1. Kehilangan darah akut, bila 20-30% total volume darah hilang dan
perdarahan terus terjadi
2. Anemia berat
3. Syok septik (jika cairan IV tidak mampu mengatasi gangguan sirkulasi
darah dan sebagai tambahan faktor pembekuan karena komponen
darah spesifik tidak ada.
4. Transfusi tukar pada neonatus dengan icterus berat
1. Transfusi set
2. Cairan NaCl
3. Persediaan darah yang sesuai dengan golongan darah klien, sesuai dengan
kebutuhan
4. Sarung tangan bersih
Prosedur Pelaksanaan:
Adapun pemeriksaan yang dilakukan pada darah donor sebelum di berikan kepada
pasien
1. Tes HbsAg
2. Tes Anti HIV
3. Tes Sipilis VDRL
1. Uji Crossmatching
Uji cocok serasi antara darah donor dengan darah resipien
Tujuan: Untuk mengetahui ada tidaknya antibodi baik antibodi
komplek (tipe IgM) maupun antibodi inkompleks (tipe IgG) yang
terdapat didalam serum pasien maupun di dalam serum atau
plasma donor
Reaksi yang terjadi apabila darah donor tidak cocok dengan darah pasien:
1. Demam
2. Reaksi alergi
3. Kontaminasi Bakteri
4. reaksi anafilatik
5. Cedera paru akut
6. Purpura pasca transfusi
Whole blood harus dicadangkan untuk pendarahan medis atau bedah yang
parah, misalnya selama perdarahan saluran makanan yang cepat atau pada
trauma mayor saat diperlukan pemulihan daya angkut oksigen, volume, dan
faktor pembekuan. Bahkan pada syok hemoragik, kombinasi sel darah merah
dan larutan kristaloid atau koloid biasanya efektif, pada keadaan darurat,
pergantian volume secara cepat biasanya mendahului penggantian sel darah
merah dan cairan resusitasi bebas sel harus digunakan apabila jenis darah
resipien sedang ditentukan, bila defisit sel darah merah kritis, di indikasikan
pemberian sel darah merah tipe O atau untuk spesifik tipe yang tidak
dicocokkan terlebih dahulu. Darah lengkap berguna untuk meningkatkan
jumlah sel darah merah dan volume plasma dalam waktu yang bersamaan,
misalnya pada pendarahan aktif dengan kehilangan darah lebih dari 25-30%
volume darah total
Sumber: