengan cara meminta izin penelitian dari
Puskesmas Nosarara dan dilakukan perjalanan dalam penelitian kepada
penderita Diabetes Melitus tipe II di kelurahan Tavanjuka, Palupi, dan
Pengawu dengan langka awal meminta persetujuan dari penderita Diabetes
Melitus tipe II dan menandatangani lembar inform consent dan selanjutnya
mengisi kuesioner penelitian tentang Health Locus Of Control dan
Kepatuhan Terapi Insulin. Maka dalam pengumpulan data yang telah
dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut:

a. Karakteristik Responden

1) Usia

Usia dalam penelitian ini di kelompokkan menjadi 3 bagian,


yang di uraikan berdasarkan Depkes RI, yaitu 36-45 tahun masa lansia
akhir, 46-55 tahun masa lansia awal, dan 56-65 tahun masa lansia
akhir.

Tabel 4.1 Distribusi karakteristik responden berdasarkan umur penderita


Diabetes Melitus tipe II yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Nosarara
U J Pers
m uml
u ah
r (n)
29

3 1
6 4
- 1
4 2
5 1
T 1
a
h
u
n
4
6
-
5
5
T
a
h
u
n
5
5
-
6
5
T
30

a
h
u
n
Sumber: data primer (2022)

Berdasarkan tabel 4.1 karakteristik responden berdasarkan usia


pada pasien Diabetes Melitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas
Nosarara yang terbanyak berada pada usia 36-45 tahun sebanyak 14
responden dengan persentase (37,8%), sedangkan responden yang
paling sedikit berada pada usia 56-65 tahun dengan presentasi
(29,7%.).
2) Jenis kelamin
Jenis kelamin dalam hasil penelitian ini dikategorikan dalam dua
yaitu laki-laki dan perempuan, hal ini dapat diamati dalam tabel
dibawah ini.
Tabel 4.2 Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
penderita Diabetes Melitus tipe II yang berada di wilayah
kerja Puskesmas Nosarara
J Perse
e u nt
ni ml as
s ah e
k (n (
el ) %
a )
m
in
Laki-laki 15 40,5
22 59,5
P
er
e
31

m
p
u
a
n
Sumber: data primer (2022)

Berdasarkan tabel 4.2 karekteristik responden berdasarkan jenis


kelamin pada penderita Diabetes Melitus tipe II di wilayah kerja
Puskesmas Nosarara terbanyak pada jenis kelamin perempuan
sebanyak 22 responden dengan persentase (59.5%) dan jenis kelamin
laki-laki sebanyak 15 responden dengan persentase (40.5%)
3) Pendidikan terakhir
Pendidikan terakhir dalam hasil penelitian ini dikelompokkan
menjadi S1, SMA, SMP, dan SD. Hal ini dapat diamati pada tabel
dibawah ini:

Tabel 4.3 Distribusi karakteristik responden berdasarkan Pendidikan


Terakhir penderita Diabetes Melitus tipe II yang berada di
wilayah kerja Puskesmas Nosarara
P Jumlah (n) Perse
endi nt
dika as
n e
Ter (
akhi %
r )
S1 4 10,9
SMA 5 13,5
SMP 11 29,7
32

SD 17 45,9
Sumber: data primer (2022)

Berdasarkan tabel 4.3 karakteristik responden berdasarkan


pendidikan terakhir pada pasien Diabetes Melitus tipe II di wilayah
kerja Puskesmas Nosarara yang terbanyak berada pada tingkat
pendidikan SD sebanyak 17 responden persentase (45.9%), sedangkan
responden yang paling sedikit berada pada tingkat pendidikan S1
dengan peresentase (10.9%).
4) Pekerjaan
Pekerjaan dalam hasil penelitian ini dibagi menjadi 5 bagian yaitu, PNS,
Honorer, Wiraswasta, Petani, dan IRT/Tidak bekerja. Hal ini dapat
diamati pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.4 Distribusi karakteristik responden berdasarkan Pekerjaan
penderita Diabetes Melitus tipe II yang berada di wilayah
kerja Puskesmas Nosarara
Pekerjaan Jumlah (n) Persentase (%)
PNS 2 5,4
Honorer 2 5,4
Wiraswasta 6 16,3
Petani 10 27,0
IRT/Tidak 17 45,9
bekerja
Sumber: data primer (2022)

Berdasarkan tabel 4.4 karakteristik responden berdasarkan


pekerjaan pada pasien Diabetes Melitus tipe II di wilayah kerja
Puskesmas Nosarara yang terbanyak pada orang yang memiliki pekerjaan
IRT/Tidak bekerja sebanyak 17 responden dengan persentase (45.9%),
sedangkan responden yang paling sedikit berada pada orang yang
memiliki pekerjaan PNS sebanyak 2 responden dengan persentase
(5.4%), dan Honorer sebanyak 2 responden dengan persentase (5.4%).

3. Analisis Univariat
33

a. Mengidentifikasi health locus of control yang dialami penderita


Diabetes Melitus tipe II yang berada di wilayah kerja Puskesmas
Nosarara

Distribusi health locus of control yang dialami penderita Diabetes


Melitus tipe II yang berada di wilayah kerja Puskesmas Nosarara
dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Distribusi karakteristik responden berdasarkan health locus


of control penderita Diabetes Melitus tipi II yang berada di
wilayah kerja Puskesmas Nosarara
Health locus of Jumlah (n) Persentase (%)
Control
Rendah 18 48,6
Tinggi 19 51,4
Sumber: data primer (2022)
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan health locus of control
yang dialami penderita Diabetes Melitus tipe II adalah Rendah
sebanyak 18 responden dengan persentase (48,6%), dan tinggi
sebanyak 19 responden dengan persentase (51,4%).

b. Mengidentifikasi kepatuhan terapi insulin penderita Diabetes Melitus


tipe II yang berada di wilayah kerja Puskesmas Nosarara

Distribusi kepatuhan terapi insulin yang dialami penderita


Diabetes Melitus tipe II yang berada di wilayah kerja Puskesmas
Nosarara dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Klasifikasi kepatuhan terapi insulin penderita Diabetes


Melitus tipi II yang berada di wilayah kerja Puskesmas
Nosarara
Kepatuhan terapi Jumlah (n) Persentase (%)
34

Insulin
Rendah 14 37,8
Sedang 12 32,5
Tinggi 11 29,7
Sumber: data primer (2022)
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan kepatuhan terapi insulin pada
penderita Diabetes Melitus tipe II adalah rendah sebanyak 14
responden dengan persentase (37,8%), dan tinggi sebanyak 11
responden dengan persentase (29,7%).

