Anda di halaman 1dari 18

Journal Of Accounting, Volume 2 No.

2 Maret 2016

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM


DALAM MENENTUKAN TARIF JASA RAWAT INAP
(Studi Kasus Pada Rumah Sakit Umum RA. KARTINI Kabupaten Jepara)

Nasikhatun Najah )
Kharis Raharjo )
Rita Andini )

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode Activity Based Costing
System dalam kaitannya dengan penentuan tarif jasa rawat inap pada RSU RA. Kartini Jepara
dan untuk mengetahui perbandingan besarnya tarif jasa rawat inap dengan menggunakan
metode yang diterapkan rumah sakit selama ini dengan metode Activity Based Costing System
pada RSU RA. Kartini Jepara. Serta menjadi salah satu masukan yang memberikan informasi
mengenai metode Activity Based Costing System terutama dalam penerapannya pada sebuah
rumah sakit yang orientasi utamanya adalah pelayanan masyarakat.
Penelitian ini dilaksanakan pada RSU RA. Kartini Jepara yang terletak di Jl. K. H.
Wahid Hasyim No. 175 Bapangan Jepara. Metode analisis yang digunakan adalah dengan
menggunakan metode deskriptif komparatif yaitu analisis tarif rumah sakit saat ini, menetapkan
metode biaya berdasarkan Activity Based Costing System, kemudian membandingkan tarif jasa
rawat inap rumah sakit berdasarkan Activity Based Costing System dengan realisasinya. Data-
data penelitian didapat dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dengan bagian
keuangan dan bidang pelayanan medik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari perhitungan tarif rawat inap dengan
menggunakan Activity Based Costing System, apabila dibandingkan dengan tarif yang
digunakan oleh rumah sakit maka Activity Based Costing System memberikan hasil yang lebih
besar untuk Kelas I sebesar Rp. 126.972,14, Kelas II sebesar Rp. 124.359,04, dan Kelas III
sebesar Rp. 119.076,10. dan memberikan hasil yang lebih kecil untuk Kelas VIP A sebesar Rp.
147.354,06, dan VIP B sebesar Rp. 139.736,68. Terjadinya selisih harga dikarenakan pada
metode Activity Based Costing, pembebanan biaya overhead pada masing-masing produk. Pada
metode akuntansi biaya tradisional biaya overhead pada masing-masing produk hanya
dibebankan pada satu cost driver saja, yaitu jumlah hari rawat inap pasien sehingga dalam
perhitungan harga pokok tidak memperoleh hasil yang tepat. Akibatnya cenderung terjadi
distorsi pada pembebanan biaya overhead. Sedangkan pada metode ABC, biaya overhead pada
masing-masing produk dibebankan pada banyak cost driver. Sehingga dalam metode ABC,
telah mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap kamar secara tepat berdasarkan
konsumsi masing-masing aktivitas, yaitu: jumlah hari rawat inap, jumlah pasien dan luas
ruang per kelas sehingga perhitungan harga pokok dan harga jual jasa lebih tepat dan akurat.

Kata kunci : Activity Based Costing System, Cost Driver.


Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Unpand

Dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Unpand

Dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Unpand
Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016

PENDAHULUAN memberikan jasa pelayanan kesehatan,


rumah sakit memperoleh penghasilan dari
Latar Belakang pendapatan jasa dan fasilitas yang
Dalam era globalisasi dan ditunjang diberikan. Salah satunya adalah jasa rawat
perkembangan dunia usaha yang semakin inap. Dimana pendapatan dari jasa tersebut
pesat mengakibatkan naiknya persaingan didapat dari tarif yang harus dibayar oleh
bisnis. Persaingan tidak hanya muncul pada pemakai jasa rawat inap. Penentuan tarif
perusahaan yang baru berdiri tetapi jasa rawat inap merupakan suatu keputusan
perusahaan yang sudah lama berdiri pun yang sangat penting, karena dapat
pasti timbul persaingan. Masing-masing mempengaruhi profitabilitas suatu rumah
perusahaan beradu strategi. Untuk sakit.Dengan adanya berbagai macam
menghadapi persaingan tersebut dibutuhkan fasilitas pada tarif jasa rawat inap, serta
manajemen yang andal dan mampu jumlah biaya overhead yang tinggi, maka
mengantisipasi persaingan dan bisa semakin menuntut ketetapan dalam
menjalankan perusahaan yang efektif dan pembebanan biaya yang sesungguhnya
efisien. Persaingan tersebut tidak hanya di (Riadi Budiman, 2012: 19).
bidang manufaktur/industri tetapi juga di Rumah sakit dituntut untuk dapat
bidang usaha pelayanan jasa. Salah satu memanfaatkan teknologi dan tenaga-tenaga
bentuk usaha pelayanan jasa adalah jasa ahli di bidang kesehatan, bidang
kesehatan, terutama jasa rumah sakit. Hal komunikasi, informasi, dan bidang
ini terbukti semakin banyaknya rumah sakit transportasi yang dapat mendukung jasa
yang didirikan baik pemerintah maupun pelayanan kesehatan sehingga rumah sakit
swasta. Akibat dari perkembangan rumah mampu memberikan pelayanan kesehatan
sakit yang semakin pesat ini, menimbulkan yang terbaik. Pemanfaatan berbagai
persaingan yang ketat pula. Sehingga teknologi dan tenaga-tenaga ahli membuat
menuntut adanya persaingan atas produk biaya operasional yang di keluarkan rumah
dan kepercayaan pelanggan (Riadi sakit menjadi besar yang akan berdampak
Budiman, 2012:19). pada tarif jasa rawat inap yang tinggi (Zinia
Rumah sakit merupakan organisasi Th. A. Sumilat, 2013: 455). Untuk itu
atau perusahaan berorientasi non profit atau rumah sakit memerlukan suatu strategi yang
disebut juga perusahaan nirlaba. Rumah dapat membantu meningkatkan daya saing
sakit juga suatu unit usaha jasa yang yang unggul dan dapat melakukan efisiensi
memberikan jasa pelayanan sosial di bidang dalam melakukan aktivitasnya. Efisiensi
medis klinis. Pengelolaan unit usaha rumah dapat dicapai dengan melakukan aktivitas
sakit mempunyai keunikan tersendiri yang bernilai tambah (value added activity)
karena selain sebagai unit bisnis, juga secara lebih baik dengan menghilangkan
memiliki nilai sosial. Salah satu fungsi aktivitas yang tidak bernilai tambah (non
rumah sakit yaitu penyelenggaraan valueadded) dan pemborosan lainnya. Oleh
pelayanan pengobatan dan pemulihan karena itu rumah sakit dalam penentuan
kesehatan sesuai dengan standar pelayanan tarif jasa rawat inap harus kompetitif dan
rumah sakit. Rumah sakit berpengaruh melakukan efisiensi biaya agar dapat
besar bagi kelangsungan hidup suatu memenangkan persaingan dengan cara
negara, karena masyarakat yang sehat dan menentukan tarif yang lebih rendah dan
bebas dari penyakit dapat bekerja secara kualitas atau jasa yang lebih tinggi dari
maksimal serta berpengaruh secara tidak pada pesaing, dan hal tersebut dapat
langsung kepada kelangsungan hidup dilakukan dengan menghitung secara akurat
negara tersebut. Karena pentingnya peran biaya tetap dan biaya variabel yang
serta besarnya pengaruh rumah sakit bagi dikeluarkan oleh perusahaan (Dani Saputri,
kesehatan dan produktifitas masyarakat 2012).
(Zinia Th. A. Sumilat, 2013: 455). Perhitungan harga pokok pada
Tugas utama rumah sakit adalah awalnya di terapkan dalam perusahaan
memberikan jasa pengobatan, perawatan, manufaktur, akan tetapi dalam
dan pelayanan kesehatan. Dalam perkembangannya perhitungan harga pokok
telah di adaptasi oleh perusahaan jasa, memenuhi kebutuhan mereka. Manajer-
perusahaan dagang, dan sektor nirlaba. manajer menginginkan biaya-biaya
Dalam akuntansi biaya, tarif jasa tersebut dikembangkan pada aktivitas-aktivitas
dapat ditentukan berdasarkan harga pokok dengan suatu dasar yang lebih tepat. Hal ini
produk. Penghitungan harga pokok produk mendorong ke arah pengembangan sistem
jasa pada rumah sakit bertujuan untuk activity based costing(Masiyah Kholmi dan
menghitung biaya-biaya yang dikeluarkan Yuningsih, 2009 : 226).
untuk pelayanan jasanya dengan demikian Metode Activity Based Costing
pihak rumah sakit dapat menentukan harga (ABC) dapat mengendalikan biaya melalui
pelayanan jasanya kepada konsumen. penyediaan informasi tentang aktivitas yang
Akuntansi baiya tidak hanya menyajikan menjadi penyebab timbulnya biaya. Metode
perhitungan biaya persediaan dan harga ini memiliki dasar pemikiran bahwa biaya
pokok penjualan dalam penyajian laporan ada penyebabnya, dan penyebab biaya
laba rugi, akan tetapi akuntansi biaya dapat dikelola (Mulyadi, 2006). Activity
melengkapi manejemen dengan perangkat Based Costing (ABC) didefinisikan sebagai
akuntansi untuk aktivitas perencanaan dan suatu sistem pendekatan perhitungan biaya
pengendalian, perbaikan kualitas, dan yang dilakukan berdasarkan aktivitas-
efisiensi. Dalam hal ini, pengumpulan, aktivitas yang ada di perusahaan, sistem ini
penyajian, dan analisis informasi dalam dilakukan dengan dasar pemikiran bahwa
kaitannya dengan biaya serta bermanfaat penyebab timbulnya biaya adalah aktivitas
dalam membantu manajemen dalam yang dilakukan oleh perusahaan, sehingga
mencapai tugas-tugas (Carter dan Usry, wajar bila pengalokasian biaya-biaya tidak
2006 : 11, dikutip oleh Masiyah Kholmi langsung dilakukan berdasarkan aktivitas
dan Yuningsih, 2009 : 8). tersebut (Hongren 2005, dikutip Firdaus
Tarif merupakan aspek yang sangat Ahmad Dunia dan Wasilah Abdullah 2009:
penting dalam institusi rumah sakit. Bagi 320). Aktivitas mengkonsumsi sumber daya
rumah sakit pemerintah, tarif memang dan konsumsi sumber daya mengakibatkan
sudah diterapkan melalui SK MenKes atau biaya (Garrison & Noreen, 2000: 297).
Perda. Penentuan tarif pada rumah sakit Penentuan harga jual jasa
ditetapkan berdasarkan peraturan perawatan rumah sakit bukan seperti
pemerintah,dalam pasal 3 Surat Keputusan perusahaan manufaktur, karena rumah sakit
Menteri Kesehatan Republik Indonesia mempunyai misi sosial dan laba untuk
No.560/MENKES/SK/IV/2003 tentang mengembangkan rumah sakit. Melihat
Pola Tarif PERJAN Rumah Sakit dan PP kondisi rumah sakit dalam memperoleh
No. 1165/MENKES/SK/XI/2007 tentang laba perlu mempertimbangkan perhitungan
pola tarif pelayanan umum dan biaya operasional yang telah dikeluarkan
diperhitungkan atas dasar unit cost dari denganpembebanan harga yang dikenakan
setiap jenis pelayanan dan kelas perawatan, pada penerimaan jasa. Dalam menentukan
yang diperhitungannya memperhatikan harga pokok, terkadang pihakrumah sakit
kemampuan ekonomi masyarakat, standar hanya menggunakan system akuntansi
