Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An “W.

L” DENGAN DENGUE HEMORRHAGIC FEVER


(DHF) DI RUANG IRINA E ATAS RSUP Prof. R. D. KANDOU
MANADO

KELOMPOK I

1. Yosua A. Kaligis S.Kep


2. Jennifer Jocom S.Kep
3. Ahnes M.D Laloan S.Kep
4. Melisa Malonda, S. Kep
5. Eukharistia Mustafa, S.Kep
6. Elias Slarmanat S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS


PEMBANGUNAN INDONESIA
MANADO 2021
LAPORAN PENDAHULUHAN

A. Definisi

Demam dengue atau DF dan demam berdarah dengue atau DBD (dengue

hemorrhagic fever disingkat DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi

yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis

hemoragik. Pada DHF terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan

hemokosentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga

tubuh. Sindrom renjatan dengue yang ditandai oleh renjatan atau syok (Nurarif

& Kusuma 2015).

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang menyerang

anak dan orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa

demam akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi

Arbovirus (Artropod Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes

Aegypti atau oleh Aedes Aebopictus (Wijayaningsih 2017).

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) menular melalui gigitan nyamuk

Aedes aegypti. DHF merupakan penyakit berbasis vektor yang menjadi

penyebab kematian utama di banyak negara tropis. Penyakit DHF bersifat

endemis, sering menyerang masyarakat dalam bentuk wabah dan disertai dengan

angka kematian yang cukup tinggi, khususnya pada mereka yang berusia

dibawah 15 tahun (Harmawan 2018).

B. Etiologi

Virus dengue, termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat 4


serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Keempatnya ditemukan

di Indonesia dengan DEN-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan

menimbulkan antibody terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan

antibody yang terbentuk terhadap serotype lain sangat kurang, sehingga tidak

dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut.

Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4

serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di

berbagai daerah di Indonesia (Nurarif & Kusuma 2015).

C. Klasifikasi

Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu (Nurarif & Kusuma

2015) :

1. Derajat I yaitu demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya

manifestasi perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia,

himokonsentrasi.

2. Derajat II yaitu seperti derajat I, disertai dengan perdarahan spontan pada

kulit atau perdarahan di tempat lain.

3. Derajat III yaitu ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat

dan lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi

disertai dengan sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab dan anak

tampak gelisah.

4. Derajat IV yaitu syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak

teratur.

D. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan

viremia. Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di

hipotalamus sehingga menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin,

trombin, histamin) terjadinya: peningkatan suhu. Selain itu viremia

menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan

perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke intersisiel yang

menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat terjadi akibat dari penurunan

produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus (Murwani 2018).

Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik

kulit seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan

adanya kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis

secara normal. Hal tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak

tertangani maka akan menimbulkan syok. Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari,

rata-rata 5-8 hari. Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk

Aedes aegypti. Pertama tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan

penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal pegal di

seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan

dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening,

pembesaran hati atau hepatomegali (Murwani 2018).

Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks

virus antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat

aktivasi C3 dan C5 akan di lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk

melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya


permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya

pembesaran plasma ke ruang ekstraseluler. Pembesaran plasma ke ruang eksta

seluler mengakibatkan kekurangan volume plasma, terjadi hipotensi,

hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan atau syok.

Hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit >20% menunjukan atau

menggambarkan adanya kebocoran atau perembesan sehingga nilai hematokrit

menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena (Murwani 2018).

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan

ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium,

pleura, dan perikardium yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang

diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah

trombosit menunjukan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian

cairan intravena harus di kurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah

terjadi edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan

yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang akan

mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika

renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,

metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik

(Murwani 2018).

E. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada penderita DHF antara lain adalah (Nurarif &

Kusuma 2015) :

1. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau

lebih manifestasi klinis sebagai berikut:

b. Nyeri kepala
c. Nyeri retro-orbital

d. Myalgia atau arthralgia


e. Ruam kulit
f. Manifestasi perdarahan seperti petekie atau uji bending positif
g. Leukopenia
h. Pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan DD/DBD yang
sudah di konfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama
2. Demam berdarah dengue

Berdasarkan kriteria WHO 2016 diagnosis DHF ditegakkan bila

semua hal dibawah ini dipenuhi :

a. Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat

bifastik

b. Manifestasi perdarahan yang berupa :