4. Analisis Bivariat
Menganalisis hubungan health locus of control dengan kepatuhan
terapi insulin pada penderita Diabetes Melitus tipe II di wilayah kerja
Puskesmas Nosarara
Tabel 4.7 Hubungan health locus of control dengan kepatuhan terapi
insulin pada penderita Diabetes Melitus tipe II di wilayah kerja
Puskesmas Nosarara
Health Kepatuhan Terapi Insulin Total P Value
Locus Of Rendah Sedang Tinggi N %
Control N % n % n % 0,001
Rendah 12 32,4 5 13,5 1 2,7 18 48,6
Tinggi 2 5,4 7 18,9 10 27,0 19 51,4
Sumber: data primer (2022)
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 18 responden (48.6%) yang
memiliki health locus of control rendah dengan kepatuhan terapi insulin
yang rendah yaitu 12 responden (32.4%), sedangkan yang sedang yaitu 5
responden (13.5%) dan yang tinggi 1 responden (2.7%), kemudian dari 19
responden (51.4%) yang memiliki health locus of control tinggi dengan
kepatuhan terapi insulin yang rendah yaitu 2 responden (5.4%), sedangkan
yang sedang yaitu 7 responden (18.9%) dan yang tinggi yaitu 10
responden (27.0%).
35

Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-square di


dapatkan nilai p-value 0,001 yang berarti memiliki nilai bermakna yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan health locus of control dengan
kepatuhan terapi insulin pada penderita Diabetes Melitus tipe II di
wilayah kerja Puskesmas Nosarara.

B. Pembahasan
Hasil analisis data yang dilakukan dari hasil penelitian hubungan health
locus of control dengan kepatuhan terapi insulin pada penderita Diabetes
Melitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas Nosarara
1. Health locus of control yang dialami penderita Diabetes Melitus tipe II di
wilayah kerja Puskesmas Nosarara
Hasil analisis Univariat penelitian ini menunjukkan bahwa hasil
penelitian health locus of control pada penderita Diabetes Melitus tipe II
di wilayah kerja Puskesmas Nosarara menggunakan lembar kuesioner di
peroleh hasil health locus of control Rendah sebanyak 18 responden
(48.6%), dan tinggi sebanyak 19 responden (51.4%). peneliti menilai
bahwa seseorang di katakan memiliki health locus of control tinggi yaitu
apabila jumlah skor dari semua pernyataan kuesioner yang diberikan
bernilai 47-72 dan dikatakan health locus of control rendah yaitu apabila
jumlah skor dari semua pernyataan kuesioner yang diberikan bernilai 18-
46. Hal ini peneliti dapatkan dari hasil jawaban responden saat mengisi
kuesioner yang diberikan oleh peneliti.
Asumsi peneliti yaitu dari hasil penelitian di dapatkan health locus
of control tinggi, hal ini disebabkan karena penderita memiliki keyakinan
terhadap dirinya sendiri bahwa ia dapat mengontrol kesehatannya sendiri
dan mampu melakukan suatu tugas dengan baik. Seperti mematuhi terapi
insulin yang dianjurkan oleh tenaga medis, dapat bersikap tenang saat
mengalami kesulitan serta dapat menemukan solusi ketika menghadapi
masalah, dan selalu yakin bahwa setiap masalah pasti ada jalan
keluarnya. Menurut penelitian Retno Dwi dkk33, seseorang yang memiliki
health locus of control tinggi yakin bahwa mereka akan dapat
36

menggulangi kejadian dan situasi secara efektif. Penelitian ini sejalan


dengan penelitian Nisa Siti Yuniati dkk34, dengan penelitian Hubungan
health locus of control dengan kepatuhan berobat pada penderita diabetes
melitus tipe 2 di Puskesmas Pesanggrahan Jakarta Selatan dengan p-value
0,000.
Berdasarkan asumsi peneliti faktor usia juga mempengaruhi health
locus of control tinggi, usia penderita Diabetes melitus tipe II di
puskesmas nosarara sebagian besar berada pada usai 36-46 tahun.
seseorang yang memiliki usia yang lebih muda cenderung memiliki
health locus of control internal, dimana individu mampu mengontrol
kesehatannya sendiri , dan dapat mengambil keputusan terkait tentang
kesehatannya tanpa bergantung pada orang lain.
Menurut peneltian Susanti35, menyatakan bahwa usia
mempengaruhi locus of control yang dimiliki individu. Di tunjukkan
dengan locus of control internal dimana usia yang muda lebih percaya
segala sesuatu yang terjadi pada dirinya secara langsung di control dan di
pengaruhi oleh kemampuan dirinya sendiri. Dan usia muda cenderung
memiliki pola pikir yang baik, hal ini berkaitan dengan tingkat
kematangan berpikir dan kemampuan mengambil keputusan. Dimana
teori Rotter36 yang berkaitan dengan penilaian kongnitif terutama persepsi
sebagai penggerak tingkah laku dan tentang bagaimana tingkah laku
dikendalikan dan Diarahkan Melalui Fungsi Kongnitif. Hasil Penelitian
Ini Sejalan Dengan Anindita Dwi Pramesti37, Dengan Penelitian
Hubungan Health Locus Of Control Dengan Kepatuhan Minum Obat
Pada Penderita Dm Tipe II Dengan P-Value 0,000.

2. Kepatuhan terapi insulin pada penderita Diabetes Melitus tipe II di


wilayah kerja Puskesmas Nosarara
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepatuhan terapi insulin
pada penderita Diabetes Melitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas
Nosarara sebanyak 14 responden (37.8%) yang tingkat kepatuhannya
37

