Anda di halaman 1dari 194

SKRIPSI

HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN


HIPERTENSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi


Tugas Mata Kuliah Skripsi pada Program Studi Sarjana Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indramayu

Oleh :
YOGA AGUNG PERDANA
R.17.01.078

YAYASAN INDRA HUSADA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INDRAMAYU
2021
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

“Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber pustaka

yang menjadi rujukan dalam penyusunan skripsi ini telah saya nyatakan dengan

benar. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan hasil

plagiat/pemalsuan/penyuapan/pertukangan maka saya siap menerima sanksi yang

berlaku di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Indramayu dengan resiko yang

harus saya tanggung”

Nama : Yoga Agung Perdana


NIM : R.17.01.078
Tanggal : 08 Juni 2021

Tanda Tangan : Materai


Rp. 10.000

i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yoga Agung Perdana


Tempat / tanggal lahir : Indramayu, 21 Maret 1999
Agama : Islam
Alamat : Desa Sukaurip Blok Tengah RT/RW 13/04
Kec. Balongan Kab. Indramayu Jawa Barat
Indonesia (45217)
Pendidikan :
STIKes Indramayu : Tahun 2017-Sekarang
SMAN 1 Indramayu : Lulus Tahun 2017
SMPN 1 Balongan : Lulus Tahun 2014
SDN 1 Sukaurip : Lulus Tahun 2011

Pekerjaan : Mahasiswa
Profesi Lainnya : -

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Nama Mahasiswa : Yoga Agung Perdana


NIM : R.17.01.078
Judul : Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi

Skripsi ini telah disetujui dan siap untuk dipertahankan dihadapan

Tim Penguji Sidang Skripsi Program Studi Sarjana Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Indramayu

Indramayu, Mei 2021

Oleh

Pembimbing I

Ridho Kunto Prabowo, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.M.B.


NIK. 043 213 157

Pembimbing II

Wiwin Nur Aeni, S.Kep., Ns., M.Kep.


NIK. 043 213 121

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : Yoga Agung Perdana

NIM : R.17.01.078

Judul : Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi

Skripsi ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Sidang Skripsi

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Indramayu guna melengkapi

Syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Ketua

M. Saefulloh, S.Kep., Ns., M.Kep.


NIP.19760502 200501 1 002

Anggota I Anggota II

Ridho Kunto P, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.M.B. Wiwin Nur Aeni, S.Kep., Ns., M.Kep.
NIK. 043 213 157 NIK. 043 213 121

Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan

Wayunah, S.Kp., M.Kep.


NIP.19760307 200501 2 001
iv
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
SKRIPSI, JUNI 2021

ABSTRAK

HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

YOGA AGUNG PERDANA

xv + 72 Halaman + 7 Tabel + 3 Gambar + 2 Lampiran

Pendahuluan: Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah secara abnormal


dengan tekanan lebih dari 140/90 mmHg. Tingginya angka kejadian hipertensi
mungkin disebabkan oleh gaya hidup yang buruk. Dampak dari gaya hidup yang
buruk tersebut perlu diwaspadai karena dapat dapat menimbulkan berbagai penyakit
seperti diabetes mellitus, tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan stroke. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan gaya hidup dengan kejadian
hipertensi khususnya pola makan, kebiasaan merokok, dan aktivitas fisik. Metode:
Penelitian ini menggunakan metode systematic literature review. Artikel dipilih
melalui skrining sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Batasan tahun terbit
artikel yaitu dari tahun 2011 s.d 2021. Sampel penelitian yang digunakan minimal
30 responden. Hasil: Berdasarkan 11 artikel penelitian yang didapatkan
menunjukan pola makan, kebiasaan merokok, dan aktivitas fisik berhubungan
dengan kejadian hipertensi. Kesimpulan: Gaya hidup dalam bentuk pola makan,
kebiasaan merokok, dan aktivitas fisik berhubungan dengan kejadian hipertensi.
Saran bagi perawat maupun tenaga kesehatan untuk memberikan upaya promotif
kesehatan tentang faktor risiko terjadinya hipertensi sehingga dapat mengurangi
angka kejadian hipertensi.

Bahan bacaan : 15 Buku (2007-2021)


14 Jurnal (2009-2021)
Kata Kunci : Hipertensi, Gaya Hidup, Pola Makan, Kebiasaan Merokok,
dan Aktivitas Fisik

v
THE EDUCATION PROGRAM UNDERGRADUATE OF NURSING
INDRAMAYU COLLEGE OF HEALTH SCIENCES UNDERGRADUATE
THESIS, JUNE 2021

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN LIFESTYLE AND INCIDENCE OF


HYPERTENSION

YOGA AGUNG PERDANA

xv + 72 Pages + 7 Tables + 3 Pictures + 2 Attachment

Introduction: Hypertension is an abnormal increase in blood pressure with a


pressure of more than 140/90 mmHg. The high incidence of hypertension may be
caused by a bad lifestyle. The impact of this bad lifestyle needs to be watched out
for because it can cause various diseases such as diabetes mellitus, high blood
pressure, heart disease and stroke. The purpose of this study was to determine the
relationship between lifestyle and the incidence of hypertension, especially dietary
pattern, smoking and physical activity. Method: This research uses systematic
literature review method. Articles were selected through screening according to
inclusion and exclusion criteria. The limit of the year the article was published was
from 2011 to 2021. The research sample used was at least 30 respondents. Results:
Based on the 11 research articles obtained, it shows that dietary pattern, smoking ,
and physical activity are related to the incidence of hypertension. Conclusions:
Lifestyle in the form of dietary pattern, smoking, and physical activity are
associated with the incidence of hypertension. Suggestions for nurses and health
workers to provide health promotion efforts on risk factors for hypertension so as
to reduce the incidence of hypertension.

Reading Material : 15 Books (2007-2021)


14 Journal (2009-2021)
Keywords : Hypertension, Lifestyle, Dietary Pattern, Smoking, and
Physical Activity

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan karunia dan nikmat kesehatan yang tiada hentinya sehingga peneliti

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Gaya Hidup Dengan

Kejadian Hipertensi”

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena

itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu

penelitian ini sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik, ucapan

terimakasih peneliti ucapkan kepada :

1. Drs. H. Turmin, B.S.c. Ketua Pengurus Yayasan Indra Husada

Indramayu, yang telah menjadi inspirator bagi kami

2. M. Saefulloh, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKes) Indramayu, yang telah memberikan motivasi kepada kami

3. Wayunah, S.Kp., Ns., M.Kep. selaku Ketua Program Studi Sarjana

Keperawatan STIKes Indramayu yang senantiasa selalu mendidik dan

mengarahkan mahasiswa-mahasiswi Program Studi Sarjana Keperawatan

4. Ridho Kunto Prabowo, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.M.B. selaku

pembimbing I yang telah berkenan menyediakan waktu, tenaga, dan ilmunya untuk

memberikan pengarahan, bimbingan ilmu pengetahuan, nasehat, dan masukan yang

bermanfaat selama penyusunan skripsi

5. Wiwin Nur Aeni, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku pembimbing II yang

telah berkenan menyediakan waktu, tenaga, dan ilmunya untuk memberikan

vii
pengarahan, bimbingan ilmu pengetahuan, nasehat, dan masukan yang bermanfaat

selama penyusunan skripsi

6. Novi Dwi Irmawati, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Wali Kelas Prodi

Sarjana Keperawatan angkatan 2017 yang selalu dengan sabar memberikan

bimbingan dan saran serta motivasi kepada anak-anaknya

7. Seluruh dosen beserta staf karyawan Program Studi Sarjana

Keperawatan STIKes Indramayu

8. Kedua orang tua peneliti, Bapak Rais dan Ibu Istiqomah, sebagai

motivasi utama penulis yang tanpa henti memberikan dukungan dan senantiasa

mendo’akan dalam penyusunan skripsi ini

9. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Sarjana Keperawatan

STIKes Indramayu angkatan 2017, yang senantiasa saling memberikan motivasi

dan dukungan kepada penulis

10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selalu

memberikan dukungan dan motivasi dalam proses penyusunan skripsi ini

Akhir kata, Semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan

semua pihak yang telah memberikan segala dukungan dan bantuan kepada penulis.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada

umumnya.

Indramayu, Mei 2021

Penulis

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iv

ABSTRAK.......................................................................................................... v

ABSTRACT ...................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5

E. Ruang Lingkup Masalah Penelitian ..................................................... 6

ix
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Gaya Hidup ............................................................................. 7

B. Konsep Hipertensi.............................................................................. 19

C. Kerangka Teori .................................................................................. 34

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep ............................................................................... 36

B. Definisi Operasional .......................................................................... 37

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian ......................................................................... 38

B. Sumber Artikel .................................................................................. 38

C. Kriteria Inklusi Dan Kriteria Eksklusi ................................................ 39

D. Waktu Penelitian ................................................................................ 39

E. Prosedur Pencarian Dan Seleksi Artikel ............................................. 40

BAB V HASIL PENELITIAN ......................................................................... 44

BAB VI PEMBAHASAN

A. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................. 58

B. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 69

C. Implikasi Keperawatan....................................................................... 70

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................................................ 71

B. Saran.................................................................................................. 71

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Makanan yang Mengandung Natrium/Garam...................................... 11


Tabel 2.2 Nilai Lemak Berbagai Bahan Makanan ............................................... 13
Tabel 2.3 Kategori Hipertensi............................................................................. 21
Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................... 37
Tabel 4.1 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi.................................................. 39
Tabel 4.2 Waktu Pelaksanaan Kegiatan Literature Review ................................. 39
Tabel 5.1 Hasil Penelitian .................................................................................. 44

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ............................................................................... 35


Gambar 3.1 Kerangka Konsep ........................................................................... 36
Gambar 4.1 Diagram Alir Prisma ....................................................................... 42

xii
DAFTAR SINGKATAN

ACE : Angiotensin Converting Enzyme

BMI : Body Mass Indeks

BPH : Benign Prostate Hyperplasia

BUN : Blood Urea Nitrogen

Ca : Kalsium

CO : Karbonmonoksida

EKG : Elektrokardiogram

HCN : Asam Sianida

HDL : High Density Lipoprotein

IVP : Intra Venous Pyelografi

K : Kalium

Kemenkes RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

LDL : Low Density Lipoprotein

NO2 : Nitrogenoksida

PJK : Penyakit Jantung Koroner

PTM : Penyakit Tidak Menular

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

T3 : Triidothyronine

T4 : Thyroxine

TDD : Tekanan Darah Diastolik

TDS : Tekanan Darah Sistolik

xiii
VMA : Vanillyl Mandelic Acid

WHO : World Health Organization

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Artikel-Artikel Review

Lampiran 2 : Buku Daftar Bimbingan Skripsi

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler masih menjadi

masalah kesehatan utama yang dihadapi oleh negara maju dan berkembang.

Penyakit ini menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia setiap tahun. Salah

satu penyakit kardiovaskular yang paling umum dan paling banyak ditemui di

masyarakat yaitu hipertensi (Kemenkes RI, 2019).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg jika

diukur dua kali setiap lima menit dalam keadaan istirahat/tenang. Tekanan

meningkat secara persisten dapat mengakibatkan komplikasi pada ginjal, jantung

dan otak (Kemenkes RI, 2019).

Menurut data dari World Health Organization (WHO, 2019),

menunjukkan pada tahun 2015 secara global sekitar 1,13 milyar orang di dunia

menderita hipertensi yang artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis penyakit

tersebut. Jumlah ini akan terus meningkat pada tahun 2025 hingga mencapai 1,5

milyar dan 10,44 juta orang diperkirakan meninggal akibat hipertensi dan

komplikasinya.

Hasil data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) memperkirakan

jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang dengan angka

kematian akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian. Hasil ini menunjukkan bahwa

1
STIKes Indramayu
2

prevalensi hipertensi mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan

hasil pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun mengalami peningkatan terlihat

dari tahun 2013 sebesar 25,8% hingga pada tahun 2018 sebesar 34,1% dengan

angka kejadian hipertensi tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan Jawa

Barat menduduki urutan kedua (39,6%) dan terendah di Papua sebesar (22,2%).

Berdasarkan data yang ada, kelompok umur yang paling banyak adalah diatas 55

tahun yaitu 55-64 (55,23%), kelompok umur 45-54 (45,32%), kelompok umur 35-

44 (31,32%), kelompok umur 25-34 (20,13%), dan kelompok umur 18-24

(13,22%).

Salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit hipertensi ini adalah

perubahan gaya hidup, modernisasi dan penerapan teknologi yang semakin

berkembang dapat mengubah gaya hidup seseorang menjadi lebih praktis (Susilo &

Wulandari, 2011). Gaya hidup merupakan faktor terpenting yang sangat

mempengaruhi kehidupan masyarakat. Pada umumnya, tanpa disadari masyarakat

cenderung mengubah pola makannya menjadi tidak sehat, kebiasaan merokok dan

kurang dalam beraktivitas. Melalui gaya hidup yang tidak baik tersebut dapat

menimbulkan berbagai penyakit seperti diabetes mellitus, tekanan darah tinggi,

penyakit jantung dan stroke (Puspitorini, 2009).

Perubahan pola makan tidak sehat yang menyebabkan hipertensi

diantaranya adalah makanan instan yang terkandung bahan pengawet, kadar garam

yang terlalu tinggi dalam makanan, dan konsumsi lemak berlebih (Susilo &

Wulandari, 2011). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Rihiantoro & Widodo,

STIKes Indramayu
3

(2018) didapatkan nilai signifikan (p) = < 0,05, artinya ada hubungan yang

bermakna antara gaya hidup dalam bentuk pola makan dengan kejadian hipertensi.

Hipertensi juga dirangsang oleh adanya nikotin yang terkandung dalam

rokok yang dihisap seseorang. Zat yang terkandung dalam rokok dapat

meningkatkan denyut jantung dan volume jantung yang mengakibatkan

penyempitan pembuluh darah. Asap rokok juga mengandung karbonmonoksida

(CO) yang dapat menurunkan kadar oksigen dalam darah, akibatnya mengganggu

pernapasan maka secara perlahan dapat merusak kerja jantung (Kus & Kusno,

2010). Sesuai dengan hasil dari penelitian Sriani et al., (2016) menunjukkan bahwa

ada hubungan antara gaya hidup dalam bentuk kebiasaan merokok dengan kejadian

hipertensi dengan nilai signifikan (p) = < 0,05.

Gaya hidup tidak sehat lainnya adalah kurangnya aktivitas fisik. Dengan

kesibukan sehari-hari setiap individu tidak punya waktu untuk berolahraga,

akibatnya tubuh menjadi kurang bergerak mengakibatkan memicu kenaikan kadar

kolesterol dan tekanan darah yang terus meningkat sehingga terjadi hipertensi

(Susilo & Wulandari, 2011). Hal ini juga sejalan dengan penelitian Rihiantoro &

Widodo, (2018) didapatkan nilai signifikan (p) = < 0,05, artinya ada hubungan yang

bermakna antara gaya hidup dalam bentuk aktivitas fisik dengan kejadian

hipertensi.

Berdasarkan latar belakang diatas dan diketahui sudah banyaknya yang

melakukan penelitian tentang hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi,

namun demikian belum ada kajian literature. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk

STIKes Indramayu
4

melakukan literature review dengan judul “Hubungan gaya hidup dengan kejadian

hipertensi”.

B. Rumusan Masalah

Hipertensi adalah tekanan darah yang melebihi batas normal dengan

tekanan meningkat secara persisten dapat mengakibatkan kerusakan pada ginjal,

jantung, dan otak. Angka kejadian penyakit hipertensi di Dunia, Indonesia dan Jawa

Barat menunjukkan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tingginya kejadian

hipertensi ini mungkin disebabkan oleh gaya hidup yang buruk.