1) Uji tourniquet positif


2) Petekie, ekimosis, atau purpura
3) Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran cerna,
tempat bekas suntikan
4) Hematemesis atau melena

c. Trombositopenia <100.00/ul

d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan

1) Peningkatan nilai hematokrit > 20% dari nilai baku sesuai umur

dan jenis kelamin

2) Penurunan nilai hematokrit > 20% setelah pemberian cairan yang


adekuat

3) Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusi

pleura

3. Sindrom syok dengue

Seluruh kriteria DHF diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu:

a. Penurunan kesadaran, gelisah

b. Nadi cepat, lemah

c. Hipotensi

d. Tekanan darah turun < 20 mmHg

e. Perfusi perifer menurun

f. Kulit dingin lembab

F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan pada penderita DHF

antara lain adalah (Wijayaningsih 2017) :

1. Pemeriksaan darah lengkap

Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar hemoglobin,

hematokrit, jumlah trombosit. Peningkatan nilai hematokrit yang selalu

dijumpai pada DHF merupakan indikator terjadinya perembesan plasma.

a. Pada demam dengue terdapat Leukopenia pada hari kedua atau hari

ketiga.

b. Pada demam berdarah terdapat trombositopenia dan hemokonsentrasi.

c. Pada pemeriksaan kimia darah: Hipoproteinemia, hipokloremia, SGPT,

SGOT, ureum dan Ph darah mungkin meningkat.


2. Uji Serologi = Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test) Uji serologi

didasarkan atas timbulnya antibody pada penderita yang terjadi setelah

infeksi. Untuk menentukan kadar antibody atau antigen didasarkan pada

manifestasi reaksi antigen-antibody. Ada tiga kategori, yaitu primer,

sekunder, dan tersier. Reaksi primer merupakan reaksi tahap awal yang

dapat berlanjut menjadi reaksi sekunder atau tersier. Yang mana tidak

dapat dilihat dan berlangsung sangat cepat, visualisasi biasanya dilakukan

dengan memberi label antibody atau antigen dengan flouresens, radioaktif,

atau enzimatik. Reaksi sekunder merupakan lanjutan dari reaksi primer

dengan manifestasi yang dapat dilihat secara in vitro seperti prestipitasi,

flokulasi, dan aglutinasi. Reaksi tersier merupakan lanjutan reaksi sekunder

dengan bentuk lain yang bermanifestasi dengan gejala klinik.

3. Uji hambatan hemaglutinasi

Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan IgG

berdasarkan pada kemampuan antibody-dengue yang dapat menghambat

reaksi hemaglutinasi darah angsa oleh virus dengue yang disebut reaksi

hemaglutinasi inhibitor (HI).

4. Uji netralisasi (Neutralisasi Test = NT test)

Merupakan uji serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virus

dengue. Menggunakan metode plague reduction neutralization test


(PRNT). Plaque adalah daerah tempat virus menginfeksi sel dan batas yang

jelas akan dilihat terhadap sel di sekitar yang tidak terkena infeksi.

5. Uji ELISA anti dengue

Uji ini mempunyai sensitivitas sama dengan uji Hemaglutination


Inhibition (HI). Dan bahkan lebih sensitive dari pada uji HI. Prinsip dari

metode ini adalah mendeteksi adanya antibody IgM dan IgG di dalam serum

penderita.

6. Rontgen Thorax : pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV dan sebagian

besar grade II) di dapatkan efusi pleura.

G. Penatalaksanaan

Dasar pelaksanaan penderita DHF adalah pengganti cairan yang hilang

sebagai akibat dari kerusakan dinding kapiler yang menimbulkan peninggian

permeabilitas sehingga mengakibatkan kebocoran plasma. Selain itu, perlu juga

diberikan obat penurun panas (Rampengan 2017). Penatalaksanaan DHF yaitu :

1. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue Tanpa Syok

Penatalaksanaan disesuaikan dengan gambaran klinis maupun fase, dan untuk

diagnosis DHF pada derajat I dan II menunjukkan bahwa anak mengalami DHF tanpa

syok sedangkan pada derajat III dan derajat IV maka anak mengalami DHF disertai

dengan syok. Tatalaksana untuk anak yang dirawat di rumah sakit meliputi:

a. Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air sirup, susu

untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam,

muntah, dan diare.

b. Berikan parasetamol bila demam, jangan berikan asetosal atau ibuprofen

karena dapat merangsang terjadinya perdarahan.

c. Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:

1) Berikan hanya larutan isotonik seperti ringer laktat atau asetat.


2) Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa

laboratorium (hematokrit, trombosit,leukosit dan hemoglobin) tiap

6 jam.

3) Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik,

turunkan jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan stabil.

Cairan intravena biasanya hanya memerlukan waktu 24-48 jam

sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah pemberian

cairan.

g. Apabila terjadi perburukan klinis maka berikan tatalaksana sesuai

dengan tatalaksana syok terkompensasi.

4. Penatalaksanaan Dengue Hemorrhagic Fever Dengan Syok

Penatalaksanaan DHF menurut WHO (2016), meliputi:

a. Perlakukan sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit

secara nasal.

b. Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti ringer laktat/asetan

secepatnya

c. Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian

kristaloid 20 ml/kgBB secepatnya (maksimal 30 menit) atau

pertimbangkan pemberian koloid 10-20 ml/kg BB/jam maksimal 30

ml/kgBB/24 jam.

d. Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin

menurun pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi:

berikan transfusi darah atau komponen.


e. Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer

mulai membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi

hingga 10 ml/kgBB dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan

tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis laboratorium.

f. Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-

48 jam. Perlu diingat banyak kematian terjadi karena pemberian

cairan yang terlalu banyak dari pada pemberian yang terlalu sedikit.

H. Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami demam berdarah

dengue yaitu perdarahan massif dan dengue shock syndrome (DSS) atau

sindrom syok dengue (SSD). Syok sering terjadi pada anak berusia kurang dari

10 tahun. Syok ditandai dengan nadi yang lemah dan cepat sampai tidak teraba,

tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau sampai nol, tekanan darah

menurun dibawah 80 mmHg atau sampai nol, terjadi penurunan kesadaran,

sianosis di sekitar mulut dan kulit ujung jari,

hidung, telinga, dan kaki teraba dingin dan lembab, pucat dan oliguria atau anuria

(Pangaribuan 2017).
I. PATWAY
J. Patway
J.

Bagan 2.1 Pathway DSumber: (Erdin 2018) (SDKI DPP PPNI 2017)
PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK
I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama Panggilan : An. W. L
2. Tempat tgl lahir/Usia : Tondano, 14-08-2020, 12/8 bulan
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Kristen Protestan
5. Pendidikan :-
6. Alamat : Perumahan Agape Tumaluntung Blok A8 no 17
7. Tanggal Masuk : 19-04-2021 (jam 11.45)
8. Tanggal Pengkajian : 19-04-2021
9. Diagnosa Medis : DHF Grade III
B. Identitas Orang tua/wali
1. Ayah/wali
a. Nama : Tn. A. W
b. Usia : 25 tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan/sumber penghasilan : Wiraswasta
e. Agama : Kristen Protestan
f. Alamat : Perumahan Agape Tumaluntung Blok A8 no 17
2. Ibu
a. Nama : Ny. F. L
b. Usia : 30 tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan/Sumber penghasilan : Wiraswasta
e. Agama : Kristen Protestan
f. Alamat : Perumahan Agape Tumaluntung Blok A8 no 17
C. Identitas saudara Kandung
No Nama Usia Hubungan Status Keluarga

II. Riwayat Kesehatan


A.Riwayat Kesehatan Sekarang
- Keluhan Utama : Keluarga pasien mengatakan kaki dan tangan anak
dingin dan demam sejak 5 hari SMRS, BAB coklat
kehitaman, Bintik bintik kemerahan pada kaki dan tangan
- Riwayat Keluhan Utama : Kaki dan tangan pasien dingin dan demam sejak 5 hari
SMRS, BAB coklat kehitaman, bintik bintik kemerahan
pada kaki dan tangan
- Keluhan pada saat pengkajian : Pasien Demam, menangis, gelisah, muntah
B. Riwayat Kesehatan Lalu (Khusus untuk anak usia 0-5 tahun)
1. Prenatal Care
a. Keluhan selama hamil yang dirasakan oleh ibu : Mual, muntah
b. Imunisasi TT: Ya/tidak
2. Natal
a. Jenis persalinan : Normal
b. Penolong persalinan : Bidan
c. Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan setelah melahirkan :
Tidak ada
3. Post Natal
a. Kondisi bayi : APGAR
b. Anak pada saat lahir tidak mengalami :
(Untuk semua usia)
> Klien pernah mengalami penyakit : Klien tidak pernah masuk RS sebelumnya
pada usia :
diberikan obat oleh :
> Riwayat Kecelakaan : Klien tidak ada riwayat kecelakaan
C. Riwayat Kesehatan Keluarga
Genogram

Ket : : Laki-Laki
: Perempuan

: Pasien
III . Riwayat Immunisasi (imunisasi lengkap)