biaya dan atau benchmarking dari rumah biaya tradisional yang penentuan harga
sakit yang tidak komersil. Kenyataan ini pokoknya tidak lagi mencerminkan
menunjukkan bahwa pemerintah telah aktivitas yang spesifik karena banyak
menyadari pentingnya perhitungan harga kategori biaya yang bersifat tidak langsung.
pokok termasuk dalam sektor pelayanan Namun dalam perkembangannya, sistem
kesehatan (Zinia Th. A. Sumilat, 2013 : akuntansi biaya tradisional tidak dapat
455). memberikan informasi biaya yang akurat
Sejalan dengan meningkatnya (Zinia Th. A. Sumilat, 2013 : 455). Biaya
persaingan menjadikan informasi biaya produk yang dihasilkan oleh sistem
yang akurat memberikan peranan yang akuntansi biaya tradisional memberikan
penting. Para manajer dan akuntan informasi biaya yang terdistorsi. Distorsi
manajemen merasakan bahwa sistem yang timbul karena adanya ketidakakuratan
berlaku saat ini sudah tidak lagi dapat dalam pembebanan biaya, sehingga
mengakibatkan kesalahan penentuan biaya, TINJAUAN PUSTAKA
pembuatan keputusan, perencanaan, dan Akuntansi Biaya
pengendalian. Distorsi tersebut juga Menurut Firdaus Ahmad Dunia dan
mengakibatkan undercost/overcost terhadap Wasilah Abdullah (2009: 4) akuntansi biaya
produk (Hansen & Mowen, 2004). adalah bagian dari akuntansi manajemen di
Activity Based Costing (ABC) mana merupakan salah satu dari bidang
memfokuskan pada biaya yang melekat khusus akuntansi yang menekankan pada
pada produk berdasarkan aktivitas yang penentuan dan pengendalian biaya.
dikerjakan untuk memproduksi, Menurut Masiyah Kholmi dan
menjalankan dan mendistribusikan atau Yuningsih (2009: 10) akuntansi biaya
menunjang produk yang bersangkutan. adalah proses pelacakan, pencatatan,
Activity based costing menganggap bahwa pengalokasian, pelaporan, dan analisis
timbulnya biaya disebabkan oleh aktivitas terhadap berbagai macam biaya yang
yang menghasilkan produk. Pendekatan ini berhubungan dengan aktivitas atau kegiatan
menggunakan penggerak biaya pada suatu perusahaan atau organisasi untuk
aktivitas yang menimbulkan biaya dan akan menghasilkan barang atau jasa.
lebih akurat diterapkan pada perusahaan Akuntansi biaya menghasilkan
yang menghasilkan beraneka ragam jenis informasi biaya diperlukan oleh manajemen
produk serta sukar untuk mengidentifikasi untuk memenuhi berbagai macam tujuan.
biaya tersebut ke setiap produk secara Untuk tujuan penentuan harga pokok,
individual. Pada prinsipnya metode activity akuntansi biaya dalam penentuan harga
based costing system dapat diterapkan pada pokok, biaya-biaya dihimpun menurut
organisasi jasa dan dinilai dapat mengukur pekerjaan (job), bagian-bagian
secara cermat biaya-biaya yang keluar dari (departements) atau menurut pusat-pusat
setiap aktivitas dengan menggunakan biaya (cost pool), produk-produk dan jasa-
prosedur yang sama seperti digunakan pada jasa (Menurut Firdaus Ahmad Dunia dan
perusahaan manufaktur, karena dalam Wasilah Abdullah, 2009 : 4, 5).
perusahaan jasa juga dilakukan serangkaian
aktivitas yang mengkonsumsi Biaya
sumberdaya(Zinia Th. A. Sumilat, 2013 : Biaya dalam arti luas adalah
455). pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur
Perbedaan utama perhitungan harga dalam satuan uang, yang telah terjadi atau
pokok produk antara akuntansi biaya yang kemungkinan akan terjadi untuk
tradisional dengan Activity Based Costing obyek atau tujuan tertentu (Mulyadi, 2005 :
adalah jumlah cost driver (pemicu biaya) 8).
yang digunakan. Dalam penentuan harga Dalam arti sempit biaya dapat
pokok produk dengan metode Activity diartikan sebagai pengorbanan sumber
Based Costing menggunakan cost driver ekonomi untuk memperoleh aktiva. Untuk
dalam jumlah lebih banyak dibandingkan membedakann pengertian biaya dalam arti
dalam sistem akuntansi biaya tradisional luas, pengorbanan sumber ekonomi untuk
yang hanya menggunakan satu atau dua memperoleh aktiva ini disebut dengan
cost driver berdasarkan unit. Dengan istilah kos (Mulyadi, 2005 : 9).
demikian ABC System melakukan
refinement, dalam pembebanan biaya Konsep Biaya
overhead pabrik kepada produk, yang lebih Semua biaya atau beban yang
mencerminkan kegiatan perusahaan dalam dikeluarkan untuk memperolehnya atau
memproduksi dan menjual produk telah memberi manfaat merupakan
(Masiyah Kholmi dan Yuningsih, 2009 : pengorbanan sumber daya ekonomi suatu
232). perusahaan (Masiyah Kholmi dan
Yuningsih, 2009 : 16).
Istilah biaya atau beban dalam hal
ini memiliki pengertian yang sama ketika
pengorbanan sumber daya ekonomis
perusahaan yang telah memberi manfaat, Berikut pengertian Activity Based
yang perlu diperhatikan dalam pencatatan Costing System menurut para ahli:
menggunakan istilah biaya atau beban, Pengertian Activity Based Costing menurut
harus terdapat konsistensi dari periode ke Gorrison dan Noreen (2000 : 292) adalah :
periode dalam pelaporan akuntansi “Activity Based Costing System
(Masiyah Kholmi dan Yuningsih, 2009 : (ABC) adalah metode costing yang
17). dirancang untuk menyediakan
informasi biaya bagi manajer untuk
Klasifikasi Biaya mengambil keputusan lainnya yang
Dalam akuntansi biaya, biaya dapat mungkin akan mempengaruhi
diklasifikasikan dengan berbagai cara. kapasitas dan juga biaya tetap.”
Tujuan klasifikasi biaya dapat Pengertian Activity Based Costing
menempatkan penentuan biaya yang menurutAmin Wijaya Tunggal (2009 : 2)
berbeda untuk tujuan yang berbeda. Dalam adalah:
akuntansi biaya dikenal konsep “different “Metode costing yang mendasarkan
costs for different pur-poses” (Masiyah pada aktivitas yang di desain untuk
Kholmi dan Yuningsih, 2009 : 18). memberikan informasi biaya
Mulyadi (2005: 13, 16) kepada para manajer untuk
mengemukakan bahwa biaya dapat pembuatan keputusan stratejik dan
digolongkan menjadi beberapa bagian dapat keputusan lain yang mempengaruhi
dikemukakan sebagai berikut : kapasitas dan biaya tetap”.
1. Objek Pengeluaran Pengertian Activity Based Costing menurut
2. Fungsi pokok dalam perusahaan William K. Caster dan Milton F. Usry
3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang (2004 : 496) adalah:
dibiayai “Suatu sistem perhitungan biaya di
4. Perilaku biaya dalam hubungannya mana tempat penampungan biaya
dengan perubahan volume kegiatan overhead yang jumlahnya lebih dari
5. Jangka waktu manfaatnya. satu dialokasikan menggunakan
dasar yang memasukkan satu atau
ABC (Activity Based Costing) lebih faktor yang tidak berkaitan
Activity Based Costing berkembang dengan volume (non-volume-
sebagai reaksi terhadap perubahan secara related factor)”.
signifikan terhadap persaingan lingkungan Menurut Mulyadi (2006 : 52), dasar
bisnis baik perusahaan manufaktur atau pikiran yang melandasi activity based
jasa. Tujuannya adalah untuk meningkatkan costing system ini adalah :
mutu, kepuasan, relevansi, dan kakuratan 1. Cost is caused
informasi biaya (Masiyah Kholmi dan 2. The causes of cost can be managed
Yuningsih, 2009 : 230).
Keyakinan Dasar ABC System : “Biaya Ada Penyebabnya”
Titik Pusat ABC System

