Oleh :
YOGA AGUNG PERDANA
R.17.01.078
“Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber pustaka
yang menjadi rujukan dalam penyusunan skripsi ini telah saya nyatakan dengan
benar. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan hasil
berlaku di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Indramayu dengan resiko yang
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Pekerjaan : Mahasiswa
Profesi Lainnya : -
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Oleh
Pembimbing I
Pembimbing II
iii
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : R.17.01.078
Skripsi ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Sidang Skripsi
Ketua
Anggota I Anggota II
Ridho Kunto P, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.M.B. Wiwin Nur Aeni, S.Kep., Ns., M.Kep.
NIK. 043 213 157 NIK. 043 213 121
Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan
ABSTRAK
v
THE EDUCATION PROGRAM UNDERGRADUATE OF NURSING
INDRAMAYU COLLEGE OF HEALTH SCIENCES UNDERGRADUATE
THESIS, JUNE 2021
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
memberikan karunia dan nikmat kesehatan yang tiada hentinya sehingga peneliti
Kejadian Hipertensi”
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
penelitian ini sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik, ucapan
pembimbing I yang telah berkenan menyediakan waktu, tenaga, dan ilmunya untuk
vii
pengarahan, bimbingan ilmu pengetahuan, nasehat, dan masukan yang bermanfaat
6. Novi Dwi Irmawati, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Wali Kelas Prodi
8. Kedua orang tua peneliti, Bapak Rais dan Ibu Istiqomah, sebagai
motivasi utama penulis yang tanpa henti memberikan dukungan dan senantiasa
10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selalu
semua pihak yang telah memberikan segala dukungan dan bantuan kepada penulis.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK.......................................................................................................... v
ABSTRACT ...................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
ix
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
B. Konsep Hipertensi.............................................................................. 19
BAB VI PEMBAHASAN
C. Implikasi Keperawatan....................................................................... 70
A. Kesimpulan ........................................................................................ 71
B. Saran.................................................................................................. 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR SINGKATAN
Ca : Kalsium
CO : Karbonmonoksida
EKG : Elektrokardiogram
K : Kalium
NO2 : Nitrogenoksida
T3 : Triidothyronine
T4 : Thyroxine
xiii
VMA : Vanillyl Mandelic Acid
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
masalah kesehatan utama yang dihadapi oleh negara maju dan berkembang.
Penyakit ini menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia setiap tahun. Salah
satu penyakit kardiovaskular yang paling umum dan paling banyak ditemui di
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg jika
diukur dua kali setiap lima menit dalam keadaan istirahat/tenang. Tekanan
menunjukkan pada tahun 2015 secara global sekitar 1,13 milyar orang di dunia
tersebut. Jumlah ini akan terus meningkat pada tahun 2025 hingga mencapai 1,5
milyar dan 10,44 juta orang diperkirakan meninggal akibat hipertensi dan
komplikasinya.
kematian akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian. Hasil ini menunjukkan bahwa
1
STIKes Indramayu
2
hasil pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun mengalami peningkatan terlihat
dari tahun 2013 sebesar 25,8% hingga pada tahun 2018 sebesar 34,1% dengan
Barat menduduki urutan kedua (39,6%) dan terendah di Papua sebesar (22,2%).
Berdasarkan data yang ada, kelompok umur yang paling banyak adalah diatas 55
tahun yaitu 55-64 (55,23%), kelompok umur 45-54 (45,32%), kelompok umur 35-
(13,22%).
berkembang dapat mengubah gaya hidup seseorang menjadi lebih praktis (Susilo &
cenderung mengubah pola makannya menjadi tidak sehat, kebiasaan merokok dan
kurang dalam beraktivitas. Melalui gaya hidup yang tidak baik tersebut dapat
diantaranya adalah makanan instan yang terkandung bahan pengawet, kadar garam
yang terlalu tinggi dalam makanan, dan konsumsi lemak berlebih (Susilo &
Wulandari, 2011). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Rihiantoro & Widodo,
STIKes Indramayu
3
(2018) didapatkan nilai signifikan (p) = < 0,05, artinya ada hubungan yang
bermakna antara gaya hidup dalam bentuk pola makan dengan kejadian hipertensi.
rokok yang dihisap seseorang. Zat yang terkandung dalam rokok dapat
(CO) yang dapat menurunkan kadar oksigen dalam darah, akibatnya mengganggu
pernapasan maka secara perlahan dapat merusak kerja jantung (Kus & Kusno,
2010). Sesuai dengan hasil dari penelitian Sriani et al., (2016) menunjukkan bahwa
ada hubungan antara gaya hidup dalam bentuk kebiasaan merokok dengan kejadian
Gaya hidup tidak sehat lainnya adalah kurangnya aktivitas fisik. Dengan
kolesterol dan tekanan darah yang terus meningkat sehingga terjadi hipertensi
(Susilo & Wulandari, 2011). Hal ini juga sejalan dengan penelitian Rihiantoro &
Widodo, (2018) didapatkan nilai signifikan (p) = < 0,05, artinya ada hubungan yang
bermakna antara gaya hidup dalam bentuk aktivitas fisik dengan kejadian
hipertensi.
namun demikian belum ada kajian literature. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
STIKes Indramayu
4
melakukan literature review dengan judul “Hubungan gaya hidup dengan kejadian
hipertensi”.
B. Rumusan Masalah
jantung, dan otak. Angka kejadian penyakit hipertensi di Dunia, Indonesia dan Jawa
gaya hidup menjadi lebih praktis, termasuk soal makanan. Pada umumnya,
makan berlebih, kebiasaan merokok dan kurang aktivitas fisik akibatnya penyakit
tentang hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi namun belum ada yang
melakukan review dari hasil penelitian-penelitian tersebut. Oleh karena itu rumusan
hipertensi. Sehingga pertanyaan peneliti adalah “Apakah ada hubungan antara gaya
STIKes Indramayu
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
hipertensi
hipertensi
D. Manfaat Penelitian
1. Pelayanan Kesehatan
atau informasi tentang gaya hidup yang dapat menjadi faktor risiko penyebab
2. Institusi Pendidikan
sebagai bahan kajian tentang hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi.
STIKes Indramayu
6
3. Peneliti Lain
Hasil dari peneliti ini sebagai data dasar dan informasi untuk peneliti
selanjutnya yang akan melakukan kajian berkaitan dengan hubungan gaya hidup
adalah artikel penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan desain penelitian survey
analitik, cross sectional. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan
gaya hidup dengan kejadian hipertensi. Penelitian ini disusun melalui pencarian
sumber artikel-artikel yang sudah dipublikasi dan dilakukan secara online. Artikel
diakses melalui portal lembaga pengindeks jurnal seperti, Google Scholar, Portal
STIKes Indramayu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang di ekspresikan melalui aktivitas,
minat, dan opininya. Secara umum, ini dapat didefinisikan sebagai gaya hidup yang
mereka, hal-hal yang menurut orang penting bagi lingkungan (minat), dan apa yang
menjelaskan gaya hidup merupakan pola hidup seseorang sehari-hari dalam bentuk
olahraga (Proverawati & Rahmawati, 2012). Jadi, gaya hidup adalah pola hidup
7
STIKes Indramayu
8
Gaya hidup memiliki pengaruh yang besar terhadap kondisi fisik dan
psikologis. Perubahan gaya hidup dan perilaku hidup sehat yang rendah, seperti
pola makan tidak sehat, kebiasaan merokok, dan kurangnya aktivitas fisik
a. Pola makan
1) Definisi
Menurut Hanifah (2011), pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam
mengatur atau mengontrol jumlah dan jenis makanan dengan dengan maksud
kalori untuk kebutuhan nutrisi sesuai dengan keperluan individu (Susilo &
Wulandari, 2011).
gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari
oleh seseorang dan merupakan ciri khas suatu kelompok masyarakat tertentu
(Suparyanto, 2012).
kebutuhan nutrisi sesuai dengan keperluan individu (Susilo & Wulandari, 2011).