rendah, yang tingkat kepatuhannya sedang sebanyak 12 responden


(32.5%), dan tingkat kepatuhannya tinggi sebanyak 11 responden
(29.7%).
Berdasarkan asumsi peneliti tingkat kepatuhan pasien masih dalam
tingkat kepatuhan rendah dimana tingkat kepatuhan ini dinilai
berdasarkan pengisian kuesioner hal ini di sebabkan masih kurangnya
pengetahuan pasien tentang penggunaan terapi insulin yang benar.
Menurut Depkes38, ketidakpatuhan pasien dalam menjalankan terapi
merupakan salah satu penyebab kegagalan terapi. Hal ini sering
disebabkan karena masih kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang
penggunaan terapi insulin. Akibat dari ketidakpatuhan pasien terhadap
terapi atau penggunaan obat yang diberikan antara lain adalah kegagalan
terapi, terjadimya resistensi insulin dan yang lebih berbahaya adalah
terjadinya toksisitas.
Menurut Riza Alfian39, pengetahuan memegang peranan penting
untuk menunjang keberhasilan diabetes melitus. Pasien yang menjalani
terapi diabetes melitus dengan berbekal pengetahuan mengenai penyakit
dan terapinya cenderung akan lebih baik tingkat kepatuhannya. Pasien
diabetes melitus selain mendapatkan terapi anti diabetika oral juga
mendapatkan terapi insulin. Menurut penelitian Dina Mariana L40,
mengatakan bahwa seseorang berperilaku didasari oleh adanya
pengetahuan dan kesadaran, dimana kepatuhan pasien masih sangat
bergantung pada orang lain hal ini disebabkan karena pemberian
pendidikan yang masih sangat kurang sehingga mengakibatkan
ketidakmampuan pasien melakukan sendiri terapi insulin secara mandiri
yang menyebabkan pasien tidak patuh dalam melakukan terapi insulin.
Menurut Clark, M41, mengatakan pada penggunaan insulin pengetahuan
pasien mutlak diperlukan terkait tujuan dan cara penggunaanya.
Pemahaman pasien yang salah dan tidak benar mengenai penggunan
insulin dapat menghambat proses terapi yang dilakukan dan juga akan
mempengaruhi kepatuhannya dalam melakukan terapi insulin. Menurut
Saturnus, R dkk42, mengatakan penderita diabetes melitus yang
38

menggunkan terapi insulin seharusnya perlu mengetahui dan mengerti


bagaimana cara penggunaan insulin yang benar dan yang tidak kalah
penting lagi penderita harus patuh dalam menggunakan terapi insulin.
Kadang penderita diabetes yang sudah mempunyai pengetahuan dalam
penggunaan insulin tetapi masih saja tidak patuh dalam penggunaan
terapinya karena adanya keluhan-keluhan tertentu selama pemakaian
insulin, ada juga penderita yang sudah patuh namun tidak mempunyai
pengetahuan karena sikap patuhnya itu timbul karena adanya paksaan dari
orang lain bukan berasal dari kesadaran diri sendiri.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Huntong N 43
pengetahuan memegang peranan penting untuk menunjang keberhasilan
terapi diabetes melitus. Pemahaman pasien yang salah dan tidak benar
mengenai penggunaan insulin dapat menghambat proses terapi yang di
jalani. Pengetahuan mengenai waktu penggunaan insulin juga wajib
dimiliki oleh pasien karena jika lupa dengan jangka waktu yang lama
akan beresiko membuat gula darah naik, insulin digunakan 15 menit
sebelum makan dengan tujuan untuk menurunkan glikemik darah yang
akan mencapai puncak segera setelah selesai makan.
Berdasarkan asumsi peneliti, salah satu faktor yang
memepengaruhi kepatuhan yaitu pendidikan dengan tingkat pendidikan
rendah akan mempengaruhi daya serap seseorang dalam menerima
informasi yang baru diperkenalkan sehingga responden tidak patuh dalam
terapi insulin.
Menurut Purwati44, menyatakan tingkat pendidikan dapat
mempengaruhi kemampuan dan pengetahuan seseorang dalam melakukan
pengobatan. Pasien dengan pendidikan rendah cenderung tidak
mengetahui gejala-gejala diabetes melitus. Menurut Juahar yusuf45.
tingkat pendidikan yang tinggi membuat responden menjadi lebih patuh
karena semakin tinggi pendidikannya maka pengetahuan yang dimiliki
akan semakin tinggi sehingga memepengaruhi cara bertindak seseorang
dalam melakukan terapi yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan
sedangkan yang memiliki tingkat pendidikan rendah kepatuhannya belum
39

terlalu baik karena masih kurangnya pengetahuan penderita tentang


penggunaan terapi insulin dan masih kurangnya kesadaran dari diri sendiri
untuk patuh dalam melakukan terapi. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Itsna Diah Kusumaningrum dkk, dengan penelitian Hubungan
Tingkat Pendidikan Dengan Kepatuhan Terapi Insulin Pada Pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada Dokter Keluarga dengan P-Value 0,000.
3. Hubungan health locus of control dengan kepatuhan terapi insulin pada
penderita Diabetes Melitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas Nosarara
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil penelitian Hubungan
health locus of control dengan kepatuhan terapi insulin pada penderita
Diabetes Melitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas Nosarara, diperoleh
hasil dari 37 responden, terdapat 18 responden (48,6%) yang memiliki
health locus of control rendah dengan 12 responden (32.4%) yang
memiliki kepatuhan terapi insulin rendah , dengan 5 responden (13.5%)
yang memiliki kepatuhan terapi insulin sedang, dan 1 responden (12.7%)
yang memiliki kepatuhan terapi insulin tinggi. Serta 19 responden (51.4%)
%) yang memiliki health locus of control tinggi, yang dimana terdapat 2
responden (5.4%) yang memiliki kepatuhan terapi insulin rendah, 7
responden (18.9%) yang memiliki kepatuhan terapi insulin sedang, dan 10
responden (27.0%) yang memiliki kepatuhan terapi insulin sedang
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Hubungan health locus of
control dengan kepatuhan terapi insulin pada penderita Diabetes Melitus
tipe II di wilayah kerja Puskesmas Nosarara adalah berhubungan secara
signifikan dengan menggunakan hasil uji chi square didapatkan nilai p-
value 0,001 yang berarti berhubungan sebab nilai p-value<0,05.
Hasil ini menunjukan bahwa reponden yang memiliki health locus
of control rendah dan kepatuhan terapi insulin rendah. Asumsi peneliti
bahwa health locus of control rendah memang cenderung tidak patuh
dalam melakukan terapi insulin, karena masih kurangnya rasa kepedulian
responden terhadap kesehatannya dan juga banyak responden yang
bergantung pada tenaga medis, dan , dimana health locus of control rendah
lebih ke dimensi eksternal.
40