Sumber Aktivitas Cost


Daya Object

“Dan penyeban biaya dapat dikelola”


(Melalui Activity-Based Management)

Gambar 1. Keyakinan Dasar ABC System


Sumber : Mulyadi, 2006 : 52.

Konsep-Konsep Dasar Activity Based Activity Based Costing System, biaya


Costing System ditelusur ke aktivitas dan kemudian ke
Activity Based Costing System produk. Activity Based Costing
ABC menyediakan informasi perihal Systemmengasumsikan bahwa yang
aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang mengkonsumsi sumber daya bukanlah
dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas- produk, melainkan aktivitas-aktivitasnya
aktivitas tersebut (Marismiati, 2011: 24). (Mulyadi, 2006).
Aktivitas adalah setiap kejadian Ada dua dimensi pada Metode
atau transaksi yang merupakan pemicu Activity Based Costing Systemmenurut
biaya (cost driver) yakni, bertindak sebagai Hansen dan Mowen (2004 : 392), yaitu:
faktor penyebab dalam pengeluaran biaya 1. Dimensi biaya (cost dimension)
dalam organisasi. Aktivitas-aktivitas ini 2. Dimensi proses (process dimension
menjadi titik perhimpunan biaya. Dalam

Resources

Cost Activities Performance


Driver
Why? What?
Gambar 2. Konsep Dasar Activity Based Costing How Wel?
System
Sumber : Don R. Hansen and Maryanne M. Mowen (2004: 393)
Cost
Object
Manfaat Activity Based Costing System
Menurut Hansen dan Mowen (2004 Keterbatasan Activity Based Costing
: 232) Manfaat dari Activity Based Costing System
System adalah sebagai berikut: Keterbatasan yang harus
1. Menyajikan biaya produk lebih akurat diperhitungkan oleh manajer sebelum
dan informatif, yang mengarahkan mengimplementasikannya untuk
pengukuran profitabilitas produk lebih menghitung biaya produk seperti
akurat terhadap keputusan strategi dikemukakan Blocher et. al (2011), yaitu :
terhadap harga jual, lini produk, pasar, a. Alokasi
dan pengeluaran modal. Bahkan jika data aktivitas tersedia,
2. Pengukuran yang lebih akurat tentang beberapa biaya mungkin
biaya yang dipicu oleh aktivitas, membutuhkan alokasi ke departemen
sehingga membantu manajemen atau produk berdasarkan ukuran
meningkatkan nilai produk (product volume yang arbiter sebab secara
value) dan nilai proses (process value). praktis tidak dapat ditemukan aktivitas
3. Memudahkan memberikan informasi yang dapat menyebabkan biaya
tentang biaya relevan untuk tersebut.
pengambilan keputusan. b. Mengabaikan biaya
Keterbatasan lain dari activity based
Keunggulan Activity Based Costing costig system adalah beberapa biaya
System yang diidentifikasikan pada produk
Beberapa keunggulan dari activity tertentu diabaikan dari analisis
based costing system seperti yang aktivitas yang biayanya sering
dirangkum oleh Raja Untung (05 Desember diabaikan adalah pemasaran,
2011) dalam tulisannya yang berjudul advertensi, riset dan pengembangan,
Keunggulan Activity Based Costing System rekayasa produk, dan klaim garansi.
dalam penentuan biaya produksi, adalah c. Pengeluaran dan waktu yang di
sebagai berikut : konsumsi
a. Biaya produk yang lebih realistik, Activity based costing system sangat
khususnya pada industri manufaktur mahal untuk dikembangkan dan
berteknologi tinggi dimana biaya diimplementasikan. Disamping itu
overhead pabrik merupakan proporsi juga membutuhkan waktu yang
yang signifikan dari total biaya. banyak.
b. Semakin banyak biaya overhead
pabrik yang dapat ditelusuri ke produk. Prosedur Dalam Penerapan Activity
Dalam pabrik yang modern, terdapat Based Costing System
sejumlah aktivitas non lantai pabrik Prosedur-prosedur yang perlu
yang berkembang. Analisis activity dilakukan dalam penerapan activity based
based costing system itu sendiri costing system menurut Simamora (2002 :
memberi perhatian pada semua 297, 306), yaitu:
aktivitas sehingga biaya aktivitas yang a. Prosedur tahap pertama
non lantai pabrik dapat ditelusuri. Pada tahap pertama penentuan harga
c. Activity based costing system pokok berdasarkan aktivitas meliputi
mengakui bahwa aktivitaslah yang empat langkah sebagai berikut :
menyebabkan biaya (activities cause 1. Penggolongan berbagai aktivitas,
cost), bukan produk, dan produklah 2. Menghubungkan biaya dengan
yang mengkonsumsi aktivitas. aktivitas,
d. Activity based costing system 3. Penentuan kelompok-kelompok
memfokuskan perhatian pada sifat riil biaya (cost pool) yang homogen,
dari perilaku biaya dan membantu 4. Penentuan tarif kelompok (pool
dalam mengurangi biaya dan rate).
mengidenfikasi aktivitas yang tidak b. Prosedur tahap kedua
menambah nilai terhadap produk.
Didalam tahap yang kedua, biaya- 3. Aktivitas pendukung produk/jasa
biaya dari setiap overhead pool (Product/Service-Sustaining Activities)
ditelusuri kembali ke hasil produksi. Aktivitas ini mendukung produksi
Ini dilakukan dengan menggunakan produk/jasa spesifik dan biasanya di
pool rates yang dihitung dalam tahap kerjakan tanpa memperhatikan berapa
pertama dan dengan mengukur jumlah batch atau unit yang di produksi
sumber-sumber yang digunakan oleh atau di jual. Aktivitas ini di lakukan
setiap hasil produksi. Pengukuran ini karena di butuhkan untuk menopang
hanyalah jumlah dari activity driver produksi setiap jenis produk/jasa
yang digunakan oleh setiap hasil yang berlainan. Sebagai contoh
produksi. Dapat dihitung sebagai merancang produk atau
berikut : mengiklankan produk.
4. Aktivitas pendukung fasilitas (Facility-
Overhead yang dibebankan = Tarif Sustaining Activities)
kelompok x Unit unit cost yang Aktivitas ini tidak dapat di
digunakan hubungkan secara langsung dengan
produk/jasa yang di hasilkan tetapi
Mengklasifikasi Aktivitas Biaya untuk mendukung organisasi secara
Kedalam Berbagai Aktivitas keseluruhan. Pengelompokan untuk
Metode Activity Based Costing level ini sulit di cari hubungan
System pada dasarnya mencari suatu sebab akibatnya dengan produk/jasa
metode atau cara untuk menghasilkan yang di hasilkan tetapi di butuhkan
informasi biaya yang lebih akurat dengan untuk kelancaran kegiatan perusahaan
melakukan identifikasi atas berbagai yang berhubungan dengan proses
aktivitas. Untuk mengidentifikasi biaya produksi barang/jasa. Contoh : biaya
sumber daya pada berbagai aktivitas, keamanan dan biaya kebersihan.
perusahaan perlu mengelompokkan seluruh
aktivitas menurut cara bagaimana aktivitas- Perbandingan Metode Traditional