No Jenis Waktu Pemberian Frekuensi Reaksi setelah pemberian


Immunisasi
1. BCG 0 bulan Tidak ada
2. DPT (I,II,III) 1,2,3 bulan Tidak ada
3. Polio 1,2,3 bulan Tidak ada
(I,II,III,IV)
4. Campak
5. Hepatitis 0 bulan Tidak ada

IV. Riwayat Tumbuh Kembang


A. Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan : 9,5 kg
2. Tinggi badan : 70 cm
3. Waktu tumbuh gigi : 7 bulan, gigi tanggal : - , jumlah gigi : 2 buah
B. Perkembangan Tiap Tahap
Usia anak saat
1. Berguling : 6 bulan
2. Duduk : 7 bulan
3. Merangkak : 7 bulan
4. Berdiri :
5. Berjalan :
6. Senyum kepada orang lain pertama kali : 6 bulan
7. Bicara pertama kali : 7 bulan dengan menyebutkan : Mama
8. Berpakaian tanpa bantuan :
V. Riwayat Nutrisi
A. Pemberian ASI : 0-1 bulan
B. Pemberian susu formula
1. Alasan pemberian : ibu dari pasien sibuk sehingga tidak dapat memberikan ASI
2. Jumlah pemberian : 250 cc, 5-6 x
3. Cara pemberian : dot
Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian
0-1 bulan ASI
2-6 bulan Susu Formula
7-8 bulan Susu Formula + bubur

VI. Riwayat Psikososial


> Anak tinggal bersama : Orang Tua, di : Perumahan Agape Tumaluntung Blok A8 no 17
> Lingkungan berada di :
> Rumah klien dekat dengan : , tempat bermain :
> Kamar klien :
> Rumah ada tangga : tidak
> Hubungan antar anggota keluarga : baik
> Pengasuh Anak : Orang Tua
VII. Riwayat Spiritual
> Support sistem dalam keluarga : Sangat baik
> Kegiatan Keagamaan : Tidak ada pantangan
VIII. Aktivitas Sehari hari
A. Nutrisi

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Selera Baik,makan bubur 3x
Menurun
Makan sehari dan susu

B. Cairan

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Jenis
Susu Susu + Oralit
Minuman
2. Frekuensi
5-6x/ hari 3-4x/hari
minum
3. Kebutuhan
Cairan
Susu diberikan Susu diberikan
4. Cara
menggunakan dot menggunakan dot
Pemenuhan

C. Eliminasi (BAB&BAK)
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Tempat
Pembuangan
2. Frekuensi
(Waktu)
3. KOnsistensi
4. Kesulitan
5. Obat
Pencahar

IX. Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan umum : Sakit
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-Tanda Vital :
a. Tekanan Darah :
b. Denyut Nadi : 90x/menit
c. Suhu : 37,9 C
d. Pernapasan : 40x/menit
4. Berat Badan : 9,5 kg
5. Tinggi Badan : 70 cm
6. Kepala
Inspeksi
Keadaan rambut & Hygiene Kepala : Rambut sehat dan Kepala Bersih
a. Warna rambut : Hitam
b. Penyebaran :
c. Mudah rontok :
d. Kebersihan rambut :Bersih

Palpasi
Benjolan : Tidak ada benjolan
Nyeri Tekan : Tidak ada nyeri tekan
Tekstur rambut : Halus
7.Muka
Inspeksi
a. Simetris/tidak : Simetris
b. Bentuk wajah : Bulat
c. Gerakan abnormal : Tidak ada
d. Ekspresi wajah : Menangis

Palpasi
Nyeri tekan/tidak : Tidak ada

Data lain:
8. Mata
Inspeksi
a. Pelpebra : Tidak ada edema, Tidak ada Radang
b. Sclera : Tidak Icterus
c. Congjungtiva : Tidak Radang,Tidak Anemis
d. Pupil : Isokor,Myosis, Refleks pupil terhadap cahaya Normal
e. Posisi Mata : Simetris
f. Gerakan bola mata : Normal
g. Penutupan kelompok mata : Normal
h. Keadaan bulu mata : Baik
i. Keadaan Visus : Normal
j. Penglihatan : Tidak Kabur, Tidak Diplopla

Palpasi
Tekanan bola mata : Normal

Data Lain:

