Anda di halaman 1dari 29

8.

ASAM BASA
LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-
NON-ELEKTROLIT

 Larutan elektrolit : larutan yang dapat menghantarkan arus listrik.


 Larutan non elektrolit : larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik.
 Larutan elektrolit kuat : zat terlarut akan terurai sempurna
 Larutan elektrolit lemah : zat terlarut akan terurai sebagian
HUKUM RAOULT

“Tekanan uap suatu komponen yang menguap dalam larutan


berbanding lurus dengan fraksi mol komponen yang menguap
dikalikan dengan tekanan uap komponen murni”

PA  PAo X A
PA = tekanan uap di atas larutan
XA = fraksi mol A

PAo = tekanan uap murni komponen A


Larutan yang mengikuti hukum Raoult:
Raoult Larutan Ideal

Syarat larutan ideal:


 Molekul zat terlarut dan molekul pelarut tersusun sembarangan.
 Pada percampuran tidak terjadi efek kalor

Jika ada campuran P1  P1o x1 dan P2  P2o x2


Tekanan total P = P1 + P2
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
“Colligare: berkumpul bersama”
Sifat koligatif merupakan sifat fisik dari larutan yang tergantung pada jumlah partikel zat
terlarut pada pelarutnya tetapi tidak berdasarkan jenisnya.
Sifat ini berlaku untuk jenis larutan non elektrolit
1. Penurunan tekanan uap
Jika pelarut dan zat terlarut masing-masing
masing ditandai dengan
1 dan 2, maka menurut hukum Raoult::

P1 = P1o x1
P1o - P1 = P
P = P1o - P1o x 1
P = P1o (1 – x1) = P1o x 2

P
P = P1o x2
“Penurunan tekanan uap berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut”
Contoh 1:

Suatu cairan murni mempunyai tekanan uap 50 mmhg pada 25oC.


Hitung tekanan uap jika 6 mol zat ini dicampur dengan 4 mol suatu
nonelektrolit yang tidak menguap..

Contoh 2:

Sebanyak 12 gram urea (Mr=60) dilarutkan dalam 180 g air pada


suhu 25oC. Pada suhu tersebut tekanan uap jenuh air adalah 23,76
mmHg. Hitung penurunan tekanan uap jenuh larutan tersebut.

Contoh 3:

10 g zat Y dilarutkan dalam 180 g air pd suhu 26o C, ternyata


tekanan uap larutan turun 0,2 mmhg. Tekanan murni air 25,20
mmhg. Tentukan massa molekol relatif zat Y.
2. Kenaikan titik didih (Tb)
Tb) dan penurunan titik beku (Tf)
(

w2 1000
Tb = Kb m = Kb x x
Mr w1

Tb = kenaikan titik didih


Kb = tetapan kenaikan titik didih molal atau tetapan ebullioskopik
m = molalitas
w1 = berat pelarut dalam gram
w2 = berat zat terlarut dalam gram
Mr = massa molekul relatif zat terlaru
agram Fasa Solven dan Larutan

C B E
F

D
Tf = Kf m
Tf = Penurunan titik beku
Kf = tetapan penurunan titik beku molal atau tetapan krioskopik

Kb dan Kf diperoleh dari:


 Penurunan data termodinamika
 Eksperimen
Contoh :

Sebanyak 6 gram urea (Mr=60) dilarutkan dalam 500 gram


air. Tentukan titik didih larutan. (Kb air= 0,52o C/m
Tekanan Osmotik

“Jika dua larutan dengan konsentrasi yang berbeda dipisahkan oleh


suatu membran (selaput) semi permeabel, molekul pelarut mengalir
melalui membran dari larutan yang lebih encer ke larutan yang lebih
pekat”

 = CRT
 = tekanan osmosis
C = konsentrasi terlarut dalam M
R = tetapan 0,083 L atm K-1mol-1
K
T = suhu dalam Kelvin
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN ELEKTROLIT

“larutan elektrolit di dalam pelarutnya mempunyai kemampuan untuk mengion. Ha


ini mengakibatkan larutan elektrolit mempunyai jumlah partikel yang lebih banya
daripada larutan non elektrolit pada konsentrasi yang sama”

Contoh:
Larutan 0.5 molal glukosa dibandingkan dengan larutan 0.5 molal
garam dapur
 Untuk larutan glukosa dalam air jumlah partikel
(konsentrasinya) tetap, yaitu 0.5 molal.
 Untuk larutan garam dapur: NaCl(aq)
NaCl --> Na+ (aq) + Cl- (aq)
karena terurai menjadi 2 ion, maka konsentrasi partikelnya
menjadi 2 kali semula = 1.0 molal
Derajat Ionisasi

Derajat ionisasi () = jumlah mol zat yang terionisasi/ jumlah


mol zat mula-mula

larutan elektrolit kuat, harga  mendekati 1


elektrolit lemah, harganya berada di antara 0 dan 1 (0 <  < 1)

Pengembangan dalam perumusan sifat koligatif

1. Untuk Kenaikan Titik Didih dinyatakan sebagai:


Tb = m . Kb [1 +  (n-1)] = W/Mr . 1000/p . Kb [1+  (n-1)]
n menyatakan jumlah ion dari larutan elektrolitnya.

2. Untuk Penurunan Titik Beku dinyatakan sebagai:


Tf = m . Kf [1 +  (n-1)] = W/Mr . 1000/p . Kf [1+  (n-1)]

3. Untuk Tekanan Osmotik dinyatakan sebagai:


 = C R T [1+  (n-1)]
Contoh:
Hitunglah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku dari larutan 5.85 gram garam
dapur (Mr = 58.5) dalam 250 gram air ! (bagi air, Kb= 0.52 dan Kf= 1.86)

Jawab:
Larutan garam dapur, NaCl(aq) --> Na+ (aq)) + Cl- (aq)
Jumlah ion = n = 2.
 Tb = 5.85/58.5 x 1000/250 x 0.52 [1+1(2-1)]
1)] = 0.208 x 2 = 0.416oC
 Tf = 5.85/58.5 x 1000/250 x 0.86 [1+1(2-1)]
1)] = 0.744 x 2 = 1.488oC
TEORI ASAM-
ASAM-BASA

1. Teori Arrhenius

 Arrhenius (1887): Apabila suatu elektrolit melarut,


sebagian dari elektrolit ini terurai menjadi partikel
positif dan partikel negatif yang disebut ion.
 Debye dan Huckel (1923 1923) serta Onsager (1927):
Elektrolit kuat selalu terurai sempurna menjadi ion.

 Asam: sifat masam dari tumbuhan


 Basa: sifat yang dimiliki sabun (alkali) sifatnya
berlawanan dengan asam..
PROPERTIES OF AN ACID

 Tastes Sour
 Conduct Electricity
 Corrosive, which means they break down cer
substances Many acids can corrode fabric, skin,
substances.
paper
 Some acids react strongly with metals
 Turns blue litmus paper red
PROPERTIES OF A BASE

 FEEL SLIPPERY
 TASTE BITTER
 CORROSIVE
 CAN CONDUCT ELECTRICITY. (THINK ALKALINE
BATTERIES.)
 DO NOT REACT WITH METALS.
 TURNS RED LITMUS PAPER BLUE.
Ostwald – Arrhenius (1880): Teori Dissosiasi Elektrolit

“Asam dalam larutan air menghasilkan ion hidrogen dan basa


dalam larutan air menghasilkan ion hidroksida yang
menetralkan asam sesuai dengan reaksi H+ + OH- → H2O”

Teori ini lebih dikenal dengan Teori Arrhenius


Asam: HA  H+ + A-
Basa: BOH  B+ + OH-
Penetralan: H+ + OH- → H2O
Tanggapan:

 Ada beberapa asam dan basa tidak mengandung H+ dan OH-


 Beberapa elektrolit kuat seperti NaOH dalam bentuk kristal sudah
terdiri dari ion.
 Beberapa zat seperti ammonia dan natrium dapat menetralkan
asam tanpa lebih dahulu menghasilkan OH-
 Dalam larutan, tidak terdapat ion H+ yang bebas.
 Hanya terbatas pada larutan air.
2. Teori Brönsted – Lowry (1923)
 Asam: Penderma proton (donor proton)
 Basa: Penerima proton (akseptor proton)
 Reaksi penetralan: reaksi perpindahan proton dari asam ke basa

Dalam air: H3O+ + OH-  H2O + H2 O


Dalam ammonia: NH4+ + NH2-  NH3 + NH3

 Reaksi dapat berlangsung dalam berbagai pelarut atau dalam fasa


gas misal:
HCl + NH3  NH4+ + Cl-
Asam 1 basa 2 asam 2 basa 1

 Setiap asam mempunyai basa konjugasi


A  B + H+
Asam basa proton

kedua spesi disebut pasangan konjugasi asam-basa


A adalah asam konjugasi dari B
B adalah basa konjugasi dari A
 Pasangan konjugasi asam-basa
basa

Asam  basa
HCl Cl-
H2SO4 HSO4-
HSO4- SO42-

 Pelarut dapat berfungsi sebagai asam dan basa


Contoh di bawah ini air akan bertindak sebagai basa jika sebagai
pelarut HCl, tetapi bersifat asam jika sebagai pelarut NH3
HCl + H 2O  H3O+ + Cl-
Asam 1 basa 2 asam 2 basa 1
NH3 + H 2O  NH4+ + OH-
Basa 1 asam 2 asam 1 basa 2
Sifat molekul seperti air yang dapat bersifat sebagai asam maupun
basa disebut amfiprotik
3. Teori lewis (1923)

− Asam adalah penerima (akseptor) pasangan elektron


− Basa adalah penderma (donor) pasangan elektron

F H F H

F B + :N H F B : N H

F H F H
Asam Basa Kompleks asam-basa

Reaksi penetralan A + :B → A : B atau A←B


Kekuatan Asam dalam Larutan
“Istilah kuat dan lemah digunakan untuk membandingkan kekuatan
asam atau basa dalam larutan”

Faktor yang mempengaruhi kekuatan relatif asam dan basa


Kekuatan Relatif Beberapa Asam Dan Basa
“Makin kuat suatu asam makin lemah basa konjugasinya”

Anda mungkin juga menyukai