aktivitas tersebut mengkonsumsi sumber Costing dan Activity Based Costing
daya. ABC membagi aktivitas kedalam 4 System
tingkatan, yaitu sebagai berikut: William K. Caster dan F. Usry
1. Aktivitas tingkat unit (Unit-Level (2006), menjelaskan perbandingan antara
Activities) metode Activity Based Costing dengan
Aktivitas ini dilakukan untuk setiap metode Traditional Costing, diantaranya
unit produksi. Biaya aktivitas sebagai berikut:
berlevel unit bersifat proporsional 1. ABC mengharuskan perhitungan
dengan jumlah unit produksi. Sebagai tempat penampungan biaya suatu
contoh, menyediakan tenaga untuk aktivitas maupun identifikasi suatu
menjalankan peralatan, karena tenaga pemicu aktivitas untuk setiap aktivitas
tersebut cenderung di konsumsi secara yang signifikan dan mahal, sementara
proporsional dengan jumlah unit yang tidak dapat dikatakan untuk
di produksi. kebanyakan sistem tradisional.
2. Aktivitas tingkat kelompok unit 2. ABC merupakan sistem perhitungan
(Batch-Level Activities) dua tahap sementara sistem tradisional
Aktivitas di lakukan setiap merupakan sistem perhitungan satu
kelompok unit di proses, tanpa atau dua tahap, sistem tradisional
memperhatikan berapa unit yang menggunakan dua tahap hanya apabila
ada pada kelompok unit tersebut. jika departemen atau pusat biaya lain
Misalnya, pekerjaan seperti membuat dibuat. Beberapa sistem tradisional
order produksi dan pengaturan hanya terdiri dari satu tahap karena
pengiriman konsumen adalah aktivitas sistem tersebut tidak menggunakan
berlevel kelompok unit. pusat biaya yang terpisah, tetapi tidak
ada sistem ABC yang hanya terdiri
dari satu tahap. Jenis-jenis Cost Driver
3. Perbedaan yang paling mendasar pada Menurut Marismiati (2011) Cost
kedua sistem ini yaitu terletak pada driver merupakan faktor yang dapat
proses identifikasi setiap aktivitas atau menerangkan konsumsi biaya-biaya
transaksi sebelum dibebankan kepada overhead.
suatu produk Ada dua jenis biaya cost driver, yaitu:
1. Cost Driver Berdasarkan Unit
Cost Driver Cost Driver berdasarkan unit
Menurut Armila Krisna Warindrani membebankan biaya overhead pada
(2006 : 28) pengertian Cost driver atau produk melalui penggunaan tarif
pemicu biaya adalah dasar alokasi yang overhead tunggal oleh seluruh
digunakan dalam Activity Based Costing departemen.
system yang merupakan faktor-faktor yang 2. Cost Driver Berdasarkan Non Unit
menentukan seberapa besaratau seberapa Cost Driver berdasarkan non unit
banyak usaha dan beban kerja yang merupakan faktor-faktor penyebab
dibutuhkan untuk melakukansuatu aktivitas. selain unit yang menjelaskan konsumsi
Landasan penting untuk overhead.
menghitung biaya berdasarkan aktivitas
adalah dengan mengidentifikasi pemicu Activity Based Costing System untuk
biaya atau cost driver untuk setiap aktivitas. Perusahaan Jasa
Pemahaman yang tidak tepat mengenai Penerapan ABC pada perusahaan
pemicu akan mengakibatkan ketidaktepatan jasa memiliki karakteristik khusus, hal ini
pada pengklasifikasian biaya, sehingga disebabkan oleh karakteristik yang dimiliki
menimbulkan dampak bagi manajemen perusahaan jasa. Menurut Brinker (melalui
dalam mengambil keputusan. Made Agung Raharja, 2013), karakteristik
yang dimiliki perusahaan jasa, yaitu :
Faktor Utama Cost Driver 1. Ouutput seringkali sulit didefinisi
Faktor utama yang harus 2. Pengendalian aktivitas pada
diperhatikan dalam pemilihan cost driver permintaan jasa kurang
yang tepat, hal ini dapat dijelakan sebagi dapat didefinisi
berikut: 3. Cost mewakili proporsi yang lebih
1. Degree of correlation (tingkat tinggi dari total cost pada seluruh
korelasi) kapasitas yang ada dan sulit untuk
Konsep dasar metode activity based menghubungkan antara output dengan
costing system adalah membebankan aktivitasnya.
biaya-biaya dari setiap aktivitas ke lini Output pada perusahaan jasa tidak
produk, berdasarkan pada bagaimana berwujud membuat perhitungan menjadi
setiap lini produk mengkonsumsi cost sulit, penggunaan metode ABC masih bisa
driver. diterapkan pada perusahaan jasa untuk
2. Cost measurement memperoleh suatu keakuratan informasi
Perancangan sistem informasi biaya.
memerlukan cost benefit trade offs. Menurut Marismiati (2011), Hal-
Jumlah activity cost pool yang terdapat hal yang perlu diperhatikan dalam
dalam sistem activity based costing penerapan Activy Based Costing pada
yang lebih banyak memerlukan cost perusahaan jasa adalah:
driver, menyebabkan biaya a. Identifying and Costing Activities
implementasi menjadi lebih besar. Mengidentifikasi dan menghargai
3. Behavioural effects aktivitas dapat membuka beberapa
Sistem informasi berpotensi tidak kesempatan untuk pengoperasian yang
hanya untuk memfasilitasi keputusan, efisien.
tetapi juga mempengaruhi perilaku b. Spesial Challenger
pengambilan keputusan.
Perbedaan antara perusahaan jasa dan rumah sakit bersedia memberikan jasa
perusahaan manufaktur akan memiliki kepada pasien.
permasalahan-permasalahan yang Tujuan penentuan tarif menurut
serupa. Permasalahan itu seperti Laksono Trisnantoro (2006 : 147-149),
sulitnya mengalokasikan biaya ke sebagai berikut :
aktivitas. Selain itu jasa tidak dapat a. Penentuan tarif untuk pemulihan biaya
menjadi suatu persediaan, karena b. Penentuan tarif untuk subsidi silang
kapasitas yang ada namun tidak dapat c. Penentuan tarif untuk meningkatkan
digunakan menimbulkan biaya yang akses pelayanan
tidak dapat dihindari. d. Penentuan tarif untuk meningkatkan
c. Output Diversity mutu pelayanan
Perusahaan jasa juga memiliki e. Penentuan tarif untuk tujuan lain.
kesulitan-kesulitan dalam
mengidentifikasi output yang ada.
Pada perusahaan jasa, diversity yang Alur Pemikiran
menggambarkan aktivitas-aktivitas RSU RA. Kartini Jepara adalah
pendukung pada hal-hal yang berbeda merupakanorganisasi yang bergerak di
mungkin sulit untuk dijelaskan atau bidang pelayanan kesehatan kepada
ditentukan. masyarakatyang membutuhkan baik rawat
inap maupun rawat jalan, sebagai
Tarif perusahaanyang bergerak di bidang jasa
Menurut Laksono Trisnantoro maka dalam penentuan tarif rumah sakit
(2006 : 146) Tarif adalah: nilai suatu jasa perlu diperhatikan dalam perhitungannya.
pelayanan yang ditetapkan dengan ukuran Objek yang akan diteliti pada RSU RA.
sejumlah uang berdasarkan pertimbangan Kartini Jepara.
bahwa dengan nilai uang tersebut sebuah

Gambar 3. Alur Pemikiran

RSU RA. Kartini


Kabupaten Jepara

Instalasi Rawat Inap Jenis


Perawatan Umum (Aktivitas
Tahun 2014)

Komponen-komponen Biaya

Penentuan Tarif

Metode yang digunakan di RSU Metode Activity Based Costing


RA. Kartini Jepara System (ABC System)

Membandingkan dan Menganalisis


Hasil Perhitungan

Hasil/Laporan Hasil
Penelitian
Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016

METODOLOGI PENELITIAN digunakan dalam pengumpulan data.


Teknik pengumpulan data adalah cara yang
Desain Penelitian ditempuh untuk memperoleh data sesuai
Desain penelitian ini merupakan dengan jenis data yang dibutuhkan. Dalam
penelitian deskriptif komparatif yaitu penelitian ini teknik pengumpulan data
analisis yang menjelaskan, meringkaskan yang digunakan adalah:
berbagai kondisi, situasi dan variabel yang 1. Penelitian Kepustakaan (Library
timbul pada objek penelitian, berdasarkan Research)
apa yang terjadi. Kemudian Yaitu penelitian yang dilakukan
membandingkannya dengan kondisi, situasi dengan cara mempelajari dan
ataupun variabel yang diterapkan oleh mengumpulkan bahan-bahan dari
objek penelitian, sehingga nantinya dapat landasan teori dari berbagai literatur,
dijadikan sebagai dasar dalam penetapan referensi dan hasil penelitian yang
tarif untuk jasa rawat inap kamar pada RSU berhubungan dengan obyek penelitian.
RA. Kartini Kabupaten Jepara. Tujuannya adalah untuk memperoleh
pengetahuan dan wawasan yang
Lokasi Penelitian menjadi dasar untuk melakukan
Penelitian ini dilakukan di Rumah penganalisis dan menunjang
Sakit Umum (RSU) RA. KartiniKabupaten pembahasan masalah dalam penelitian
Jepara yang berlokasi di Jl. K. H. Wahid ini.
Hasyim No. 175, Bapangan Jepara, Jawa 2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Tengah. Yaitu penelitian yang dilakukan
dengan meninjau langsung tempat
Jenis Data yang menjadi objek penelitian.
a. Data Kuantitatif Penelitian tersebut dilaksanakan
Data kuantitatif adalah data berupa dengan cara sebagai berikut:
angka-angka laporan keuangan rumah a. Observasi
sakit khususnya laporan laba rugi. Peneliti melakukan observasi
b. Data Kualitatif secara langsung ke lokasi
Data kualitatif adalah data yang penelitian dan melakukan
diperoleh dari objek penelitian dalam dokumentasi yang dianggap
bentuk informasi baik secara lisan penting, untuk mengamati situasi
maupun tulisan. dan kondisi saat ini yang
berkaitan dengan tarif jasa rawat
Sumber Data inap pada RSU RA. Kartini
a. Data Primer Jepara.
Data primer diperoleh dari hasil b. Wawancara
penelitian lapangan dengan melalui Sebelum melakukan wawancara
wawancara langsung dengan pihak peneliti terlebih dahulu
manajemen RSU RA. Kartini Jepara. mengumpulkan data dan dokumen
b. Data Sekunder yang dibutuhkan dengan cara
Data sekunder diperoleh dari hasil data mengajukan pertanyaan-
dokumentasi dari berbagai informasi pertanyaan seputar penelitian
tertulis mengenai situasi dan kondisi kepada informan atau orang yang
perusahaan maupun berdasarkan ahli di bidangnya, yaitu dengan
dokumen-dokumen perusahaaan yang manajer dan bagian keuangan
berkaitan dengan penelitian ini. dengan tujuan mendapatkan
informasi dan data yang
dibutuhkan. Wawancara
dilakukan dengan proses tanya
Instrumen Penelitian jawab secara langsung.
Dalam penelitian kali ini instrumen c. Dokumentasi
penelitian dapat menjadi alat bantu yang
Teknik pengumpulan data untuk sustaining activities, facility
mendapatkan data-data atau sustaining activities.
dokumen-dokumen yang ada c. Mengidentifikasikan cost driver
hubungannya dengan penelitian yang dimaksudkan untuk
yang akan dilakukan. memudahkan dalam penentuan
tarif/unit cos driver.
d. Menentukan tarif/unit cos driver
yang artinya biaya per unit cost
Tekhnik Analisis Data driver yang dihitung untuk suatu
Teknik analisis data yang aktivitas. Tarif/unit cos driver
digunakan dalam penelitian ini adalah dapat dihitung dengan rumus sbb:
analisis deskriptif komparatif.Data yang
diperlukan adalah tentang aktivitas-aktivitas Tarif/unit cos driver = jumlah aktivitas
biaya rawatinap. Setelah pengumpulan data
selesai, dilakukan penghitungan biaya Sumber: Supriyono (2002; 232)
cost driver
dengan menggunakan sistem ABC melalui
tiga tahap, yaitu: e. Penelusuran dan pembebanan
1. Tahap pertama biaya aktivitas ke masing-masing
Mendokumentasikan data-data tentang produk yang menggunakan cost
daftar tarif rawat inap yang digunakan driver. Pembebanan biaya
oleh pihak RSU RA. Kartini Jepara. overhead dari setiap aktivitas
2. Tahap kedua dihitung dengan rumus sbb:
Menghitung tarif biaya rawat inap
dengan cara pengumpulan biaya dalam BOP yang dibebankan = tarif/unit cost driver x cost
cost pool yang memiliki aktivitas yang
sejenis atau homogen, terdiri dari
6langkah: Sumber: Supriyono (2002; 234)
a. Mengidentifikasi dan
menggolongkan biaya kedalam
berbagai aktivitas.
b. Mengklasifikasikan aktivitas 3. Tahap ketiga
biaya ke dalam berbagai aktivitas, Membandingkan tarif rawat inap RSU
pada langkah ini biaya RA. Kartini Jepara berdasarkan
digolongkan kedalam aktivitas metode Actiity Based Costing System
yang terdiri dari 4 kategori: unit dengan metode harga pokok
level activities, batch level tradisional. Kemudian menganalisis
activities, product/service harga rawat inap antara tahap satu dan
tahap dua untuk membuat kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian
Perhitungan biaya berdasarkan activity based costing

Tabel 2. Perhitungan Tarif Jasa Rawat Inap Kelas VIP A RSU RA. Kartini Jepara tahun 2014
Jumlah
Tarif Cost
No. Aktivitas Cost Total (Rp)
Driver
Driver
1 Biaya Gaji Perawat 21.294,31 2.992 63.712.579,91
2 Biaya Administrasi 9.879,42 823 8.130.759,96
3 Biaya Penyusutan Gedung 69.304,66 420 29.107.957,09
4 Biaya Penyusutan Peralatan dan Mesin 1.877,99 2.992 5.618.951,93
5 Biaya Listrik 5.749,44 2.992 17.202.334,95
6 Biaya Air 129,04 2.992 386.081,18
7 Biaya Telpon, Internet, Fax 290,59 2.992 869.447,88
8 Alokasi Biaya Instalasi IPSRS 1.176,96 2.992 3.521.453,10
9 Alokasi Biaya Gizi 50.618,23 2.992 151.449.744,16
10 Alokasi Biaya Laundry 2.373,72 2.992 7.102.156,91
11 Alokasi Biaya Tidak Langsung 186.855,26 823 153.781.880,70
Total Biaya 440.883.347,78
Lama Hari Pemakaian 2.992
Tarif Rawat Inap per kamar 147.354,06
Sumber: Data diolah

Tabel 3. Perhitungan Tarif Jasa Rawat Inap Kelas VIP B RSU RA. Kartini Jepara tahun 2014
Jumlah
Tarif Cost
No. Aktivitas Cost Total (Rp)
Driver
Driver
1 Biaya Gaji Perawat 21.294,31 2876 61.242.439,78
2 Biaya Administrasi 9.879,42 674 6.658.726,87
3 Biaya Penyusutan Gedung 69.304,66 420 29.107.957,09
4 Biaya Penyusutan Peralatan dan Mesin 1.877,99 2876 5.401.104,87
5 Biaya Listrik 5.749,44 2876 16.535.399,50
6 Biaya Air 129,04 2876 371.112,80
7 Biaya Telpon, Internet, Fax 290,59 2876 835.739,34
8 Alokasi Biaya Instalasi IPSRS 1.176,96 2876 3.384.926,18
9 Alokasi Biaya Gizi 50.618,23 2876 145.578.029,48
10 Alokasi Biaya Laundry 2.373,72 2876 6.826.805,91
11 Alokasi Biaya Tidak Langsung 186.855,26 674 125.940.446,65
Total Biaya 401.882.688,46
Lama Hari Pemakaian 2876
Tarif Rawat Inap per kamar 139.736,68
Sumber: Data diolah

Tabel 4. Perhitungan Tarif Jasa Rawat Inap Kelas I RSU RA. Kartini Jepara tahun 2014
No. Aktivitas Tarif Cost Jumlah Total (Rp)
Driver Cost
Driver
1 Biaya Gaji Perawat 21.294,31 1937 41.247.081,31
2 Biaya Administrasi 9.879,42 293 2.894.669,10
3 Biaya Penyusutan Gedung 69.304,66 527 36.523.555,68
4 Biaya Penyusutan Peralatan dan Mesin 1.877,99 1937 3.637.670,42
5 Biaya Listrik 5.749,44 1937 11.136.672,06
6 Biaya Air 129,04 1937 249.946,28
7 Biaya Telpon, Internet, Fax 290,59 1937 562.874,51
8 Alokasi Biaya Instalasi IPSRS 1.176,96 1937 2.279.764,26
9 Alokasi Biaya Gizi 45.465,32 1937 88.066.324,84
10 Alokasi Biaya Laundry 2.373,72 1937 4.597.887,01
11 Alokasi Biaya Tidak Langsung 186.855,26 293 54.748.591,79
Total Biaya 245.945.037,26
Lama Hari Pemakaian 1.937
Tarif Rawat Inap per kamar 126.972,14
Sumber: Data diolah

Tabel 5. Perhitungan Tarif Jasa Rawat Inap Kelas II RSU RA. Kartini Jepara tahun 2014
Jumlah
Tarif Cost
No. Aktivitas Cost Total (Rp)
Driver
Driver
1 Biaya Gaji Perawat 21.294,31 1.803 38.393.643,57
2 Biaya Administrasi 9.879,42 256 2.529.130,68
3 Biaya Penyusutan Gedung 69.304,66 540 37.424.516,26
4 Biaya Penyusutan Peralatan dan Mesin 1.877,99 1.803 3.386.019,50
5 Biaya Listrik 5.749,44 1.803 10.366.246,63
6 Biaya Air 129,04 1.803 232.655,21
7 Biaya Telpon, Internet, Fax 290,59 1.803 523.935,33
8 Alokasi Biaya Instalasi IPSRS 1.176,96 1.803 2.122.052,12
9 Alokasi Biaya Gizi 42.776,70 1.803 77.126.390,10
10 Alokasi Biaya Laundry 2.373,72 1803 4.279.809,13
11 Alokasi Biaya Tidak Langsung 186.855,26 256 47.834.947,10
Total Biaya 224.219.345,62
Lama Hari Pemakaian 1.803
Tarif Rawat Inap per kamar 124.359,04
Sumber: Data diolah
Tabel 6. Perhitungan Tarif Jasa Rawat Inap Kelas III RSU RA. Kartini Jepara tahun 2014
Jumlah
Tarif Cost
No. Aktivitas Cost Total (Rp)
Driver
Driver
1 Biaya Gaji Perawat 21.294,31 4.161 88.605.630,01
2 Biaya Administrasi 9.879,42 786 7.765.221,54
3 Biaya Penyusutan Gedung 69.304,66 600 41.582.795,84
4 Biaya Penyusutan Peralatan dan Mesin 1.877,99 4.161 7.814.324,53
5 Biaya Listrik 5.749,44 4.161 23.923.434,40
6 Biaya Air 129,04 4.161 536.926,41
7 Biaya Telpon, Internet, Fax 290,59 4.161 1.209.148,60
8 Alokasi Biaya Instalasi IPSRS 1.176,96 4.161 4.897.314,96
9 Alokasi Biaya Gizi 39.028,02 4.161 162.395.591,22
10 Alokasi Biaya Laundry 2.373,72 4.161 9.877.030,39
11 Alokasi Biaya Tidak Langsung 186.855,26 786 146.868.236,00
Total Biaya 495.475.653,90
Lama Hari Pemakaian 4.161
Tarif Rawat Inap per kamar 119.076,10
Sumber: Data diolah

Perbandingan Tarif Jasa Rawat Inap RSU RA. Kartini Jepara dengan Tarif Jasa Rawat
Inap menggunakan Metode ABC.

Tabel 7. Perbandingan Tarif Jasa Rawat Inap RSU RA. Kartini Jepara dengan Tarif Jasa Rawat
Inap menggunakan Metode ABC
Tarif Tarif
Selisih Hasil
No. Kelas RSU RA. Kartini Metode ABC
Perbandingan
(Rp.) (Rp.) (Rp.)
1 VIP A 200.000 147.354,06 52.645,94 Lebih murah
2 VIP B 180.000 139.736,68 40.263,32 Lebih murah
3 I 120.000 126.972,14 6.972,14 Lebih mahal
4 II 90.000 124.359,04 34.359,04 Lebih mahal
5 III 45.000 119.076,10 74.076,10 Lebih mahal
Sumber: Data diolah

Dari perhitungan di atas, dapat 124.359,04, Kelas III Rp. 119.076,10. Dari
diketahui bahwa hasil perhitungan tarif jasa hasil yang diperoleh dapat dibandingkan
rawat inap dengan menggunakan metode selisih harga tarif rawat inap yang telah
Activity Based Costing untuk kelas VIP A ditentukan oleh manajemen RSU RA.
Rp. 147.354,06, VIP B Rp. 139.736,68, Kartini Jepara dengan hasil perhitungan
Kelas I Rp. 126.972,14, Kelas II Rp. menggunakan pendekatan Activity Based
Costing. Untuk metode Activity 1. Perhitungan biaya produk yang telah
BasedCosting pada tipe kamar VIP A, VIP digunakan oleh manajemen rumah
B memberikan hasil perhitungan yang lebih sakit telah banyak menimbulkan
kecil dari pada tarif yang telah ditentukan distorsi biaya, hal ini dikarenakan
oleh pihak rumah sakit, yaitu dengan selisih konsumsi sumber daya pada masing-
harga untuk VIP A sebesar Rp. 52.645,94, masing aktivitas tidaklah sama.
VIP B sebesar Rp. 40.263,32. Sedangkan Sedangkan pada metode Activity Based
pada tipe kamar Kelas I, Kelas II, dan Kelas Costing, biaya-biaya yang terjadi
III hasil perhitungan metode Activity Based dibebankan pada produk aktivitas dan
Costing lebih besar dari pada tarif yang sumber daya yang dikonsumsikan oleh
telah ditentukan oleh pihak rumah sakit. produk dan juga menggunakan dasar
Selisih untuk Kelas I sebesar Rp. 6.972,14, lebih dari satu cost driver.
Kelas II sebesar Rp. 34.359,04, dan Kelas 2. Perhitungan tarif jasa rawat inap
III sebesar Rp. 74.076,10. dengan menggunakan pendekatan
Terjadinya selisih harga Activity Based Costing, dilakukan
dikarenakan pada metode Activity Based melalui beberapa tahap. Yaitu pertama
Costing, pembebanan biaya overhead pada biaya ditelusur ke aktivitas yang
masing-masing produk. Pada metode menimbulkan biaya dan tahap
akuntansi biaya tradisional biaya overhead selanjutnya membebankan biaya
pada masing-masing produk hanya aktivitas ke produk.
dibebankan pada satu cost driver saja, yaitu Hasil dari penentuan tarif jasa
jumlah hari rawat inap pasien sehingga rawat inap jenis perawatan umum pada
dalam perhitungan harga pokok tidak rumah sakit dengan menggunakan metode
memperoleh hasil yang tepat. Akibatnya Activity Based Costing untuk kelas VIP A
cenderung terjadi distorsi pada pembebanan sebesar Rp. 147.354,06, VIP B sebesar Rp.
biaya overhead. Sedangkan pada metode 139.736,68, Kelas I sebesar Rp.
ABC, biaya overhead pada masing-masing 126.972,14, Kelas II sebesar Rp.
produk dibebankan pada banyak cost 124.359,04, Kelas III sebesar Rp.
driver. Sehingga dalam metode ABC, telah 119.076,10. Terdapat selisih harga yang
mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke lebih rendah dari penetapan manajemen
setiap kamar secara tepat berdasarkan rumah sakit dengan hasil perhitungan
konsumsi masing-masing aktivitas, yaitu: menggunakan pendekatan Activity Based
jumlah hari rawat inap, jumlah pasien dan Costing yaitu untuk untuk VIP A sebesar
luas ruang per kelas sehingga perhitungan Rp. 52.645,94, VIP B sebesar Rp.
harga pokok dan harga jual jasa lebih tepat 40.263,32. Sedangkan pada tipe kamar
dan akurat, sehingga mempermudah bagi Kelas I, Kelas II, dan Kelas III hasil
pengguna data keuangan seperti, para perhitungan metode Activity Based Costing
manajer untuk membuat keputusan yang lebih besar dari pada tarif yang telah
tepat dalam mengendalikan biaya ke sistem ditentukan oleh pihak rumah sakit. Selisih
operasional pelayanan dan mengevaluasi untuk Kelas I sebesar Rp. 6.972,14, Kelas II
kinerja manajer rumah sakit. Dan metode sebesar Rp. 34.359,04, dan Kelas III
ABC pun tidak menjamin kalau hasilnya sebesar Rp. 74.076,10.
lebih murah, tetapi metode ABC hanya
dapat menjamin menghindari terjadinya Keterbatasan Penelitian
undercosting atau overcosting. 1. Membutuhkan waktu lebih untuk
menentukan aktivitas yang dikonsumsi
PENUTUP tiap kamar
Kesimpulan 2. Merinci dengan teliti dalam
Berdasarkan hasil penelitian dan menentukan cost driver
pembahasan yang dilakukan oleh peneliti 3. Mebutuhkan perincian biaya.
pada RSU RA. Kartini Jepara, maka ditarik
kesimpulan sebagai berikut: Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah Penerbit Salemba dengan judul
dikemukakan di atas, maka terdapat saran Akuntansi Manajemen, Edisi 7. Buku
yang dapat digunakan sebagai bahan 1. Jakarta: Salemba Empat.
pertimbangan pengambilan kebijakan. Laksono Trisnantoro. 2006. Memahami
Saran tersebut antara lain: Penggunaan Ilmu Ekonomi Dalam
1. Bagi Pihak RSU RA. Kartini Jepara Manajemen Rumah Sakit. Yogyakarta:
Pihak manajemen sebaiknya mulai Gadjah Mada University Press.
mempertimbangkan perhitungan tarif Masiyah Kholmi dan Yuningsih. 2009.
jasa rawat inap dengan menggunakan Akuntansi Biaya .Edisi Revisi.
Activity Based-Costing System dengan Malang: UMM Press.
tetap mempertimbangkan faktor-faktor Made Agung Raharjo. 2013. Activity-Based
eksternal yang lain seperti tarif pesaing Costing
dan kemampuan masyarakat yang (ABC).(http://dueeg.blogspot.com/201
dapat mempengaruhi dalam penetapan 0/activity-based-costing-abc.html,
harga pelayanan rawat inap. diakses tanggal 8 Januari 2013).
2. Bagi Peneliti Selanjutnya Marismiati. 2011. Peranan Metode Activity
Untuk penelitian selanjutnya, agar Based Costing System dalam
dapat lebih terperinci dalam hal Mentukan Harga. Jurnal Ekonomi dan
menyajikan data-data atau informasi Informasi Akuntansi (Jenius) Vol. 1,
yang berkaitan dengan metode ABC No.1, Januari 2011.
sehingga hasil yang didapat lebih Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya. Edisi 5.
sempurna. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Mulyadi. 2006. Activity Based Cost System:
DAFTAR PUSTAKA Sistem Informasi Biaya untuk
Pengurangan Biaya, Edisi 6.
Abdul Halim dan Bambang Supomo. 2005. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: Saputri Dani. 2012. “Penerapan Metode
BPFE-YOGYAKARTA. Activity Based Costing Dalam
Buku Company Profile RSU RA. Kartini Menentukan Tarif Jasa Rawat Inap
Jepara, 2015. Pada RS Hikmah”. Skripsi. Makassar:
Buku Panduan Unit Cost RSU RA. Kartini Universitas Hasanuddin Makassar.
Jepara, 2014. Supriyono. 2002. Akuntansi Biaya dan
Budiman Riadi. 2012. Implementtasi Akuntansi Manajemen untuk
Metode Activity Based Costing System Teknologi Maju dan Globalisasi. Edisi
dalam Mentukan Besarnya Tarif 2. Yogyakarta: BPFE.
Rawat Inap. Jurnal Elkha Vol. 4, No.2, Simamora, Henry. Akuntansi Manajemen,
Oktober 2012. Edisi 2. Yogyakarta: UPP AMP
Blocher, Edward J, Stout, David E., Cokins, YKPN, 2002.
Gary. 2011. Manajemen Biaya Tunggal, Amin Widjaja. 2009. Akuntansi
(Penekanan Strategis). Jakarta: Manajemen: untuk Perencanaan,
Salemba Empat. Pengendalian dan Pengambilan
Caster . William K. dan F. Usry. 2006. Keputusan. Jakarta: Harvarindo.
Akuntansi Biaya. Buku 1, Edisi 13. Warindrani, Armila Krisma. 2006.
Jakarta: Salemba Empat. Akuntansi Manajemen. Edisi Pertama.
Dunia Firdaus. A dan Abdullah Wasilah. Cetakan Pertama. Graha Ilmu.
2009. Akuntansi Biaya .Edisi 2. Yogyakarta.
Jakarta: Salemba Empat. Yvonne Augustine dan Robert Kristaung.
Garrison, Ray H and Eric W. Noreen. 2000. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis
Akuntansi Manajerial. Terjemahan dan Akuntansi. Jakarta: DIAN
Budisantoso. Jakarta: Salemba Empat. RAKYAT.
Hansen, Don R. Maryanne M Mowen. Yoanes Dicky. 2011. Penerapan Metode
2004. Management Accounting. Activity Based Costing System dalam
Diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Perhitungan Profitabilitas Produk.
Jurnal Akuntansi, Vol 3, No.1, Mei
2011, Hal 69-89.
Zinia Th. A. Sumilat. 2013. Penentuan
Harga Pokok Produk Penjualan
Kamar Menggunakan Metode Activity
Based Costing System Pada RSU
Pancaran Kasih GMIM. Jurnal Emba,
Vol. 1, No. 3, September 2013, Hal.
454-464.

Anda mungkin juga menyukai