Menurut Nuraini46, A, menyatakan Locus of control eksternal yaitu


lebih percaya terhadap kejadian-kejadian dalam dirinya yang bergantung
pada tenaga kesehatan atau keluarga. Individu yang memiliki
kecenderungan locus of control eksternal akan lebih pasif, kurang
memiliki inisiatif, kurang mencari informasi untuk memecahkan masalah
dan kurang suka berusaha karena individu percaya bahwa faktor luarlah
yang mengontrol dirinya kecenderungan ini terjadi karena budaya
masyrakat Indonesia yang bergantung satu sama lain serta pengalaman dan
ketergantungan responden terhadap tenaga kesehatan yang menyebabkan
individu lebih dominan memiliki tipe HLOC eksternal. Penelitian ini
sejalan dengan Novriani47, mengatakan seseorang dengan kondisi lebih
percaya pada perawatan anggota keluarga, tenaga professional medis
sebagai keyakinan akan kesehatannya, oleh karena itu dalam penelitian ini
ditemukan bahwa semakin besar keyakinan responden terhadap peran
orang lain dalam kesehatannya maka semakin patuh responden dalam
menjalankan pengobatannya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada responden yang
memiliki health locus of control rendah dengan kepatuhan terapi insulin
sedang. Asumsi peneliti hal ini disebabkan dimana motivasi diri pasien
masih belum terlalu baik sehingga health locus of control pasien masih
rendah. Menurut penelitian Fahriansyah K48, menyatakan motivasi
penderita diabetes melitus yang tinggi dikarenakan kesadaran diri yang
tinggi dan tanggung jawab penderita terhadap penyakitnya. Dan motivasi
seseorang tidak selalu tinggi dalam pengobatannya, banyak penderita
diabetes melitus yang mempunyai motivasi rendah maupun sedang dalam
menjalankan pengobatannya karena disebabkan banyak faktor seperti
kurangnya kesadaran diri penderita yang menderita diabetes melitus
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Jahidul F49, dengan penelitian
Hubungan antara Motivasi dan health locus of control dengan kepatuhan
berobat pada penderita diabetes melitus di Puskesmas Pesanggrahan
Jakarta Selatan dengan p-value 0,00049.
41

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa responden yang


memiliki health locus of control rendah dengan kepatuhan terapi insulin
tinggi. Asumsi peneliti bahwa health locus of control rendah tetapi patuh
melakukan terapi insulin, hal ini di pengaruhi oleh adanya dukungan
keluargannya untuk melakukan terapi insulin.
Meneurut teori Ali Z50, dukungan keluarga adalah sikap, tindakan,
dan peneriman keuarga terhadap penderita yang sakit. dukungan bisa
berasal dari orang lain (orang tua, anak, suami, istri atau saudara) yang
dekat dengan pasien,. dimana bentuk dukungan berupa informasi, tingkah
laku terentu atau materi yang dapat menjadikan merasa di sayangi, di
perhatikan, dan di cintai. Menurut penelitian Sisca Damayanti, dkk 51,
menyatakan keluarga merupakan lingkungan sosial yang paling dekat
dengan pasien sehingga diharapkan dapat membantu, mengontrol dan
membentuk perilaku pasien termaksut melakukan kepatuhan terapi
dengan rutin.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki
health locus of control tinggi namun kepatuhan terapi insulin rendah.
Asumsi peneliti bahwa ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
responden terkait pentingnya kepatuhan terapi insulin dan resiko yang
mungkin terjadi apabila tidak patuh dalam pengobatan. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian Wahyuningsih dkk52, yang menyatakan
penngetahuan merupakan salah satu faktor penting dalam mengakses
informasi, seperti pengetahuan terkait pengobatan yang berkaitan terhadap
kepatuhan pasien. yang mana semakin tinggi pengetahuan akan
mempermudah seseorang untuk mengakses informasi terkait pengobatan.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ada responden yang
memiliki health locus of control tinggi namun kepatuhan terapi insulinnya
sedang. Asumsi peneliti bahwa ini disebabkan oleh faktor ekonomi,
dimana penderita mempunyai kemauan untuk pergi memeriksa ke
puskesmas dan mengambil insulin tetapi kebanyakan pasien mengatakan
mereka kekurangan saranatrasnportasi untuk pergi ke puskesmas.
42

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Iswanto Karso dkk53, yang


menyatakan faktor ekonomi atau dukungan materil sangat penting dalam
perubahan pengetahuan dan perilaku. Begitu juga dengan pengobatan pada
penderita Diabetes melitus sangat dipengaruhi juga dengan faktor
ekonomi. Apabila sosial ekonomi pasien rendah akan mempengaruhi
perawatan kehidupan pasien Diabetes melitus. Pasien dapat teratur datang
ke puskesmas apabila didukung oleh sarana transportasi untuk ke
puskesmas, kunjungan berobat berupa pengambilan insulin dan
pemeriksaan kesehatan. Dan apabila sarana transportasi tidak tersedia
maka kepatuhan untuk datang berobat ke puskesmas tidak maksimal dan
keberhasilan tidak tercapai.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada responden yang memiliki
health locus of control tinggi cenderung memiliki kepatuhan terapi insulin
tinggi. Asumsi peneliti bahwa health locus of control tinggi yang dimiliki
responden dengan patuh melakukan terapi insulin, karena responden yang
memiliki keyakinan bahwa mereka yang dapat mengotrol kesehatannya
sendiri.
Menurut Penelitian Putri FD dkk54, menyatakan health locus of
control merupakan keyakinan klien bahwa status kesehatan mereka
dibawah kontrol dirinya . Individu yang yakin bahwa mereka memiliki
pengaruh besar pada status kesehatan dirinya disebut health locus of
control internal. Individu yang melatih control internal cenderung lebih
sering mengambil inisiatif terkait perawatan kesehatan dirinya, lebih tau
tentang kesehatannya dan lebih patuh pada program kesehatan. Penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suci Rahayu55, yaitu ada
hubungan Health Locus Of Control internal dengan kepatuhan pengobatan
pada pasien diabetes melitus tipe II.
Solusi yang dapat diberikan adalah dengan meningkatkan motivasi
serta pengetahuan masyarakat bahwa penyakit diabetes melitus bisa di
obati dengan cara mengontrol kadar gula darah agar tetap normal yaitu
dengan cara penderita patuh dalam melakukan terapi insulin, diet, serta
43

berolahraga, jika penderita patuh dalam melakukan terapi insulin maka


glukosa dalam darah akan tetap normal.
Kesimpulan dalam penelitian ini, bahwa Health Locus Of Control
sangat mempengaruhi kepatuhan pengobatan penderita Diabetes Melitus
Tipe II, karena dengan adanya Health Locus Of Control dalam diri
seseorang maka akan mempengaruhi pola pikir seseorang tentang
kepatuhan dalam pengobatannya serta seseorang yang memiliki health
locus of control yang baik mampu mengontrol kesehatannya sendiri.
Keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu jumlah sampel yang
terbilang sedikit, kendala yang dialami peneliti, tidak ada kendala di
lapangan yang dialami peneliti semua berjalan dengan baik tanpa halangan
apapun.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Penderita diabetes melitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas


Nosarara sebagian besar mendapatkan health locus of control yang
tinggi yaitu 19 (51.4%) di wilayah kerja Puskesmas Nosarara