9. Hidung & Sinus


Inspeksi
a. Posisi Hidung : Normal
b. Bentuk Hidung : Ujung hidung bulat
c. Keadaan septum :Normal
d. Secret/ cairan : Tidak ada
Data lain :
10. Telinga
Inspeksi
a. Posisi Telinga : Normal
b. Ukuran /bentuk telinga :Simetris
c. Aurikel : Normal
d. Lubang Telinga : Bersih
e. Pemakaian Alat bantu : Tidak ada

Palpasi
Nyeri tekan/ tidak : Tidak

Pemeriksaan Uji Pendengaran


a. Rinne
b. Weber
c. Swabach

Pemeriksaan Vestibuler

Data lain
11. Mulut
Inspeksi
a. Gigi
- Keadaan gigi : Baik
- Karang gigi/Karies : Tidak ada
- Pemakaian gigi palsu : Tidak ada
b. Gusi
Merah/Radang/Tidak : Merah
c. Lidah
Kotor/tidak : Tidak
d. Bibir
- Cianosis/Pucat/tidak : Pucat
- Basah/Kering/pecah : Kering
- Mulut berbau/tidak : tidak
- Kemampuan bicara : Belum mampu bicara
Data Lain

12. Tenggorokan
a. Warna mukosa : Pucat
b. Nyeri tekan : Tidak ada
c. Nyeri Menelan : Tidak ada

13. Leher
Inspeksi

Kelenjar thyroid : Tidak

Palpasi
a. Kelenjar Thyroid : Tidak membesar
b. Kaku kuduk/tidak : Tidak
c. Kelenjar limfe : tidak membesar

Data lain

14. Thorax dan pernapasan


a. Bentuk dada : Simetris
b. Irama Pernafasan : Reguler
c. Pengembangan di waktu bernapas : Normal
d. Tipe pernapasan : Pernapasan dada

Data lain

Palpasi
a.Vokal fremitus :
b. Massa/nyeri :

Auskultasi
a.Suara nafas : vaskuler
b. Suara tambahan :

Perkusi
Redup/pekak/hypersonor/tympani :

Data lain

15. Jantung
Palpasi
Ictus cordis :

Perkusi
Pembesaran Jantung :

Auskultasi
a. BJ I :
b. BJ II :
c. BJ III :
d. Bunyi jantung tambahan :
Data lain
16. Abdomen
Inspeksi
a. Membuncit : Ya
b. Ada luka/tidak : Tidak ada luka

Palpasi
a. Hepar :
b. Lien :
c. Nyeri tekan : Tidak

Auskultasi
Peristaltik :

Perkusi
a. Tympani :
b. Redup :
Data lain
17. Genetalia dan Anus : Normal
18. Ekstremitas
Ekstremitas atas
a. Motoric
- Pergerakan kanan/kiri : Normal
- Pergerakan abnormal :Tidak ada
- Kekuatan otot kanan/kiri : 5 (Tidak didapatkan kelumpuhan/kondisi normal)
- Tonus otot : Normal
- Koordinasi gerak : Normal
b. Refleks
- Riceps kanan/kiri : Normal
- Triceps kanan/kiri : Normal
c. Sensori
- Nyeri : Normal
- Rangsangan suhu : Normal
- Rasa raba : Normal

Ekstremitas bawah
a. Motoric
- Gaya berjalan : belum bias berjalan
- Kekuatan kanan/kiri : Normal (5)
- Tonus otot kanan/kiri : Normal
b. Reflex
- KPR kanan/kiri :
- APR kanan/kiri :
- Babinsky kanan/kiri :
c. Sensori
- Nyeri : Normal
- Rangsangan suhu : Normal
- Rasa raba : Normal
Data Lain
19. Status Neurologi
Saraf-Saraf cranial
a. Nervus I (Olfactorius) : Penghidu :
b. Nervus II ( Opticus) : penglihatan :
c. Nervus III,IV,VI (oculomotorius,Trochlearis,Abducens)
- Konstriksi pupil
- Gerakan kelopak mata
- Pergerakan bola mata :
- Pergerakan mata kebawah & dalam :
d. Nervus V ( Trigeminus)
- Sensibilitas/ sensori :
- Reflex dagu :
- Reflex cornea :
e. Nervus VII (Facialis)
- Gerakan mimic :
- Pengecapan2/3 lidah bagian depan :
f. Nervus VIII (Acusticus)
- Fungsi pendengaran :
g. Nervus IX dan X ( Glosopharingeus dan vagus)
- Refleks menelan :
- Refleks Muntah :
- Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang :
- Suara :
h. Nervus XI (Assesorius)
- Memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan: Normal
- Mengangkat bahu : Normal
i. Nervus XII ( Hypoglossus)
- Deviasi lidah :

