B. KASUS SKIZOFRENIA
Tn. H, 29 tahun, seorang petani dating dibawa oleh keluarga ke UGD RSJ Provinsi
Lampung pada tanggal 21 Mei 2018. Pasien Cahyaningsih FR, Claudia Joy Hotmaulina
Hutauruk |Laporan KasusSkizofrenia Paranoid pada Laki-Laki Usia 29 Tahun Majority |
Volume 8 | Nomor 1| Maret 2019| 52 datang dalam keadaan terikat, gelisah, dan
memberontak. Hasil autoanamnesis dari ayahdidapatkan bahwa pasien sebelumnya
bekerja di Jakarta pada tahun 2014, kemudian pasien mengalami putus cinta dan
mengalami perubahan-perubahan hingga akhirnya pulang
ke Lampung tahun 2017. Setelah itu pasien tampak sering melamun, berbicara dan
tertawa sendiri, serta memiliki kepercayaan yang salah bahwa dirinya sudah menikah
dan memiliki anak. Keluarga sudah mencoba pengobatan tradisional namun tidak ada
perubahan sehingga pasien dibawa ke RSJ Provinsi Lampung. Pemeriksaan fisik
didapatkan setelah pasien tenang di bangsal perawatan pada tanggal 2 Juni 2018. Saat
wawancara, keadaan umum pasien compos mentis, penampilan sesuai usia, pasien
duduk tenang dan dapat menjawab semua pertanyaan degan baik, kontak mata dengan
pertanyaan, kuantitas dan kualitas cukup. Pada pasien didapatkan mood disforik, afek
terbatas, dan keserasian cukup serasi. Pada pasien juga ditemukan adanya riwayat
halusinasi auditorik, waham kejar, rujukan, kebesaran dan waham sistematik. Pasien
memiliki tilikan satu serta Reality Testing of Ability ditemukan gangguan dalam
kemampuan menilai realitas. Pasien mendapatkan terapi psikofarmaka berupa
risperidone 2 x 2mg, serta psikoterapi padapasien dan keluarga pasien berupa edukasi
mengenai penyakit dan pengobatan yang diberikan pada pasien.
C. Depresi
Dalam silsilah keluarga van Gogh tidak ada yang pernah mengidap gangguan
mental seperti yang dialami sang pelukis. Semenjak kecil, van Gogh adalah anak dengan
suasana hati yang mudah berubah, hanya mau mengikuti keinginannya sendiri, dan
terkadang menyebalkan menurut orang di sekitarnya. Sifat dan fisiknya ini diduga
muncul karena ia pernah mengalami trauma kepala pada masa kecilnya.Perubahan
suasana hati yang tidak stabil ini bertambah parah semakin ia beranjak dewasa, mulai
dari tidak bisa mempertahanakan pekerjaannya sebagai pelukis karena depresi, hingga
terancam akan dimasukkan ke rumah sakit jiwa oleh ayahnya. Karena
ketidakstabilannya, Vincent masih bergantung pada saudaranya, Theo, dalam hal
finansial. Oleh karena itu, ia sering berkirim surat dengan Theo. Dalam surat-suratnya ini
ia menceritakan berbagai hal, mulai dari penggunaan absentine dan cognag sebagai
sarana koping dari emosinya yang tidak stabil, hingga bagaimana ia menggunakan seni
untuk menumpahkan perasaannya.Kondisi Vincent van Gogh bertambah parah seiring
berjalannya waktu, perubahan suasana hati yang tidak dapat diprediksi dari euphoria ke
depresi menjadi lebih sering terjadi. Ia sendiri tidak dapat memahami apa yang terjadi
padanya, terkadang ia merasakan kecemasan yang parah tanpa alasan, terkadang ia
merasa kosong dan terkadang ia merasa sangat melankolis.Kejadian paling buruk adalah
saat ia mengejar rekannya, Gauguin, dengan pisau tanpa alasan yang jelas, kemudian ia
memotong telinganya sendiri untuk diberikan pada Rachel, pelacur favoritnya.
Tindakannya ini membuat Vincent pingsan dan harus dibawa ke rumah sakit. Di rumah
sakit keadaannya bertambah parah sampai ia harus diletakkan dalam ruang isolasi
selama 3 hari. Anehnya, setelah keadaannya membaik, Vincent tidak mengingat apapun
yang terjadi sebelumnya.Saat itu, Vincent didiagnosa dengan epilepsi dan diberikan
potasium bromide sebagai obat. Setelah diberikan obat, Vincent mengaku ia merasa
lebih baik, halusinasinya berkurang namun depresinya tidak membaik, namun Vincent
juga tau bahwa ia tidak akan bisa benar-benar lepas dari episodenya. Setelah itu ia
masih mengalami beberapa kali episode berat hingga ia mengalami episodenya yang
terlama dan terakhir yang berlangsung dari bulan februari hingga april 1890.Setelah
Theo berkeluarga, Vincent merasa hubungannya dengan saudaranya terancam. Ia
menuliskan dalam suratnya bahwa jika ia tidak memiliki pertemanan dengan Theo, ia
pasti sudah bunuh diri. Tiga hari kemudian, Vincent menembak dirinya sendiri di perut
bagian atas di padang rumput di area luar Auvers. Ia meninggal 2 hari kemudian dengan
Theo disisinya
D. Biopolar
Tahun 2009, Andriani Marshanda pernah meluapkan emosi kesedihan dan
kemarahan dalam rekaman video yang publikasikan di Youtube. Sebagai artis yang
dikenal banyak orang, video itu pun langsung menjadi perbicangan hangat. Berbagai
komentar muncul meski publik tak tahu pasti apa yang terjadi dan dirasakan Marshanda
saat itu. Beberapa tahun kemudian, Marshanda mengaku saat itu sedang depresi,
halusinasi, hingga tidak bisa tidur. Ia juga memendam rasa sedih karena orangtuanya
bercerai sejak ia masih kecil. Di tahun 2009 itu, wanita yang akrab disapa Caca ini
ternyata juga didiagnosis gangguan jiwa bipolar oleh dokter.
Di usia 20 tahun itu, Caca mengabaikan diagnosis dokter. Ia juga tak paham betul apa itu
bipolar. Menurut Caca, mereka yang lebih cenderung menggunakan otak kanan dalam
berpikir adalah orang lebih bisa mengerti dirinya saat itu. “Aku bertemu dengan
lingkungan yang bagi mereka tuh bipolar bukan sakit dan mereka membuat aku merasa,
aku enggak mengerikan. Mereka membuat aku merasa normal kalau aku nangis.
Mereka Sementara ketika bertemu orang-orang yang lebih cenderung otak kiri, Caca
merasa dipandang berbeda. “Mereka lihat orang ekspresif, bingung karena mereka
enggak gitu. Ketika aku blak-blakan, terlalu terbuka, mereka enggak nyaman. Mungkin
maksud mereka enggak begitu ya,” kata ibu satu anak ini. Pemain sinetron Bidadari itu
akhirnya lebih memilih bergaul dengan orang-orang yang mendukungnya dan mengerti
kondisinya. Menerima kenyataan Caca sempat mengalami penolakan yang cukup lama
terhadap penyakitnya. Empat tahun kemudian, ia baru benar-benar bisa menerima
terkenagangguan bipolar.
E. KASUS TOURATTE
Ketika R.G. berusia 15 tahun, ia mengembangkan tics (gerakan atau vokalisasi
yang tidak disengaja, berulang, stereotipik). Untuk minggu pertama, tics-nya hanya
sekedar berkedip-kedip, tetapi setelah itu gejalanya mulai terlihat pada bagian tubuh
lainnya, terutama lengan dan kaki . R.G. dan keluarganya sangat religius, jadi itu hal
yang menyedihkan ketika tics yang dialami R.G membuat dirinya berkata kasar . Dia
mulai mengutuk berulang-ulang tanpa sadar. Kutukan.berkata kasar yang tidak disengaja
adalah gejala umum sindrom Tourette dan beberapa gejala gangguan psikiatri dan
neurologis lainnya. R.G. juga mulai memunculkan perilaku menggonggong seperti
anjing. Akhirnya, dia mengembangkan echolalia, yaitu kondisi medis yang diamana
indivdu akan mengulang kata/ucapan yang barusaja terdengar. Ketika ibunya berkata,
“Makan malam sudah siap,” dia menjawab, “Sudah siap, apakah—siap." Sebelum
timbulnya gejala RG, dia adalah seorang siswa palign cerdas di sekolahnya, ia selalu
tampak bahagia dan memiliki kepribadian yang ramah dan menarik. Begitu gejalanya
timubul dan memparah, dia sering dicemooh, ditertawakan, dan diejek oleh teman-teman
sekolahnya. Dia kemudia menjadi cemas, depresi, dan mulai menutup diri yang
menyebabkan nilai-nilainya anjlok. Ketika R.G dibwa ke psikiater oleh orang tuanya,
kondisinya langsung didiagnosis ternyata diiketahui dari hasi diagnosis psikiater R.G
mengalami gejala Tourette sindrom.
KASUS KECELAKAAN BUS PARIWISATA SURABAYA-MOJOKERTO
Terjadi kecelekaan lalu lintas di jalan tol Surabaya-Mojokerto di KM 712-400 pada senin pagi
yang melibatkan sebuah bus pariwisata yang berpenumpang dan menabrak tiang pesan di sisi
kiri jalan tol. Berdasarkan investigasi kepolisian awalnya 13 orang penumpang ditemukan tewas
dan belasan lainnya luka berat langsung dibawakan kerumah sakit terdekat,kemudian korban
bertambah menjadi 14 orang setelah satu meninggal dirumah sakit. Menurut Kasat Lantas
Polresta Mojokerto AKP Heru Budi Santoso Kronologis kejadiannya adalah sebagai berikut yang
dilansir dari berbagai media masa yang cukup kredibel seperti Kompas TV, Liputan 6,dan CNN.
Awalnya bus pariwisata tersebut sedang berangkat dari Yogyakarta ke Surabaya kemudian saat
berada di jalan tol mojokerto KM 712-400 bus tersebut oleng ke kiri dan menabrak tiang pesan
yang ada disana sehingga menyebabkan benturan keras dan mobilnya pun hingga terguling-
guling ke sisi kanan jalan tol, alhasil kejadian ini menyebabkan begitu banyak korban dari
penumpang bus tersebut diketahui sopir tersebut yang bernisial AF selamat atas kejadian
tersebut langsung dilarikan ke rumah sakit dan diperiksa oleh kepolisian. Berdasarkan
investigasi Komite Nasional Keselamatan Tranportasi (KNKT) dan Dinas Perhubungan provinsi
Jawa Timur, Penyebab kecelakaan bukan karena kondisi kenderaan dan jalan yang tidak layak
tapi murni kelalaian sopir bus cadangan tersebut. Tidak ada ditemukan indikasi ketidaklayakan
kenderaan dari segi rem, mesin, dan sebagainya. Namun tidak ditemukan adanya bekas
penggunaan rem sebelum kecelakaan terjadi, Oleh karena itu dari hasil investigasi tersebut
diduga kalau supir mengantuk terlihat dari respon sebelum bentrokan ia tidak ada melakukan
upaya mengerem dan sebagainya. Selain itu ditemukan bahwa supir bus diduga menggunakan
sabu berdasarkan tes darah yang dilakukan kepolisian mengenai kapan terakhir dia
menggunakannya dan darimana ia mendapatkan barang terlarang tersebut masih dalam
penelusuran yang lebih mendalam dari pihak kepolisian.