Gaya hidup merupakan pola hidup seseorang sehari-hari dalam bentuk

kegiatan, minat dan pendapat yang bersangkutan. Modernisasi dapat mengubah

gaya hidup menjadi lebih praktis, termasuk soal makanan. Pada umumnya,

masyarakat cenderung memilih makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan

makan berlebih, kebiasaan merokok dan kurang aktivitas fisik akibatnya penyakit

hipertensi semakin banyak menyerang masyarakat.

Berdasarkan uraian diatas sudah banyak yang melakukan penelitian

tentang hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi namun belum ada yang

melakukan review dari hasil penelitian-penelitian tersebut. Oleh karena itu rumusan

masalahnya adalah belum diketahuinya hubungan gaya hidup dengan kejadian

hipertensi. Sehingga pertanyaan peneliti adalah “Apakah ada hubungan antara gaya

hidup dengan kejadian hipertensi?”

STIKes Indramayu
5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan gaya hidup

dengan kejadian hipertensi.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan pola makan dengan kejadian hipertensi

b. Untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian

hipertensi

c. Untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kejadian

hipertensi

D. Manfaat Penelitian

1. Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan wawasan

atau informasi tentang gaya hidup yang dapat menjadi faktor risiko penyebab

terjadinya hipertensi khususnya perawat dalam melakukan upaya promotif

kesehatan untuk mengurangi angka kejadian hipertensi.

2. Institusi Pendidikan

Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan menjadi

referensi dalam pembelajaran di dunia pendidikan khususnya keperawatan atau

sebagai bahan kajian tentang hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi.

STIKes Indramayu
6

3. Peneliti Lain

Hasil dari peneliti ini sebagai data dasar dan informasi untuk peneliti

selanjutnya yang akan melakukan kajian berkaitan dengan hubungan gaya hidup

dengan kejadian hipertensi.

E. Ruang Lingkup Masalah Penelitian

Penelitian ini menggunakan literature review. Literature yang digunakan

adalah artikel penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan desain penelitian survey

analitik, cross sectional. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan

gaya hidup dengan kejadian hipertensi. Penelitian ini disusun melalui pencarian

sumber artikel-artikel yang sudah dipublikasi dan dilakukan secara online. Artikel

diakses melalui portal lembaga pengindeks jurnal seperti, Google Scholar, Portal

Garuda, PubMed, DOAJ, dan Science Direct.

STIKes Indramayu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Gaya Hidup

1. Definisi

Menurut Kotler, (2002) dalam Proverawati & Rahmawati (2012), gaya

hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang di ekspresikan melalui aktivitas,

minat, dan opininya. Secara umum, ini dapat didefinisikan sebagai gaya hidup yang

dapat ditentukan oleh bagaimana seseorang menghabiskan waktu (aktivitas)

mereka, hal-hal yang menurut orang penting bagi lingkungan (minat), dan apa yang

orang pikirkan tentang diri sendiri di dunia sekitar (opini).

Suratno & Rismiati (2001) dalam Proverawati & Rahmawati (2012),

menjelaskan gaya hidup merupakan pola hidup seseorang sehari-hari dalam bentuk

kegiatan, minat dan pendapat yang bersangkutan. Gaya hidup mencerminkan

kepribadian individu yang berinteraksi dengan lingkungan.

Gaya hidup adalah suatu pola hidup seseorang dengan memperhatikan

faktor-faktor tertentu yang memengaruhi kesehatan di antaranya makanan dan

olahraga (Proverawati & Rahmawati, 2012). Jadi, gaya hidup adalah pola hidup

seseorang dalam kesehariannya dalam menjalankan kegiatan atau aktivitas, minat,

pendapat atau opininya yang bersifat sementara dan dapat berubah.

7
STIKes Indramayu
8

2. Jenis Gaya Hidup yang Berhubungan dengan Hipertensi

Gaya hidup memiliki pengaruh yang besar terhadap kondisi fisik dan

psikologis. Perubahan gaya hidup dan perilaku hidup sehat yang rendah, seperti

pola makan tidak sehat, kebiasaan merokok, dan kurangnya aktivitas fisik

merupakan penyebab hipertensi.

a. Pola makan

1) Definisi

Menurut Hanifah (2011), pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam

mengatur atau mengontrol jumlah dan jenis makanan dengan dengan maksud

tertentu untuk menjaga kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu

penyembuhan penyakit. Pola makan adalah mengatur makanan yang mengandung

kalori untuk kebutuhan nutrisi sesuai dengan keperluan individu (Susilo &

Wulandari, 2011).

Pola makan merupakan berbagai informasi yang memberikan tentang

gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari

oleh seseorang dan merupakan ciri khas suatu kelompok masyarakat tertentu

(Suparyanto, 2012).

Pola makan adalah mengatur makanan yang mengandung kalori untuk

kebutuhan nutrisi sesuai dengan keperluan individu (Susilo & Wulandari, 2011).

Jadi pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam mengatur jumlah dan jenis

makanan dengan dengan maksud tertentu untuk menjaga kesehatan, status nutrisi,

mencegah atau membantu penyembuhan penyakit.

STIKes Indramayu
9

2) Faktor yang mempengaruhi pola makan

Menurut Hanifah (2011), beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pola

makan antara diantaranya sebagai berikut:

a) Budaya

Budaya cukup menentukan jenis makanan yang sering dikonsumsi.

Demikian pula letak geografis mempengaruhi konsumsi makanan, contohnya

seperti orang orang asia dan orientalis mengkonsumsi nasi, orang italia

mengkonsumsi pasta, dan orang india mengkonsumsi kari (curry).

b) Agama/Kepercayaan

Agama/kepercayaan juga mempengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi.

Sebagai contoh, agama Islam mengharamkan daging babi. Agama Roma Katolik

melarang makan daging setiap hari, dan beberapa aliran agama (Protestan)

melarang pemeluknya mengkonsumsi teh, kopi dan alkohol.

c) Status sosial ekonomi

Statur sosial dan ekonomi mempengaruhi seseorang memilih jenis dan

kualitas makanan. Sebagai contoh orang kelas menengah kebawah atau orang

miskin tidak sanggup membeli makanan seperti daging, buah dan sayuran yang

mahal. Pendapatan akan membatasi seseorang untuk mengkonsumsi makanan yang

mahal harganya.

d) Personal preference

Hal-hal yang disukai dan tidak disukai berpengaruh terhadap kebiasaan

makan. Seseorang seringkali memulai kebiasaan makannya sejak masa kanak-

kanak hingga dewasa, misalnya ayah tidak suka makan ikan begitu pula dengan

STIKes Indramayu
10

anak laki-lakinya, kemudian ibu tidak suka makan kerang begitu pula dengan anak

perempuannya. Perasaan suka dan tidak suka seseorang terhadap makanan

tergantung asosiasinya terhadap makanan tersebut.

e) Rasa lapar, nafsu makan, dan rasa kenyang

Rasa lapar umumnya merupakan sensasi yang kurang menyenangkan

karena berhubungan dengan kekurangan makanan. Sebaliknya nafsu makan

merupakan sensasi yang menyenangkan berupa keinginan seseorang untuk makan.

Sedangkan rasa kenyang yaitu perasaan puas karena telah memenuhi keinginannya

untuk makan. Pusat pengaturan dan pengontrolan rasa lapar, nafsu makan, dan rasa

kenyang dilakukan oleh sistem saraf pusat, yaitu hipotalamus.

f) Kesehatan

Kesehatan seseorang berpengaruh besar terhadap kebiasaan makan.

Misalnya, sariawan atau sakit gigi seringkali membuat individu memilih makanan

yang lembut. Kemudian tidak jarang seseorang yang kesulitan menelan lebih

memilih untuk menahan lapar daripada makan.

3) Hubungan pola makan dengan hipertensi

a) Konsumsi garam

Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun (2013) dalam Maharani (2015),

sebanyak 26,2 persen penduduk Indonesia mengkonsumsi garam berlebih yang

mengandung natrium dan sodium. Garam dalam jumlah sedikit dibutuhkan untuk

mengatur kandungan air dalam tubuh. Jika dikonsumsi berlebih, maka garam dapat

menyebabkan penyakit hipertensi hingga terjadi stroke.

STIKes Indramayu
11

Menurut Black & Hawk (2014), sebagian besar penderita hipertensi yang

sensitif terhadap natrium menunjukkan setelah mengkonsumsi natrium mengalami

peningkatan tekanan darah. Oleh karena itu, pembatasan sedang konsumsi asupan

natrium 2 sampai 3 gram natrium dapat digunakan untuk menurunkan tekanan

darah. Batas konsumsi garam yang dianjurkan oleh Kemenkes RI, (2015) tidak

lebih dari 2000 mg natrium/sodium atau 5 gr setara dengan 1 sendok teh.

Rekomendasi menurut World Health Organization (WHO) agar orang dewasa

mengonsumsi kurang dari 5 gr (dibawah satu sendok teh) garam perhari.

Berikut makanan yang mengandung garam yaitu dalam 1 sendok makan

kecap terdapat ¼ sendok teh garam dan dalam 1 bungkus mie instan mengandung

sekitar ¾ sendok teh garam. Kandungan garam yang tinggi biasanya terdapat pada

makanan olahan karena kandungan garam didalamnya sangat tinggi seperti daging

olahan, mie instan, keju, dan makanan yang dikonsumsi dalam jumlah yang banyak

seperti kecap (Riset Kesehatan Dasar, 2013 dalam Maharani, 2015).

Tabel 2.1
Makanan yang mengandung natrium/garam (Mg/100gram)
Bahan makanan Mg

1 kaleng sayur 1300


1 ons daging olahan 614
Asinan atau acar 1872
Biskuit 800
Garam meja 6976
Kecap atau saus 1228
Keju 507
Mie instan 1500-2300
Sarden kaleng 300

Sereal 200
Telur asin 529
Sumber : Mita (2017), Muslinda (2017), Wahyuningsih (2015).
STIKes Indramayu
12

b) Konsumsi berlemak

Kolesterol selain berguna sebagai pembentuk membran sel dan

membentuk beberapa jenis hormon ternyata dapat mengganggu kesehatan bila

terlalu banyak terdapat dalam tubuh. Faktor makanan, keturunan, usia, berat badan

dan kurang olahraga dapat mempengaruhi jumlah kolesterol dalam darah (Kus &

Kusno, 2010).

Kadar lemak tinggi atau disebut kolesterol disebabkan karena makanan

cepat saji yang rendah akan serat dan tinggi lemak. Kolesterol yang tinggi dapat

ditentukan oleh makanan yang dikonsumsi, semakin banyak konsumsi makanan

yang berlemak, maka akan semakin besar kadar kolesterol. Dalam tubuh

kolesterol diangkut dalam dua bentuk yaitu Low Density Lipoprotein (LDL) atau

lipoprotein ringan dan High Density Lipoprotein (HDL) atau lipoprotein tinggi

(Kus & Kusno,2010).

HDL berfungsi sebagai alat penghisap yang dapat membawa kolesterol

dari sel lalu diedarkan ke hari. Sedangkan LDL dalam tubuh akan menjadi

timbunan kolesterol didalam dinding arteri. Timbunan ini disebut plaque, jika hal

ini terus terjadi maka plaque semakin menebal dan dapat memblokir aliran darah

sehingga ketika aliran darah terblokir dapat menyebabkan serangan jantung dan

stroke (Kus & Kusno, 2010).

Menurut Kemenkes RI (2015), menganjurkan konsumsi lemak sebanyak

67 gr setara dengan 5 sendok. Lemak sangat diperlukan dalam metabolisme tubuh

sebagai cadangan energi. Namun, ketika konsumsi lemak berlebih juga tidak

dianjurkan karena dapat meningkatkan penyakit jantung. Adapun makanan-

STIKes Indramayu
13

makanan yang mengandung kolesterol dari yang tinggi, sedang sampai dengan

rendah menurut Diva (2017), yaitu di bawah ini:

Tabel 2.2
Nilai lemak berbagai bahan makanan (mg/100 gram)

No. Kategori Jenis makanan dan jumlah


kolesterol mg per 100 gr
1 Makanan berkolesterol tinggi Otak sapi 3100, kuning telur (6 butir)
1086, minyak ikan 521, telur ayam
372, keju, 108, ikan bawal 120, ikan
belut 185, cemilan (mentega) 300,
cemilan (kuning telur) 300, mentega
cair 256, lobster 206, kepitig 127,
udang 125, lemak sapi/ kambing 130,
sosis sapi/ayam 150, kue kering 290,
cemilan (santen) 185.
2 Makanan berkolesterol sedang Minyak babi 95, susu kental manis 76,
daging sapi 72, ikan 70, daging babi
70, puding 51, es krim 47, susu
terapavorasi 29.
3 Makanan tanpa kolesterol Putih telur 0, tepung 0, susu sapi non
cream 0, susu sapi tanpa lemak 0.
Sumber : Diva (2017).

b. Kebiasaan merokok

1) Definisi

Rokok adalah hasil olahan tembakau yang digulung atau dilinting dengan

kertas baik dengan tangan maupun dengan mesin termasuk cerutu atau bentuk

lainnya (Kemenkes RI, 2018). Perilaku merokok adalah seseorang yang

mengkonsumsi rokok baik secara rutin maupun tidak rutin seperti hanya mencoba

STIKes Indramayu
14

dengan cara menghisap kemudian masuk kedalam paru-paru (Proverawati &

Rahmawati, 2012).

Menurut Husaini (2007), merokok merupakan membakar tembakau dan

daun tar, kemudian menghisap asap yang dihasilkannya. Asap ini membawa bahaya

dari sejumlah kandungan tembakau dan juga bahaya dari pembakaran yang

dihasilkannya.

Jadi, kebiasaan merokok adalah perilaku seseorang membakar olahan

tembakau yang digulung atau dilinting dengan kertas baik dalam bentuk lainnya

yang dikonsumsi baik secara rutin maupun tidak kemudian menghisap asap yang

dihasilkannya.

2) Bahan-bahan dalam rokok

Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Banten (2018), Setiap batang rokok

mengandung lebih dari 4000 zat kimia yang berbahaya bagi tubuh manusia. Empat

ratus di antaranya mungkin memiliki efek racun dan empat puluh dapat

menyebabkan kanker. Berikut beberapa contohnya yaitu nikotin, karbonmonoksida

(CO), tar, dan timah hitam (Pb).

Zat kimia yang terkandung dalam rokok tersebut memiliki efek atau

bahaya nya masing-masing. Misalnya nikotin menyebabkan adiksi atau ketagihan

dan dapat memacu hormon adrenalin sehingga menyebabkan denyut jantung

menjadi cepat. Selain itu ada karbonmonoksida (CO) dapat mengikat hemoglobin

dalam darah, jantung seorang perokok yang membutuhkan lebih banyak oksigen

justru mendapat lebih sedikit oksigen dan tar yang bersifat karsinogen yang lambat

STIKes Indramayu
15

laun jika dikonsumsi terus menerus menyebabkan kanker (Proverawati &

Rahmawati, 2012).

3) Hubungan kebiasaan merokok dengan hipertensi

Nikotin dan tar tembakau merupakan sejenis cairan kental yang

terkandung dalam rokok yang menjadi penyebab utama terjadinya kanker paru-paru

dan jantung. Apabila perokok menghisap asap rokoknya dalam-dalam maka tar

akan mengendap dalam bagian paru-paru dan masuk kedalam darah. Tar akan

menyebabkan perubahan pada selaput lendir atau permukaan sel paru-paru, lidah,

tenggorokan, dan bibir. Perubahan tersebut lambat laun pada sebagian orang akan

menjadi kanker (Kus & Kusno, 2010).

Nikotin juga dapat meningkatkan denyut jantung dan meninggikan volume

jantung setiap denyutan serta menyempitkan pembuluh darah. Kandungan nikotin

sangat berbahaya, beracun, dan membuat ketagihan bagi perokok. Segera mencapai

otak setelah orang menghisap rokok pertama. Kemudian dalam waktu 20-30 menit

nikotin tersebut dapat menjalar ke organ-organ tubuh lainnya (Kus & Kusno, 2010).

Selain mengandung nikotin dan tar, asap rokok juga mengandung gas

karbonmonoksida (CO), asam sianida (HCN), dan gas nitrogenoksida (NO2). Gas-

gas tersebut sangat membahayakan saluran pernapasan. Sel saluran pernapasan

dapat dirusak oleh asam sianida dan nitrogenoksida. Gas karbonmonoksida

menurunkan kadar oksigen dalam darah. Karena gas CO tidak langsung

mengganggu pernapasan maka secara perlahan-lahan dapat merusak kerja jantung

(Kus & Kusno, 2010).

STIKes Indramayu
16

Karbonmonoksida menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan

langsung persediaan oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO

menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan

mempercepat aterosklerosis (pengapuran/penebalan dinding pembuluh darah).

Dengan demikian CO menurunkan kapasitas latihan fisik, meningkatkan viskositas

darah, sehingga mempermudah penggumpalan darah (Proverawati & Rahmawati,

2012).

c. Aktivitas fisik

1) Definisi aktivitas fisik

Menurut WHO (2018), aktivitas fisik (physical activity) merupakan

gerakan tubuh yang dihasilkan otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi.

Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan

pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental,

dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar setiap hari.

(Proverawati & Rahmawati, 2012).

Aktivitas fisik merupakan setiap gerakan dari tubuh yang diakibatkan kerja

otot rangka dan meningkatkan pengeluaran tenaga serta energi. Aktivitas fisik

sebaiknya dilakukan 30 menit perhari (150 menit perminggu) dalam intensitas

sedang untuk mendapatkan manfaat kesehatan (Kemenkes RI, 2019).

Jadi, aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot yang

menyebabkan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang dianjurkan yaitu selama 30

menit perhari untuk mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar.

STIKes Indramayu
17

2) Jenis-jenis aktivitas fisik

Menurut Kemenkes RI (2018) Secara umum aktivitas fisik dibagi menjadi

tiga macam, yaitu aktivitas fisik sehari-hari, aktivitas fisik dengan latihan, dan juga

olahraga.

a) Aktivitas fisik harian

Jenis aktivitas pertama terdapat di dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan

rutin manajemen rumah dapat membantu membakar kalori seseorang. Misalnya,

mencuci pakaian, mengepel, berjalan kaki, membersihkan jendela, berkebun,

menyetrika, bermain dengan anak, dan lain-lain. Setiap aktivitas tersebut bisa

membakar 50-200 kalori.

b) Latihan fisik

Latihan fisik merupakan kegiatan yang dilakukan secara terstruktur dan

terencana, seperti jalan kaki, jogging, push up, stretching, aerobik, bersepeda, dan

lain-lain. Dilihat dari aktivitasnya, latihan fisik sering disatu kategorikan dengan

olahraga.

c) Olahraga

Olahraga diartikan sebagai jenis kegiatan fisik yang disusun dan

direncanakan dengan mengikuti aturan yang berlaku, tujuannya tidak hanya untuk

membuat tubuh lebih sehat, tetapi juga untuk mencapai prestasi. Ini termasuk sepak

bola, bulu tangkis, bola basket, renang, dan olahraga lainnya.

3) Manfaat aktivitas fisik

Menurut Proverawati & Rahmawati (2012), menyebutkan bahwa manfaat

aktivitas fisik sebagai berikut:

STIKes Indramayu
18

a) Meningkatkan kerja dan fungsi jantung, paru, dan pembuluh darah

b) Meningkatkan kekuatan otot dan kepadatan tulang

c) Meningkatkan kelenturan (fleksibilitas) pada tubuh sehingga dapat

mengurangi cedera

d) Meningkatkan metabolisme tubuh

e) Mengurangi risiko terjadinya berbagai penyakit seoerti : tekanan

darah tinggi, penyakit jantung koroner, kencing manis, dan infeksi

f) Meningkatkan sistem hormonal melalui peningkatan sensitifitas

hormon terhadap jaringan tubuh

g) Meningkatkan aktivitas sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit

melalui peningkatan pengaturan kekebalan tubuh. Penelitian kavanagh,

menyatakan latihan aerobik 3 kali seminggu selama 12 minggu dapat meningkatkan

pembuluh darah kolateral, meningkatkan HDL kolesterol, dan mengurangi

aterosklerosis.

4) Hubungan aktivitas fisik dengan hipertensi

Perkembangan era modern seperti sekarang banyak aktivitas yang

dilakukan dengan cara cepat dan praktis, individu cenderung mencari cara yang

sederhana sehingga tubuh manusia tidak banyak bergerak. Selain itu, individu

merasa tak punya waktu untuk berolahraga. Akibatnya, jumlah aktivitas menurun

dan olahraga juga menurun. Kondisi ini bisa menyebabkan terlalu banyak lemak

dalam darah dapat menyebabkan kolesterol mengendap di dinding pembuluh darah

dan mengakibatkan terjadinya penyempitan pembuluh darah yang menyebabkan

tekanan darah naik (Susilo & Wulandari, 2011).

STIKes Indramayu
19

World Health Organization (WHO) sangat menganjurkan untuk

meningkatkan aktivitas fisik. Peningkatan aktivitas fisik dapat berupa kegiatan

sehari-hari atau berolahraga secara teratur. Manfaat olahraga teratur telah terbukti

menurunkan tekanan darah dan mengurangi risiko stroke, serangan jantung, gagal

ginjal, gagal jantung, dan penyakit pembuluh darah lainnya. Selain itu olahraga

dinilai cukup murah dan efek sampingnya kecil bila dilakukan sesuai aturan

(Dalimartha, 2008).

Aktivitas fisik yang dianjurkan dilakukan secara teratur minimal 30 menit

setiap hari sehingga bisa menyehatkan jantung, paru-paru dan organ lainnya. Jika

lebih banyak waktu luang yang digunakan untuk beraktivitas fisik maka manfaat

yang diperoleh juga lebih banyak. Jika kegiatan ini dilakukan setiap hari secara

teratur maka dalam 3 bulan kedepan akan terasa hasilnya (Proverawati &

Rahmawati, 2012).

B. Konsep Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Menurut Black & Hawk (2014), hipertensi di definisikan sebagai

peningkatan darah berlangsung dalam jangka waktu yang lama (persisten) dimana

tekanan darah sistolik (TDS) 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik

(TDD) 90 mmhg atau lebih. Hipertensi merupakan kondisi tekanan darah sistolik

lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Hipertensi dapat

ditegakan apabila dilakukan pengukuran terpisah sebanyak tiga kali atau lebih.

(LeMone, Burke & Bauldoff, 2015).

STIKes Indramayu
20

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg jika

diukur dua kali setiap lima menit dalam keadaan istirahat/tenang. Tekanan

meningkat secara persisten dapat mengakibatkan komplikasi pada ginjal, jantung

dan otak (Kemenkes RI, 2019).

Jadi, hipertensi adalah kondisi tekanan darah meningkat secara persisten

dimana tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik

lebih dari 90 mmHg. Dikatakan hipertensi ketika sudah dilakukan pengukuran dua

kali atau lebih. Tekanan darah yang persisten ini dapat menyebabkan kerusakan

pada ginjal, jantung, dan otak.

2. Klasifikasi Hipertensi

a. Klasifikasi berdasarkan etiologi

Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu yang pertama

adalah hipertensi primer atau sering disebut juga hipertensi esensial yang

diperkirakan 90% orang menderita hipertensi primer. Pada penderita hipertensi

primer biasanya tidak mengenali tanda gejalanya dan sulit juga untuk diidentifikasi

keberadaannya, beberapa faktor yang menunjang terjadinya tekanan darah tinggi

primer seperti usia, jenis kelamin, ras atau suku. Kedua adalah hipertensi sekunder,

pada jenis ini dapat diidentifikasi yaitu hanya sekitar 5%-10% dari kasus hipertensi

yang diidentifikasi. Hipertensi sekunder merupakan kenaikan tekanan darah yang

dapat diidentifikasi terjadi karena proses dasar, ataupun komplikasi dari penyakit

lain seperti kerusakaan organ tubuh, gagal ginjal, diabetes melitus, kelenjar tiroid

dan proses dari gaya hidup kurang baik (LeMone, Burke & Bauldoff, 2015).

STIKes Indramayu
21

b. Klasifikasi berdasarkan kategori Hipertensi

Tabel 2.3
Kategori Hipertensi

Kategori Tekanan Tekanan Diastolik


Sistolik (mmHg) (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal 120-129 80-84
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi derajat I 140-159 90-99
Hipertensi derajat II 160-179 100-109
Hipertensi derajat III ≥ 180 ≥110
Hipertensi sistolik ≥ 190 <90
terisolasi
Sumber : ESC & ESH, 2013

3. Etiologi Hipertensi

Menurut Black & Hawk (2014), disebabkan oleh banyak faktor, dengan

penyebab yang tidak dapat diidentifikasi, tetapi beberapa umumnya terlibat dengan

homeostatik. Karena resistensi arteri perifer terus meningkat, tekanan darah tetap

tinggi dan terus meningkat dari waktu ke waktu. Peningkatan resistensi arteri yang

berkelanjutan disebabkan oleh retensi garam dan air yang tidak tepat oleh ginjal

atau dinding pembuluh darah yang abnormal. Tingkat keparahan penyakit

berhubungan langsung dengan jumlah dan ukuran faktor risiko, lamanya faktor

risiko dan keberadaan keadaan penyakit yang menyertainya.

4. Patofisiologi Hipertensi

Menurut Brunner & Suddarth, 2005 dalam Wijaya & Putri (2013),

patofisiologi hipertensi masih penuh ketidakpastian. Sekitar 2-5% memiliki

penyakit ginjal atau adrenal yang menyebabkan tekanan darah meningkat. Namun,

belum ada penyebab tunggal yang dapat diidentifikasi dan kondisi inilah yang

disebut sebagai hipertensi esensial. Sejumlah mekanisme fisiologis terlibat dalam


STIKes Indramayu
22

pengaturan tekanan darah normal yang kemudian turut berperan dalam terjadinya

hipertensi esensial.

Beberapa faktor yang saling terkait juga dapat menyebabkan peningkatan

tekanan darah pada pasien hipertensi, dan pengaruhnya bervariasi pada setiap

individu. Di antara faktor yang dipelajari secara mendalam adalah asupan garam,

obesitas dan resistensi insulin, sistem renin-angiotensin, dan sistem saraf simpatis.

Dalam beberapa tahun terakhir, faktor lain juga telah dievaluasi termasuk genetik,

disfungsi endotel (yang tampak pada perubahan endotelin dan nitrat oksida).

Mekanisme yang mengendalikan baik kontriksi maupun relaksasi

pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat

vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, kemudian berlanjut ke bawah korda

spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis menuju ganglia simpatis di toraks

dan abdomen. Stimulasi saraf pusat vasomotor dikirim dalam bentuk denyut nadi

yang mengalir melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron

preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf paska

ganglion ke pembuluh darah, dimana ketika dilepaskannya norepinefrin

mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti rasa cemas dan

takut mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor.

Individu yang menderita hipertensi sangat sensitif terhadap nor epinefrin, mesikpun

tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah pada saat yang

bersamaan sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal ikut terangsang yang

berakibat pada tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi

STIKes Indramayu
23

epinefrin sehingga menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mengeluarkan

kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriksi

pembuluh darah. Vasokonstriksi menyebabkan penurunan aliran darah ginjal yang

menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I

setelah itu diubah menjadi angiotensin II yang merupakan vasokonstriktor kuat

pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron di korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air di tubulus ginjal sehingga menyebabkan

peningkatan volume intravaskular. Semua faktor tersebut sebagai pencetus keadaan

hipertensi.

Perubahan struktur dan fungsi sistem pembuluh darah perifer menjadi

penyebab perubahan tekanan darah pada lansia. Perubahan ini termasuk

aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan relaksasi otot

polos pembuluh darah, yang pada gilirannya mengurangi kemampuan pembuluh

darah untuk mengembang dan meregang. Akibatnya kemampuan aorta dan arteri

besar untuk beradaptasi dengan jumlah darah yang dipompa oleh jantung atau

volume sekuncup menurun sehingga terjadi penurunan curah jantung dan

peningkatan resistensi perifer.

5. Faktor Risiko Hipertensi

Faktor risiko hipertensi adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan

peningkatan terjadinya hipertensi. Faktor risiko hipertensi tersebut dibagi menjadi

dua yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah dan dapat diubah (Black & Hawk,

2014).

STIKes Indramayu
24

a. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Diubah

Menurut Black & Hawk (2014) ada beberapa faktor risiko yang tidak dapat

diubah diantaranya yaitu:

1) Riwayat keluarga

Hipertensi dianggap poligenik dan multifaktorial yaitu pada seseorang

dengan riwayat hipertensi keluarga, beberapa gen mungkin berinteraksi dengan

yang lainnya dan juga lingkungan yang dapat menyebabkan tekanan darah

meningkat seiring waktu. Kecenderungan genetis yang membuat keluarga tertentu

lebih rentan terhadap hipertensi mungkin berhubungan dengan peningkatan kadar

natrium intraselular dan penurunan rasio kalsium-natrium, yang lebih sering

ditemukan pada orang kulit hitam. klien dengan orang tua yang memiliki hipertensi

berada pada resiko hipertensi yang lebih tinggi pada usia muda muda.

2) Usia

Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun. Peristiwa

hipertensi meningkat dengan usia 50-60% klien berumur lebih dari 60 tahun

memiliki tekanan lebih dari 140/90 mmHg. Pembacaan TDS lebih baik daripada

TDD karena merupakan prediktor yang lebih baik untuk kemungkinan kejadian di

masa depan seperti penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung, dan penyakit

ginjal.

3) Jenis Kelamin

Secara keseluruhan, tekanan darah tinggi lebih sering terjadi pada pria

dibandingkan wanita sampai usia sekitar 55 tahun. Pada usia 55 sampai 74, risiko

pria dan wanita hampir sama, dan setelah usia 74 risiko wanita lebih tinggi.

STIKes Indramayu
25

4) Ras

Statistik mortalitas menunjukan seseorang dengan berkulit hitam lebih

rentan terkena hipertensi dibandingkan dengan seseorang yang berkulit putih.

Alasan peningkatan prevalensi hipertensi orang berkulit hitam masih belum jelas,

tetapi peningkatan tersebut dikaitkan dengan kadar renin yang lebih rendah,

sensitivitas yang lebih besar terhadap vasopresin, tingginya asupan garam, dan

tingginya stress lingkungan.

b. Faktor Risiko yang Dapat Diubah

Menurut Black & Hawk (2014), faktor risiko yang dapat diubah yaitu gaya

hidup. Adapun gaya hidup yang dapat dimodifikasi diantaranya:

1) Nutrisi

Konsumsi natrium mungkin merupakan faktor penting dalam

perkembangan hipertensi esensial. Setidaknya 40% yang akhirnya menderita

hipertensi sensitif terhadap garam. Garam yang berlebihan bisa jadi penyebab

hipertensi pada tiap individu. Diet tinggi garam dapat menyebabkan pelepasan

hormon natriuretik yang berlebihan, yang secara tidak langsung meningkatkan

tekanan darah. Muatan natrium juga merangsang mekanisme vasopresor sistem

saraf pusat (SSP). Penelitian juga menunjukkan bahwa diet rendah kalsium, kalium,

dan magnesium berkontribusi dalam pengembangan hipertensi.

2) Stress

Stress meningkatkan resistensi vaskular perifer dan curah jantung serta

menstimulasi aktivitas sistem saraf simpatis. Stressor bisa dari banyak hal, mulai

dari suara, infeksi, peradangan, nyeri, berkurangnya suplai oksigen, panas, dingin,

STIKes Indramayu
26

trauma, pengerahan tenaga berkepanjangan, respons pada peristiwa kehidupan,

obesitas, usia tua, obat-obatan, penyakit, pembedahan dapat memicu repons stress.

Rangsangan berbahaya ini dianggap ancaman, jika respon stress menjadi berlebihan

atau berkepanjangan maka akan menyebabkan disfungsi organ sasaran atau

penyakit akan dihasilkan.

3) Obesitas

Peningkatan lemak di sekitar diafragma, pinggang, dan perut, dikaitkan

dengan pengembangan hipertensi. Kombinasi obesitas dan faktor lain dapat

ditandai dengan sindrom metabolik yang juga meningkatkan risiko hipertensi.

4) Penyalahgunaan obat-obatan

Merokok, minum alkohol berat dan beberapa penggunaan obat-obatan

terlarang merupakan faktor risiko hipertensi. Pada dosis tertentu nikotin dan obat-

obatan seperti rokok dan kokain dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah

secara langsung. Namun seiring berjalannya waktu, kebiasaan mengonsumsi zat ini

menyebabkan peningkatan kejadian hipertensi.

6. Manifestasi Klinis Hipertensi

Menurut Black & Hawk (2014), pada tahap awal perkembangan hipertensi

tidak adanya gejala apapun. Klien tidak akan menyadari bahwa tekanan darahnya

meningkat kemudian manifestasi klinis akan terlihat jelas dan klien akan berobat

ke rumah sakit dengan mengeluh sakit kepala terus menerus, kelelahan, pusing,

jantung berdebar, sesak napas, pandangan kabur atau penglihatan ganda dan

mimisan.

STIKes Indramayu
27

Wijaya & Putri (2013), menyebutkan tanda dan gejala klinis yang timbul:

a. Nyeri kepala sangat terjaga, kadang-kadang sering disertai mual dan

muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial.

b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.

c. Ayunan dan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan

saraf pusat.

d. Nokturia karena aliran darah ginjal mengalami peningkatan dan

filtrasi glomerulus.

e. Edema dependen atau pembengkakan akibat peningkatan tekanan

kapiler.

7. Komplikasi Hipertensi

Hipertensi menetap mempengaruhi sistem kardiovaskular, saraf, dan

ginjal. Peningkatan laju aterosklerosis, meningkatkan risiko terkena penyakit

jantung koroner dan stroke. Peningkatan beban kerja ventrikel kiri menyebabkan

hipertrofi ventrikel, yang kemudian meningkatkan risiko penyakit jantung koroner,

disritmia, dan gagal jantung. Percepatan aterosklerosis yang terkait dengan

hipertensi meningkatkan risiko infark serebral (stroke), peningkatan tekanan pada

pembuluh serebral dapat menyebabkan perkembangan mikroaneurisma dan

peningkatan tekanan risiko hemoragi serebral. Ensefalopati hipertensi, suatu

sindrom yang ditandai dengan tekanan yang sangat tinggi; perubahan tingkat

kesadaran, peningkatan tekanan intrakranial, papiledema, dan kejang yang dapat

berkembang, etiologinya belum jelas (LeMone, M.Burke & Bauldoff , 2015)

STIKes Indramayu
28

Menurut Wijaya & Putri (2013), jika tekanan darah tinggi tidak ditangani

dan dikendalikan, maka dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri

di dalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut.

Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-organ berikut ini:

a. Jantung

Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan gagal jantung dan penyakit

jantung koroner. Pada penderita hipertensi beban kerja jantung akan meningkat,

otot jantung akan mengendur dan elastisitasnya menurun yang disebut

dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak bisa lagi memompa sehingga banyak

cairan tetap berada di paru-paru atau jaringan tubuh lainnya, yang bisa

menyebabkan sesak napas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal jantung.

b. Otak

Komplikasi hipertensi pada otak, meningkatkan risiko stroke. Jika tidak

ditangani, risiko stroke akan meningkat 7 kali lipat.

c. Ginjal

Tekanan darah tinggi juga dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Tekanan

darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada sistem filtrasi ginjal. Secara

bertahap, ginjal tidak dapat mengeluarkan zat yang tidak diinginkan dari dalam

tubuh. Zat tersebut masuk ke dalam tubuh melalui darah dan menumpuk di dalam

tubuh.

d. Mata

Pada mata hipertensi dapat menyebabkan retinopati hipertensi dan

kebutaan.

STIKes Indramayu
29

8. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi

Menurut LeMone, Burke, & Bauldoff (2016) pemeriksaan penunjang pada

penderita hipertensi diantaranya yaitu :

a. Pemeriksaan fungsi ginjal dan urinalis

Peningkatan pada kreatinin serum dan BUN (Blood Urea Nitrogen),

penurunan pada kliens, air kencing yang mengandung darah, protein dalam urin,

dan adanya endapan seringkali menyebabkan gangguan ginjal

b. Kadar kalium serum biasanya turun pada keadaan

hiperaldosteronisme

c. Pemeriksaan kimia darah yang mencakup elektrolit serum, glukosa,

dan studi lemak, dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan pada sistem endokrin

atau kardiovaskuler

d. Pemeriksaan pielografi intravena (IVP), ultrasonografi (USG) pada

ginjal, arteriografi ginjal, dan pemeriksaan CT-Scan serta MRI dapat dilakukan.

e. Pemeriksaan elktrokardiogram (EKG)

f. Pemeriksaan kadar gula darah dalam tubuh

g. Hematokrit

h. Kolestrol, lemak protein, HDL, LDL, dan trigliserida

i. Pemeriksaan kalium, kreatinin, dan kalsium serum

Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah cukup ekskresi albumin

dalam urin.

STIKes Indramayu
30

9. Penatalaksanaan Hipertensi

a. Penatalaksanaan Farmakologi :

Menurut Muttaqin (2014) obat-obatan antihipertensi dapat dipakai sebagai

obat tunggal atau dicampur dengan obat lain. Adapun sebagai berikut:

1) Diuretik

Hidroklorotiazid adalah diuretik yang paling sering diresepkan untuk

mengobati hipertensi ringan. Obat antihipertensi ini dapat menyebabkan retensi

cairan oleh karena itu diuretik diberi bersama antihipertensi.

2) Simpatolitik

Penghambat adrenergik alfa, dan penghambat neuron adrenergik

diklasifikasikan sebagai penekan simpatetik atau simpatolitik.

3) Penghambat Adrenergik-Alfa

Golongan obat ini dapat memblok reseptor adrenergik alfa, menyebabkan

vasodilatasi dan penurunann tekanan darah. Penghambat beta juga menurunkan

lipoprotein berdensitas sangat rendah atau very low-density lipoprotein (VLDL) dan

lipoprotein berdensitas rendah atau low-density lipoprotein (LDL) yang

bertanggung jawab dalam penimbunan lemak di arteri (arterosklerosis).

4) Penghambat Neuron Adrenergik (Simpatolitik yang Bekerja Perifer)

Penghambat neuron adrenergik merupakan obat antihipertensi yang kuat

dan dapat menghambat norepinefrin dari ujung saraf simpatis, sehingga pelepasan

norepinefrin menjadi berkurang dan ini menyebabkan curah jantung maupun

tahanan vaskular perifer menurun. Reserpin dan guanetidin dipakai untuk

mengendalikan hipertensi berat.

STIKes Indramayu
31

5) Vasodilator yang Bekerja Langsung

Vasodilator yang bekerja langsung adalah obat tahap III yang bekerja

dengan merelaksasikan otot polos pembuluh darah, trauma arteri, sehingga

menyebabkan vasodilatasi. Dengan terjadinya vasodilatasi, tekanan darah akan

turun dan natrium serta air tertahan sehingga terjadi edema perifer. Diuretik dapat

diberikan bersamaan dengan vasodilator yang bekerja langsung untuk mengurangi

edema. Refleks takikardi disebabkan oleh vasodilatasi dari menurunnya tekanan

darah.

6) Antagonis Angiotensin (ACE Inhibitor)

Obat dalam golongan ini menghambat enzim pengubah angiotensin

(ACE), yang menghambat pembentukan angiotensin II (vasokontriktor) dan

menghambat pelepasan aldosteron yang akan meningkatkan retensi natrium dan

eskresi kalium. Ketika aldosteron dihambat, natrium dieksresikan bersama dengan

air. Kaptropil enalapril dan lisinopril termasuk antagonis angiotensin.

b. Penatalaksanaan Non-Farmakologi

Menurut Black & Hawk (2014) penatalaksanaan hipertensi dengan

nonfarmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup untuk

menurunkan tekanan darah diantaranya:

1) Pengurangan berat badan

Kelebihan berat badan lebih dengan Body Mass Indeks (BMI) lebih dari

27 serta lingkar pinggang lebih dari 89 cm untuk wanita dan 101,6 lebih untuk pria

dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi. Pengurangan berat badan

STIKes Indramayu
32

sediktnya 10% dari berat ideal atau 4,5 kg dapat menurunkan tekanan darah sampai

10 mmHg.

2) Pembatasan natrium

Penderita hipertensi menunjukkan setelah mengonsumsi natrium

mengalami peningkatan tekanan darah. Oleh karena itu pembatasan sedang

terhadap asupan natrium 2-3 gram natrium dapat digunakan untuk mengurangi

teknan darah. Selain itu pengurangan natrium dapat menurunkan deplesi kalsium

yang sering mengiringi terapi diuretik.

3) Modifikasi diet lemak

Modifikasi asupan lemak dengan menurunkan fraksi lemak jenuh dan

meningkatkan lemak tak jenuh dapat berpengaruh sedikit terhadap penurunan

tekanan darah dan dapat berpengaruh terhadap penurunan kadar kolesterol secara

signifikan.

4) Olahraga

Program olahraga aerobik teratur yang adekuat untuk mencapai paling

tidak kadar cukup kebugaran fisik memfasilitasi pengondisian kardiovaskular dan

dapat membantu penderita hipertensi dengan obesitas dalam mengurangi berat

badan dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular. Tekanan darah dapat

dikurangi dengan intensitas aktivitas fisik yang cukup serendah 40-60% dari

konsumsi oksigen seperti jalan cepat sekitar 2-5 mph selama 30-45 menit hampir

setiap hari dalam seminggu.

STIKes Indramayu
33

5) Pembatasan alkohol

Prevalensi hipertensi yang lebih tinggi karena buruknya kepatuhan pada

terapi antihipertensi serta sesekali terjadi hipertensi refraktori berhubungan dengan

pengonsumsian alkohol lebih dari 1 ons perhari. Kaji asupan alkohol perhari untuk

melakukannya dalam jumlah sedang 1 ons etanol perhari untuk pria dan 0,5 ons

untuk wanita.

6) Pembatasan kafein

Konsumsi kafein sedang kronis tidak terlalu memiliki efek signifikan

terhadap tekanan darah. Oleh karena itu pembatasan kafein tidak terlalu penting

kecuali mempunyai respons jantung yang hipersensitif terhadap kafein.

7) Terapi relaksasi

Terapi relaksasi seperti meditasi transendental, yoga, biofeedback,

relaksasi otot progresif, dan psikoterapi, dapat mengurangi tekanan darah pada

klien hipertensi untuk sementara. Tetapi tidak ada yang terbukti meyakinkan baik

praktis untuk sebagian besar klien hipertensi atau efektif dalam mempertahankan

pengaruh jangka panjang yang signifikan.

8) Menghentikan kebiasaan merokok

Nikotin dapat meningkatkan denyut jantung dan memproduksi

vasokontriksi perifer yang memang meningkatkan tekanan darah arteri dalam

jangka waktu yang pendek selama dan setelah merokok. Penghentian kebiasaan

merokok sangat dianjurkan untuk mengurangi risiko klien terhadap kanker,

penyakit paru-paru, dan penyakit kardiovaskular.

STIKes Indramayu
34

C. Kerangka Teori

Angka kejadian hipertensi setiap tahun mengalami peningkatan yang

cukup signifikan. Penderita hipertensi primer (Esensial) banyak dialami oleh semua

kalangan. Peningkatan tekanan darah tersebut disebabkan oleh faktor risiko. Faktor

risiko tersebut dibedakan menjadi dua yaitu faktor yang dapat diubah dan faktor

yang tidak dapat diubah. Faktor risiko yang dapat diubah yaitu nutrisi, stress,

obesitas dan penyalahgunaan zat. Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat diubah

yaitu seperti riwayat keluarga, usia, jenis kelamin dan ras.

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk mencegah kenaikan angka

kejadian hipertensi yaitu dengan farmakologis ataupun nonfarmakologis.

Penatalaksanaan farmakologis yaitu dengan diuretik, penghambat simpatetik,

vasodilator arteriol yang bekerja langsung, antagonis angiotensin (ACE inhibitor),

penghambat saluran kalsium (blocker calcium antagonis). Sedangkan

penatalaksanaan nonfarmakologis dengan pengurangan berat badan, pembatasan

natrium, modifikasi diet lemak, olahraga, pembatasan alkohol, pembatasan kafein,

teknik relaksasi, dan menghentikan kebiasaan merokok.

Berikut adalah gambaran hubungan teori dalam penulisan ini, yang dapat

di lihat pada gambar 2.1:

STIKes Indramayu
35

Faktor Risiko Hipertensi Primer

Faktor yang Dapat Diubah Faktor yang Tidak Dapat Diubah

Gaya Hidup :
1. Nutrisi 1. Riwayat keluarga
2. Stress 2. Usia
3. Obesitas 3. Jenis kelamin dan
4. Penyalahgunaan zat 4. Ras
5. Kebiasaan merokok dan
6. Kurang aktivitas fisik

Hipertensi

Penatalaksanaan Farmakologis Penatalaksanaan Nonfarmakologis

1. Diuretik 1. Pengurangan berat badan


2. Penghambat simpatetik 2. Pembatasan natrium,
3. Vasodilator arteriol yang bekerja 3. Modifikasi diet lemak
langsung 4. Olahraga
4. Antagonis angiotensin (Ace 5. Pembatasan alkohol
Inhibitor) 6. Pembatasan kafein
5. Penghambat saluran kalsium 7. Teknik relaksasi
(Blocker Calcium Antagonis) 8. Menghentikan kebiasaan
merokok

Gambar 2.1
Kerangka teori

Sumber : Black, J. M., & Jane, H., H. (2014). Kus & Kusno. (2010). Muttaqin, A.
(2014). Proverawati & Rahmawati. (2012).

STIKes Indramayu
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi mengenai

hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya atau antara

variabel satu dengan variabel yang lain yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2012).

Kerangka konsep pada penelitian ini terdapat dua komponen, yaitu variabel

independen dan variabel dependen. Menurut Nursalam (2017), variabel

independen adalah variabel yang memengaruhi atau nilainya menentukan variabel

lain, sedangkan variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi dan nilainya

ditentukan oleh variabel lain.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Gaya hidup. Sedangkan

variabel dependen pada penelitian ini adalah kejadian hipertensi. Secara sistematis

kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gaya Hidup:
1. Pola Makan
2. Kebiasaan Merokok Kejadian Hipertensi
3. Aktivitas Fisik

Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian

36
STIKes Indramayu
37

B. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah batasan ruang lingkup atau pengertian dari

variabel yang akan diteliti. Definisi operasional bermanfaat untuk mengarahkan

kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel yang bersangkutan

(Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu gaya hidup

dalam bentuk pola makan, kebiasaan merokok, aktivitas fisik dan kejadian

hipertensi. Definisi operasional pada penelitian ini dijelaskan pada tabel dibawah

ini :

Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Operasional


Independen
Gaya Hidup Pola hidup seseorang yang di ekspresikan melalui
pola makan, kebiasaan merokok dan/atau aktivitas
fisik sehari-hari
Sub Variabel
Pola Makan Mengkonsumsi makanan sehari-hari dalam bentuk
nutrisi
Kebiasaan Merokok Perilaku merokok yang dilakukan sehari-hari.
Aktivitas Fisik Kegiatan sehari-hari yang melibatkan alat
gerak/pergerakan
Dependen
Kejadian Hipertensi Suatu kejadian dimana seseorang didiagnosa
menderita hipertensi dengan tekanan darah 140/90
mmHg atau lebih.

STIKes Indramayu
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah literature review. Menurut

Siregar dan Harahap (2019), menjelaskan literature review adalah suatu cara untuk

mencari, menemukan artikel atau sumber lain yang relavan pada suatu isu tertentu,

lalu dilakukan tindakan menganalisis, mensintesis, meringkas, membandingkan

berbagai hasil penelitian untuk mendapatkan gambaran yang berkaitan dengan apa

yang sudah pernah dikerjakan orang lain sebelumnya. Jenis metode literature

review pada penelitian ini adalah systematic literature review. Systematic literature

review adalah rangkuman dari berbagai penelitian yang telah melalui proses

pencarian, seleksi, penilaian, dan sintesis untuk menjawab satu pertanyaan spesifik

(Bettany-Saltikov, 2012 dalam Barbara, 2020).

B. Sumber Artikel

Proses pelaksanaan penelitian yaitu dengan mengumpulkan artikel-artikel

penelitian menggunakan berbagai search engine untuk menelusuri artikel-artikel

penelitian terkait hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi. Sumber artikel-

artikel penelitian berasal dari Google Scholar, Portal Garuda, PubMed, DOAJ dan

Science Direct. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian artikel-artikel

penelitian ini yaitu “Gaya Hidup”, “Pola Makan”, “Kebiasaan Merokok”,

38
STIKes Indramayu
39

“Aktivitas Fisik”, “Hipertensi” “Lifestyle”, “Dietary Pattern”, “Smoking”,

“Physical Activity” “Hypertension”.

C. Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi

Penelitian ini dibatasi dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

Adapun kriteria tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1
Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi

Kriteria Inklusi
Tema Isi Jurnal Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi
Jangka Waktu Rentang waktu penerbitan jurnal maksimal 10 tahun (2011-2021)
Bahasa Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Jenis Jurnal Original artikel penelitian dalam bentuk full text
Metode Kuantitatif Survey Analitik, Cross Sectional
Kriteria Eksklusi
Sampel Sampel kurang dari 30 responden

D. Waktu Pelaksanaan Kegiatan

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April-Juni tahun 2021. Adapun

rincian kegiatannya sebagai berikut:

Tabel 4.2
Waktu pelaksanaan kegiatan Literatur Review

No Kegiatan Maret April Mei Juni


I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1. Membuat
proposal
literature review
2. Seminar proposal
literature review

STIKes Indramayu
40

No Kegiatan Maret April Mei Juni


I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
3. Mencari artikel
sesuai dengan
variabel
4. Mengolah dan
menganalisis 11
jurnal terpilih
5. Membuat laporan
hasil literature
review
6. Seminar hasil
literature review

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

1. Penelusuran Artikel

Penelusuran dilakukan di berbagai search engine seperti, Google Scholar,

Portal Garuda, PubMed, DOAJ, dan Science Direct. Penelusuran artikel

menggunakan beberapa kata kunci yaitu “Gaya Hidup”, “Pola Makan”, “Kebiasaan

Merokok”, “Aktivitas Fisik”, “Hipertensi” “Lifestyle”, “Dietary Pattern”,

“Smoking”, “Physical Activity” “Hypertension”. Kemudian artikel yang

ditemukan dilakukan screening sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi

sampai dengan tersisa artikel-artikel yang memenuhi kriteria kelayakan untuk

dianalisa lebih lanjut.

2. Prosedur Pencarian dan Seleksi Artikel

Prosedur pencarian dan seleksi artikel pada penelitian ini berdasarkan

Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-analyses (PRISMA).

Website www.prisma-statement.org menjelaskan PRISMA adalah serangkaian

item minimum berbasis bukti untuk pelaporan dalam tinjauan sistematis dan meta-

analisis yang berfokus pada cara-cara dimana penulis dapat memastikan pelaporan

STIKes Indramayu
41

yang transparan dan lengkap dari jenis penelitian ini.. PRISMA terdiri dari 4 tahap

diagram alir yang menjelaskan dari proses identification, screening, eligibility, dan

included.

Tahap pertama adalah identification yaitu dengan melakukan pencarian

artikel menggunakan databased seperti, Google Scholar, Portal Garuda, PubMed,

DOAJ, dan Science Direct dengan cara memasukan keywords yang sudah

ditentukan. Hasil artikel secara keseluruhan pada tahap pencarian ditemukan

sebanyak 2.910 artikel. Hasil pencarian yang ditemukan pada Google Scholar

sebanyak 561 artikel, Portal Garuda sebanyak 24 artikel, PubMed sebanyak 21

artikel, DOAJ sebanyak 9 artikel, dan Science Direct sebanyak 2.295 artikel terkait.

Tahap kedua adalah screening pada tahap ini sebelum dilakukan screening

peneliti membatasi artikel dengan kriteria inklusi rentang tahun 2011-2021, artikel

yang digunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris sehingga jumlah artikel yang

tersisa sebanyak 740 artikel. Hasil pencarian yang ditemukan pada Google Scholar

sebanyak 532 artikel, Portal Garuda sebanyak 24 artikel, PubMed sebanyak 14

artikel, DOAJ sebanyak 7 artikel, dan Science Direct sebanyak 163 artikel.

Kemudian, artikel ganda atau duplikat dihilangkan sebanyak 20 artikel sehingga

tersisa 720 artikel. Setelah itu, 720 artikel dilakukan screening berdasarkan judul

dan abstrak, sebanyak 650 artikel dikeluarkan karena 626 artikel tidak sesuai

variabel yang diteliti, 5 artikel dalam bentuk skripsi dan 19 artikel penelitian hanya

bertujuan menggambarkan. Sehingga tersisa sebanyak 70 artikel fulltext pada

Google Scholar 60 artikel, Portal Garuda 2 artikel, PubMed 1 artikel, DOAJ 5

artikel, dan Science Direct 2 artikel.

STIKes Indramayu
42

Selanjutnya, tahap ketiga adalah eligibility yaitu menilai kelayakan artikel.

Dari 70 artikel fulltext, sebanyak 59 artikel dikeluarkan karena sebanyak 54 artikel

hasil penelitiannya tidak mendukung untuk dibahas pada penelitian ini, dan 5 artikel

tidak menggunakan desain cross sectional, Sehingga, pada tahap keempat yaitu

included didapatkan 11 artikel terkait yang dilakukan review. Ringkasan penjelasan

diatas dapat dilihat pada diagram alir PRISMA berikut :


Identification

Pencarian artikel sesuai kata kunci


Databased: Google Scholar, Portal Garuda, Pubmed, DOAJ, dan Science Direct
Hasil Pencarian artikel terkait: 2.910 artikel
*Google Schoolar (n = 561), Portal Garuda (n = 24), PubMed (n = 21), DOAJ (n = 9), dan Science
Direct (n= 2.295).

Batasan Pencarian: Batasan tahun 2011-2021, berbahasa Indonesia dan Inggris


Hasil Pencarian: n = 740
*Google Schoolar (n = 532), Portal Garuda (n = 24), PubMed (n = 14), DOAJ (n = 7), dan Science
Direct (n= 163)
Screening

Jumlah artikel ganda atau duplikat


dihilangkan (n = 20)
Artikel dikeluarkan (n = 650)
*Variabel tidak relavan (n = 626),
Artikel dalam bentuk skripsi (n = 5)
Artikel disaring berdasarkan judul dan Penelitian bertujuan hanya menggambarkan (n =
abstrak (n = 720) 19).

Artikel fulltext dinilai untuk kelayakannya Artikel fulltext dikeluarkan (n = 59)


Eligibilit

(n = 70) dengan alasan


* Hasil penelitian tidak mendukung untuk
y

*Google Schoolar (n = 60), Portal


Garuda (n = 2), PubMed (n = 1), DOAJ dibahas (n = 54)
(n = 5), dan Science Direct (n= 2). Artikel tidak menggunakan desain cross
sectional (n = 5)
Included

Artikel yang dianalisis


(n = 11)

Gambar 4.1
Diagram Alir PRISMA
Moher, Liberati, Tetzlaff & Altman (2009)

STIKes Indramayu
43

3. Analisis dan Sintesis Data

Setelah melewati tahap seleksi, artikel-artikel penelitian dilakukan analisis

dan sintesis menggunakan metode naratif dengan mengelompokkan data-data hasil

ekstraksi yang sejenis sesuai dengan hasil yang diukur untuk menjawab tujuan

penelitian. Artikel penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi akan dikumpulkan

dan dibuat ringkasan jurnal meliputi nama peneliti, tahun terbit jurnal, judul,

sumber jurnal, tujuan, metode, populasi dan sampel, hasil, kesimpulan. Ringkasan

jurnal penelitian tersebut dimasukan ke dalam tabel diurutkan sesuai alphabet dan

tahun terbit jurnal.

Abstrak dan full text artikel dibaca dan dicermati untuk lebih memperjelas

analisis. Ringkasan artikel tersebut kemudian dilakukan analisis terhadap isi yang

terdapat dalam tujuan penelitian dan hasil penelitian, kemudian dilakukan koding

terhadap isi jurnal yang dilakukan penelitian. Data yang sudah terkumpul kemudian

dianalisa dalam pembahasan dengan menggunakan teknik literature review yaitu

dengan mencari kesamaan (Compare), mencari ketidaksamaan (Contrast),

memberikan pandangan (Criticize), membandingkan (Synthesize), meringkas

(Summarize) sampai dengan ditarik kesimpulannya.

STIKes Indramayu
BAB V

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil pencarian artikel di Google Scholar, Portal garuda,

PubMed, DOAJ dan Science Direct dengan kata kunci gaya hidup, pola makan,

kebiasaan merokok, aktivitas fisik dan hipertensi atau lifestyle, dietary pattern,

smoking, physical activity, and hypertension dan dibatasi dengan kriteria inklusi

dan kriteria eksklusi seperti artikel terbit dari tahun 2011 s.d 2021, artikel yang

digunakan berbahasa Indonesia dan Inggris, dan sampel minimal 30 responden

ditemukan 11 artikel terkait yang akan dianalisis. Berdasarkan 11 artikel yang akan

dianalisis tersebut ditemukan dengan tahun 2014-2021, berbahasa Indonesia dan

Inggris, dan sampel terendah 30 dan terbanyak 640 responden. Hasil penelitian

tersebut dijabarkan pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.1
Hasil Penelitian

No. Penulis Judul Artikel Sumber Metode Hasil

1. (Darma Yunita, Hubungan Gaya Jurnal Ilmiah Deskriptif Univariat:


Hamzah Taza, Hidup Terhadap Kesehatan Analitik dengan a. Pola Makan: sebanyak
dan Junaidi., Kejadian Diagnosis rancangan Cross 17 responden (53,1%)
2014) Hipertensi Di Volume 5 Sectional memiliki pola makan
Ruang Rawat Nomor 5 yang tidak sehat dan 15
Inap Di RSUD Tahun 2014 Populasi responden (46,9%)
Labuang Baji penelitian ini memiliki pola makan
Makasar (Google adalah sebanyak yang sehat.
Scholar) 49 responden b. Merokok: sebanyak 13
responden (40,6%)
http://www.ej Sampel yang merokok dan 19
ournal.stikesn penelitian 32 responden (59,4%)
h.ac.id/index. responden yang tidak merokok
php/jikd/articl dengan teknik c. Hipertensi: sebanyak
e/view/205 sampling. 23 responden (71,9%)
dengan hipertensi dan
sebanyak 9 responden

44
STIKes Indramayu
45

(28,1%) tidak hipertensi

Bivariat:
a. Pola Makan dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu
0,035 (<0,05) Ho
ditolak.
Ada hubungan pola
makan dengan kejadian
hipertensi
b. Merokok dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu
0,011 (<0,05) Ho
ditolak.
Ada hubungan merokok
dengan kejadian
hipertensi
2. (Meylen Suoth, Hubungan Gaya Jurnal Survei dengan Univariat:
Hendro Bidjuni, Hidup Dengan Keperawatan rancangan Cross a. Konsumsi Makan:
dan Reginus T. Kejadian UNSRAT Sectional sebanyak 21 responden
Malara., 2014) Hipertensi Di Volume 2. (65,6%) memiliki
Puskesmas Nomor 1. Populasi konsumsi makan yang
Kolongan Februari 2014 penelitian ini baik dan 11 responden
Kecamatan (Google adalah semua (34,4%) memiliki
Kalawat Scholar) penderita konsumsi makan yang
Kabupaten hipertensi yang tidak baik.
Minahasa Utara https://ejournal.u berkunjung/berob b. Merokok: sebanyak 23
nsrat.ac.id/index. at di Puskesmas responden (71,9%) tidak
php/jkp/article/vi Kolongan merokok dan sebanyak 9
ew/4055 Kecamatan responden (28,1%) yang
Kalawat merokok.
c. Aktivitas Fisik:
Sampel sebanyak 21 responden
penelitian 32 (65,6%) melakukan
responden aktivitas fisik dan
dengan teknik sebanyak 11 responden
purposive (34,4%) tidak
sampling. melakukan aktivitas
fisik
d. Hipertensi: sebanyak
10 responden (31,2%)
dengan prehipertensi,
sebanyak 19 responden
(59,4%) dengan
hipertensi stadium 1 dan
sebanyak 3 responden
(9,4%) dengan
hipertensi stadium 2

Bivariat:
a. Konsumsi Makan
dengan Kejadian
Hipertensi: Nilai p

STIKes Indramayu
46

value yaitu 0,004


(<0,05) Ho ditolak.
Ada hubungan konsumsi
makan dengan kejadian
hipertensi
b. Merokok dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu 0,447
(>0,05) Ho diterima.
Tidak ada hubungan
merokok dengan
kejadian hipertensi
c. Aktivitas Fisik dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu 0,000
(<0,05) Ho ditolak.
Ada hubungan aktivitas
fisik dengan kejadian
hipertensi
3. (Muh. Anwar Hubungan Gaya JF FIK UINAM Survei Analitik Univariat:
Hafid., 2015) Hidup Dengan Vol.3 No.1 2015 dengan rancangan a. Pola Makan: sebanyak
Prevalensi Cross sectional 3 responden (10%)
Hipertensi Di (Garuda) study memiliki pola makan
Puskesmas yang sehat dan 27
Kassi-Kassi https://garuda.ris Populasi responden (90%)
Kabupaten tekbrin.go.id/doc penelitian ini memiliki pola makan
Bantaeng uments/detail/19 adalah semua yang tidak sehat.
72171 pasien yang b. Merokok: sebanyak 10
berkunjung di responden (33,3%)
Puskesmas Kassi- merokok dan sebanyak
Kassi Kabupaten 20 responden (66,6%)
Bantaeng, dalam yang tidak merokok.
kurun waktu c. Aktivitas Fisik:
Januari hingga sebanyak 6 responden
Februari sebanyak (20%) aktivitas fisik
35 responden. baik dan sebanyak 24
responden (80%)
Sampel penelitian aktivitas fisik kurang
30 responden baik.
dengan teknik d. Hipertensi: sebanyak 8
purposive responden (26,7%)
sampling. dengan hipertensi
ringan, dan sebanyak 22
responden (73,3%)
dengan hipertensi
sedang+berat.

Bivariat:
a. Pola Makan dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu 0,014
(<0,05) Ho ditolak
Ada hubungan pola
makan dengan kejadian
hipertensi

STIKes Indramayu
47

b. Merokok dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu 1,000
(>0,05) Ho diterima.
Tidak ada hubungan
merokok dengan
kejadian hipertensi
c. Aktivitas Fisik dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu 0,029
(<0,05) Ho ditolak.
Ada hubungan aktivitas
fisik dengan kejadian
hipertensi
4. (Shikha Singh, Prevalence and International A community Univariat:
Ravi Shankar, Associated Risk Journal of based cross- a. Tobacco Use: As many
and Gyan Factors of Hypertension sectional study 168 respondents (30,1%)
Prakash Singh., Hypertension: Volume 2017 is a users, and 391
2017) A Cross- The population in respondents (69,9%) is
Sectional Study (Google this study was A non users
in Urban Scholar) community based b. Physical activity: As
Varanasi cross-sectional many 55 respondents
https://doi.org/1 study was carried (9,8%) is a inactive, and
0.1155/2017/549 out among the 504 respondents (90,2%)
1838 people aged have a active.
25 to 64 years c. Hypertension: As many
living in the 162 respondents (25,3%)
selected study is normal, 267
area. respondents (41,7%)
have a prehypertension,
The samples were 106 respondents (16,6%)
640 respondents, have a hypertension
taken by using stage 1, 24 respondents
multistage (3,8%) have a
sampling design. hypertension stage 2,
and 81 respondents
(12,6%) have a history of
hypertension.

Bivariat:
a. Tobacco Use and
Incidene of
Hypertension: p value
is 0.001 (<0,05) Ho
rejected.
There is a relationship
between dietary pattern
and hypertension
b. Physical Activity and
Incidene of
Hypertension: p value
is 0.146 (>0,05) Ho
accepted.
There is no relationship
between physical

STIKes Indramayu
48

activity and
hypertension

5. (Siti Fatmawati, Hubungan Life Jurnal Ilmiah Analitik dengan Univariat:


Drs. H. Junaid, Style Dengan Mahasiswa pendekatan Cross a. Pola Makan: sebanyak
dan Karma Kejadian Kesehatan Sectional 24 responden (41,4%)
Ibrahim., 2017) Hipertensi Pada Masyarakat memiliki pola makan
Usia Dewasa Vol.2 .No.6/ Mei Populasi yang berisiko rendah dan
(20-44 Tahun) 2017 penelitian ini 34 responden (58,6%)
Di adalah pasien usia memiliki pola makan
Wilayah Kerja (Google Scholar) dewasa (20-44 yang berisiko tinggi.
Puskesmas tahun) yang b. Merokok: sebanyak 42
Puuwatu Kota 10.37887/jimkes datang responden (72,4%)
Kendari Tahun mas.v2i6.2895 memeriksakan memiliki kebiasaan
2017 kesehatan dan merokok tidak berisiko
tercatat pada buku dan sebanyak 16
registrasi di responden (27,6%)
Puskesmas memiliki kebiasaan
Puuwatu Kota merokok berisiko.
Kendari pada c. Aktivitas Fisik:
tahun 2016 sebanyak 32 responden
(Januari- (55,2%) memiliki
September) yaitu aktivitas fisik yang
sebanyak 419 berisiko dan sebanyak
responden. 26 responden (44,8%)
memiliki aktivitas fisik
Sampel penelitian tidak berisiko.
58 responden d. Hipertensi: sebanyak 21
dengan teknik responden (36,2%)
simple random mengalami hipertensi
sampling. dan sebanyak 37
responden (63,8%) yang
tidak mengalami
hipertensi.

Bivariat:
a. Pola Makan dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu 0,509
(>0,05) Ho diterima.
Tidak ada hubungan
pola makan dengan
kejadian hipertensi
b. Merokok dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu 0,666
(>0,05) Ho diterima.
Tidak ada hubungan
merokok dengan
kejadian hipertensi
c. Aktivitas Fisik dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu 0,293
(>0,05) Ho diterima.

STIKes Indramayu
49

Tidak ada hubungan


aktivitas fisik dengan
kejadian hipertensi
6. (Wendi Muh. Hubungan Jurnal KESMAS, Kuantitatif Univariat:
Fadli., 2018) Antara Gaya Vol . 7 No. 6, dengan a. Merokok: sebanyak 43
Hidup Dengan 2018 (Google pendekatan Cross responden (52%)
Kejadian Scholar) Sectional berisiko dan sebanyak
Hipertensi Pada 39 responden (48%)
Usia Dewasa https://ejournal.u Populasi yang tidak berisiko.
Muda Di Desa nsrat.ac.id/index. penelitian ini b. Aktivitas Fisik:
Lamakan php/kesmas/artic sebanyak 156 sebanyak 33 responden
Kecamatan le/view/22785 responden (40%) aktivitas fisik
Karamat ringan, sebanyak 5
Kabupaten Buol Sampel penelitian responden (6%) aktivitas
82 responden fisik sedang dan
dengan teknik sebanyak 44 responden
rumus (Dahlan) (54%) melakukan
aktivitas fisik berat
c. Hipertensi: sebanyak
19 responden (23%)
normal, sebanyak 48
responden (58%) dengan
hipertensi ringan dan
sebanyak 15 responden
(19%) dengan hipertensi
berat

Bivariat:
a. Merokok dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu 0,303
(>0,05) Ho diterima.
Tidak ada hubungan
merokok dengan
kejadian hipertensi
b. Aktivitas Fisik dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu 0,259
(>0,05) Ho diterima.
Tidak ada hubungan
aktivitas fisik dengan
kejadian hipertensj
7. (Yanni Lontoh, Hubungan Gaya Journal Of Kuantitatif Univariat:
dan Hidup Dengan Community and dengan rancangan a. Pola Makan: sebanyak
Sindi Kejadian Emergency Cross Sectional 4 responden (8,9%)
Sahentendi., Hipertensi Pada Volume 7 Study memiliki pola makan
2019) Pasien Rawat Nomor 3 Tahun yang baik dan 41
Jalan Di 2019 (Google Populasi responden (91,1%)
Puskesmas Scholar) penelitian ini memiliki pola makan
Kombos adalah semua yang tidak baik.
Manado http://ejournal.u pasien rawat jalan b. Merokok: sebanyak 8
npi.ac.id/index.p di Puskesmas responden (17,8%)
hp/index/login?s Kombos Kota merokok dan sebanyak
ource=%2Finde Manado sebanyak 37 responden (82,2%)
x.php%2FJOCE 83 responden tidak merokok.

STIKes Indramayu
50

c. Aktivitas Fisik:
Sampel penelitian sebanyak 16 responden
45 responden (35,6) aktivitas fisik
dengan teknik cukup dan sebanyak 29
purposive responden (64,4%)
sampling. aktivitas fisik kurang
d. Hipertensi: sebanyak
10 responden (31,2%)
dengan prehipertensi,
sebanyak 43 responden
(95,6) dengan hipertensi
grade 1 dan sebanyak 2
responden (4,4%)
dengan hipertensi grade
2

Bivariat:
a. Pola Makan dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu 0,037
(<0,05) Ho ditolak.
Ada hubungan pola
makan dengan kejadian
hipertensi
b. Merokok dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu 0,002
(<0,05) Ho ditolak.
Ada hubungan merokok
dengan kejadian
hipertensi
c. Aktivitas Fisik dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu 0,283
(>0,05) Ho diterima.
Tidak ada hubungan
aktivitas fisik dengan
kejadian hipertensi
8. (Bustang Arifin, Hubungan Gaya Jurnal Ilmiah Analitik dengan Univariat:
Syaifuddin Zaenal, Hidup Dengan Kesehatan pendekatan Cross a. Pola Makan: sebanyak
dan Irmayani., Kejadian Diagnosis Sectional Study 20 responden (48,7%)
2020) Hipertensi Di Volume 15 memiliki pola makan
Puskesmas Nomor 3 Tahun Populasi yang teratur dan 21
Sabutung 2020 (Google penelitian ini responden (51,2%)
Kabupaten Scholar) adalah semua memiliki pola makan
Pangkep pasien yang yang tidak teratur.
http://jurnal.stike berobat di b. Aktivitas Fisik:
snh.ac.id/index.p Puskesmas sebanyak 10 responden
hp/jikd/article/vi Sabutung (24,4%) aktivitas fisik
ew/357 sebanyak 70 teratur dan sebanyak 31
responden responden (75,6%)
aktivitas fisik tidak
Sampel penelitian teratur
41 responden c. Hipertensi: sebanyak 2
dengan teknik responden (4,9%)

STIKes Indramayu
51

purposive dengan hipertensi


sampling. ringan, sebanyak 6
responden (14,6%)
dengan hipertensi
sedang dan sebanyak 33
responden (80,5%)
dengan hipertensi berat

Bivariat:
a. Pola Makan dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu 0,024
(<0,05) Ho ditolak.
Ada hubungan pola
makan dengan kejadian
hipertensi
b. Aktivitas Fisik dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu 0,028
(<0,05) Ho ditolak.
Ada hubungan aktivitas
fisik dengan kejadian
hipertensi
9. (Ivan Wijaya, Hubungan Gaya The Indonesian Survei Analitik Univariat:
Rama Nur Hidup Dengan Journal of dengan rancangan a. Merokok: sebanyak 23
Kurniawan, dan Kejadian Health Cross Sectional responden (31,1%)
Hardianto Hipertensi Di Promotion merokok dan sebanyak
Haris., 2020) Wilayah Kerja (Januari,2020) Populasi 51 responden (68,9%)
Puskesmas Vol. 3. No. 1 penelitian ini tidak merokok.
Towata (Google adalah semua b. Aktivitas Fisik:
Kabupaten Schollar) pasien yang sebanyak 67 responden
Takalar berkunjung/berob (90,5) melakukan
http://jurnal.unis at di Towata aktivitas fisik dan
muhpalu.ac.id/in Kabupaten sebanyak 7 responden
dex.php/MPPKI/ Takalar (9,5%) tidak melakukan
article/view/101 aktivitas fisik.
2 Sampel penelitian c. Hipertensi: sebanyak
74 responden 41 responden (55,4%)
dengan teknik menderita hipertensi,
simple random dan sebanyak 33
sampling. responden (44,6%) tidak
menderita hipertensi

Bivariat:
a. Merokok dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu 0,031
(<0,05) Ho ditolak.
Ada hubungan merokok
dengan kejadian
hipertensi
b. Aktivitas Fisik dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu 0,619
(>0,05) Ho diterima.

STIKes Indramayu
52

Tidak ada hubungan


aktivitas fisik dengan
kejadian hipertensi
10. (Agus Purnomo, Hubungan Jurnal Online Survei Analitik Univariat:
Fahrurazi, dan Perilaku Gaya Internasional & dengan a. Merokok: sebanyak 28
Kasman., 2020) Hidup Dengan Nasional7(1), pendekatan Cross responden (31,8%)
Kejadian 1689–1699. Sectional perokok pasif dan
Hipertensi Di (Google sebanyak 60 responden
Wilayah Kerja Scholar) Populasi (69,2%) perokok aktif
Puskesmas penelitian ini b. Aktivitas Fisik:
Parenggeani www.journal.uta adalah semua sebanyak 39 responden
Kabupaten Kota 45jakarta.ac.id penderita (44,3%) aktif melakukan
Waringin Timur hipertensi yang aktivitas fisik dan
Kalimantan berkunjung/berob sebanyak 49 responden
Tengah Tahun at di Puskesmas (55,7%) tidak aktif
2020 Parenggean melakukan aktivitas
sebanyak 449 fisik
responden c. Hipertensi: sebanyak
29 responden (33%)
Sampel penelitian dengan hipertensi stage
88 responden 1 dan sebanyak 59
dengan teknik responden (67%) dengan
purposive hipertensi stage 2
sampling.
Bivariat:
a. Merokok dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu 0,001
(<0,05) Ho ditolak.
Ada hubungan merokok
dengan kejadian
hipertensi
b. Aktivitas Fisik dengan
Kejadian Hipertensi:
Nilai p value yaitu 0,001
(<0,05) Ho ditolak.
Ada hubungan aktivitas
fisik dengan kejadian
hipertensi
11. (Agung The Disease Quantitative Univariat:
Sutriyawan, Relationship Prevention and analytic method a. Diet: As many 25
Reni Apriyani, between Public Health with cross respondents (33,8%)
dan Tenike Gita Lifestyle and Journal sectional research have a poor diet and 49
Miranda., 2021) Hypertension Volume 15, design. respondent (66,2%) have
Cases at UPT Issue 1, March a good diet.
Cibiru Public 2021 (DOAJ) The population in b. Smoking: As many 17
Health Center this study was all respondents (23%) have
Bandung City http://journal2.u patients who a heavy smoker, 49
ad.ac.id/index.ph visited and were respondents (27%) have
p/dpphj/article/v treated at the a moderate smoker, 12
iew/2456/0 public clinic as respondents (16,2%)
recorded in the have a light smoker and
registration report 25 respondents (33,8%)
at Cibiru non smoker.
Community

STIKes Indramayu
53

Health Center c. Physical activity: As


(Puskesmas) in many 39 respondents
June 2019. (52,7%) have a poor
activity, and 35
The samples were respondents (47,3%)
74 respondents, have a Sufficient
taken by using activity.
purposive d. Hypertension: As many
sampling 43 respondents (58,1%)
technique have a hypertension, and
31 respondents (41,9%)
non hypertension.

Bivariat:
a. Diet and Incidence of
Hypertension: p value
is 0.326 (>0,05) Ho
accepted.
There is no relationship
between dietary pattern
and hypertension
b. Smoking Incidence of
Hypertension: p value
is 0.003 (<0,05) Ho
rejected.
There is a relationship
between smoking
behavior and
hypertension
c. Physical activity
Incidence of
Hypertension: p value
is 0.022 (<0,05) Ho
rejected.
There is a relationship
between physical
activity and
hypertension

STIKes Indramayu
54

BAB VI

PEMBAHASAN

Dalam bab ini peneliti membahas mengenai hasil literature review tentang

hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi. Selain itu, dalam bab ini juga

menjelaskan mengenai keterbatasan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil

pencarian artikel yang sudah dipaparkan pada BAB V, maka pembahasan hubungan

gaya hidup dengan kejadian hipertensi adalah sebagai berikut:

A. Pembahasan Hasil Penelitian

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah

secara abnormal dengan tekanan diastolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan sistolik

lebih dari 90 mmHg. Tekanan tersebut terjadi terus-menerus dalam beberapa kali

pengukuran dan dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal, jantung, dan otak.

Penyakit hipertensi ini disebabkan oleh dua faktor risiko yaitu faktor yang

tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah. Faktor yang dapat diubah yaitu

gaya hidup. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang sehari-hari di dunia yang di

ekspresikan melalui aktivitas, minat, dan opini nya. Berkembangnya era modern

dan penerapan teknologi yang semakin canggih dapat mengubah gaya hidup

seseorang menjadi tidak sehat. Melalui gaya hidup yang tidak sehat tersebut dapat

menimbulkan berbagai penyakit salah satunya yaitu hipertensi. Adapun gaya hidup

yang berhubungan dengan kejadian hipertensi tersebut sebagai berikut:

STIKes Indramayu
55

1. Pola makan

Pola makan adalah cara mengatur jumlah makanan yang dikonsumsi

dengan tujuan memenuhi kebutuhan nutrisi. Pola makan seseorang di era modern

mengalami perubahan yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan individu,

dimana dalam penelitian ini terdapat 7 literature yang meneliti hubungan pola

makan dengan kejadian hipertensi. Hasil penelitian Yunita et al., (2014), Suoth et

al., (2014), Hafid, (2015), Lontoh & Sahentendi (2019), dan Arifin et al., (2020),

mengungkapkan bahwa pola makan berhubungan dengan kejadian hipertensi.

Berdasarkan kelima penelitian tersebut, didapatkan bahwa sebanyak 4

penelitian ditemukan pada Yunita et al., (2014), Hafid (2015), Lontoh & Sahentendi

(2019), dan Arifin et al., (2020) menunjukkan hasil lebih dari 50% responden

berada pada kategori buruk atau tidak sehat dalam penerapan pola makannya.

Selain itu, terdapat 1 penelitian ditemukan pada Suoth et al., (2014) menunjukkan

lebih dari 50% responden sudah berada dalam kategori baik dalam penerapan pola

makannya.

Menurut Yunita et al., (2014) dalam penelitiannya mengatakan pola makan

pasien sangat berpengaruh terhadap hipertensi, semakin pola makan pasien tidak

sehat maka semakin besar kemungkinan terjadi hipertensi. Pendapat yang sama

diungkapkan oleh Arifin et al., (2020) dalam penelitiannya bahwa pola makan yang

buruk juga dapat mengecilkan diameter pembuluh darah yang berpengaruh pada

jantung memompa darah lebih kuat sehingga mempengaruhi peningkatan tekanan

darah.

STIKes Indramayu
56

Hafid (2015) dalam penelitiannya menjelaskan tingginya pola makan yang

tidak sehat tersebut disebabkan karena kurangnya kesadaran penderita hipertensi

untuk menjalankan gaya hidup yang sehat. Banyaknya penyediaan makanan siap

saji, makanan tinggi garam, berlemak dan instan menyebabkan penderita tidak

memperhatikan risiko timbulnya penyakit.

Hal ini sejalan dengan teori dari Black & Hawk (2014) sebagian besar

penderita hipertensi yang sensitif terhadap natrium menunjukkan setelah

mengkonsumsi natrium mengalami peningkatan tekanan darah. Konsumsi garam

berlebih akan meningkatkan jumlah natrium dalam sel dan mengganggu

keseimbangan cairan. Masuknya cairan kedalam sel akan mengecilkan diameter

pembuluh darah arteri sehingga jantung harus memompa darah lebih kuat yang

berakibat meningkatnya tekanan darah (Kemenkes, 2018).

Konsumsi berlemak juga berperan dengan peningkatan tekanan darah.

Kandungan lemak yang berlebih dalam darah dapat menyebabkan timbunan

kolesterol pada dinding pembuluh darah atau disebut sebagai plaque. Hal ini dapat

membuat pembuluh darah menjadi menyempit dan akibatnya tekanan darah akan

meningkat (Susilo & Wulandari, 2011).

Hasil penelitian penelitian yang berbeda disampaikan oleh Fatmawati et

al., (2017), dan Sutriyawan et al., (2021) bahwa pola makan tidak berhubungan

dengan kejadian hipertensi. Berdasarkan kedua penelitian tersebut, didapatkan hasil

lebih dari 50% responden sudah berada dalam kategori baik atau sehat dalam

penerapan pola makannya. Fatmawati et al., (2017) dalam penelitiannya

menjelaskan bahwa pola makan tidak berhubungan dengan kejadian hipertensi

STIKes Indramayu
57

karena dari total jumlah responden yang berisiko tinggi lebih banyak responden

yang tidak hipertensi. Kemudian, tidak menjelaskan lebih lanjut mengapa pola

makan tidak berhubungan dengan kejadian hipertensi.

Perbedaan hasil penelitian antara Yunita et al., (2014), Suoth et al., (2014),

Hafid (2015), Lontoh & Sahentendi (2019), dan Arifin et al., (2020) dengan hasil

penelitian dari Fatmawati et al., (2017), dan Sutriyawan et al., (2021) tidak

disebabkan oleh metode penelitian yang digunakan, karena ketujuh literature

menggunakan metode yang sama yaitu desain cross sectional. Menurut pendapat

peneliti, perbedaan tersebut terjadi karena terdapat hal lain yang berkontribusi

terjadinya hipertensi seperti usia responden. Dalam penelitian Fatmawati et al.,

(2017) menunjukkan bahwa penelitian ini hanya dilakukan pada usia 20-44 tahun

sementara pada penelitian Yunita et al., (2014), Suoth et al., (2014), Hafid (2015),

Lontoh & Sahentendi (2019), dan Arifin et al., (2020) usia responden pada kelima

penelitian tersebut tidak dibatasi (20-44) tahun. Menurut LeMone, Burke &

Bauldoff (2015) insidensi hipertensi naik seiring dengan peningkatan usia. Pada

proses penuaan, dapat mempengaruhi baroreseptor yang terlibat dalam pengaturan

tekanan darah, serta elastisitas arteri. Ketika arteri menjadi kurang lentur, tekanan

dalam pembuluh akan meningkat.

Berdasarkan penjabaran diatas, peneliti memiliki pandangan bahwa pola

makan berhubungan dengan kejadian hipertensi. Hasil tersebut menunjukkan

adanya keselarasan antara konsep dengan hasil penelitian yang telah dilakukan,

dimana keduanya terbukti bahwa pola makan yang buruk diikuti dengan kejadian

STIKes Indramayu
58

hipertensi. Hal tersebut dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan instan dan

siap saji yang mengandung tinggi garam dan kadar lemak berlebih.

Konsumsi tinggi garam dapat meningkatkan jumlah natrium dalam sel dan

mengganggu keseimbangan cairan. Masuknya cairan kedalam sel akan

mengecilkan diameter pembuluh darah arteri sehingga jantung harus memompa

darah lebih kuat yang berakibat meningkatnya tekanan darah. Kemudian,

mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak berlebih juga dapat

meningkatkan kadar kolesterol yang tinggi dan dapat menyumbat pembuluh darah

serta tidak elastis sehingga aliran darah kurang tersuplai dengan baik dan jantung

akan bekerja dengan beban yang berat yang mengakibatkan terjadinya peningkatan

tekanan darah.

Dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini pola makan berhubungan

dengan kejadian hipertensi pada 5 hasil penelitian dan pola makan tidak

berhubungan dengan kejadian hipertensi pada 2 hasil penelitian.

2. Kebiasaan merokok

Kebiasaan merokok merupakan salah satu faktor risiko yang dapat diubah

yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi, dimana dalam penelitian ini

terdapat 10 literature yang meneliti hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian

hipertensi. Hasil penelitian Yunita et al., (2014), Singh et al., (2017), Lontoh &

Sahentendi (2019), Wijaya et al., (2020), Purnomo et al., (2020) dan Sutriyawan et

al., (2021) mengungkapkan bahwa kebiasaan merokok berhubungan dengan

kejadian hipertensi.

STIKes Indramayu
59

Berdasarkan keenam penelitian tersebut, didapatkan bahwa sebanyak 2

penelitian pada Purnomo et al., (2020) dan Sutriyawan et al., (2021) menunjukkan

hasil lebih dari 50% responden memiliki kebiasaan merokok sehari-hari. Selain itu,

terdapat 4 penelitian pada Yunita et al., (2014), Singh et al., (2017), Lontoh &

Sahentendi (2019), dan Wijaya et al., (2020), menunjukkan bahwa lebih dari 50%

responden tidak memiliki kebiasaan merokok.

Menurut Yunita et al., (2014) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa

merokok berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi karena adanya nikotin,

karbonmonoksida dan tar yang dapat meningkatkan tekanan darah. Lontoh &

Sahentendi (2019) juga dalam penelitiannya mengatakan kebiasaan merokok

tersebut berpengaruh terhadap tekanan darah karena bisa dilihat dari konsumsi

rokok dalam waktu yang lama. Hal ini dapat terjadi karena semakin banyak kadar

zat-zat beracun yang disebabkan oleh rokok maka semakin besar juga kemungkinan

terjadinya hipertensi.

Hal ini sejalan dengan teori Potter & Perry (2010) menjelaskan bahwa

merokok dapat menyebabkan vasokontriksi atau penyempitan pembuluh darah.

Tekanan darah meningkat ketika seseorang merokok dan kembali ke tekanan darah

sebelumnya sekitar 15 menit setelah berhenti merokok. Nikotin yang terkandung

dalam rokok dapat meningkatkan denyut jantung dan meninggikan volume jantung.

Selain mengandung nikotin dan tar, asap rokok juga mengandung gas

karbonmonoksida (CO), asam sianida (HCN), dan gas nitrogenoksida (NO2). Gas-

gas tersebut sangat membahayakan saluran pernapasan. Sel saluran pernapasan

dapat dirusak oleh asam sianida dan nitrogenoksida (Kus & Kusno,2010).

STIKes Indramayu
60

Kemudian Proverawati & Rahmawati (2012) menjelaskan karbonmonoksida dapat

menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan langsung persediaan oksigen

untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO menggantikan tempat oksigen

di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat aterosklerosis

(pengapuran/penebalan dinding pembuluh darah) yang dapat memicu terjadinya

hipertensi.

Hasil penelitian yang berbeda disampaikan oleh Suoth et al., (2014), Hafid

(2015), Fatmawati et al., (2017), dan Fadhli (2018) bahwa kebiasaan merokok tidak

berhubungan dengan kejadian hipertensi. Berdasarkan keempat penelitian tersebut,

didapatkan hasil bahwa lebih dari 50% responden tidak memiliki kebiasaan

merokok. Hafid (2015) dalam penelitiannya menjelaskan kebiasaan merokok tidak

berhubungan dengan kejadian hipertensi dikarenakan jumlah responden tidak

dihomogenkan pada saat penelitian sehingga mempengaruhi hasil p value.

Kemudian Fatmawati et al., (2017) juga mengatakan mengapa hal tersebut bisa

terjadi karena jumlah responden yang merokok lebih sedikit dibandingkan dengan

yang tidak merokok dan disebabkan juga oleh lebih banyaknya responden

perempuan daripada laki-laki. Sedangkan kedua penelitian lainnya tidak

menjelaskan lebih lanjut mengapa kebiasaan merokok tidak berhubungan dengan

kejadian hipertensi.

Perbedaan antara hasil penelitian Yunita et al., (2014), Singh et al., (2017),

Lontoh & Sahentendi (2019), Wijaya et al., (2020), Purnomo et al., (2020) dan

Sutriyawan et al., (2021) dengan hasil penelitian Suoth et al., (2014), Hafid, (2015),

Fatmawati et al., (2017), dan Fadhli (2018) tidak disebabkan oleh metode penelitian

STIKes Indramayu
61

yang digunakan, karena kesepuluh literature menggunakan metode yang sama

yaitu desain cross sectional. Menurut pendapat peneliti, perbedaan tersebut terjadi

karena terdapat hal lain yang berkontribusi terjadinya hipertensi pada penelitian

Suoth et al., (2014), Hafid (2015), Fatmawati et al., (2017), dan Fadhli (2018)

misalnya jenis kelamin. Pada keempat penelitian tersebut jenis kelamin responden

lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki, dimana perempuan pada

umumnya tidak melakukan kebiasaan merokok. Semakin banyak zat racun yang

dihisap yang terkandung dalam rokok maka semakin tinggi juga mengalami

hipertensi.

Berdasarkan penjabaran diatas, peneliti memiliki pandangan bahwa

kebiasaan merokok berhubungan dengan kejadian hipertensi. Hasil tersebut

menunjukkan adanya keselarasan antara konsep dengan hasil penelitian yang telah

dilakukan, dimana keduanya terbukti bahwa kebiasaan merokok sehari-hari baik

perokok aktif maupun perokok pasif diikuti dengan kejadian hipertensi. Hal

tersebut dapat terjadi karena merokok merupakan salah satu penyebab hipertensi

yang paling umum, karena peringatannya sudah tertera secara jelas pada setiap

bungkus rokok, bahwa rokok adalah penyebab hipertensi.

Kandungan zat-zat yang berbahaya yang terkandung dalam rokok, seperti

nikotin, tar, dan karbonmonoksida memiliki efek atau bahayanya masing-masing.

Misalnya nikotin menyebabkan adiksi atau ketagihan dan dapat memacu hormon

adrenalin sehingga menyebabkan denyut jantung menjadi cepat. Selain itu ada

karbonmonoksida (CO) dapat mengikat hemoglobin dalam darah, jantung seorang

perokok yang membutuhkan lebih banyak oksigen justru mendapat lebih sedikit

STIKes Indramayu
62

oksigen sehingga menyebabkan peningkatan beban kerja jantung yang

mengakibatkan tekanan darah meningkat.

Dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini kebiasaan merokok

berhubungan dengan kejadian hipertensi pada 6 hasil penelitian dan kebiasaan

merokok tidak berhubungan dengan kejadian hipertensi pada 4 hasil penelitian.

3. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik merupakan kegiatan sehari-hari yang melibatkan alat

gerak/pergerakan, dimana dalam penelitian ini terdapat 10 literature yang meneliti

hubungan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi. Hasil penelitian Suoth et al.,

(2014), Hafid (2015), Arifin et al., (2020), Purnomo et al., (2020) dan Sutriyawan

et al., (2021) mengungkapkan bahwa aktivitas fisik berhubungan dengan kejadian

hipertensi. Berdasarkan kelima penelitian tersebut, didapatkan bahwa sebanyak 3

penelitian pada Hafid (2015), Arifin et al., (2020), dan Sutriyawan et al., (2021)

menunjukkan lebih dari 50% responden kurang aktif dalam bergerak sehari-hari.

Selain itu, terdapat 2 penelitian pada Suoth et al., (2014), dan Purnomo et al., (2020)

menunjukkan bahwa lebih dari 50% responden aktif dalam bergerak sehari-hari.

Menurut Arifin et al., (2020) menjelaskan bahwa hipertensi berat

cenderung lebih banyak dialami oleh responden yang kurang aktif dalam bergerak.

Hal ini dapat terjadi karena aktivitas fisik yang teratur dapat membantu menguatkan

jantung. Kondisi jantung yang kuat dapat memompa lebih banyak darah meskipun

hanya menggunakan sedikit usaha. Semakin ringan kerja jantung, maka semakin

sedikit tekanan pada pembuluh darah arteri sehingga mengakibatkan tekanan darah

menjadi turun.

STIKes Indramayu
63

Hal ini sejalan dengan teori Susilo & Wulandari (2011) menjelaskan

bahwa aktivitas yang menurun dan olahraga yang menurun dapat menyebabkan

peningkatan kadar lemak dalam darah yang dapat menyebabkan kolesterol

mengendap di dinding pembuluh darah dan terjadi penyempitan pada pembuluh

darah sehingga dapat menyebabkan tekanan darah menjadi meningkat. Aktivitas

yang tidak cukup dapat menyebabkan peningkatan berat badan dan obesitas yang

merupakan faktor terjadinya hipertensi (Potter & Perry, 2010). Kemudian

Dalimartha (2008) menjelaskan aktivitas fisik dengan berolahraga juga dapat

mengurangi atau mencegah terjadinya obesitas serta mengurangi asupan garam

dalam tubuh melalui pengeluaran keringat saat beraktivitas sehingga dapat

mengurangi risiko terjadinya hipertensi.

Hasil penelitian penelitian berbeda disampaikan oleh Fatmawati et al.,

(2017), Singh et al., (2017), Fadhli (2018), Lontoh & Sahentendi (2019) dan Wijaya

et al., (2020), aktivitas fisik tidak berhubungan dengan kejadian hipertensi.

Berdasarkan kelima penelitian tersebut, didapatkan bahwa sebanyak 2 penelitian

pada Fatmawati et al., (2017), dan Lontoh & Sahentendi (2019) menunjukkan hasil

lebih dari 50% responden kurang aktif dalam bergerak sehari-hari. Selain itu,

terdapat 3 penelitian pada Singh et al., (2017), Fadhli (2018), dan Wijaya et al.,

(2020), yang menunjukkan bahwa lebih dari 50% responden aktif dalam bergerak

sehari-hari.

Menurut Fadhli (2018) dalam penelitiannya menjelaskan responden lebih

banyak melakukan aktivitas berat dibandingkan aktivitas ringan. Jadi, aktivitas fisik

tidak berhubungan dengan kejadian hipertensi dikarenakan banyaknya kegiatan

STIKes Indramayu
64

aktivitas berat sehingga mempunyai keseimbangan pada tubuh dan tidak rentan

terjadi peningkatan tekanan darah. Wijaya et al., (2020) dalam penelitiannya juga

menunjukkan bahwa sebagian responden memiliki aktivitas dan bekerja sebagai

petani. Meskipun responden tidak melakukan olahraga tetapi aktivitas pekerjaan

responden yang dihabiskan 6-8 jam perhari. Sedangkan kedua penelitian lainnya

tidak menjelaskan lebih lanjut mengapa aktivitas fisik tidak berhubungan dengan

kejadian hipertensi.

Perbedaan antara hasil penelitian Suoth et al., (2014), Hafid (2015), Arifin

et al., (2020), Purnomo et al., (2020) dan Sutriyawan et al., (2021) dengan hasil

penelitian Fatmawati et al., (2017), Singh et al., (2017), Fadhli (2018), Lontoh &

Sahentendi (2019) dan Wijaya et al., (2020) tidak disebabkan oleh metode

penelitian yang digunakan, karena kesepuluh literature menggunakan metode yang

sama yaitu desain cross sectional. Menurut pendapat peneliti, perbedaan tersebut

terjadi karena terdapat hal lain yang seperti perbedaan jenis aktivitas dan lamanya

aktivitas yang dilakukan setiap reponden. Misalnya, responden pada penelitian

Fatmawati et al., (2017), Fadhli (2018), Lontoh & Sahentendi (2019) dan Wijaya et

al., (2020) melakukan jenis aktivitas yang berat dan lamanya aktivitas dengan

intensitas yang tinggi dapat meminimalkan terjadinya kelebihan berat badan atau

obesitas sebagai faktor risiko terjadinya peningkatan tekanan darah.

Berdasarkan penjabaran diatas, peneliti memiliki pandangan bahwa

aktivitas fisik berhubungan dengan kejadian hipertensi. Hasil tersebut

menunjukkan adanya keselarasan antara konsep dengan hasil penelitian yang telah

dilakukan, dimana keduanya terbukti bahwa kurang aktif dalam bergerak diikuti

STIKes Indramayu
65

dengan kejadian hipertensi. Hal tersebut dapat terjadi karena kurang aktif dalam

bergerak cenderung akan menyebabkan peningkatan kadar lemak dalam darah yang

dapat menyebabkan kolesterol mengendap di dinding pembuluh darah sehingga

terjadi penyempitan yang mengakibatkan tekanan darah menjadi meningkat.

Kemudian kurang aktivitas juga dapat menyebabkan peningkatan berat badan yang

berlebih atau obesitas yang merupakan faktor terjadinya hipertensi.

Dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini aktivitas fisik berhubungan

dengan kejadian hipertensi pada 5 hasil penelitian dan aktivitas fisik tidak

berhubungan dengan kejadian hipertensi pada 5 hasil penelitian.

B. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan pada penelitian ini adalah proses pencarian artikel penelitian

yang tidak mudah, karena beberapa judul penelitian yang sesuai dengan topik

penelitian ditemukan tidak sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria ekslusi yang

sudah ditetapkan. Kemudian hasil dari berbagai penelitian banyak yang tidak sesuai

dengan yang akan dilakukan analisis oleh peneliti.

C. Implikasi Keperawatan

1. Bagi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi bagi

mahasiswa keperawatan mengenai gaya hidup yang menjadi faktor risiko terjadinya

hipertensi.

STIKes Indramayu
66

2. Bagi Profesi Perawat

Berdasarkan hasil penelitian dapat dijadikan sebagai acuan dalam

mencegah peningkatan angka kejadian hipertensi dengan memberikan promosi

kesehatan terkait gaya hidup yang dapat menjadi faktor risiko terjadinya hipertensi.

3. Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pelayanan kesehatan

untuk menyusun program dan strategi edukasi tentang pentingnya mengontrol

peningkatan tekanan darah dan mengetahui gaya hidup yang dapat meningkatkan

kejadian hipertensi.

STIKes Indramayu
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan gaya

hidup dengan kejadian hipertensi, kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Ada hubungan gaya hidup dalam bentuk pola makan dengan kejadian

hipertensi (didapatkan 5 artikel ada hubungan dan 2 artikel tidak ada hubungan)

2. Ada hubungan gaya hidup dalam bentuk kebiasaan merokok dengan

kejadian hipertensi (didapatkan 6 artikel ada hubungan dan 4 artikel tidak ada

hubungan)

3. Ada hubungan gaya hidup dalam bentuk aktivitas fisik dengan

kejadian hipertensi (didapatkan 5 artikel ada hubungan dan 5 artikel tidak ada

hubungan).

B. Saran

1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Peneliti menyarankan untuk menjadikan hasil penelitian ini sebagai

informasi dan dasar mengembangkan bidang ilmu keperawatan, karena masih

terdapat perbedaan-perbedaan mengenai gaya hidup yang berhubungan dengan

kejadian hipertensi, karena perawat adalah salah satu profesi yang berperan besar

67
STIKes Indramayu
68

dalam memaksimalkan upaya promotif kesehatan untuk menurunkan morbiditas

dan mortalitas dari penyakit hipertensi.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Peneliti menyarankan kepada institusi pendidikan kesehatan dapat

menjadikan hasil penelitian ini sebagai informasi dan menjadi referensi dalam

pembelajaran di dunia pendidikan khususnya keperawatan. Sehingga diharapkan,

saat pelajar atau mahasiswa melakukan praktik langsung di klinik dapat berperan

serta mengantisipasi terjadinya hipertensi.

3. Bagi Peneliti Lain

Peneliti menyarankan kepada penelitian selanjutnya untuk meneliti selain

3 gaya hidup yang menjadi faktor risiko terjadinya hipertensi pada penelitian ini

dengan mengembangkan metode dan teknik penelitian yang sudah ada.

STIKes Indramayu
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, B., Zaenal, S., & Irmayani. (2020). Hubungan gaya hidup dengan kejadian
hipertensi Di Puskesmas Sabutung Kabupaten Pangkep. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Diagnosis, 15(3), 6.
http://jurnal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/view/357/341

Barbara, N. L. (2020). Systematic review dalam kesehatan: Langkah demi langkah.


Yogyakarta: Deepublish Publisher.

Black, J., & Hawk, J. H. (2014). Keperawatan medikal bedah: Manajemen klinis
untuk hasil yang diharapkan (Ed 8). Singapura: Elsevier.

Dinas Kesehatan Banten, (2017). Pengertian merokok dan akibatnya. Website :


https://dinkes.bantenprov.go.id/read/berita/488/ (Diakses pada tanggal 18
Desember 2020, jam 14.00 WIB).

Dalimartha, S., Purnama, B., Sutarina, N., Mahendra., Darmawan, R. (2008) Care
your self hipertensi. Jakarta: Penebar Plus

Diva, B. (2017). Daftar makanan yang mengandung kolesterol tinggi. Website :


https://www.guesehat.com/daftar-makanan-yang-mengandung-kolesterol-
tinggi (Diakses tanggal 14 Maret 2021, Jam 14:45).

Fadhli, W. M. (2018). Hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada
usia dewasa muda Di Desa Lamakan Kecamatan Karamat Kabupaten Buol. In
Jurnal KESMAS (Vol. 7, Issue 6).
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kesmas/article/view/22785

Fatmawati, S., Junaid, & Ibrahim, K. (2017). Hubungan life style dengan kejadian
hipertensi pada usia dewasa (20-44 Tahun) Di Wilayah Kerja Puskesmas
Puuwatu Kota Kendari Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat, 2(6), 1–10. http://10.37887/jimkesmas.v2i6.2895

Hafid, M. A. (2015). Hubungan gaya hidup dengan prevalensi hipertensi Di


Puskesmas Kassi-Kassi Kabupaten Bantaeng Tahun 2014. JF FIK UINAM,
3(1), 27–36. http://103.55.216.56/index.php/jurnal_farmasi/article/view/2178

Hanifah, E. (2011). Cara hidup sehat. Jakarta: PT Sarana Bangun Pustaka

Husaini, A. (2007). Tobat merokok rahasia & cara empatik berhenti merokok.
Bandung: Pustaka Iman
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Berapa anjuran konsumsi Gula, Garam, dan
Lemak per harinya?. Web: http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-
p2ptm/hipertensi-penyakit-jantung-dan-pembuluh-darah/page/15/berapa-
anjuran-konsumsi-gula-garam-dan-lemak-per-harinya (Diakses pada tanggal
27 Desember jam 21.00 WIB).

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Mengenal jenis aktivitas fisik. Web:


https://promkes.kemkes.go.id/content/?p=8807 (Diakses pada tanggal 27
Desember jam 21.40 WIB).

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Pengaruh konsumsi garam berlebih terhadap


penyakit tidak menular. Web: http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-
p2ptm/hipertensi-penyakit-jantung-dan-pembuluh-darah/page/34/apa-
pengaruh-konsumsi-garam-berlebih-terhadap-penyakit-tidak-menular
(Diakses pada tanggal 10 Mei 2021 jam 13.00 WIB)

Kementerian Kesehatan RI. (2019). Aktivitas fisik. Web:


http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/obesitas/apa-definisi-aktivitas-
fisik (Diakses pada tanggal 27 Desember 2020 jam 21.30 WIB)

Kus, I., & Kusno, W. (2010). Gizi & pola hidup kesehatan. Bandung: CV. Yrama
Widya.

LeMone, P., Burke, K., & Bauldoff, G. (2015). Buku ajar keperawatan medikal
bedah (Ed 5), Vol 3. Jakarta: EGC.

Lontoh, Y., & Sahentendi, S. (2019). Hubungan gaya hidup dengan kejadian
hipertensi pada pasien rawat jalan Di Puskesmas Kombos Manado. Journal Of
Community and Emergency, 7(3), 365–377.
http://ejournal.unpi.ac.id/index.php/JOCE/article/view/222

Maharani, D. (2015). Batasan aman konsumsi gula, garam, dan lemak.


Riskesdas 2013 Website :
http://lifestyle.kompas.com/read/2015/02/06/111000623/Batasan.Aman.Kon
sumsi.Gula.Garam.dan.Lemak (Diakses pada tanggal 15 Maret 2021, jam
12:06 WIB).

Mita, N. E., M. (2017). Waspada, 7 makanan ini mengandung garam tinggi.


Website : https://hellosehat.com/hidup-sehat/nutrisi/makanan-mengandung-
garam-tinggi/ (Diakses pada tanggal 15 maret 2021, Jam 09 : 33 WIB).

Moher, D., Liberati, A., Tetzlaff, J., & Altman, D. G. (2009). Preferred reporting
items for systematic review and meta-analyses: the PRISMA statement.
Journal of clinical epidemiology, 62(10), pp. 1006-1012.
doi:10106/j.jclinepi.2009.06.005

Muslinda, L. (2017). Tinggi kolesterol dan garam, ini anjuran konsumsi telur asin.
Website : https://food.detik.com/info-sehat/d-3698124/tinggi- kolesterol-dan-
garam-ini-anjuran-porsi-konsumsi-telur-asin (Diakses pada tanggal 15 maret
2021, Jam 10 : 44 WIB).

Notoatmodjo, (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2017). Metodologi penelitian ilmu keperawatan (Ed 4). Jakarta:


Salemba Medika.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Fundamental keperawatan, Buku 3. (Ed 7).
Singapura: Elsevier.

Proverawati, A., & Rahmawati, E. (2012). Perilaku hidup bersih & sehat. Nuha
Medika.

Purnomo, A., Fahrurazi, & Kasman. (2020). Hubungan perilaku gaya hidup dengan
kejadian hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Parenggeani Kabupaten
Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah Tahun 2020. Jurnal Online
Internasional & Nasional, 7(1), 1689–1699. www.journal.uta45jakarta.ac.id

Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. (2019). Hipertensi. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.

Puspitorini, M. (2009). Hipertensi cara mudah mengatasi tekanan darah tinggi.


Yogyakarta: Image Press

Rihiantoro, T., & Widodo, M. (2018). Hubungan pola makan dan aktivitas fisik
dengan kejadian hipertensi Di Kabupaten Tulang Bawang. In Jurnal Ilmiah
Keperawatan (Vol. 13, Issue 2). https://doi.org/10.26630/jkep.v13i2.924

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Singh, S., Shankar, R., & Singh, gyan prakash. (2017). Prevalence and associated
risk factors of hypertension: a cross-sectional study In Urban Vanasi.
International Journal of Hypertension, 4, 2178–2200.
https://doi.org/10.13031/2013.24809

Siregar, A. Z., & Harahap, N. (2019). Strategi dan teknik penulisan karya tulis
ilmiah dan publikasi. Yogyakarta: Deepublish Publisher.

Sriani, K. I., Fakhriadi, R., & Rosadi, D. (2016). Hubungan antara perilaku
merokok dan kebiasaan olahraga dengan kejadian hipertensi pada laki-laki
usia 18-44 Tahun. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia (Vol. 3, Issue 1).
https://www.e-jurnal.com/2018/06/hubungan-antara-perilaku-merokok-
dan.html.

Suoth, M., Bidjuni, H., & Malara, R. T. (2014). Hubungan gaya hidup dengan
kejadian hipertensi Di Puskesmas Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten
Minahasa Utara. Jurnal Keperawatan UNSRAT Volume 2. Nomor 1. Februari
2014, 2(1), 10. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/4055

Susilo, Y., & Wulandari, A. (2011). Cara jitu mengatasi hipertensi. C.V Andi
Offset.

Sutriyawan, A., Apriyanti, R., & Miranda, T. G. (2021). The relationship between
lifestyle and hypertension cases At UPT Cibiru Public Health Center Bandung
City. Disease Prevention and Public Health Journal, 15(1), 50–56.
https://doi.org/10.12928/dpphj.v15i1.2456

Udjianti, W. J. (2013). Keperawatan kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.

Wahyuningsih, M. (2015). Daftar makanan yang punya kadar garam paling tinggi.
Website : https://www.cnnindonesia.com/gaya- hidup/20150202123958-262-
28955/daftar-makanan-yang-punya-kadar- garam-paling-tinggi (Diakses pada
tanggal 14 Maret 2021, Jam 09 : 15 WIB).

Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan medikal bedah. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Wijaya, I., Kurniawan, R. N., & Haris, H. (2020). Hubungan gaya hidup dan pola
makan terhadap kejadian hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Towata
Kabupaten Takalar. The Indonesian Journal of Health Promotion, 3(1), 192–
199. https://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/MPPKI/article/view/1012

World Health Organization. (2019). Hypertension. Web: https/:


/www.who.int/news- room/events/world-hypertension-day-2019 (Diakses
pada tanggal 27 Desember 2020 Jam 20.30 WIB).

Yunita, D., Taza, H., & Junaidi. (2014). Hubungan gaya hidup terhadap kejadian
hipertensi di ruang rawat inap rsud labuang baji makassar. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Diagnosis, 5(5), 20–29. https://doi.org/10.35816/jiskh.v4i1.79
LAMPIRAN
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1 Artikel-Artikel Review
Lampiran 1I Buku Daftar Bimbingan Skripsi
Lampiran 1I Buku Daftar Bimbingan Skripsi
Lampiran 1I Buku Daftar Bimbingan Skripsi
Lampiran 1I Buku Daftar Bimbingan Skripsi
Lampiran 1I Buku Daftar Bimbingan Skripsi
Lampiran 1I Buku Daftar Bimbingan Skripsi

Anda mungkin juga menyukai