Tanda-tanda perangsangan selaput otak


a. Kaku kuduk : Tidak ada
b. Kerign sign :
c. Refleks Brudzinski :
d. Refleks Lasegu :

Data Lain :

X. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0-6 Tahun)


Dengan menggunakan DDST
1. Motoric kasar
2. Motoric halus
3. Bahasa
4. Personal social

XI. Test Diagnostik ( Laboratorium,Foto Rontgen,CT scan,MRI,USG,EEG,ECG)


Hasil Laboratorium (19-04-2021)
Hematologi Hasil Nilai Rujukan Satuan
leukosit 10.1 6.0-16.0 10^3/uL
Eritrosit 3.45 3.90-5.10 10^6/uL
Hemoglobin 10.0 11.1-14.1 g/dL
Hematocrit 29.8 30.0-38.0 %
Trombosit 112 200-550 10 3/uL
^

MCH 29.1 25.0-29.0 Pg


MCHC 33.7 32.0-36.0 g/dL
001 Eosinofil 0 1-5 %
002 Basofil 4 0-1 %
003 Netrofil
0 2-8 %
Batang
004 Netrofil
52 50-70 %
Segmen
005 Limfosit 26 20-40 %
006 Monosit 18 2-8 %
MCV 86.3 72.0-84.0 fL

XII. Terapi saat ini


- Asering 24ml (IV)
- Ceftriaxone 500mg (IV)
- Paracetamol 10mg (IV)
- Vitamin K 4mg extra (IV)
- Paracetamol Syr 70 mg (Oral)
ANALISA DATA

N DATA ETIOLOGI MASALAH


O
1 DS: Ibu pasien mengatakan Infeksi virus dengue Hipertermia
demam anaknya naik turun
DO: Masuk ke pembuluh
- SB: 37.9⁰c darah
- Kulit teraba hangat
- Tampak gelisah Viremia
- Menangis
- Nadi: 90x/menit
- Respirasi: 40x/menit
- Pucat
2 DS: Infeksi virus dengue Resiko
- ibu pasien ketidakseimbangan
mengatakan anaknya Masuk ke pembuluh elektrolit
lemah dan muntah darah
- Ibu pasien
mengatakan anak Viremia
muntah 2x
Do: Stimus RES
- Mukosa bibir kering hepatimegali
- muntah
Mual, muntah,
anorexra
3 DS: ibu pasien mengatakan Infeksi virus dengue Resiko perdarahan
anaknya lemah berhubungan dengan
DO: Masuk ke pembuluh gangguan koagulasi
- trombosit 112 darah trombositopenia
10^3/uL
- BAB berwarna hitam Viremia

Agregasi trombosit

Pelepasan ADP

Trombosit rusak
Format Rencana Asuhan Keperawatan
Nama / Umur : An W.L / 8 bulan
Ruang / Kamar : Irina EAtas / Kamar 4 bad 4
Tanggal Diagnosa Hasil yang di harapkan Rencana Keperawatan Tanda
Keperawatan tangan
20/04/2021 Hipertermi Setelah dilakukan tindakan Observasi
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam - identifikasi penyebab hipertermia
proses penyakit diharapkan termoregulasi - Monitor suhu tubuh
membaik dengan kriteria - monitor komplikasi akibat hipertermia
hasil:
1. pucat menurun Terapetik
2. Suhu tubuh membaik - sediakan lingkungan yang dingin
3. tampak tenang - longgarkan atau lepaskan pakaian
- lakukan pendiginan eksternal
- berikan oksigen jika perlu

Edukasi
- anjurkan tirah baring

Kolaborasi
- kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
20/04/2021 Resiko Setelah dilakukan tindakan Observasi
ketidakseimbangan keperawatan selama 3x24 jam - Identifikasi tanda & gejala
elektrolit di harapkan keseimbangan ketidakseimbangan elektrolit
berhubungan dengan cairan meningkat dengan - Identifikasi penyebab ketidaseimbangan
ketidakseimbangan kriteria hasil : elektrolit
cairan 1. asupan cairan - Identifikasi kehilangan elektrolit melalui
meningkat cairan
2. kelembapan membran
mukosa meningkat’ Terapetik
3. dehidrasi menurun - Berikan cairan ,jika perlu
Edukasi
- Jelaskan jenis, penyebab, dan penanganan
ketidakseimbangan elektrolit

