AKUNTABILITAS
Oleh:
dr. Pramadhita Junaidi
199305032020122015
Kelompok 2
Widyaiswara:
TAHUN 2021
BAB 1
PENDAHULUAN
Tujuan dan mafaat dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
a. Pelaksanaan pelayanan
b. Pengelolaan pengaduan masyarakat
c. Pengelolaan informasi
d. Pengawasan internal
e. Penyuluhan kepada masyarakat
f. Pelayanan konsultasi
Dalam melaksanakan pelayanan publik, menurut ketentuan Pasal 15 Undang-
Undang No. 25 tahun 2009 penyelenggara berkewajiban:
Mencegah korupsi adalah suatu pekerjaan yang berat untuk dilakukan. Pekerjaan
memberantas korupsi harus dilakukan secara bersama-sama dan membutuhkan
komitmen nyata dari pimpinan tertinggi. Selain itu, strategi pencegahan korupsi
diperlukan, agar bahaya korupsi dapat ditanggulangi dan celahnya dapat ditutup.
Terdapat tiga tahapan strategi yang dapat digunakan dalam mencegah tindakan
penyelewengan seperti korupsi dan penyuapan:
1. Strategi jangka pendek dengan memberikan arahan dalam upaya
pencegahan.
2. Strategi menengah berupa perbaikan sistem untuk menutup celah korupsi.
3. Strategi jangka panjang dengan mengubah budaya.
Pelayanan publik di Indonesia saat ini telah diatur dan dituangkan dalam UU No.
25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. Dalam Undang-Undang tersebut dengan
tegas dinyatakan bahwa Undang-Undang tentang pelayanan publik dimaksudkan untuk
memberikan kepastian hukum dalam hubungan antara masyarakat dan penyelenggara
(pemerintah) dalam pelayanan publik.
Untuk mencapai hal di atas, diperlukan kondisi aktual seperti : manajemen dan
pelaksanaan pelayanan publik harus diinformasikan dan mudah diakses oleh
masyarakat; prosedur pelayanan harus dibuat dalam bentuk Bagan Alir; persyaratan
teknis dan administratif pelayanan harus diinformasikan secara jelas pada masyarakat;
kepastian rincian biaya pelayanan harus diinformasikan secara jelas pada masyarakat;
kepastian dan kurun waktu penyelesaian pelayanan harus diinformasikan secara jelas
pada masyarakat; pejabat/ petugas yang berwenang dan bertanggung jawab memberikan
pelayanan harus ditetapkan secara formal berdasarkan SK, lokasi pelayanan harus jelas;
janji (motto) pelayanan harus tertulis secara jelas; standar pelayanan publik harus
realistis dan dipublikasikan pada masyarakat; serta informasi pelayanan harus
dipublikasikan dan disosialisasikan pada masyarakat melalui media. Baik media cetak,
elektronik maupunhimbauan dan selebaran atau brosur agar masyarakat dapat
mengetahui dengan transparan jelas dan terbuka.
Selain itu, diperlukan juga sejumlah faktor penunjang seperti dukungan kebijakan,
ketersediaan teknologi, kemampuan pegawai, dukungan dan kesadaran warga,
kecukupan anggaran, komitmen pegawai, pengawasan dan sanksi, budaya kerja, dan
pola pelayanan yang tepat, di dalam Birokrasi itu sendiri.
Pada tanggal 27 Juli 2021, Presiden Joko Widodo resmi meluncurkan core value
Aparatur Sipil Negara (ASN) yaitu BerAKHLAK. Peluncuran Core Value ini bertujuan
untuk menyeragamkan nilai-nilai dasar bagi seluruh ASN di Indonesia sehingga dapat
menjadi fondasi budaya kerja ASN yang profesional. Core Value BerAKHLAK
merupakan singkatan dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis,
Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif.
Latar belakang core value BerAKHLAK adalah adanya perbedaan penerjemahan
terhadap nilai-nilai dasar serta kode etik dan kode perilaku ASN yang tertuang pada
Undang-Undang No.5/2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Oleh karena itu Kemenpan-
RB menetapkan core value baru untuk menciptakan persepsi yang sama atas nilai-nilai
dasar ASN. Core Value BerAKHLAK juga merupakan penggabungan dan
pengerucutan nilai-nilai ASN yang ada diberbagai instansi pemerintahan.
Adanya Core Value ASN yang baru ini diharapkan setiap ASN baik di pusat
maupun di daerah memiliki semboyan dan semangat yang sama dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat. ASN jangan lagi minta untuk dilayani melainkan
memberikan pelayanan yang prima dalam membantu masyarakat. Harapan ini juga
didukung dengan diresmikannya employer branding ASN “Bangga melayani bangsa” .
Dengan ditetapkannya core value BerAKHLAK justru akan menguatkan budaya
kerja ASN yang professional dalam melayani masyarakat. Orientasi pelayanan yang
berkualitas dan profesional harus dimaknai dengan baik oleh setiap ASN. Tidak hanya
sekadar menjadi jargon melainkan harus diamalkan dan ditujukan untuk kemajuan
bangsa. ASN harus bisa mendobrak stigma negatif masyarakat terkait adanya praktik
pungli untuk mempercepat proses layanan yang diberikan oleh instansi pemerintahan.
Ketika ASN terbiasa memberikan pelayanan yang baik dan sesuai prosedur, praktik
korupsi akan terhindarkan.
Perubahan fundamental pada pola pikir dan sikap mental ASN inilah yang akan
mendorong ASN untuk melakukan tindakan anti korupsi. Selain itu dari segi organisasi
pencegahan anti korupsi pun sudah dilakukan di tingkat unit instansi pemerintahan
dengan adanya Pembangunan Zona Integritas Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan
juga adanya Unit Pengendali Gratifikasi di setiap unit untuk mencegah terjadinya tindak
pidana korupsi pada Instansi Pemerintah.
Hadirnya core values BerAKHLAK menjadi budaya kerja yang baru untuk setiap
ASN di Indonesia. Melayani masyarakat dengan professional, bertanggung jawab dalam
menggunakan sumber daya yang diamanahkan oleh publik, memiliki kompetensi dalam
menangani isu dan masalah bangsa, menjadi simbol kesatuan dan persatuan bangsa,
loyal terhadap negara Indonesia, mampu beradaptasi dengan segala perubahan dan siap
berkolaborasi dengan seluruh elemen bangsa untuk memberikan yang terbaik bagi
bangsa Indonesia.
E. ANALISA FILM PENDEK
1. Film LAN MOOC “ Akuntabilitas”
Akuntabilitas merupakan pertanggung jawaban seseorang terhadap amanah yang
telah diberikan kepada orang tersebut. Pertanggung jawaban ini biasanya berupa
laporan kinerja. Akuntabilitas ini akan menghasilkan sebuah konsekuensi, baik
berupa punishment maupun berupa reward.
Cara meminta pertanggung jawaban (akuntabilitas) orang lain:
Membangun harapan
Berkomitmen terhadap harapan yang ingin dicapai
Periksa kembali apa yang diharapkan
Sediakan feedback dan konsekuensi
2. Film “Tak Ada yang Tahu, Edi Rahmayadi Sidak Kantor Samsat Sumut”
Dalam film ini menceritakan Gubernur Sumatera Utara, Edi Rahmayadi yang
melakukan sidak di kantor Samsat Sumut. Ia melakukan sidak di hari pertama kerja
setelah libur lebaran. Beliau melakukan sidak sebelum jam pelayanan dimulai. Dalam
sidaknya, beliau menanyai dengan santun kepada para petugas samsat yang ada di
lokasi. Tidak ada aksi membentak-bentak seperti banyaknya sidak yang dilakukan
beberapa pimpinan daerah. Beliau juga menanyai hal-hal terkait pekerjaan kepada
petugas serta beliau menanyakan berapa lama waktu yang dibutuhkan seseorang untuk
mengurus STNK.
Edi juga bertanya kepada masyarakat yang sedang bertransaksi di kantor samsat
tersebut, apakah ada pungli ataupun calo dalam pengurusan administrasi di kantor
samsat. Menurut edi, pelayanan di kantor samsat sudah berjalan dengan selayaknya,
namun waktu pelayanan harus dimulai lebih cepat, mengingat pada pukul 7.30 sudah
banyak masyarakat yang mengantri di kantor samsat.
Menurut saya, hal yang dilakukan Gubenur Sumut, Edi Rahmayadi sudah sangat
tepat. Iya bertanya kepada pemberi layanan (petugas) dan kepada penerima layanan
(masyarakat), tidak hanya mendengarkan salah satunya saja. Tampak bahwa Edi sangat
mengutamakan kepuasan public dalam berurusan dengan birokrat negara. Edi juga
mencetuskan inovasi untuk memajukan waktu pelayanan agar pelayanan terhadap
masyarakat lebih optimal.
BAB 4
KESIMPULAN