Jadi pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam mengatur jumlah dan jenis
makanan dengan dengan maksud tertentu untuk menjaga kesehatan, status nutrisi,
STIKes Indramayu
9
a) Budaya
seperti orang orang asia dan orientalis mengkonsumsi nasi, orang italia
b) Agama/Kepercayaan
Sebagai contoh, agama Islam mengharamkan daging babi. Agama Roma Katolik
melarang makan daging setiap hari, dan beberapa aliran agama (Protestan)
kualitas makanan. Sebagai contoh orang kelas menengah kebawah atau orang
miskin tidak sanggup membeli makanan seperti daging, buah dan sayuran yang
mahal harganya.
d) Personal preference
kanak hingga dewasa, misalnya ayah tidak suka makan ikan begitu pula dengan
STIKes Indramayu
10
anak laki-lakinya, kemudian ibu tidak suka makan kerang begitu pula dengan anak
Sedangkan rasa kenyang yaitu perasaan puas karena telah memenuhi keinginannya
untuk makan. Pusat pengaturan dan pengontrolan rasa lapar, nafsu makan, dan rasa
f) Kesehatan
Misalnya, sariawan atau sakit gigi seringkali membuat individu memilih makanan
yang lembut. Kemudian tidak jarang seseorang yang kesulitan menelan lebih
a) Konsumsi garam
mengandung natrium dan sodium. Garam dalam jumlah sedikit dibutuhkan untuk
mengatur kandungan air dalam tubuh. Jika dikonsumsi berlebih, maka garam dapat
STIKes Indramayu
11
Menurut Black & Hawk (2014), sebagian besar penderita hipertensi yang
peningkatan tekanan darah. Oleh karena itu, pembatasan sedang konsumsi asupan
darah. Batas konsumsi garam yang dianjurkan oleh Kemenkes RI, (2015) tidak
kecap terdapat ¼ sendok teh garam dan dalam 1 bungkus mie instan mengandung
sekitar ¾ sendok teh garam. Kandungan garam yang tinggi biasanya terdapat pada
makanan olahan karena kandungan garam didalamnya sangat tinggi seperti daging
olahan, mie instan, keju, dan makanan yang dikonsumsi dalam jumlah yang banyak
Tabel 2.1
Makanan yang mengandung natrium/garam (Mg/100gram)
Bahan makanan Mg
Sereal 200
Telur asin 529
Sumber : Mita (2017), Muslinda (2017), Wahyuningsih (2015).
STIKes Indramayu
12
b) Konsumsi berlemak
terlalu banyak terdapat dalam tubuh. Faktor makanan, keturunan, usia, berat badan
dan kurang olahraga dapat mempengaruhi jumlah kolesterol dalam darah (Kus &
Kusno, 2010).
cepat saji yang rendah akan serat dan tinggi lemak. Kolesterol yang tinggi dapat
yang berlemak, maka akan semakin besar kadar kolesterol. Dalam tubuh
kolesterol diangkut dalam dua bentuk yaitu Low Density Lipoprotein (LDL) atau
lipoprotein ringan dan High Density Lipoprotein (HDL) atau lipoprotein tinggi
dari sel lalu diedarkan ke hari. Sedangkan LDL dalam tubuh akan menjadi
timbunan kolesterol didalam dinding arteri. Timbunan ini disebut plaque, jika hal
ini terus terjadi maka plaque semakin menebal dan dapat memblokir aliran darah
sehingga ketika aliran darah terblokir dapat menyebabkan serangan jantung dan
sebagai cadangan energi. Namun, ketika konsumsi lemak berlebih juga tidak
STIKes Indramayu
13
makanan yang mengandung kolesterol dari yang tinggi, sedang sampai dengan
Tabel 2.2
Nilai lemak berbagai bahan makanan (mg/100 gram)
b. Kebiasaan merokok
1) Definisi
Rokok adalah hasil olahan tembakau yang digulung atau dilinting dengan
kertas baik dengan tangan maupun dengan mesin termasuk cerutu atau bentuk
mengkonsumsi rokok baik secara rutin maupun tidak rutin seperti hanya mencoba
STIKes Indramayu
14
Rahmawati, 2012).
daun tar, kemudian menghisap asap yang dihasilkannya. Asap ini membawa bahaya
dari sejumlah kandungan tembakau dan juga bahaya dari pembakaran yang
dihasilkannya.
tembakau yang digulung atau dilinting dengan kertas baik dalam bentuk lainnya
yang dikonsumsi baik secara rutin maupun tidak kemudian menghisap asap yang
dihasilkannya.
mengandung lebih dari 4000 zat kimia yang berbahaya bagi tubuh manusia. Empat
ratus di antaranya mungkin memiliki efek racun dan empat puluh dapat
Zat kimia yang terkandung dalam rokok tersebut memiliki efek atau
menjadi cepat. Selain itu ada karbonmonoksida (CO) dapat mengikat hemoglobin
dalam darah, jantung seorang perokok yang membutuhkan lebih banyak oksigen
justru mendapat lebih sedikit oksigen dan tar yang bersifat karsinogen yang lambat
STIKes Indramayu
15
Rahmawati, 2012).
terkandung dalam rokok yang menjadi penyebab utama terjadinya kanker paru-paru
dan jantung. Apabila perokok menghisap asap rokoknya dalam-dalam maka tar
akan mengendap dalam bagian paru-paru dan masuk kedalam darah. Tar akan
menyebabkan perubahan pada selaput lendir atau permukaan sel paru-paru, lidah,
tenggorokan, dan bibir. Perubahan tersebut lambat laun pada sebagian orang akan
sangat berbahaya, beracun, dan membuat ketagihan bagi perokok. Segera mencapai
otak setelah orang menghisap rokok pertama. Kemudian dalam waktu 20-30 menit
nikotin tersebut dapat menjalar ke organ-organ tubuh lainnya (Kus & Kusno, 2010).
Selain mengandung nikotin dan tar, asap rokok juga mengandung gas
karbonmonoksida (CO), asam sianida (HCN), dan gas nitrogenoksida (NO2). Gas-
STIKes Indramayu
16
2012).
c. Aktivitas fisik
gerakan tubuh yang dihasilkan otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi.
pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental,
dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar setiap hari.
Aktivitas fisik merupakan setiap gerakan dari tubuh yang diakibatkan kerja
otot rangka dan meningkatkan pengeluaran tenaga serta energi. Aktivitas fisik
Jadi, aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot yang
menit perhari untuk mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar.
STIKes Indramayu
17
tiga macam, yaitu aktivitas fisik sehari-hari, aktivitas fisik dengan latihan, dan juga
olahraga.
menyetrika, bermain dengan anak, dan lain-lain. Setiap aktivitas tersebut bisa
b) Latihan fisik
terencana, seperti jalan kaki, jogging, push up, stretching, aerobik, bersepeda, dan
lain-lain. Dilihat dari aktivitasnya, latihan fisik sering disatu kategorikan dengan
olahraga.
c) Olahraga
direncanakan dengan mengikuti aturan yang berlaku, tujuannya tidak hanya untuk
membuat tubuh lebih sehat, tetapi juga untuk mencapai prestasi. Ini termasuk sepak
STIKes Indramayu
18
mengurangi cedera
aterosklerosis.
dilakukan dengan cara cepat dan praktis, individu cenderung mencari cara yang
sederhana sehingga tubuh manusia tidak banyak bergerak. Selain itu, individu
merasa tak punya waktu untuk berolahraga. Akibatnya, jumlah aktivitas menurun
dan olahraga juga menurun. Kondisi ini bisa menyebabkan terlalu banyak lemak
STIKes Indramayu
19
sehari-hari atau berolahraga secara teratur. Manfaat olahraga teratur telah terbukti
menurunkan tekanan darah dan mengurangi risiko stroke, serangan jantung, gagal
ginjal, gagal jantung, dan penyakit pembuluh darah lainnya. Selain itu olahraga
dinilai cukup murah dan efek sampingnya kecil bila dilakukan sesuai aturan
(Dalimartha, 2008).
setiap hari sehingga bisa menyehatkan jantung, paru-paru dan organ lainnya. Jika
lebih banyak waktu luang yang digunakan untuk beraktivitas fisik maka manfaat
yang diperoleh juga lebih banyak. Jika kegiatan ini dilakukan setiap hari secara
teratur maka dalam 3 bulan kedepan akan terasa hasilnya (Proverawati &
Rahmawati, 2012).