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian suplemen elektrolit
20/04/21 Resiko perdarahan Setelah dilakukan tindakan Observasi
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam - Identifikasi penyebab perdarahan
gangguan koagulasi diharapkan tingkat perdarahan - Monitor terjadinya perdarahan
trombositopenia menurun dengan kriteria - Monitor nilai hemoglobin dan hematocrit
hasil : - Monitor intake dan output cairan
1. kelembapan - Monitor koagulasi darah
membrane mukosa
meningkat Terapetik
2. trombosit dalam batas - Pertahankan akses IV
normal
3. tidak ada tanda-tanda Edukasi
perdarahan - Jelaskan tanda-tanda perdarahan
- Anjurkan melapor jika menemukan tanda-
tanda perdarahan

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan, jika perlu
Implementasi Keperawatan
Nama / Umur : An. W.L/ 8 Bln
Ruang/ Kamar : Irina E atas, K4.B3
No DP WAKTU PELAKSANAAN KEPERAWATAN NAMA JELAS
Hipertermi 20/4/2021 1. Observasi
 Mengidentifikasi penyebab hipertermi
berhubungan
 Memonitor suhu badan, SB = 38,1 0C
dengan proses  Memonitor komplikasi akibat hipertermia
penyakit 2. Terapeutik
 Menyediakan lingkungan yang dingin
 Melonggarkan aku melepaskan pakaian
 Melakukan pendinginan eksternal : menggunakan bye-bye fever
 Memberikan oksigen
3. Edukasi
 Menganjurkan tirah baringjika perlu
4. Kolaborasi
 Berkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
- asering 24 ml - Ceftriaxone 500mg - Paracetamol 10mg
Resiko 20/4/2021 1. Observasi
 Mengidentifikasi tanda dan gejala ketidakseimbangan cairan
Ketidaksimbangan
 Mengidentifikasi penyebab ketidakseimbangan elektrolit
cairan  Mengidentifikasi kehilangan elektrolit melalui cairan
berhubungan 2. Terapeutik
 Memberikan cairan : Asering 24ml, Oralit
dengan ketidak 3. Edukasi
seimbangan cairan  Menjelaskan jenis, penyebab dan penanganan ketidakseimbangan
cairan
4. Kolaborasi
 Berkolaborasi pemberian suplemen elektrolit
Resiko perdarahan 20/4/2021 1. Observasi
berhubungan  Mengidentifikasi penyebab perdarahan
dengan gangguan  Memonitor terjadinya perdarahan
koagulasi  Memonitor nilai hemoglobin dan hematokrit
(trombositopenia)
 Memonitor intake dan output cairan : makan 30ml, minum 230ml,
Asering 500ml, muntah ± 100ml, urine ± 100ml
 Memonitor koagulasi darah

2. Terapeutik
 Mempertahankan akses IV
3. Edukasi
 Menjelaskan tanda-tanda perdarahan
 Menganjurkan melaporkan jika menemukan tanda-tanda
perdarahan
4. Kolaborasi
 Berkolaborasi pemberian cairan
- Vitamin K 4mg

No DP WAKTU PELAKSANAAN KEPERAWATAN NAMA


JELAS
4. 1. Hipertermi 21/4/2021 1. Observasi
 Mengidentifikasi penyebab hipertermi
berhubungan
 Memonitor suhu badan, SB = 38,8 0C
dengan proses  Memonitor komplikasi akibat hipertermia
penyakit 2. Terapeutik
 Menyediakan lingkungan yang dingin
 Melonggarkan atau melepaskan pakaian
 Melakukan pendinginan eksternal :
menggunakan bye-bye fever
 Memberikan oksigen jika perlu
3. Edukasi
 Menganjurkan tirah baring
4. Kolaborasi
 Berkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena
- Ceftriaxone 500mg - Paracetamol 70mg
5. Resiko 21/4/2021 1. Observasi
 Mengidentifikasi tanda dan gejala
Ketidaksimbangan
ketidakseimbangan elektrolit
elektrolit  Mengidentifikasi penyebab ketidakseimbangan
berhubungan elektrolit
 Mengidentifikasi kehilangan elektrolit melalui
dengan ketidak cairan
seimbangan cairan 2. Terapeutik
 Memberikan cairan, jika perlu
3. Edukasi
 Menjelaskan jenis, penyebab dan penanganan
ketidakseimbangan elektrolit
4. Kolaborasi
 Berkolaborasi pemberian suplemen elektrolit
1. 2. Resiko perdarahan 21/4/2021 1. Observasi
berhubungan  Mengidentifikasi penyebab perdarahan
dengan gangguan  Memonitor terjadinya perdarahan
koagulasi  Memonitor nilai hemoglobin dan hematokrit
(trombositopenia) Hemoglobin 9,6 g/dl
Hematokrit 29,1%
Trombosit 148 10^3/ul
 Memonitor intake dan output cairan : makan ±
150ml, minum ± 150ml, urine ± 300ml
 Memonitor koagulasi darah
2. Terapeutik
 Mempertahankan akses IV
3. Edukasi
 Menjelaskan tanda-tanda perdarahan
 Menganjurkan melaporkan jika menemukan
tanda-tanda perdarahan