2. Penderita diabetes melitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas


Nosarara sebagian besar mendapatkan kepatuhan terapi insulin yang
rendah yaitu 14 (37.8%) di wilayah kerja Puskesmas Nosarara

3. Ada hubungan yang bermakna antara Health locus of control dengan


kepatuhan terapi insulin pada penderita diabetes mellitus tipe II di
wilayah kerja Puskesmas Nosarara

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan (STIKes Widya Nusantara Palu)

Bagi institusi pendidikan di harapkan agar hasil penelitian ini


bisa menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa STIKes Widya Nusantara
Palu di perpustakaan untuk menambah pengetahuan dan wawasan
terkait health locus of control dengan kepatuhan terapi insulin pada
penderita diabetes mellitus tipe II ,serta dapat dijadikan sebagai
informasi baru di bidang keperawatan terutama tentang
penatalaksanaan terapi insulin pada penderita diabetes melitus tipe II.
Dan juga sebagai pengembangan penelitian untuk menambah variabel
seperti health locus of control dan kepatuhan terapi insulin

2. Bagi masyarakat

Disarankan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan


bacaan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
penatalaksanaan terapi insulin pada penderita diabetes melitus tipe II

42
43

3. Bagi puskesmas

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah informasi dan


masukan mengenai kepatuhan pengobatan pada pasien diabetes
melitus tipe II di Puskesmas Nosarara, sehingga dapat menjadi bahan
evaluasi untuk meningkatkan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat
tentang HLOC, penggunaan insulin yang benar , cara mengatur gaya
hidup sehat dan dapat memberi pengertian kepada masyarakat
mengenai apa itu penyakit diabetes melitus dan bagaimana cara
pengobatannya sehingga pasien patuh dalam melakukan terapi insulin
secara rutin.
DAFTAR PUSTAKA

1. Restu, D., Hadi, F. & Irawati, D. Hubungan Locus Of Control Dengan Aktivitas
Perawatan Diri Pasien Diabetes Melitus Di Poli Penyakit Dalam Rsud Koja Tahun
2018. 1–16 (2018).

2. International Diabetes Federation. Diabetes Atlas Eight Edition. Federation In Id.


Editor. 2017.

3. Who. Global Report On Diabetes. World Heal Organ. 2020.

4. Kemenkes Ri. Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian Kesehatan Ri.
2018;53(9):1689-99.

5. Profil Provinsi Sulawesi Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun
2019. Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah.2019;1-363.

6. Shouip (2014). Diabetes Mellitus. Sinai University. Retrieved From


Https://Www.Researchgate.Net/Publication/270283336_Diabetes_Mellitus.

7. Pratita, Nd. (2018). Hubungan Dukungan Pasangan Dan Health Locus Of Control
Dengan Kepatuhan Dalam Menjalani Prose Pengobatan Pada Penderita Diabetes
Mellitus Tipe 2. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol.1 No.1 Tahun
2018.

8. Adhanty, S., Ayubi, D. & Anshari, D. Hubungan Health Locus Of Control Dengan
Kepatuhan Diet Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rsud Kota Depok Tahun
2020. Perilaku Dan Promosi Kesehat. Indones. J. Heal. Promot. Behav. 3, 8 (2021).

9. Kuniyo, H., Haskas, Y. & Syaipuddin, S. Pengaruh Locus Of Control (Loc) Terhadap
Quality Of Life (Qol) Pada Pasien Diabetes Melitus (Dm) Tipe Ii Di Rsud Kota
Makassar Tahun 2018. J. Ilm. Kesehat. Diagnosis 14, 352–357 (2019).

10. Gatak, P., & Sukoharjo, K. (2019). Journal Komunikasi Kesehatan Vol.Vii No.2
Tahun 2016 Peningkatan Kemampuan Kader Kesehatan Dalam Pengelolaan Diabetes
Melitus, Di Wilayah Kerja Puskesmas Gatak Kabupaten Sukoharjo. (2).

11. Kowalak, J. P., Welsh, W., & Mayer, B. (2016). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Egc.

12. I. International Diabetes Federation 2017 Idf Diabetes Atlas Eight Edition 2017,
International Diabetes Federation. Doi: 10.1016/J.Diabres.2017.10.007.

13. Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2015). Keperawatan Medikal Bedah (8 Ed., Vol).
Jakarta: Egc.

14. Ernawati (2016). Penatalaksanaan Keperawatan Diabetes Terpadu Dengan Penerapan


Teori Keperawatan Self Care Orem. Jakarta. Mitra Wacana Media.
15. World Health Organization (Who). Commission On Ending Childhood Obesity.
Geneve, World Health Organization, Departement Of Noncommunicable Disease
Surveillance. 2018.

16. Grimes, P. W., Millea, M. J., & Woodruff, T. W (2017). Student Evaluation Of
Teaching And Locus Of Control. Journal Of Economic Education, 35 (2), 129-147.

17. Wallston, K. A., Wallston, B. S., & Devellis, R. (2016). Development Of The
Multidimensional Health Locus Of Control (Mhlc) Scales. Health Education &
Behavior, 6(1), 160–170. Https://Doi.Org/10.1177/109019817800600107.

18. Kostka, T., & Jachimowicz, V. (2017). Relationship Of Quality Of Life To


Dispositional Optimism , Health Locus Of Control And Self- Efficacy In Older
Subjects Living In Different Environments. Quality Of Life Research, 19(3), 351–361.

19. Phares, E. J. (2016) Clinical Phychology: Conceps, Methods And Profession. Pacific
Grove: Cole Publishing Company.

20. Rosviantika (2019). Hubungan Antara Health Locus Onf Control Dan Perilaku Asertif
Pada Remaja Yang Merokok. Universitas Gunadarma.

21. Inamdar, S.Z., R.V. Kulkarni, S.R..Karajgi, F.V. Manvi, M.S. Ganachari, & B.J.
Mahendra Kumar (2013). Medication Adhrence In Diabetes Mellitus: An Overview
On Pharmacist Role. American Journal Of Advanced Drug Delivery, 238-250.

22. American Diabetes Association (Ada). 2015. Standard Of Medical Care In Diabetes
Available At: Http://Diabetes.Teithe.Gr.Usersfiles/Entypa/Standars%2021015.Pdf.

23. Wisman, Hakimi, Charles D. Siregar, Melda Deliana.2019. Pemberian Insulin Pada
Diabetes Mellitus Tipe-1bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran,
Universitas Sumatera Utara/ Rsup H.Adam Malik Medan.

24. Mustafa Pinton Setya, Gusdiyanto H, Victoria A, Maumelar Ndaru Kukuh, Maslacha
H, Ardiyanto D, Et Al. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan Penelitian
Tindakan Kelas Dalam Pendidikan Olahraga Malang: Airlangga, 2020. 4-6 P.