B. Konsep Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
peningkatan darah berlangsung dalam jangka waktu yang lama (persisten) dimana
tekanan darah sistolik (TDS) 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik
(TDD) 90 mmhg atau lebih. Hipertensi merupakan kondisi tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Hipertensi dapat
ditegakan apabila dilakukan pengukuran terpisah sebanyak tiga kali atau lebih.
STIKes Indramayu
20
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg jika
diukur dua kali setiap lima menit dalam keadaan istirahat/tenang. Tekanan
dimana tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
lebih dari 90 mmHg. Dikatakan hipertensi ketika sudah dilakukan pengukuran dua
kali atau lebih. Tekanan darah yang persisten ini dapat menyebabkan kerusakan
2. Klasifikasi Hipertensi
adalah hipertensi primer atau sering disebut juga hipertensi esensial yang
primer biasanya tidak mengenali tanda gejalanya dan sulit juga untuk diidentifikasi
primer seperti usia, jenis kelamin, ras atau suku. Kedua adalah hipertensi sekunder,
pada jenis ini dapat diidentifikasi yaitu hanya sekitar 5%-10% dari kasus hipertensi
dapat diidentifikasi terjadi karena proses dasar, ataupun komplikasi dari penyakit
lain seperti kerusakaan organ tubuh, gagal ginjal, diabetes melitus, kelenjar tiroid
dan proses dari gaya hidup kurang baik (LeMone, Burke & Bauldoff, 2015).
STIKes Indramayu
21
Tabel 2.3
Kategori Hipertensi
3. Etiologi Hipertensi
Menurut Black & Hawk (2014), disebabkan oleh banyak faktor, dengan
penyebab yang tidak dapat diidentifikasi, tetapi beberapa umumnya terlibat dengan
homeostatik. Karena resistensi arteri perifer terus meningkat, tekanan darah tetap
tinggi dan terus meningkat dari waktu ke waktu. Peningkatan resistensi arteri yang
berkelanjutan disebabkan oleh retensi garam dan air yang tidak tepat oleh ginjal
berhubungan langsung dengan jumlah dan ukuran faktor risiko, lamanya faktor
4. Patofisiologi Hipertensi
Menurut Brunner & Suddarth, 2005 dalam Wijaya & Putri (2013),
penyakit ginjal atau adrenal yang menyebabkan tekanan darah meningkat. Namun,
belum ada penyebab tunggal yang dapat diidentifikasi dan kondisi inilah yang
pengaturan tekanan darah normal yang kemudian turut berperan dalam terjadinya
hipertensi esensial.
tekanan darah pada pasien hipertensi, dan pengaruhnya bervariasi pada setiap
individu. Di antara faktor yang dipelajari secara mendalam adalah asupan garam,
obesitas dan resistensi insulin, sistem renin-angiotensin, dan sistem saraf simpatis.
Dalam beberapa tahun terakhir, faktor lain juga telah dievaluasi termasuk genetik,
disfungsi endotel (yang tampak pada perubahan endotelin dan nitrat oksida).
pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, kemudian berlanjut ke bawah korda
spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis menuju ganglia simpatis di toraks
dan abdomen. Stimulasi saraf pusat vasomotor dikirim dalam bentuk denyut nadi
yang mengalir melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti rasa cemas dan
Individu yang menderita hipertensi sangat sensitif terhadap nor epinefrin, mesikpun
bersamaan sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal ikut terangsang yang
STIKes Indramayu
23
hipertensi.
darah untuk mengembang dan meregang. Akibatnya kemampuan aorta dan arteri
besar untuk beradaptasi dengan jumlah darah yang dipompa oleh jantung atau
dua yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah dan dapat diubah (Black & Hawk,
2014).
STIKes Indramayu
24
Menurut Black & Hawk (2014) ada beberapa faktor risiko yang tidak dapat
1) Riwayat keluarga
yang lainnya dan juga lingkungan yang dapat menyebabkan tekanan darah
ditemukan pada orang kulit hitam. klien dengan orang tua yang memiliki hipertensi
berada pada resiko hipertensi yang lebih tinggi pada usia muda muda.
2) Usia
hipertensi meningkat dengan usia 50-60% klien berumur lebih dari 60 tahun
memiliki tekanan lebih dari 140/90 mmHg. Pembacaan TDS lebih baik daripada
TDD karena merupakan prediktor yang lebih baik untuk kemungkinan kejadian di
masa depan seperti penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung, dan penyakit
ginjal.
3) Jenis Kelamin
Secara keseluruhan, tekanan darah tinggi lebih sering terjadi pada pria
dibandingkan wanita sampai usia sekitar 55 tahun. Pada usia 55 sampai 74, risiko
pria dan wanita hampir sama, dan setelah usia 74 risiko wanita lebih tinggi.
STIKes Indramayu
25
4) Ras
Alasan peningkatan prevalensi hipertensi orang berkulit hitam masih belum jelas,
tetapi peningkatan tersebut dikaitkan dengan kadar renin yang lebih rendah,
sensitivitas yang lebih besar terhadap vasopresin, tingginya asupan garam, dan
Menurut Black & Hawk (2014), faktor risiko yang dapat diubah yaitu gaya
1) Nutrisi
hipertensi sensitif terhadap garam. Garam yang berlebihan bisa jadi penyebab
hipertensi pada tiap individu. Diet tinggi garam dapat menyebabkan pelepasan
saraf pusat (SSP). Penelitian juga menunjukkan bahwa diet rendah kalsium, kalium,
2) Stress
menstimulasi aktivitas sistem saraf simpatis. Stressor bisa dari banyak hal, mulai
dari suara, infeksi, peradangan, nyeri, berkurangnya suplai oksigen, panas, dingin,
STIKes Indramayu
26
obesitas, usia tua, obat-obatan, penyakit, pembedahan dapat memicu repons stress.
Rangsangan berbahaya ini dianggap ancaman, jika respon stress menjadi berlebihan
3) Obesitas
4) Penyalahgunaan obat-obatan
terlarang merupakan faktor risiko hipertensi. Pada dosis tertentu nikotin dan obat-
obatan seperti rokok dan kokain dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah
secara langsung. Namun seiring berjalannya waktu, kebiasaan mengonsumsi zat ini
Menurut Black & Hawk (2014), pada tahap awal perkembangan hipertensi
tidak adanya gejala apapun. Klien tidak akan menyadari bahwa tekanan darahnya
meningkat kemudian manifestasi klinis akan terlihat jelas dan klien akan berobat
ke rumah sakit dengan mengeluh sakit kepala terus menerus, kelelahan, pusing,
jantung berdebar, sesak napas, pandangan kabur atau penglihatan ganda dan
mimisan.
STIKes Indramayu
27
Wijaya & Putri (2013), menyebutkan tanda dan gejala klinis yang timbul:
saraf pusat.
filtrasi glomerulus.
kapiler.
7. Komplikasi Hipertensi
jantung koroner dan stroke. Peningkatan beban kerja ventrikel kiri menyebabkan
sindrom yang ditandai dengan tekanan yang sangat tinggi; perubahan tingkat
STIKes Indramayu
28
Menurut Wijaya & Putri (2013), jika tekanan darah tinggi tidak ditangani
dan dikendalikan, maka dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri
di dalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut.
a. Jantung
jantung koroner. Pada penderita hipertensi beban kerja jantung akan meningkat,
cairan tetap berada di paru-paru atau jaringan tubuh lainnya, yang bisa
menyebabkan sesak napas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal jantung.
b. Otak
c. Ginjal
darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada sistem filtrasi ginjal. Secara
bertahap, ginjal tidak dapat mengeluarkan zat yang tidak diinginkan dari dalam
tubuh. Zat tersebut masuk ke dalam tubuh melalui darah dan menumpuk di dalam
tubuh.
d. Mata
kebutaan.
STIKes Indramayu
29
penurunan pada kliens, air kencing yang mengandung darah, protein dalam urin,
hiperaldosteronisme
dan studi lemak, dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan pada sistem endokrin
atau kardiovaskuler
ginjal, arteriografi ginjal, dan pemeriksaan CT-Scan serta MRI dapat dilakukan.
g. Hematokrit
dalam urin.
STIKes Indramayu
30
9. Penatalaksanaan Hipertensi
a. Penatalaksanaan Farmakologi :
obat tunggal atau dicampur dengan obat lain. Adapun sebagai berikut:
1) Diuretik
2) Simpatolitik
3) Penghambat Adrenergik-Alfa
lipoprotein berdensitas sangat rendah atau very low-density lipoprotein (VLDL) dan
dan dapat menghambat norepinefrin dari ujung saraf simpatis, sehingga pelepasan
STIKes Indramayu
31
Vasodilator yang bekerja langsung adalah obat tahap III yang bekerja
turun dan natrium serta air tertahan sehingga terjadi edema perifer. Diuretik dapat
darah.
b. Penatalaksanaan Non-Farmakologi
nonfarmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup untuk
Kelebihan berat badan lebih dengan Body Mass Indeks (BMI) lebih dari
27 serta lingkar pinggang lebih dari 89 cm untuk wanita dan 101,6 lebih untuk pria
STIKes Indramayu
32
sediktnya 10% dari berat ideal atau 4,5 kg dapat menurunkan tekanan darah sampai
10 mmHg.
2) Pembatasan natrium
terhadap asupan natrium 2-3 gram natrium dapat digunakan untuk mengurangi
teknan darah. Selain itu pengurangan natrium dapat menurunkan deplesi kalsium
tekanan darah dan dapat berpengaruh terhadap penurunan kadar kolesterol secara
signifikan.
4) Olahraga
dikurangi dengan intensitas aktivitas fisik yang cukup serendah 40-60% dari
konsumsi oksigen seperti jalan cepat sekitar 2-5 mph selama 30-45 menit hampir
STIKes Indramayu
33
5) Pembatasan alkohol
pengonsumsian alkohol lebih dari 1 ons perhari. Kaji asupan alkohol perhari untuk
melakukannya dalam jumlah sedang 1 ons etanol perhari untuk pria dan 0,5 ons
untuk wanita.
6) Pembatasan kafein
terhadap tekanan darah. Oleh karena itu pembatasan kafein tidak terlalu penting
7) Terapi relaksasi
relaksasi otot progresif, dan psikoterapi, dapat mengurangi tekanan darah pada
klien hipertensi untuk sementara. Tetapi tidak ada yang terbukti meyakinkan baik
praktis untuk sebagian besar klien hipertensi atau efektif dalam mempertahankan
jangka waktu yang pendek selama dan setelah merokok. Penghentian kebiasaan
STIKes Indramayu
34
C. Kerangka Teori
cukup signifikan. Penderita hipertensi primer (Esensial) banyak dialami oleh semua
kalangan. Peningkatan tekanan darah tersebut disebabkan oleh faktor risiko. Faktor
risiko tersebut dibedakan menjadi dua yaitu faktor yang dapat diubah dan faktor
yang tidak dapat diubah. Faktor risiko yang dapat diubah yaitu nutrisi, stress,
obesitas dan penyalahgunaan zat. Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat diubah
Berikut adalah gambaran hubungan teori dalam penulisan ini, yang dapat
STIKes Indramayu
35
Gaya Hidup :
1. Nutrisi 1. Riwayat keluarga
2. Stress 2. Usia
3. Obesitas 3. Jenis kelamin dan
4. Penyalahgunaan zat 4. Ras
5. Kebiasaan merokok dan
6. Kurang aktivitas fisik
Hipertensi
Gambar 2.1
Kerangka teori
Sumber : Black, J. M., & Jane, H., H. (2014). Kus & Kusno. (2010). Muttaqin, A.
(2014). Proverawati & Rahmawati. (2012).
STIKes Indramayu
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya atau antara
variabel satu dengan variabel yang lain yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2012).
Kerangka konsep pada penelitian ini terdapat dua komponen, yaitu variabel
lain, sedangkan variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi dan nilainya
variabel dependen pada penelitian ini adalah kejadian hipertensi. Secara sistematis
Gaya Hidup:
1. Pola Makan
2. Kebiasaan Merokok Kejadian Hipertensi
3. Aktivitas Fisik
Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
36
STIKes Indramayu
37
B. Definisi Operasional
(Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu gaya hidup
dalam bentuk pola makan, kebiasaan merokok, aktivitas fisik dan kejadian
hipertensi. Definisi operasional pada penelitian ini dijelaskan pada tabel dibawah
ini :
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel
STIKes Indramayu
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Siregar dan Harahap (2019), menjelaskan literature review adalah suatu cara untuk
mencari, menemukan artikel atau sumber lain yang relavan pada suatu isu tertentu,
berbagai hasil penelitian untuk mendapatkan gambaran yang berkaitan dengan apa
yang sudah pernah dikerjakan orang lain sebelumnya. Jenis metode literature
review pada penelitian ini adalah systematic literature review. Systematic literature
review adalah rangkuman dari berbagai penelitian yang telah melalui proses
pencarian, seleksi, penilaian, dan sintesis untuk menjawab satu pertanyaan spesifik
B. Sumber Artikel
penelitian terkait hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi. Sumber artikel-
artikel penelitian berasal dari Google Scholar, Portal Garuda, PubMed, DOAJ dan
38
STIKes Indramayu
39
Tabel 4.1
Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi
Kriteria Inklusi
Tema Isi Jurnal Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi
Jangka Waktu Rentang waktu penerbitan jurnal maksimal 10 tahun (2011-2021)
Bahasa Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Jenis Jurnal Original artikel penelitian dalam bentuk full text
Metode Kuantitatif Survey Analitik, Cross Sectional
Kriteria Eksklusi
Sampel Sampel kurang dari 30 responden
Tabel 4.2
Waktu pelaksanaan kegiatan Literatur Review
STIKes Indramayu
40
1. Penelusuran Artikel
menggunakan beberapa kata kunci yaitu “Gaya Hidup”, “Pola Makan”, “Kebiasaan
ditemukan dilakukan screening sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi
item minimum berbasis bukti untuk pelaporan dalam tinjauan sistematis dan meta-
analisis yang berfokus pada cara-cara dimana penulis dapat memastikan pelaporan
STIKes Indramayu
41
yang transparan dan lengkap dari jenis penelitian ini.. PRISMA terdiri dari 4 tahap
diagram alir yang menjelaskan dari proses identification, screening, eligibility, dan
included.
DOAJ, dan Science Direct dengan cara memasukan keywords yang sudah
sebanyak 2.910 artikel. Hasil pencarian yang ditemukan pada Google Scholar
artikel, DOAJ sebanyak 9 artikel, dan Science Direct sebanyak 2.295 artikel terkait.
Tahap kedua adalah screening pada tahap ini sebelum dilakukan screening
peneliti membatasi artikel dengan kriteria inklusi rentang tahun 2011-2021, artikel
yang digunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris sehingga jumlah artikel yang
tersisa sebanyak 740 artikel. Hasil pencarian yang ditemukan pada Google Scholar
artikel, DOAJ sebanyak 7 artikel, dan Science Direct sebanyak 163 artikel.
tersisa 720 artikel. Setelah itu, 720 artikel dilakukan screening berdasarkan judul
dan abstrak, sebanyak 650 artikel dikeluarkan karena 626 artikel tidak sesuai
variabel yang diteliti, 5 artikel dalam bentuk skripsi dan 19 artikel penelitian hanya
STIKes Indramayu
42
hasil penelitiannya tidak mendukung untuk dibahas pada penelitian ini, dan 5 artikel
tidak menggunakan desain cross sectional, Sehingga, pada tahap keempat yaitu
Gambar 4.1
Diagram Alir PRISMA
Moher, Liberati, Tetzlaff & Altman (2009)
STIKes Indramayu
43
ekstraksi yang sejenis sesuai dengan hasil yang diukur untuk menjawab tujuan
penelitian. Artikel penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi akan dikumpulkan
dan dibuat ringkasan jurnal meliputi nama peneliti, tahun terbit jurnal, judul,
sumber jurnal, tujuan, metode, populasi dan sampel, hasil, kesimpulan. Ringkasan
jurnal penelitian tersebut dimasukan ke dalam tabel diurutkan sesuai alphabet dan
Abstrak dan full text artikel dibaca dan dicermati untuk lebih memperjelas
analisis. Ringkasan artikel tersebut kemudian dilakukan analisis terhadap isi yang
terdapat dalam tujuan penelitian dan hasil penelitian, kemudian dilakukan koding
terhadap isi jurnal yang dilakukan penelitian. Data yang sudah terkumpul kemudian
STIKes Indramayu
BAB V
HASIL PENELITIAN
PubMed, DOAJ dan Science Direct dengan kata kunci gaya hidup, pola makan,
kebiasaan merokok, aktivitas fisik dan hipertensi atau lifestyle, dietary pattern,
smoking, physical activity, and hypertension dan dibatasi dengan kriteria inklusi
dan kriteria eksklusi seperti artikel terbit dari tahun 2011 s.d 2021, artikel yang
ditemukan 11 artikel terkait yang akan dianalisis. Berdasarkan 11 artikel yang akan
Inggris, dan sampel terendah 30 dan terbanyak 640 responden. Hasil penelitian
Tabel 5.1
Hasil Penelitian
44
STIKes Indramayu
45
Bivariat:
a. Pola Makan dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu
0,035 (<0,05) Ho
ditolak.
Ada hubungan pola
makan dengan kejadian
hipertensi
b. Merokok dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu
0,011 (<0,05) Ho
ditolak.
Ada hubungan merokok
dengan kejadian
hipertensi
2. (Meylen Suoth, Hubungan Gaya Jurnal Survei dengan Univariat:
Hendro Bidjuni, Hidup Dengan Keperawatan rancangan Cross a. Konsumsi Makan:
dan Reginus T. Kejadian UNSRAT Sectional sebanyak 21 responden
Malara., 2014) Hipertensi Di Volume 2. (65,6%) memiliki
Puskesmas Nomor 1. Populasi konsumsi makan yang
Kolongan Februari 2014 penelitian ini baik dan 11 responden
Kecamatan (Google adalah semua (34,4%) memiliki
Kalawat Scholar) penderita konsumsi makan yang
Kabupaten hipertensi yang tidak baik.
Minahasa Utara https://ejournal.u berkunjung/berob b. Merokok: sebanyak 23
nsrat.ac.id/index. at di Puskesmas responden (71,9%) tidak
php/jkp/article/vi Kolongan merokok dan sebanyak 9
ew/4055 Kecamatan responden (28,1%) yang
Kalawat merokok.
c. Aktivitas Fisik:
Sampel sebanyak 21 responden
penelitian 32 (65,6%) melakukan
responden aktivitas fisik dan
dengan teknik sebanyak 11 responden
purposive (34,4%) tidak
sampling. melakukan aktivitas
fisik
d. Hipertensi: sebanyak
10 responden (31,2%)
dengan prehipertensi,
sebanyak 19 responden
(59,4%) dengan
hipertensi stadium 1 dan
sebanyak 3 responden
(9,4%) dengan
hipertensi stadium 2
Bivariat:
a. Konsumsi Makan
dengan Kejadian
Hipertensi: Nilai p
STIKes Indramayu
46
Bivariat:
a. Pola Makan dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu 0,014
(<0,05) Ho ditolak
Ada hubungan pola
makan dengan kejadian
hipertensi
STIKes Indramayu
47
b. Merokok dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu 1,000
(>0,05) Ho diterima.
Tidak ada hubungan
merokok dengan
kejadian hipertensi
c. Aktivitas Fisik dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu 0,029
(<0,05) Ho ditolak.
Ada hubungan aktivitas
fisik dengan kejadian
hipertensi
4. (Shikha Singh, Prevalence and International A community Univariat:
Ravi Shankar, Associated Risk Journal of based cross- a. Tobacco Use: As many
and Gyan Factors of Hypertension sectional study 168 respondents (30,1%)
Prakash Singh., Hypertension: Volume 2017 is a users, and 391
2017) A Cross- The population in respondents (69,9%) is
Sectional Study (Google this study was A non users
in Urban Scholar) community based b. Physical activity: As
Varanasi cross-sectional many 55 respondents
https://doi.org/1 study was carried (9,8%) is a inactive, and
0.1155/2017/549 out among the 504 respondents (90,2%)
1838 people aged have a active.
25 to 64 years c. Hypertension: As many
living in the 162 respondents (25,3%)
selected study is normal, 267
area. respondents (41,7%)
have a prehypertension,
The samples were 106 respondents (16,6%)
640 respondents, have a hypertension
taken by using stage 1, 24 respondents
multistage (3,8%) have a
sampling design. hypertension stage 2,
and 81 respondents
(12,6%) have a history of
hypertension.
Bivariat:
a. Tobacco Use and
Incidene of
Hypertension: p value
is 0.001 (<0,05) Ho
rejected.
There is a relationship
between dietary pattern
and hypertension
b. Physical Activity and
Incidene of
Hypertension: p value
is 0.146 (>0,05) Ho
accepted.
There is no relationship
between physical
STIKes Indramayu
48
activity and
hypertension
Bivariat:
a. Pola Makan dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu 0,509
(>0,05) Ho diterima.
Tidak ada hubungan
pola makan dengan
kejadian hipertensi
b. Merokok dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu 0,666
(>0,05) Ho diterima.
Tidak ada hubungan
merokok dengan
kejadian hipertensi
c. Aktivitas Fisik dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu 0,293
(>0,05) Ho diterima.
STIKes Indramayu
49
Bivariat:
a. Merokok dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu 0,303
(>0,05) Ho diterima.
Tidak ada hubungan
merokok dengan
kejadian hipertensi
b. Aktivitas Fisik dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu 0,259
(>0,05) Ho diterima.
Tidak ada hubungan
aktivitas fisik dengan
kejadian hipertensj
7. (Yanni Lontoh, Hubungan Gaya Journal Of Kuantitatif Univariat:
dan Hidup Dengan Community and dengan rancangan a. Pola Makan: sebanyak
Sindi Kejadian Emergency Cross Sectional 4 responden (8,9%)
Sahentendi., Hipertensi Pada Volume 7 Study memiliki pola makan
2019) Pasien Rawat Nomor 3 Tahun yang baik dan 41
Jalan Di 2019 (Google Populasi responden (91,1%)
Puskesmas Scholar) penelitian ini memiliki pola makan
Kombos adalah semua yang tidak baik.
Manado http://ejournal.u pasien rawat jalan b. Merokok: sebanyak 8
npi.ac.id/index.p di Puskesmas responden (17,8%)
hp/index/login?s Kombos Kota merokok dan sebanyak
ource=%2Finde Manado sebanyak 37 responden (82,2%)
x.php%2FJOCE 83 responden tidak merokok.
STIKes Indramayu
50
c. Aktivitas Fisik:
Sampel penelitian sebanyak 16 responden
45 responden (35,6) aktivitas fisik
dengan teknik cukup dan sebanyak 29
purposive responden (64,4%)
sampling. aktivitas fisik kurang
d. Hipertensi: sebanyak
10 responden (31,2%)
dengan prehipertensi,
sebanyak 43 responden
(95,6) dengan hipertensi
grade 1 dan sebanyak 2
responden (4,4%)
dengan hipertensi grade
2
Bivariat:
a. Pola Makan dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu 0,037
(<0,05) Ho ditolak.
Ada hubungan pola
makan dengan kejadian
hipertensi
b. Merokok dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu 0,002
(<0,05) Ho ditolak.
Ada hubungan merokok
dengan kejadian
hipertensi
c. Aktivitas Fisik dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu 0,283
(>0,05) Ho diterima.
Tidak ada hubungan
aktivitas fisik dengan
kejadian hipertensi
8. (Bustang Arifin, Hubungan Gaya Jurnal Ilmiah Analitik dengan Univariat:
Syaifuddin Zaenal, Hidup Dengan Kesehatan pendekatan Cross a. Pola Makan: sebanyak
dan Irmayani., Kejadian Diagnosis Sectional Study 20 responden (48,7%)
2020) Hipertensi Di Volume 15 memiliki pola makan
Puskesmas Nomor 3 Tahun Populasi yang teratur dan 21
Sabutung 2020 (Google penelitian ini responden (51,2%)
Kabupaten Scholar) adalah semua memiliki pola makan
Pangkep pasien yang yang tidak teratur.
http://jurnal.stike berobat di b. Aktivitas Fisik:
snh.ac.id/index.p Puskesmas sebanyak 10 responden
hp/jikd/article/vi Sabutung (24,4%) aktivitas fisik
ew/357 sebanyak 70 teratur dan sebanyak 31
responden responden (75,6%)
aktivitas fisik tidak
Sampel penelitian teratur
41 responden c. Hipertensi: sebanyak 2
dengan teknik responden (4,9%)
STIKes Indramayu
51
Bivariat:
a. Pola Makan dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu 0,024
(<0,05) Ho ditolak.
Ada hubungan pola
makan dengan kejadian
hipertensi
b. Aktivitas Fisik dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu 0,028
(<0,05) Ho ditolak.
Ada hubungan aktivitas
fisik dengan kejadian
hipertensi
9. (Ivan Wijaya, Hubungan Gaya The Indonesian Survei Analitik Univariat:
Rama Nur Hidup Dengan Journal of dengan rancangan a. Merokok: sebanyak 23
Kurniawan, dan Kejadian Health Cross Sectional responden (31,1%)
Hardianto Hipertensi Di Promotion merokok dan sebanyak
Haris., 2020) Wilayah Kerja (Januari,2020) Populasi 51 responden (68,9%)
Puskesmas Vol. 3. No. 1 penelitian ini tidak merokok.
Towata (Google adalah semua b. Aktivitas Fisik:
Kabupaten Schollar) pasien yang sebanyak 67 responden
Takalar berkunjung/berob (90,5) melakukan
http://jurnal.unis at di Towata aktivitas fisik dan
muhpalu.ac.id/in Kabupaten sebanyak 7 responden
dex.php/MPPKI/ Takalar (9,5%) tidak melakukan
article/view/101 aktivitas fisik.
2 Sampel penelitian c. Hipertensi: sebanyak
74 responden 41 responden (55,4%)
dengan teknik menderita hipertensi,
simple random dan sebanyak 33
sampling. responden (44,6%) tidak
menderita hipertensi
Bivariat:
a. Merokok dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu 0,031
(<0,05) Ho ditolak.
Ada hubungan merokok
dengan kejadian
hipertensi
b. Aktivitas Fisik dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu 0,619
(>0,05) Ho diterima.
STIKes Indramayu
52
STIKes Indramayu
53
Bivariat:
a. Diet and Incidence of
Hypertension: p value
is 0.326 (>0,05) Ho
accepted.
There is no relationship
between dietary pattern
and hypertension
b. Smoking Incidence of
Hypertension: p value
is 0.003 (<0,05) Ho
rejected.
There is a relationship
between smoking
behavior and
hypertension
c. Physical activity
Incidence of
Hypertension: p value
is 0.022 (<0,05) Ho
rejected.
There is a relationship
between physical
activity and
hypertension
STIKes Indramayu
54
BAB VI
PEMBAHASAN
Dalam bab ini peneliti membahas mengenai hasil literature review tentang
hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi. Selain itu, dalam bab ini juga
pencarian artikel yang sudah dipaparkan pada BAB V, maka pembahasan hubungan
secara abnormal dengan tekanan diastolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan sistolik
lebih dari 90 mmHg. Tekanan tersebut terjadi terus-menerus dalam beberapa kali
pengukuran dan dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal, jantung, dan otak.
Penyakit hipertensi ini disebabkan oleh dua faktor risiko yaitu faktor yang
tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah. Faktor yang dapat diubah yaitu
gaya hidup. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang sehari-hari di dunia yang di
ekspresikan melalui aktivitas, minat, dan opini nya. Berkembangnya era modern
dan penerapan teknologi yang semakin canggih dapat mengubah gaya hidup
seseorang menjadi tidak sehat. Melalui gaya hidup yang tidak sehat tersebut dapat
menimbulkan berbagai penyakit salah satunya yaitu hipertensi. Adapun gaya hidup
STIKes Indramayu
55
1. Pola makan
dengan tujuan memenuhi kebutuhan nutrisi. Pola makan seseorang di era modern
dimana dalam penelitian ini terdapat 7 literature yang meneliti hubungan pola
makan dengan kejadian hipertensi. Hasil penelitian Yunita et al., (2014), Suoth et
al., (2014), Hafid, (2015), Lontoh & Sahentendi (2019), dan Arifin et al., (2020),
penelitian ditemukan pada Yunita et al., (2014), Hafid (2015), Lontoh & Sahentendi
(2019), dan Arifin et al., (2020) menunjukkan hasil lebih dari 50% responden
berada pada kategori buruk atau tidak sehat dalam penerapan pola makannya.
Selain itu, terdapat 1 penelitian ditemukan pada Suoth et al., (2014) menunjukkan
lebih dari 50% responden sudah berada dalam kategori baik dalam penerapan pola
makannya.
pasien sangat berpengaruh terhadap hipertensi, semakin pola makan pasien tidak
sehat maka semakin besar kemungkinan terjadi hipertensi. Pendapat yang sama
diungkapkan oleh Arifin et al., (2020) dalam penelitiannya bahwa pola makan yang
buruk juga dapat mengecilkan diameter pembuluh darah yang berpengaruh pada
darah.
STIKes Indramayu
56
untuk menjalankan gaya hidup yang sehat. Banyaknya penyediaan makanan siap
saji, makanan tinggi garam, berlemak dan instan menyebabkan penderita tidak
Hal ini sejalan dengan teori dari Black & Hawk (2014) sebagian besar
pembuluh darah arteri sehingga jantung harus memompa darah lebih kuat yang
kolesterol pada dinding pembuluh darah atau disebut sebagai plaque. Hal ini dapat
membuat pembuluh darah menjadi menyempit dan akibatnya tekanan darah akan
al., (2017), dan Sutriyawan et al., (2021) bahwa pola makan tidak berhubungan
lebih dari 50% responden sudah berada dalam kategori baik atau sehat dalam
STIKes Indramayu
57
karena dari total jumlah responden yang berisiko tinggi lebih banyak responden
yang tidak hipertensi. Kemudian, tidak menjelaskan lebih lanjut mengapa pola
Perbedaan hasil penelitian antara Yunita et al., (2014), Suoth et al., (2014),
Hafid (2015), Lontoh & Sahentendi (2019), dan Arifin et al., (2020) dengan hasil
penelitian dari Fatmawati et al., (2017), dan Sutriyawan et al., (2021) tidak
menggunakan metode yang sama yaitu desain cross sectional. Menurut pendapat
peneliti, perbedaan tersebut terjadi karena terdapat hal lain yang berkontribusi
(2017) menunjukkan bahwa penelitian ini hanya dilakukan pada usia 20-44 tahun
sementara pada penelitian Yunita et al., (2014), Suoth et al., (2014), Hafid (2015),
Lontoh & Sahentendi (2019), dan Arifin et al., (2020) usia responden pada kelima
penelitian tersebut tidak dibatasi (20-44) tahun. Menurut LeMone, Burke &
Bauldoff (2015) insidensi hipertensi naik seiring dengan peningkatan usia. Pada
tekanan darah, serta elastisitas arteri. Ketika arteri menjadi kurang lentur, tekanan
adanya keselarasan antara konsep dengan hasil penelitian yang telah dilakukan,
dimana keduanya terbukti bahwa pola makan yang buruk diikuti dengan kejadian
STIKes Indramayu
58
hipertensi. Hal tersebut dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan instan dan
siap saji yang mengandung tinggi garam dan kadar lemak berlebih.
Konsumsi tinggi garam dapat meningkatkan jumlah natrium dalam sel dan
meningkatkan kadar kolesterol yang tinggi dan dapat menyumbat pembuluh darah
serta tidak elastis sehingga aliran darah kurang tersuplai dengan baik dan jantung
akan bekerja dengan beban yang berat yang mengakibatkan terjadinya peningkatan
tekanan darah.
dengan kejadian hipertensi pada 5 hasil penelitian dan pola makan tidak
2. Kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok merupakan salah satu faktor risiko yang dapat diubah
hipertensi. Hasil penelitian Yunita et al., (2014), Singh et al., (2017), Lontoh &
Sahentendi (2019), Wijaya et al., (2020), Purnomo et al., (2020) dan Sutriyawan et
kejadian hipertensi.
STIKes Indramayu
59
penelitian pada Purnomo et al., (2020) dan Sutriyawan et al., (2021) menunjukkan
hasil lebih dari 50% responden memiliki kebiasaan merokok sehari-hari. Selain itu,
terdapat 4 penelitian pada Yunita et al., (2014), Singh et al., (2017), Lontoh &
Sahentendi (2019), dan Wijaya et al., (2020), menunjukkan bahwa lebih dari 50%
karbonmonoksida dan tar yang dapat meningkatkan tekanan darah. Lontoh &
tersebut berpengaruh terhadap tekanan darah karena bisa dilihat dari konsumsi
rokok dalam waktu yang lama. Hal ini dapat terjadi karena semakin banyak kadar
zat-zat beracun yang disebabkan oleh rokok maka semakin besar juga kemungkinan
terjadinya hipertensi.
Hal ini sejalan dengan teori Potter & Perry (2010) menjelaskan bahwa
Tekanan darah meningkat ketika seseorang merokok dan kembali ke tekanan darah
dalam rokok dapat meningkatkan denyut jantung dan meninggikan volume jantung.
Selain mengandung nikotin dan tar, asap rokok juga mengandung gas
karbonmonoksida (CO), asam sianida (HCN), dan gas nitrogenoksida (NO2). Gas-
dapat dirusak oleh asam sianida dan nitrogenoksida (Kus & Kusno,2010).
STIKes Indramayu
60
hipertensi.
Hasil penelitian yang berbeda disampaikan oleh Suoth et al., (2014), Hafid
(2015), Fatmawati et al., (2017), dan Fadhli (2018) bahwa kebiasaan merokok tidak
didapatkan hasil bahwa lebih dari 50% responden tidak memiliki kebiasaan
Kemudian Fatmawati et al., (2017) juga mengatakan mengapa hal tersebut bisa
terjadi karena jumlah responden yang merokok lebih sedikit dibandingkan dengan
yang tidak merokok dan disebabkan juga oleh lebih banyaknya responden
kejadian hipertensi.
Perbedaan antara hasil penelitian Yunita et al., (2014), Singh et al., (2017),
Lontoh & Sahentendi (2019), Wijaya et al., (2020), Purnomo et al., (2020) dan
Sutriyawan et al., (2021) dengan hasil penelitian Suoth et al., (2014), Hafid, (2015),
Fatmawati et al., (2017), dan Fadhli (2018) tidak disebabkan oleh metode penelitian
STIKes Indramayu
61
yaitu desain cross sectional. Menurut pendapat peneliti, perbedaan tersebut terjadi
karena terdapat hal lain yang berkontribusi terjadinya hipertensi pada penelitian
Suoth et al., (2014), Hafid (2015), Fatmawati et al., (2017), dan Fadhli (2018)
misalnya jenis kelamin. Pada keempat penelitian tersebut jenis kelamin responden
umumnya tidak melakukan kebiasaan merokok. Semakin banyak zat racun yang
dihisap yang terkandung dalam rokok maka semakin tinggi juga mengalami
hipertensi.
menunjukkan adanya keselarasan antara konsep dengan hasil penelitian yang telah
perokok aktif maupun perokok pasif diikuti dengan kejadian hipertensi. Hal
tersebut dapat terjadi karena merokok merupakan salah satu penyebab hipertensi
yang paling umum, karena peringatannya sudah tertera secara jelas pada setiap
Misalnya nikotin menyebabkan adiksi atau ketagihan dan dapat memacu hormon
adrenalin sehingga menyebabkan denyut jantung menjadi cepat. Selain itu ada
perokok yang membutuhkan lebih banyak oksigen justru mendapat lebih sedikit
STIKes Indramayu
62
3. Aktivitas Fisik
hubungan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi. Hasil penelitian Suoth et al.,
(2014), Hafid (2015), Arifin et al., (2020), Purnomo et al., (2020) dan Sutriyawan
penelitian pada Hafid (2015), Arifin et al., (2020), dan Sutriyawan et al., (2021)
menunjukkan lebih dari 50% responden kurang aktif dalam bergerak sehari-hari.
Selain itu, terdapat 2 penelitian pada Suoth et al., (2014), dan Purnomo et al., (2020)
menunjukkan bahwa lebih dari 50% responden aktif dalam bergerak sehari-hari.
cenderung lebih banyak dialami oleh responden yang kurang aktif dalam bergerak.
Hal ini dapat terjadi karena aktivitas fisik yang teratur dapat membantu menguatkan
jantung. Kondisi jantung yang kuat dapat memompa lebih banyak darah meskipun
hanya menggunakan sedikit usaha. Semakin ringan kerja jantung, maka semakin
sedikit tekanan pada pembuluh darah arteri sehingga mengakibatkan tekanan darah
menjadi turun.
STIKes Indramayu
63
Hal ini sejalan dengan teori Susilo & Wulandari (2011) menjelaskan
bahwa aktivitas yang menurun dan olahraga yang menurun dapat menyebabkan
yang tidak cukup dapat menyebabkan peningkatan berat badan dan obesitas yang
(2017), Singh et al., (2017), Fadhli (2018), Lontoh & Sahentendi (2019) dan Wijaya
pada Fatmawati et al., (2017), dan Lontoh & Sahentendi (2019) menunjukkan hasil
lebih dari 50% responden kurang aktif dalam bergerak sehari-hari. Selain itu,
terdapat 3 penelitian pada Singh et al., (2017), Fadhli (2018), dan Wijaya et al.,
(2020), yang menunjukkan bahwa lebih dari 50% responden aktif dalam bergerak
sehari-hari.
banyak melakukan aktivitas berat dibandingkan aktivitas ringan. Jadi, aktivitas fisik
STIKes Indramayu
64
aktivitas berat sehingga mempunyai keseimbangan pada tubuh dan tidak rentan
terjadi peningkatan tekanan darah. Wijaya et al., (2020) dalam penelitiannya juga
responden yang dihabiskan 6-8 jam perhari. Sedangkan kedua penelitian lainnya
tidak menjelaskan lebih lanjut mengapa aktivitas fisik tidak berhubungan dengan
kejadian hipertensi.
Perbedaan antara hasil penelitian Suoth et al., (2014), Hafid (2015), Arifin
et al., (2020), Purnomo et al., (2020) dan Sutriyawan et al., (2021) dengan hasil
penelitian Fatmawati et al., (2017), Singh et al., (2017), Fadhli (2018), Lontoh &
Sahentendi (2019) dan Wijaya et al., (2020) tidak disebabkan oleh metode
sama yaitu desain cross sectional. Menurut pendapat peneliti, perbedaan tersebut
terjadi karena terdapat hal lain yang seperti perbedaan jenis aktivitas dan lamanya
Fatmawati et al., (2017), Fadhli (2018), Lontoh & Sahentendi (2019) dan Wijaya et
al., (2020) melakukan jenis aktivitas yang berat dan lamanya aktivitas dengan
intensitas yang tinggi dapat meminimalkan terjadinya kelebihan berat badan atau
menunjukkan adanya keselarasan antara konsep dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan, dimana keduanya terbukti bahwa kurang aktif dalam bergerak diikuti
STIKes Indramayu
65
dengan kejadian hipertensi. Hal tersebut dapat terjadi karena kurang aktif dalam
bergerak cenderung akan menyebabkan peningkatan kadar lemak dalam darah yang
Kemudian kurang aktivitas juga dapat menyebabkan peningkatan berat badan yang
dengan kejadian hipertensi pada 5 hasil penelitian dan aktivitas fisik tidak
B. Keterbatasan Penelitian
yang tidak mudah, karena beberapa judul penelitian yang sesuai dengan topik
penelitian ditemukan tidak sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria ekslusi yang
sudah ditetapkan. Kemudian hasil dari berbagai penelitian banyak yang tidak sesuai
C. Implikasi Keperawatan
1. Bagi Pendidikan
mahasiswa keperawatan mengenai gaya hidup yang menjadi faktor risiko terjadinya
hipertensi.
STIKes Indramayu
66
kesehatan terkait gaya hidup yang dapat menjadi faktor risiko terjadinya hipertensi.
peningkatan tekanan darah dan mengetahui gaya hidup yang dapat meningkatkan
kejadian hipertensi.
STIKes Indramayu
BAB VII
A. Kesimpulan
hidup dengan kejadian hipertensi, kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Ada hubungan gaya hidup dalam bentuk pola makan dengan kejadian
hipertensi (didapatkan 5 artikel ada hubungan dan 2 artikel tidak ada hubungan)
kejadian hipertensi (didapatkan 6 artikel ada hubungan dan 4 artikel tidak ada
hubungan)
kejadian hipertensi (didapatkan 5 artikel ada hubungan dan 5 artikel tidak ada
hubungan).
B. Saran
kejadian hipertensi, karena perawat adalah salah satu profesi yang berperan besar
67
STIKes Indramayu
68
menjadikan hasil penelitian ini sebagai informasi dan menjadi referensi dalam
saat pelajar atau mahasiswa melakukan praktik langsung di klinik dapat berperan
3 gaya hidup yang menjadi faktor risiko terjadinya hipertensi pada penelitian ini
STIKes Indramayu
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, B., Zaenal, S., & Irmayani. (2020). Hubungan gaya hidup dengan kejadian
hipertensi Di Puskesmas Sabutung Kabupaten Pangkep. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Diagnosis, 15(3), 6.
http://jurnal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/view/357/341
Black, J., & Hawk, J. H. (2014). Keperawatan medikal bedah: Manajemen klinis
untuk hasil yang diharapkan (Ed 8). Singapura: Elsevier.
Dalimartha, S., Purnama, B., Sutarina, N., Mahendra., Darmawan, R. (2008) Care
your self hipertensi. Jakarta: Penebar Plus
Fadhli, W. M. (2018). Hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada
usia dewasa muda Di Desa Lamakan Kecamatan Karamat Kabupaten Buol. In
Jurnal KESMAS (Vol. 7, Issue 6).
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kesmas/article/view/22785
Fatmawati, S., Junaid, & Ibrahim, K. (2017). Hubungan life style dengan kejadian
hipertensi pada usia dewasa (20-44 Tahun) Di Wilayah Kerja Puskesmas
Puuwatu Kota Kendari Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat, 2(6), 1–10. http://10.37887/jimkesmas.v2i6.2895
Husaini, A. (2007). Tobat merokok rahasia & cara empatik berhenti merokok.
Bandung: Pustaka Iman
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Berapa anjuran konsumsi Gula, Garam, dan
Lemak per harinya?. Web: http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-
p2ptm/hipertensi-penyakit-jantung-dan-pembuluh-darah/page/15/berapa-
anjuran-konsumsi-gula-garam-dan-lemak-per-harinya (Diakses pada tanggal
27 Desember jam 21.00 WIB).
Kus, I., & Kusno, W. (2010). Gizi & pola hidup kesehatan. Bandung: CV. Yrama
Widya.
LeMone, P., Burke, K., & Bauldoff, G. (2015). Buku ajar keperawatan medikal
bedah (Ed 5), Vol 3. Jakarta: EGC.
Lontoh, Y., & Sahentendi, S. (2019). Hubungan gaya hidup dengan kejadian
hipertensi pada pasien rawat jalan Di Puskesmas Kombos Manado. Journal Of
Community and Emergency, 7(3), 365–377.
http://ejournal.unpi.ac.id/index.php/JOCE/article/view/222
Moher, D., Liberati, A., Tetzlaff, J., & Altman, D. G. (2009). Preferred reporting
items for systematic review and meta-analyses: the PRISMA statement.
Journal of clinical epidemiology, 62(10), pp. 1006-1012.
doi:10106/j.jclinepi.2009.06.005
Muslinda, L. (2017). Tinggi kolesterol dan garam, ini anjuran konsumsi telur asin.
Website : https://food.detik.com/info-sehat/d-3698124/tinggi- kolesterol-dan-
garam-ini-anjuran-porsi-konsumsi-telur-asin (Diakses pada tanggal 15 maret
2021, Jam 10 : 44 WIB).
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Fundamental keperawatan, Buku 3. (Ed 7).
Singapura: Elsevier.
Proverawati, A., & Rahmawati, E. (2012). Perilaku hidup bersih & sehat. Nuha
Medika.
Purnomo, A., Fahrurazi, & Kasman. (2020). Hubungan perilaku gaya hidup dengan
kejadian hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Parenggeani Kabupaten
Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah Tahun 2020. Jurnal Online
Internasional & Nasional, 7(1), 1689–1699. www.journal.uta45jakarta.ac.id
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. (2019). Hipertensi. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
Rihiantoro, T., & Widodo, M. (2018). Hubungan pola makan dan aktivitas fisik
dengan kejadian hipertensi Di Kabupaten Tulang Bawang. In Jurnal Ilmiah
Keperawatan (Vol. 13, Issue 2). https://doi.org/10.26630/jkep.v13i2.924
Singh, S., Shankar, R., & Singh, gyan prakash. (2017). Prevalence and associated
risk factors of hypertension: a cross-sectional study In Urban Vanasi.
International Journal of Hypertension, 4, 2178–2200.
https://doi.org/10.13031/2013.24809
Siregar, A. Z., & Harahap, N. (2019). Strategi dan teknik penulisan karya tulis
ilmiah dan publikasi. Yogyakarta: Deepublish Publisher.
Sriani, K. I., Fakhriadi, R., & Rosadi, D. (2016). Hubungan antara perilaku
merokok dan kebiasaan olahraga dengan kejadian hipertensi pada laki-laki
usia 18-44 Tahun. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia (Vol. 3, Issue 1).
https://www.e-jurnal.com/2018/06/hubungan-antara-perilaku-merokok-
dan.html.
Suoth, M., Bidjuni, H., & Malara, R. T. (2014). Hubungan gaya hidup dengan
kejadian hipertensi Di Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten
Minahasa Utara. Jurnal Keperawatan UNSRAT Volume 2. Nomor 1. Februari
2014, 2(1), 10. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/4055
Susilo, Y., & Wulandari, A. (2011). Cara jitu mengatasi hipertensi. C.V Andi
Offset.
Sutriyawan, A., Apriyanti, R., & Miranda, T. G. (2021). The relationship between
lifestyle and hypertension cases At UPT Cibiru Public Health Center Bandung
City. Disease Prevention and Public Health Journal, 15(1), 50–56.
https://doi.org/10.12928/dpphj.v15i1.2456
Wahyuningsih, M. (2015). Daftar makanan yang punya kadar garam paling tinggi.
Website : https://www.cnnindonesia.com/gaya- hidup/20150202123958-262-
28955/daftar-makanan-yang-punya-kadar- garam-paling-tinggi (Diakses pada
tanggal 14 Maret 2021, Jam 09 : 15 WIB).
Wijaya, I., Kurniawan, R. N., & Haris, H. (2020). Hubungan gaya hidup dan pola
makan terhadap kejadian hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Towata
Kabupaten Takalar. The Indonesian Journal of Health Promotion, 3(1), 192–
199. https://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/MPPKI/article/view/1012
Yunita, D., Taza, H., & Junaidi. (2014). Hubungan gaya hidup terhadap kejadian
hipertensi di ruang rawat inap rsud labuang baji makassar. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Diagnosis, 5(5), 20–29. https://doi.org/10.35816/jiskh.v4i1.79
LAMPIRAN
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1I Buku Daftar Bimbingan Skripsi
Lampiran 1I Buku Daftar Bimbingan Skripsi
Lampiran 1I Buku Daftar Bimbingan Skripsi
Lampiran 1I Buku Daftar Bimbingan Skripsi
Lampiran 1I Buku Daftar Bimbingan Skripsi
Lampiran 1I Buku Daftar Bimbingan Skripsi