4. Kolaborasi
 Berkolaborasi pemberian cairan
- Vitamin K 4mg

No DP WAKTU PELAKSANAAN KEPERAWATAN NAMA JELAS


. Hipertermi 22/4/2021 1. Observasi
 Mengidentifikasi penyebab hipertermi
berhubungan
 Memonitor suhu badan, SB = 38,8 0C
dengan proses  Memonitor komplikasi akibat hipertermia
penyakit 2. Terapeutik
 Menyediakan lingkungan yang dingin
 Melonggarkan atau melepaskan pakaian
 Melakukan pendinginan eksternal :
 Memberikan oksigen jika perlu
3. Edukasi
 Menganjurkan tirah baring
4. Kolaborasi
 Berkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
- Ceftriaxone 500mg - Paracetamol 70mg
Resiko 22/4/2021 1. Observasi
 Mengidentifikasi tanda dan gejala ketidakseimbangan elektrolit
Ketidaksimbangan
 Mengidentifikasi penyebab ketidakseimbangan elektrolit
elektrolit  Mengidentifikasi kehilangan elektrolit melalui cairan
berhubungan 2. Terapeutik
 Memberikan cairan, jika perlu
dengan ketidak
3. Edukasi
seimbangan cairan  Menjelaskan jenis, penyebab dan penanganan ketidakseimbangan
elektrolit
4. Kolaborasi
Berkolaborasi pemberian suplemen elektrolit
. Resiko perdarahan 22/4/2021 1. Observasi
berhubungan  Mengidentifikasi penyebab perdarahan
dengan gangguan  Memonitor terjadinya perdarahan
koagulasi  Memonitor nilai hemoglobin dan hematokrit
(trombositopenia)
 Memonitor intake dan output cairan : makan ± 150ml, minum ±
180ml, urine ± 100ml
 Memonitor koagulasi darah
2. Terapeutik
a. Mempertahankan akses IV

3. Edukasi
b. Menjelaskan tanda-tanda perdarahan
c. Menganjurkan melaporkan jika menemukan tanda-tanda
perdarahan
4. Kolaborasi
d. Berkolaborasi pemberian cairan
-
Evaluasi Keperawatan
Nama / Umur : An. W.L/ 8 Bln
Ruang/ Kamar : Irina E atas, K4.B3
Tanggal Evaluasi (S O A P) Nama
20 April 2021 S:
- ibu pasien mengatakan demam anaknya naik turun
- ibu pasien mengatakan anaknya lemah dan muntah 2x
O:
- SB: 38.1⁰C
- Kulit teraba hangat
- Tampak gelisah
- Menangis
- Nadi: 90x/menit
- Respirasi: 40x/menit
- Pucat
- Mukosa bibirbkering
- Muntah
- BAB coklat kehitaman
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
21 April 2021 S:
- Ibu pasien mengatakan anaknya demam, gelisah dan menangis
- Ibu pasien mengatakan anaknya sulit tidur
O:
- SB: 38.2⁰C
- Kulit teraba hangat
- Tampak gelisah
- Menagis
- Nadi: 80x/menit
- Respirasi: 26x/menit
- Pucat
- Mukosa bibir lembab
- Trombosit 148 10^3uL
- BAB kuning kecoklatan
A:
- Resiko ketidakseimbangan b/d ketidakseimbangan cairan Teratasi
- Hipertermi b/d proses penyakit
- Resiko perdarahan b/d gangguan koagulasi (trombositopenia)
Belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
22 April 2021 S:
- Ibu pasien mengatakan badan pasien hangat, susah tidur dan gelisa
O:
- SB: 37.6⁰C
- Kulit teraba hangat
- Tampak gelisah
- Nadi: 88x/menit
- Respirasi: 28x/menit
- Mukosa bibir lembab
A:
- Hipertermi b/d proses penyakit
- Resiko perdarahan b/d gangguan koagulasi (trombositopenia)
- Belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai