Anda di halaman 1dari 6

Nama : Nanang Sriyadi, S.

Pd
No. UKG : 201698434226

LK 5: Lembar Kerja Belajar Mandiri


Judul Modul MODUL 5: BILANGAN
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Keterbagian, Faktor Bilangan Prima, Kelipatan Bilangan
2. Kongruensi Modulo
3. Notasi Sigma, Barisan dan Deret
4. Induksi Matematika
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Daftar peta konsep 1. Keterbagian, Faktor Bilangan Prima, Kelipatan
(istilah dan definisi) di Bilangan
modul ini A. Keterbagian
Bilangan bulat a membagi habis bilangan bulat b
(ditulis a∨b ) apabila terdapat bilangan bulat k sehigga
b=ak . Jika a tidak membagi habis b maka dituliskan
a ∤ b.
Beberapa teorema tentang keterbagian:
a) Jika a∨b dan b∨c maka a∨c
b) Jika a∨b dan a∨(b+c ) maka a∨c
c) Jika p∨q maka p∨qr untuk semua r ∈ Z
d) Jika p∨q dan p∨r maka p∨q+r

B. Faktor Persekutuan Terbesar


Suatu bilangan bulat d disebut faktor persekutuan dari a
dan b apabilad∨a dan d∨b.
Bilangan bulat positif d disebut FPB dari a dan b jika
dan hanya jika:
a) d∨a dan d∨b
b) Jika c∨a danc∨b maka c ≤ d
Bilangan bulat a dan b disebut relatif prima (saling
prima) jika FPB (a , b)=1
Beberapa teorema FPB:
a) Jika FPB ( a , b )=d maka FPB (a : d , b :d=1)
b) Untuk setiap bilangan bulat positif a dan b terdapat
dengan tunggal bilangan bulat q dan r sedemikian
sehingga b=qa+r dengan 0 ≤ r <a
c) Jika b=qa+r , maka FPB ( b , a )=¿ FPB ( a , r )
d) Untuk setiap bilangan bulat tak nol a dan b terdapat
bilangan bulat m dan n sedemikian sehingga FPB
( a , b )=am+bn
e) Jika d¿ ab dan FPB ( d , a )=1, maka d¿ b
C. Bilangan Prima
Bilangan bulat p>1 disebut bilangan prima jika
mempunyai faktor positif hanya 1 dan p. Bilangan bulat
positif yang lebih besar dari 1 dan bukan bilangan prima
disebut bilangan komposit (tersusun).
Teorema:
a) Jika sisa pembagian b oleh a relatif prima dengan a
maka b relatif prima dengan a.
b) Setiap bilangan positif yang lebih besar dari 1 dapat
dibagi oleh suatu bilangan prima
c) Setiap bilangan bulat n>1 merupakan bilangan
prima atau n dapat dinyatakan sebagai perkalian
bilangan-bilangan prima tertentu.
d) Jika n suatu bilangan komposit maka n memiliki
faktor k dengan 1<k ≤ √❑

D. KPK
Definisi:
a) Bilangan-bilangan bulat 𝑎1, 𝑎2, … , 𝑎𝑛 dengan 𝑎𝑖
≠ 0 untuk 𝑖 = 1, 2, … , 𝑛 mempunyai kelipatan
persekutuan 𝑏 jika 𝑎𝑖 |𝑏 untuk setiap 𝑖.
b) Jika 𝑎1, 𝑎2, … , 𝑎𝑛 bilangan-bilangan bulat dengan
𝑎𝑖 ≠ 0 untuk 𝑖 = 1, 2, … , 𝑛, maka kelipatan
persekutuan terkecil (KPK) dari bilangan-bilangan
tersebut adalah bilangan bulat positif terkecil di
antara kelipatan-kelipatan persekutuan dari 𝑎1, 𝑎2,
… , 𝑎𝑛.
Teorema:
a) Jika 𝑏 suatu kelipatan persekutuan dari 𝑎1, 𝑎2, … ,
𝑎𝑛 maka 𝐾𝑃𝐾 [𝑎1, 𝑎2, … , 𝑎𝑛]|𝑏.
b) Jika 𝑚 > 0 maka 𝐾𝑃𝐾[𝑚𝑎, 𝑚𝑏] = 𝑚 × 𝐾𝑃𝐾[𝑎, 𝑏].
c) Jika 𝑎 dan 𝑏 bilangan-bilangan bulat positif, maka
𝐾𝑃𝐾[𝑎, 𝑏] × 𝐹𝑃𝐵(𝑎, 𝑏) = 𝑎𝑏.

2. Kongruensi Modulo
A. Kekongruenan
Definisi:
a) Jika 𝑚 suatu bilangan bulat positif membagi 𝑎−𝑏
maka dikatakan 𝑎 kongruen terhadap 𝑏 modulo 𝑚
dan ditulis 𝑎≡𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑚).
b) Jika 𝑚 tidak membagi 𝑎−𝑏 maka dikatakan 𝑎 tidak
kongruen terhadap 𝑏 modulo 𝑏 dan ditulis 𝑎≢𝑏
(𝑚𝑜𝑑 𝑚).
Teorema:
a) Untuk bilangan bulat sebarang 𝑎 dan 𝑏, 𝑎≡𝑏 (𝑚𝑜𝑑
𝑚) jika dan hanya jika 𝑎 dan 𝑏 memiliki sisa yang
sama jika dibagi 𝑚.
b) Untuk 𝑚 bilangan bulat positif dan 𝑝,𝑞, dan 𝑟
bilangan bulat, berlaku
(1) Sifat Refleksif
𝑝≡𝑝 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
(2) Sifat Simetris
𝑝≡𝑞 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) jika dan hanya jika 𝑞≡𝑝 (𝑚𝑜𝑑
𝑚)
(3) Sifat Transitif
(4) Jika 𝑝≡𝑞 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) dan 𝑞≡𝑟 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) maka
𝑝≡𝑟 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
c) Jika 𝑝,𝑞,𝑟, dan 𝑚 adalah bilangan-bilangan bulat
dan 𝑚>0 sedemikian hingga 𝑝≡𝑞(𝑚𝑜𝑑 𝑚), maka:
(1) 𝑝+𝑟≡𝑞+𝑟(𝑚𝑜𝑑 𝑚)
(2) 𝑝–𝑟≡𝑞–𝑟(𝑚𝑜𝑑 𝑚)
(3) 𝑝𝑟≡𝑞𝑟(𝑚𝑜𝑑 𝑚)
d) Jika 𝑎≡𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) dan 𝑐≡𝑑 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) maka
(1) 𝑎+𝑐≡𝑏+𝑑 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
(2) 𝑎−𝑐≡𝑏−𝑑 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
(3) 𝑎𝑐≡𝑏𝑑 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
e) Jika 𝑎≡𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) dan 𝑐≡𝑑 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) maka
𝑎𝑥+𝑐𝑦≡𝑏𝑥+𝑑𝑦 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
f) Jika 𝑝≡𝑝𝑞(𝑚𝑜𝑑 𝑚) maka 𝑝𝑟≡𝑞𝑟 (𝑚𝑜𝑑 𝑚𝑟).
g) Jika 𝑎≡𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) maka 𝑎𝑛≡𝑏𝑛 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) untuk 𝑛
bilangan bulat positif.
h) Misalkan 𝑓 suatu polinom dengan koefisien
bilangan bulat, yaitu
n n−1 n−2
f (x)=d 0 x +d 1 x +d 2 x + ⋯+d n−1 x +d n

Dengan d 0 , d 1 , … , d n masing-masing bilangan bulat.


i) Jika 𝑎 suatu solusi 𝑓(𝑥)≡0(𝑚𝑜𝑑 𝑚) dan 𝑎≡𝑏 (𝑚𝑜𝑑
𝑚) maka 𝑏 juga solusi 𝑓(𝑥) itu.
j) Jika 𝑑|𝑚 dan 𝑎≡𝑏(𝑚𝑜𝑑 𝑚) maka 𝑎≡𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑑)
k) Misalkan (𝑎,𝑚)=𝑑
m
𝑎𝑥=𝑎𝑦 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) jika dan hanya jika x ≡ y (mod )
d
l) Misalkan (𝑎,𝑚)=1.
𝑎𝑥≡𝑎𝑦 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) jika dan hanya jika 𝑥≡𝑦 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
m) Jika 𝑎𝑥≡𝑎𝑦 (𝑚𝑜𝑑 𝑝) dengan 𝑝∤𝑎 dan 𝑝 bilangan
basit, maka 𝑥≡𝑦 (𝑚𝑜𝑑 𝑝)
n) Diketahui bilangan-bilangan bulat 𝑎,𝑝,𝑞,𝑚, dan
𝑚>0.
(1) 𝑎𝑝≡𝑎𝑞(𝑚𝑜𝑑 𝑚) jika dan hanya jika
m
p ≡q (mod )
(a , m)
(2) 𝑝≡𝑞(𝑚𝑜𝑑 𝑚1) dan 𝑝≡𝑞(𝑚𝑜𝑑 𝑚2) jika dan
hanya jika 𝑝≡𝑞(𝑚𝑜𝑑[𝑚1,𝑚2])

B. Sistem Residu
Definisi:
a) Suatu himpunan {𝑥,𝑥,…,𝑥} disebut suatu sistem
residu lengkap modulo 𝑚. Jika dan hanya
jika untuk setiap y dengan 0≤𝑦<𝑚, ada
satu dan hanya satu 𝑥 dengan 1≤𝑖<𝑚,
sedemikian hingga 𝑦≡𝑥(𝑚𝑜𝑑 𝑚) atau 𝑥≡𝑦(𝑚𝑜𝑑
𝑚).
b) Suatu himpunan bilangan bulat {𝑥1,𝑥2,…,𝑥𝑘}
disebut suatu sistem residu tereduksi modulo 𝑚 jika
dan hanya jika:
a) (𝑥𝑖,𝑚)=1,1≤𝑖<𝑘
b) 𝑥𝑖≡𝑥𝑗(𝑚𝑜𝑑 𝑚) untuk setiap 𝑖≠𝑗
c) Jika (𝑦,𝑚)=1, maka 𝑦≡𝑥𝑖(𝑚𝑜𝑑 𝑚) untuk suatu
𝑖=1,2,…,𝑘
c) Ditentukan 𝑚 adalah suatu bilangan bulat positif.
Banyaknya residu di dalam suatu sistem residu
tereduksi modulo 𝑚 disebut fungsi 𝜙-Euler dari 𝑚,
dan dinyatakan dengan 𝜙(𝑚).
Teorema sistem residu:
1) Ditentukan (𝑎,𝑚)=1
Jika {𝑥1,𝑥2,…,𝑥𝑘} adalah suatu sistem residu
modulo 𝑚 yang lengkap atau tereduksi, maka
{𝑎𝑥1,𝑎𝑥2,…,𝑎𝑥𝑘} juga merupakan suatu sistem
residu modulo 𝑚 yang lengkap atau tereduksi.
2) Teorema Euler:
Jika 𝑎,𝑚∈Ζ dan 𝑚>0 sehingga (𝑎,𝑚)=1, maka
𝑎𝜙(𝑚)≡1(𝑚𝑜𝑑 𝑚)
3) Teorema Kecil Fermat:
Jika 𝑝 adalah suatu bilangan prima dan 𝑝 tidak
membagi 𝑎, maka 𝑎𝑝−1≡1(𝑚𝑜𝑑 𝑝)
4) Jika (𝑎,𝑚)=1, maka hubungan 𝑎𝑥≡𝑏(𝑚𝑜𝑑 𝑚)
mempunyai selesaian 𝑥=𝑎𝜙(𝑚)−1.𝑏 +𝑡𝑚
5) Teorema Wilson:
Jika 𝑝 adalah suatu bilangan prima, maka (𝑝–1)!
≡−1(𝑚𝑜𝑑 𝑝)
6) Jika 𝑛 adalah suatu bilangan bulat positif sehingga
(𝑛–1)!≡–1(𝑚𝑜𝑑 𝑛), maka 𝑛 adalah suatu bilangan
prima.

3. Notasi Sigma, Barisan dan Deret


A. Notasi Sigma
Secara umum bentuk notasi sigma didefinisikan
n

∑ ak=a1 +a2 +a 3+ …+an


k =1
Sifat:
n
1. ∑ 1=n
k =1
b b
2. ∑ cf (k )=c ∑ f ( k )
k=a k=a
b b b
3. ∑ ( f ( k ) + g(k ))=∑ f ( k ) +∑ g ( k )
k=a k=a k=a
m−1 n n
4. ∑ f ( k ) + ∑ f ( k ) =∑ f ( k )
k=1 k=m k =1
n n+p
5. ∑ f ( k )= ∑ f ( k− p )
k=m k=m+ p
B. Barisan dan Deret
1) Barisan dan Deret Aritmetika
Definisi:
Setiap dua bilangan berurutan mempunyai selisih
yang tetap
Rumus suku ke-n:
U n =a+ ( n−1 ) b

Deret:
1
Sn= n(a+U n)
2

1
Sn= n [ 2 a+ ( n−1 ) b ]
2

2) Barisan dan Deret Geometri


Definisi:
Barisan yang mempunyai perbandingan tetap antara
dua suku berurutan
Rumus suku ke-n:
n−1
U n =ar

Deret:
a (r ¿¿ n−1)
Sn= ¿
r−1

a (1−r ¿¿ n)
Sn = ¿ , dengan r ≠ 1
1−r

Deret tak hingga:


a
S∞ =
1−r

C. Barisan sebagai Fungsi


a) Barisan berderajat satu (linear) adalah bila selisih
tetap diperoleh dalam satu tingkat pengerjaan,
b) Barisan berderajat dua bila selisih tetap diperoleh
dalam dua tingkat pengerjaan dan seterusnya.
Bentuk umum dari barisan-barisan itu merupakan
fungsi dalam n sebagai berikut:
Selisih tetap 1 tingkat 𝑈𝑛 = 𝑎𝑛 + 𝑏
Selisih tetap 2 tingkat 𝑈𝑛 = 𝑎𝑛 2 + 𝑏𝑛 + 𝑐
Selisih tetap 3 tingkat 𝑈𝑛 = 𝑎𝑛 3 + 𝑏𝑛 2 + 𝑐𝑛 + d

D. Barisan Fibonacci
Barisan Fibonacci adalah barisan rekursif (pemanggilan
ulang / pengulangan) yang ditemukan oleh seorang
matematikawan berkebangsaan Italia yang bernama
Leonardo da Pisa
Jadi barisan ini didefinisikan secara rekursif sebagai
berikut.
Fn={0 , jika n=01 , jika n=1 Fn−1+ Fn−2, untuk lainnya

E. Golden Ratio
Golden ratio atau rasio emas (𝜑=1.618205...)
merupakan suatu nilai rasio (ratio number) konvergen
yang diperoleh apabla suku-suku di atas dua belas pada
barisan fibonacci dibagi dengan satu suku sebelumnya.

4. Induksi Matematika
a. Postulat Peano
1. 1 adalah anggota Ν.
2. Setiap anggota 𝑥∈Ν mempunyai pengikut 𝑝(𝑥)∈Ν.
3. Dua bilangan di Ν yang berbeda mempunyai
pengikut yang berbeda.
4. 1 bukan pengikut bilangan 𝑥∈Ν yang manapun.
5. Jika subhimpunan 𝑆⊆Ν memuat 1 dan pengikut dari
setiap bilangan di 𝑆, maka 𝑆=Ν.
b. Definisi Indusksi Matematika
Teknik pembuktian yang baku dalam matematika dan
merupakan salah satu metoda/alat yang digunakan untuk
membuktikan suatu pernyataan matematika, khususnya
pernyataan-pernytaan yang berkaitan dengan bilangan
asli atau bilangan bulat positif
c. Prinsip
Misalkan {𝑃𝑛} adalah suatu barisan proposisi
(pernyataan) yang memenuhi kedua persyaratan ini:
(i) 𝑃𝑁 adalah benar (biasanya 𝑁 adalah 1).
(ii) Kebenaran 𝑃𝑘 mengimplikasikan kebenaran
𝑃𝑘+1≥𝑁.
Maka, 𝑃𝑛 adalah benar untuk setiap bilangan bulat
𝑛≥𝑁.
2 Daftar materi yang sulit 1. Kongruensi Modulo
dipahami di modul ini 2. Induksi Matematika
3 Daftar materi yang 1. Kongruensi Modulo
sering mengalami 2. Induksi Matematika
miskonsepsi

Anda mungkin juga menyukai