25. Anwar C. Metodologi Kualitatif [Internet]. Sidoarjo: Zifatma Publisher; 2015. 44-66
P.Available From: Https://Www.Google.Co.Id/Books/Edition/Metodologi_Kualitatif/
Tp_Adwaaqbaj?
Hi=Id&Gbpv=1&Dq=Sugiyono+2017+Pengertian+Populasi+Sampel+Printsec=Frontc
over.

26. Lestari. Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan Yogyakarta:
Nuha Medika. 2015.

27. Hidayat. Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta (Id): Salemba
Medika; 2014.

28. Nurlatifah. Hubungan Health Locus Of Control Dengan Kepatuhan Pengobatan Pada
Pasien Penyakit Kronis: Kanker Di Medan. (2018).

29. Reliance, R. Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus Dalam Menjalani Terapi Insulin Di
Rsup H. Adam Malik Medan. Skripsi (2018).

30. Imron Mo. Bahan Aajar Mahasiswa Kesehatan; Statistika Kesehatan. Mariyam R,
Editor. Vol. 28, Sagung Seto. Jakarta; 2011. 78,79,90.

31. Soekidjo N. Metode Penelitian Kesehatan;. Jakarta: Rineka Cipta; 2012.

32. Najmah. Statistika Kesehatan Aplikasi Stata & Spss. Susila A, Lestari Pp, Editors.
Salemba Medika. Jakarta Selatan: Salemba Medika; 2017.

33. Retno Dwi & Dewanti. (2019). Hubungan Antara Health Locus Of Control Dengan
Manajemen Diri Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Yogyakarta.

34. Nisa Siti Yuniati & Yani Sofiani Hubungan Health Locus Of Control Dengan
Kepatuhan Berobat Pada Penderita Diabetes Melitus Di Puskesmas Pesanggrahan
Jakarta Selatan 2019. (2018).

35. Susanti, R. D. Hubungan Health Locus Of Control Dengan Kepatuhan Diet Penderita
Diabetes Melitus. Vol. 53 (2018).

36. Rotter, J.B., 1996. Generalized Expectancies For Internal Versus External Control
Reinforcement. Phycological Monographs, 80, No. 609.

37. Anindita Dwi Pramesti. Hubungan Antara Health Locus Of Control Dengan
Kepatuhan Minum Obat Pada Diabetes Melitus Tipe 2 Di Kota Semarang.

38. Depkes, 2019, Profil Kesehatan Indonesia, Dapartemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta, Indonesia.

39. Riza Alfian, 2019, Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Penggunaan Insulin Pada
Pasien Diabetes Mellitus Di Poliklinik Penyakit Dalam Rsud. Dr. H. Moch. Ansari
Saleh Banjarmasin.

40. Dina Mariana L. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kemampuan Melakukan


Penyuntikan Insulin Secara Mandiri Pada Pasien Dieabete Melitus Di Ruang
Perawatan Interna Rumah Sakit Umum Propinsi Sulawesi Tenggara.

41. Clark, M., 2019, Kepatuhan Terhadap Pengobatan Pasien Diabetes Tipe Ii, Journal Of
Diabetes Nursing Vol 8. No 10.

42. Saturnus, R., Yessi, H., Jumaini, 2017, Hubungan Antara Pengetahuan, Persepsi Dan
Efektivitas Penggunaan Insulin Terhadap Kepatuhan Pasien Diabetes Mellitus Tipe Ii
Dalam Pemberian Injeksi Insulin, Jom 2 No.1:699-707.
43. Hontong N, Kaunang Wp, Ratag Bt. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan,
Pengetahuan, Dan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pasien Diabetes
Melitus Di Rsu Pancaran Kasih Gmim Manado. Jurnal Media Kesehatan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Samra.

44. Purwati. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Terapi Insulin Terhadap


Kadar Hba1c Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rsud H. Adam Malik Medan 2018.

45. Juahar Yusuf. (2019). Hubungan Tingkat Pendidikan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
Rawat Jalan Terhadap Kepatuhan Penggunana Obat Oral Anti Diabetes Di Apotek Rsi
Unismah Malang.

46. Nuraini, A. (2018) Hubungan Antara Selft-Efficacy Dengan Health Locus Of Control
Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Anggota Perkumpulan Senam Diabetes Di
Puskesmas Pakis Surabaya. Jurnal Psikologis Klinis Dan Kesehatan Mental.

47. Novriani, Inda (2015). Kepatuhan Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Ditinjau Dari
Locus Of Control. Vol, No 02, Agustus 2015.Diakes Tanggal: 20 Juli 2018.

48. Fahriansyah K. (2018). Hubungan Motivasi Pasien Dengan Kepatuhan Kontrol Pasien
Diabetes Melitus Di Klinik Swasta Yogyakarta.

49. Jahidul F, Hubungan Antara Motivasi Dan Health Locus Of Control Dengan
Kepatuhan Berobat Pada Penderita Diabetes Melitus Di Puskesmas Pesanggrahan
Jakarta Selatan 2019. (2018).

50. Ali, Z (2019). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: Egc.

51. Sisca Damayanti, Nursiswati, Ttis Kurniawan. (2017). Dukungan Keluarga Pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Dalam Menjalankan Pengobatan.

52. Wahyuningsih, Braza A, & Damanik E. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan


Tingkat Kepatuhan Pengobatan Pada Pasien Diabetes Meelitus Tipe 2 Di Wilayah
Kerja Puskesmas Parangpong Kecamatan Parampong Kabupaten Bandung Barat. J. Sk
Keperawatan 5, 186-193 (2020.

53. Iswanto Karso, Gita Novela Sanusi, Anis Satus S. (2018). Hubungan Tingkat Ekonomi
Dengan Kepatuhan Pengobatan Penderita Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja
Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang.

54. Putri Fd, Anisah & Rahmyanti. (2016). Hubungan Kontrol Diri Dengan Perilaku
Kepatuhan Pengobatan Pada Penderita Dm Di Puskesmas Rangkah Surabaya. Fakultas
Psikologi In Sunan Ampel Surabaya. Skripsi.

55. Suci Rahayu. (2019). Hubungan Health Locus Of Control Internal Dengan Kepatuhan
Pengobatan Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rs Medika Dramaga.

LAMPIRAN
Lampiran Jadwal Proposal Dan Skripsi

N Jenis Kegiatan 2021 2022

11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
1Konsultasi Judul
2Bimbingan Proposal
3Ujian Proposal
4Perbaikan Hasil Ujian
Proposal
5Penelitian
6Bimbingan Hasil
7Ujian Hasil
Lampiran Surat Pengambilan Data Awal

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


WIDYA NUSANTARA PALU
TERAKREDITAS BAN-PT
Sekretariat : JL. Untad I. Kelurahan Tondo Kec. Mantikulore – Palu , Sulawesi Tengah
Telp. (0451) 4016803 | Website : www.stikeswnpalu.ac.id | Email : stikeswitara@ymail.com

Nomor : 211/01/STIKes-WN/11/III/2022
Lampiran
Hal :-
: Permohonan Pengambilan Data Palu, 08 Maret 2022

Kepada Yth.,
KEPALA UPT PUSKESMAS NOSARARA
Dengan Hormat,Sehubungan dengan adanya tahapan perkuliahan salah satunya yaitu
Penyusunan Proposal/Skripsi, maka dengan ini kami mohon kepada kepala UPT Puskesmas
Nosarara IZIN Pengambilan Data kepada mahasiswa(i) kami,atas:

Nama : Sukmawaty
NIM : 201801044
Program Studi : S1 KEPERAWATAN
Tingkat/Semester : IV/VIII
Judul Proposal/Skripsi : HUBUNGAN HEALTH LOCUS OF CONTROL
DENGAN KEPATUHAN TERAPI INSULIN PADA
PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS NOSARARA.
Pembimbing : 1. Ns. Siti Yartin, S.Kep., M.Kep
2. Ns. Viere Allanled Siauta, S.Kep., M.Kep
Demikian permohonan ini dibuat, atas bantuan dan kerja samanya kami ucapkan terima kasih
Palu, 08 Maret 2022
Mengetahui,
Ketua STIKes Widya Nusantara Palu

Dr. Tigor H Situmorang, MH., M.Kes

NIK. 2008 09 0100 1


Lampiran Surat Balasan Pengambilan Data Awal
Lampiran Surat Permohonana Turun Penelitian

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

WIDYA NUSANTARA PALU


TERAKREDITAS BAN-PT
Sekretariat : JL. Untad I. Kelurahan Tondo Kec. Mantikulore – Palu , Sulawesi Tengah Telp. (0451) 4016803 | Website :
www.stikeswnpalu.ac.id | Email : stikeswitara@ymail.com

Nomor :281/01/STIKes-WN/11/IV/2022 Palu,1 April, 2022


Lampiran :-
Hal : Permohonan Izin Pelaksanaan Penelitian

Kepada Yth.,
KEPALA UPT PUSKESMAS NOSARARA
Di-
Tempat

Dengan Hormat,
Sehubungan dengan adanya tahapan perkuliahan salah satunya yaitu Penyusunan Proposal/Skripsi,
maka dengan ini kami mohon kepada Kepala UPT Puskesmas Nosarara untuk dapat diberikan IZIN
penelitian kepada mahasiswa(i) kami, atas :
Nama : Sukmawaty
NIM : 201801044
Program Studi : S1 KEPERAWATAN
Tingkat/Semester : IV/VIII
Judul Proposal/Skripsi : HUBUNGAN HEALTH LOCUS OF CONTROL DENGAN
KEPATUHAN TERAPI INSULIN PADA PENDERITA
DIABETES MELITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS NOSARARA.
Pembimbing : 1. Ns. Siti Yartin, S.Kep., M.Kep
2. Ns. Viere Allanled Siauta, S.Kep., M.Kep
Demikian permohonan ini dibuat, atas bantuan dan kerja samanya kami ucapkan terima kasih.
Palu, 01 April 2022Mengetahui,
Ketua STIKes Widya Nusantara Palu
Tembusan Kepada Yth:

1. Ketua Program Studi STIKes Widya Nusantara Palu (ybs)


2. Ketua LPPM STIKes Widya Nusantara Palu
3. Pembimbing (ybs)
4. Yang Bersangkutan Dr. Tigor H Situmorang., M.H., Kes
5. Arsip NIK, 20080901001
Lampiran Lembar Permohonan Menjadi Responden

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


(informed consen)

Assalamualaikum Wr.Wb
Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa Program Studi Ners, STIKes
WIDYA NUSANTARA PALU :

Nama : Sukmawaty
Nim : 201801044
Bermaksud mengadakan penelitian.dengan judul “Hubungan Health Locus of Control
dengan Kepatuhan Terapi Insulin Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah
Kerja Puskesmas Nosarara”. Untuk terlaksananya kegiatan tersebut, saya mohon kesediaan
saudara untuk berpartisipasi dengan cara mengisi kuesioner berikut. Jawaban saudari akan saya
jamin kerahasiaanya dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Apabila saudari
berkenan mengisi kuesioner yang terlampir, mohon kiranya saudari terlebih dahulu bersedia
menandatangani lembar persetujuan menjadi responden (informed consen).
Demikian permohonan saya, atas perhatian serta kerja sama saudari dalam penelitian
ini, saya ucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Peneliti

(Sukmawaty)
Lampiran Lembar Persetujuan Menjadi Responden

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian yang
dilakukan oleh Sukmawaty (201801044), mahasiswa STIKes WIDYA
NUSANTARA PALU, Program Studi NERS yang berjudul ” Hubungan Health
Locus of Control dengan Kepatuhan Terapi Insulin Pada Penderita Diabetes
Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Nosarara”. Saya mengerti dan
memahami bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negatif terhadap saya, oleh
karena itu saya bersedia untuk menjadi responden pada penelitian ini.

Palu,…………2022
Responden

(……………………)
Lampiran Kuesioner

KUESIONER

HEALTH LOCUS OF CONTROL PENDERITA

" DIABETES MELLITUS TIPE II"

Kuesioner ini ingin mengetahui keyakinan anda akan penyakit diabetes mellitus
yang anda alami. Silahkan berikan jawaban pertama yang muncul di benak anda,
kemudian beri tanda silang (X) pada satu jawaban yang paling sesuai.

STS: Sangat tidak setuju S: Setuju

TS: Tidak setuju SS: Sangat setuju

Karakteristik:

Inisial : Jenis kelamin :

Umur : Pendididkan :

NO PERTANYAAN STS TS S SS
1 Jika saya sakit saya sendiri yang
menentukan seberapa cepat saya
akan sembuh lagi
2 Saya mengendalikan kesehatan saya

3 Ketika saya sakit saya yang selalu


disalahkan
4 Kesalahan saya dipengaruhi oleh apa
yang saya lakukan
5 Jika saya mampu merawat diri, saya
akan terhindar dari penyakit
6 Jika saya mengambil tindakan yang
tepat saya akan tetap sehat
7 Tidak peduli apa yang saya lakukan
jika saya sakit, saya akan sakit

8 Hal-hal yang menganggu kesehatan


saya terjadi karena ketidaksengajaan
9 Keberuntungan memiliki peranan
besar dalam menentukan seberapa
NO PERTANYAAN STS TS S SS
cepat saya akan sembuh
10 Kesehatan saya yang baik sebagian
besar adalah keberuntungan
11 Jika saya mengambil tindakan yang
tepat saya akan tetap sehat
12 Jika keberuntungan terjadi saya akan
tetap sehat
13 Memiliki kontak teratur dengan
dokter adalah cara terbaik bagi saya
untuk menghindari penyakit
14 Hal-hal yang saya lakukan ketika
kondisi saya tidak baik adalah
berkonsultasi dengan tenaga medis
yang professional
15 Keluarga memiliki banyak peran
terhadap sehat sakit saya
16 Professional kesehatan mengontrol
kesehatan saya
17 Setiap kali saya sembuh dari
penyakit biasanya karena orang lain
(misalnya dokter, perawat, keluarga,
teman-teman) yang telah merawat
saya
18 Mengenai kesehatan saya, saya
hanya bisa melakukan apa yang
dokter perintahkan
Wallston (1978) yang sudah di modifikasi oleh Sarah Rahmadian
KUESIONER

KEPATUHAN TERAPI INSULIN

Pada Kuesioner ini, terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan


keadaan Bapak/ibu. Oleh karena itu, Bapak/Ibu diminta untuk menjawab
pertanyaan dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu dari kedua kolom
yang terdapat disebalah kanan. Yang paling sesuai dengan keadaan Bapak/Ibu.
Kedua pilihan tersebut adalah YA dan TIDAK.

NO PERTANYAAN YA TIDAK

1 Apakah anda tidak pernah lupa untuk menjalankan terapi


insulin?

2 Selama 2 minggu terakhir, apakah anda selalu rutin


menjalankan terapi insulin?

3 Jika anda merasa semakin parah setelah melalukan terapi


insulin, anda melakukan diskusi dengan dokter terlebih
dahulu sebelum memberhentikan terapi?

4 Ketika anda berpergian atau meninggalkan rumah apakah


anda tidak pernah lupa membawa perlengkapan terapi
anda?

5 Apakah kemarin anda menjalankan terapi insulin?

6 Jika anda merasa kadar gula darah anda terkontrol dan


stabil, apakah anda tetap rutin menjalankan terapi insulin?

7 Menjalankan terapi setiap hari memang tidak


menyenangkan bagi sebagian orang, apakah anda tidak
pernah merasa bosan menjalankan terapi?
Apakah anda menggunakan insulin sebanyak 7x dalam
8 seminggu?

Morisky Medication Adherence Scale (MMAS) yang telah di modifikasi oleh


Faisal Fachrur Arifin

Lampiran 8 Surat Balasan Selesai Penelitian


Lampiran 9 Dokumentasi
Lampiran 10 Lembar Bimbingan Konsul Proposal Dan Skripsi
Lampiran Hasil Tabulasi Data SPSS

KARAKTERSTIK RESPONDEN

Frequency Table

Statistics

Hasil
Pendidikan Hasil health kepatuhan
Umur Jenis kelamin terakhir Pekerjaan locus of control terapi insulin

N Valid 37 37 37 37 37 37

Missing 0 0 0 0 0 0

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 36-45 Tahun 14 37.8 37.8 37.8

46-55 Tahun 12 32.4 32.4 70.3

56- >65 Tahun 11 29.7 29.7 100.0

Total 37 100.0 100.0

Jenis kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki
15 40.5 40.5 40.5

Perempuan
22 59.5 59.5 100.0

Total
37 100.0 100.0
Pendidikan terakhir

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid S1 4 10.9 10.9 10.9

SMA 5 13.5 13.5 24.3

SMP 11 29.7 29.7 54.1

SD 17 45.9 45.9 100.0

Total 37 100.0 100.0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid PNS 2 5.4 5.4 5.4

Honorer 2 5.4 5.4 10.8

Wirasuwasta 6 16.3 16.3 27.0

Petani 10 27.0 27.0 54.1

IRT/Tidak bekerja 17 45.9 45.9 100.0

Total 37 100.0 100.0

Hasil health locus of control

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Rendah 18 48.6 48.6 48.6

Tinggi 19 51.4 51.4 100.0

Total 37 100.0 100.0


Hasil kepatuhan terapi insulin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Rendah 14 37.8 37.8 37.8

Sedang 12 32.4 32.4 70.3

Tinggi 11 29.7 29.7 100.0

Total 37 100.0 100.0

HASIL UJI CHI SQUARE

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Hasil health locus of control *


Hasil kepatuhan terapi 37 100.0% 0 .0% 37 100.0%
insulin

Hasil kepatuhan terapi insulin

Rendah Sedang Tinggi Total

Hasil health locus of control Rendah Count 12 5 1 18

Expected Count 6.8 5.8 5.4 18.0

% within Hasil health locus of


66.7% 27.8% 5.6% 100.0%
control

% within Hasil kepatuhan


85.7% 41.7% 9.1% 48.6%
terapi insulin

% of Total 32.4% 13.5% 2.7% 48.6%

Tinggi Count 2 7 10 19

Expected Count 7.2 6.2 5.6 19.0

% within Hasil health locus of 10.5% 36.8% 52.6% 100.0%


control
% within Hasil kepatuhan
14.3% 58.3% 90.9% 51.4%
terapi insulin

% of Total 5.4% 18.9% 27.0% 51.4%

Total Count 14 12 11 37

Expected Count 14.0 12.0 11.0 37.0

% within Hasil health locus of


37.8% 32.4% 29.7% 100.0%
control

% within Hasil kepatuhan


100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
terapi insulin

% of Total 37.8% 32.4% 29.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 14.824a 2 .001

Likelihood Ratio 16.780 2 .000

Linear-by-Linear Association 14.320 1 .000

N of Valid Cases 37

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 5.35.

Lampiran Riwayat Hidup

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tolitoli pada Tanggal 03 Februari 2000 dari ayah Sulamen
Abd Halik Hadi dan ibu Fatmawati. Penulis adalah putri pertama dari dua bersaudara.
Tahun 2018 lulus dari SMK Negeri 1 Tolitoli jurusan Keperawatan dan pada tahun yang
sama penulis seleksi masuk STIKes Widya Nusantara Palu melalui jalur PMDK rapor
dan diterima di program studi Ilmu Keperawatan hingga saat ini tahun 2022.

Anda mungkin juga menyukai