Anda di halaman 1dari 22

PENGUNGKAPAN DAN TRANSPARASI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Corporate Governance


Dosen Pengampu :
Juwenah, SE., M.Sc., Ak., CA

Disusun Oleh:

Nanang Abdul Faqih (117040114)


Silvia Rosmawati (117040117)
Emillia Reanti Aprillianto (117040121)

3E AKUNTANSI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami curahkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga aktivitas hidup yang kita jalani
ini akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini lebih-
lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak sehingga semua cita-cita serta harapan
yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat. Tidak lupa kami
juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Juwenah yang telah memberikan
tugas sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan dan
kami memperoleh banyak pengetahuan tentang pengungkapan dan transparasi.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Tidak semua
materi dapat dimuat dengan sempurna dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman sebagai batu
loncatan yang dapat memperbaiki makalah ini dimasa mendatang. Harapan yang
paling besar dari penyusunan makalah ini ialah mudah-mudahan apa yang kami
susun ini bermanfaat untuk pribadi, teman-teman serta orang lain yang ingin
memperoleh dan menyempurnakan lagi atas mengambil hikmah dari makalah ini
sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.

Cirebon, November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah..............................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 Transparansi...................................................................................................4
2.2 Pengungkapan................................................................................................4
2.3 Perkembangan Pengungkapan dan Transparansi Di Indonesia.....................7
2.4 Perbandingan Peraturan Bapepam-Lk X.K.6 Tentang Penyampaian
Laporan Emiten Atau Perusahaan Publik Dengan Prinsip OECD 5...................9
2.5 Insider Trading..............................................................................................9
BAB III..................................................................................................................17
PENUTUP..............................................................................................................17
3.1 Kesimpulan...................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Ada beberapa
hal yang mengemukakan tentang tujuan pendirian suatu perusahaan. Tujuan
perusahaan yang pertama adalah untuk mencapai keuntungan maksimal atau laba
yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah ingin
memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik saham. Sedangkan tujuan
perusahaan yang ketiga adalah memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin
pada harga sahamnya. Ketiga tujuan perusahaan tersebut sebenarnya secara
substansial tidak banyak berbeda. Hanya saja penekanan yang ingin dicapai oleh
masing-masing perusahaan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
Prinsip transparansi mengharuskan informasi tersedia dan dapat langsung
diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut. Prinsip
pengungkapan dan transparansi menyatakan bahwa perusahaan harus
mengungkapkan semua informasi material mengenai perusahaan secara akurat
dan tepat waktu.
Istilah pasar modal yaitu berarti suatu tempat atau sistem sebagaimana
caranya terpenuhi kebutuhan-kebutuhan dana untuk capital suatu perusahaan,
merupakan pasar tempat orang membeli dan menjual surat efek yang baru di
keluarkan. Dalam pasar modal terjadi transaksi-transaksi saham dari berbagai
pihak berkumpulnya orang-orang yang melakukan perdagangan. Pada transaksi
dalam pasar modal terdapat payung hukum yang mengatur di dalamnya. Pasar
modal atau bursa efek secara sederhana adalah tempat di mana bertemunya
pembeli dan penjual efek yang terdaftar di bursa itu (listed stock), pembeli dan
penjual datang untuk mengadakan transaksi jual beli efek.
Pembeli dana atau modal adalah mereka baik perorangan maupun
kelembagaan atau badan usaha yang menyisihkan kelebihan dana atau uangnya
untuk usaha bersifat produktif. Sedangkan penjual modal atau dana adalah
perusahaan yang memerlukan dana atau tambahan modal untuk keperluan
usahaanya. Modal, dana atau efek yang diperjualbelikan di pasar modal atau bursa

1
tersebut pada umumnya berbentuk saham dan obligasi. Di Indonesia juga
diperdagangkan sertifikat reksa dana.
Dalam perdagangan saham dalam bursa efek sering terjadi permasalahan-
permasalahan yang diakibatkan oleh berbagai pihak dengan motivasi atau tujuan
tertentu. Misalnya dalam hal pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan atau
disclose dipasar modal dan adanya praktek dalam transaksi saham dibursa efek
yaitu insider trading. Insider Trading adalah perdagangan efek yang dilakukan
oleh mereka yang tergolong “orang dalam” perusahaan, perdagangan mana
didasarkan atau motivasi karena adanya suatu “informasi orang dalam” yang
penting dan belum terbuka untuk umum, dengan perdagangan mana, pihak
pedangan insider tersebut mengharapkan akan mendapatkam keuntungan
ekonomi secara pribadi, langsung atau tidak langsung, atau yang merupakan
keuntungan jalan pintas (Short Swing Profit).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pengungkapan dan transparansi?
2. Bagaimana perkembangan sejarah penungkapan dan transparansi di
Indonesia ?
3. Apa yang dimaksud dengan insider trading ?
4. Bagaimana keterkaitan kasus pada PT. Perusahaan Gas Negara dengan
prinsip OECD 5 pengungkapan dan transparansi ?
1.3 Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan
untuk mengetahui:
1. Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah
Corporate Governance.
2. Untuk mengetahui pengertian pengungkapan dan transparansi.
3. Untuk mengetahui tentang insider trading.

2
4. Untuk mengetahui keterkaitan kasus pada Pt. Perusahaan Gas Negara
dengan prinsip OECD 5 pengungkapan dan transparansi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Transparansi

Bushman & Smith (2003: 76) mendefinisikan transparansi perusahaan


sebagai ketersediaan relevansi yang tersebar luas, informasi yang dapat dipercaya
mengenai kinerja perusahaan dalam suatu periode yang terkait, posisi keuangan,
kesempatan investasi, pemerintah, nilai dan risiko perusahaan dagang yang
bersifat umum. Dalam tingkatan negara, Bushman, dkk (2004)
mengidentifikasikan dua jenis transparansi perusahaan yaitu transparansi
keuangan dan transparansi pemerintah. Transparansi keuangan tingkat negara
disusun berdasarkan intensitas pelaporan perusahaan, waktu pelaporan, jumlah
analisis, dan media penyebarannya. Sedangkan transparansi pemerintah disusun
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.2 Pengungkapan

Pengungkapan adalah informasi yang diberikan oleh perusahaan kepada


pihak-pihak yang berkepentingan mengenai keadaan suatu perusahaan. Kerangka
tata kelola perusahaan harus memastikan bahwa pengungkapan yang tepat waktu
danakurat dibuat pada semua hal material mengenai perusahaan, termasuk situasi
keuangan, kinerja, kepemilikan, dan tata kelola perusahaan. Pengungkapan
merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi, yaitu penyajian informasi
dalam bentuk statemen keuangan. Pengungkapan harus mencakup standar sebagai
berikut:

1. Pengungkapan harus mencakup informasi material tentang:


a. Hasil keuangan dan operasi perusahaan.
b. Tujuan perusahaan.
c. Kepemilikan saham mayoritas dan hak suara.
d. Kebijakan remunerasi bagi anggota dewan dan eksekutif, dan
informasi tentang anggota dewan, termasuk kualifikasi, prosesseleksi,

4
direktur perusahaan lain dan apakah mereka dianggap independen
oleh dewan.
e. Transaksi dengan pihak terkait.
f. Faktor risiko mendatang.
g. Isu mengenai karyawan dan stakeholders lainnya.
h. Struktur dan kebijakan tata kelola, khususnya isi kebijakan tata kelola
perusahaan dan proses yang diimplementasikan.
i. Informasi harus disiapkan dan diungkapkan sesuai dengan standar
kualitas akuntansi yang tinggi dan pengungkapan keuangan dan non-
keuangan.
1. Audit tahunan harus dilakukan oleh auditor independen, kompeten dan
berkualitas dalam rangka memberikan jaminan eksternal dan obyektif
kepada dewan dan pemegang saham bahwa laporan keuangan cukup
mewakili posisi keuangan dan kinerja perusahaan dalam semua hal yang
material.
2. Auditor eksternal harus bertanggung jawab kepada pemegang saham dan
berkewajiban kepada perusahaan untuk melakukan kerja profesional dalam
melakukan audit.
3. Saluran untuk menyebarkan informasi harus memberikan akses yang adil,
tepat waktu, dan akses yang hemat biaya kepada informasi yang relevan oleh
pengguna.
4. Kerangka Corporate Governance harus dilengkapi dengan pendekatan yang
efektif yang membahas dan mempromosikan penyediaan analisis atau
nasihat oleh analis, broker, lembaga pemeringkat yang relevan dengan
keputusan oleh investor, bebas dari konflik kepentingan material yang
mungkin meragukan integritas analisis atau nasihat mereka.

Good Corporate Governance mutlak diperlukan jika ada potensi konflik


kepentingan diantara pihak tertentu. Hal ini terjadi karena adanya asimetri
informasi (information asymmetry), yaitu keadaan di mana salah satu pihak

5
memiliki pengetahuan yang tidak dimiliki pihak lain. Ada dua tipe utama asimetri
informasi:
a. Adverse selection yaitu satu pihak atau lebih yang melakukan transaksi
usaha potensial memiliki informasi lebih atas pihak-pihak lain. Contoh :
informasi internal perusahaan kepada investor yang dibatasi oleh manajer.
b. Moral hazard yaitu satu pihak atau lebih tidak dapat mengamati tindakan
pihak lain, padahal tindakan tersebut mempengaruhi kepentingan semua
pihak dalam transaksi. Contoh : memotivasi usaha manajer (terkait dengan
pemisahan tugas).

Dalam pengungkapan terdapat biaya-biaya yang dibutuhkan dalam


pengungkapan, seperti sebagai berikut:
a. Out-of-pocket costs yaitu biaya administrasi, bahan baku, dan sebagainya.
b. Indirect costs yaitu biaya untuk mengungkapkan informasi kepada
kompetitor (potensial).
Perusahaan akan meningkatkan jumlah pengungkapan selama manfaat
pengungkapan melebihi biaya yang dikeluarkan.

Menurut penelitian dan bukti empiris, terdapat asosiasi negatif tehadap


pengungkapan yaitu antara:
1. Tingkat pengungkapan dan cost of equity capital. Ada dua penjelasan:
a. Peningkatan pengungkapan meningkatkan likuiditas pasar saham
dan mengurangi cost of equity capital, bisa melalui pengurangan
biaya transaksi atau peningkatan permintaan untuk saham
perusahaan.
b. Peningkatan pengungkapan mengurangi risiko estimasi yang
disebabkan estimasi investor tentang parameter return asset.
2. Tingkat pengungkapan dan cost of debt. Alasan lenders dan
underwritersmempertimbangkan kebijakan pengungkapan perusahaan
dalam estimasi mereka tentang default risk.

6
Menurut Andrew Sheng (2000), manfaat pengungkapan adalah untuk
memelihara integritas dan untuk berfungsi secara adil dan efisien, pasar perlu
informasi berkualitas tinggi, pengungkapan tepat waktu, dan akses efisien untuk
informasi tersebut. Para investor membutuhkan informasi ini untuk membuat
keputusan investasi dan untuk berdagang. Sebenarnya tanpa regulasi pun,
perusahaan memiliki insentif pribadi untuk melakukan pengungkapan informasi.
Dengan alasan, yaitu:
a. Perusahaan mengadakan kontrak dengan berbagai pihak. Kontrak ini perlu
informasi untuk mengawasi apakah hak dan kewajiban tiap pihak sudah
terpenuhi.
b. Tekanan pasar (pasar modal dan tenaga kerja). Manajer yang berkinerja
baik akan dinilai tinggi oleh pasar, apalagi jika manajer bisa meningkatkan
nilai perusahaan.

2.3 Perkembangan Pengungkapan dan Transparansi Di Indonesia


Berdasarkan pada Jurnal Corporate Governance, Disclosure and Its
Evidence in Indonesia yang dibuat oleh Siddharta Utama, pengungkapan pada
emiten di Indonesia pada awalnya berdasarkan pada PP no. 64 tahun 1999 tentang
Laporan Tahunan. Menurut peraturan tersebut pengungkapan hanya boleh
dilakukan oleh perusahaan listed saja, sehingga akhirnya muncul peraturan baru
yang mengharuskan semua perusahaan, termasuk yang tidak listed harus di audit
dan diungkapkan laporan keuangannya apabila memiliki nilai aset atau aset bersih
melebihi Rp. 25.000.000.000. Selain itu, tertera juga dalam peraturan Bapepam-
LK VIII.G.2. pengungkapan laporan tahunan meliputi:
a. Deskripsi umum, yang berisi profil perusahaan, produk, sistem organisasi
dan lainnya.
b. Deskripsi khusus, yang berisi mengenai informasi saham, nilai aset,
kebijakan dividen, dan lainnya.

7
c. Ringkasan mengenai data keuangan yang meliputi perbandingan penjualan
selama 5 tahun, laba kotor, laba operasi, laba bersih, EPS, dan analisa
laporan keuangan lainnya.
d. Diskusi dan analisis manajemen, yang berisi tentang analisis dan informasi
yang berpotensi material yang terjadi sejak laporan tahun lalu.
e. Laporan Keuangan, penyajian laporan keuangan berdasarkan standar yang
berlaku.
Kemudian Herwidiyatmo mengusulkan agar detail pengungkapan harus
sesuai dengan standar internasional, seperti hal-hal yang menyangkut kepentingan
minority shareholder. Agar tidak terjadi adanya benturan kepentingan maka
dibutuhkan persetujuan oleh pemilik saham minoritas. Penerapan ini pertama kali
diikuti oleh 22 perusahaan yang listed dan pedoman yang digunakan berdasarkan
peraturan Bapepam, Regulasi Industri, dan Standar akuntansi yang berlaku umum.
Dalam perkembangan pengungkapan laporan tahunan pada bank di
Indonesia, terutama bank sentral (Bank Indonesia), pengungkapan tidak hanya
ditujukan pada publik saja, namun juga diungkapkan di bank-bank yang
beroperasi di Indonesia. Informasi yang diungkapkan adalah:
a. Informasi umum, yang berisi mengenai profil emiten (struktur, produk,
pemilik dan lainnya).
b. Laporan Keuangan 2 tahun terakhir, yang berisi laporan audit, neraca,
laporan rugi laba, laporan perubahan modal, arus kas, komitmen dan
kontijensi, dan catatan atas laporan keuangan.
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu berisi analisis kredit, persentase
kredit nasabah, kredit relasi, kredit yang kolektif, dan loan dari dalam dan
luar negeri.
Berdasarkan studi, skor (level) pengungkapan perusahaan listed yang ada
di Indonesia masih dibawah 60%. Hal ini berarti syarat-syarat pemenuhan
pengungkapan berdasarkan peraturan Bapepam-LK masih rendah, dan dibutuhkan
perhatian khusus mengenai hal ini. Lebih menarik, ternyata auditor memainkan
peran juga dalam menentukan skor (level) pengungkapan ini. Skor pengungkapan
akan makin rendah pada saat emiten berganti dengan auditor yang baru. Dalam

8
hal ini, pengungkapan dalam laporan keuangan merupakan hal yang penting
dalam menunjukkan identias perusahaan yang sebenarnya.
2.4 Perbandingan Peraturan Bapepam-Lk X.K.6 Tentang Penyampaian
Laporan Emiten Atau Perusahaan Publik Dengan Prinsip OECD 5
Berdasarkan Prinsip OECD 5, pengungkapan dan transparansi perusahaan
meliputi seluruh elemen, yaitu laporan keuangan dan hasil operasi perusahaan,
tujuan perusahaan, kepemilikan saham mayoritas dan hak suara, transaksi dengan
pihak terkait, faktor-faktor risiko yang dapat diperkirakan, hal-hal penting
berkaitan dengan karyawan dan para stakeholder lainnya, dan struktur dan
kebijakan tata kelola khususnya berkaitan dengan isi dari pedoman atau kebijakan
tata kelola perusahaan dan penerapannya. Baik itu hal yang bersifat keuangan
maupun non-keuangan.
Merujuk pada peraturan Bapepam-LK X.K.6, pengungkapan laporan bagi
emiten adalah sebagai berikut :
a. Ketentuan umum.
b. Ikhtisar data keuangan penting.
c. Laporan dewan komisaris.
d. Laporan direksi.
e. Profil perusahaan.
f. Analisis dan pembahasan manajemen.
g. Tata kelola perusahaan.
h. Tanggungjawab sosial perusahaan.
i. Laporan keuangan tahunan yang di audit.
j. Tanda tangan dewan komisaris dan direksi.

2.5 Insider Trading


Insider trading merupakan istilah teknis yang hanya dikenal dalam pasar
modal. Istilah tersebut mengacu kepada praktek di mana orang dalam (corporate
insider), melakukan transaksi sekuritas dengan menggunakan informasi eksklusif
yang mereka miliki yang belum tersedia bagi masyarakat atau investor.

9
Praktek insider trading bertentangan dengan prinsip keterbukaan.
Keterbukaan merupakan suatu kewajiban bagi setiap perusahaan yang menjual
sahamnya melalui bursa efek. Prinsip keterbukaan (disclosure principle)
merupakan sesuatu yang harus ada, baik untuk kepentingan pengelola bursa
(BEJ), pengawas (Bapepam), dan calon investor. Oleh karena itu, dapat
ditentukan bahwa perdagangan efek dapat tergolong sebagai praktek insider
trading apabila memenuhi tiga unsur minimal, yaitu :
a. Adanya orang dalam (insider).
b. Informasi material yang belum tersedia bagi masyarakat atau belum di
disclosed (unpublished inside information).
c. Orang dalam melakukan transaksi dengan menggunakan informasi material
yang belum tersedia untuk umum tersebut (insider trading).
Insider trading berbahaya bagi mekanisme pasar yang fair dan efisien.
Dampak negatif insider trading adalah:
a. Pembentukan harga yang tidak fair. Pembentukan harga tersebut
disebabkan kurangnya informasi yang merata yang dimiliki para pelaku
bursa, artinya hanya dimiliki oleh orang dalam atau sekelompok orang
tertentu yang mempunyai akses terhadap orang dalam.
b. Berbahaya bagi kelangsungan hidup pasar modal. Hilangnya kepercayaan
investor terhadap bursa akan menyebabkan perubahan kebijakan
investasinya dan akhirnya bursa tidak lagi dianggap sebagai alternatif
sumber pembiayaan yang menguntungkan.
c. Menurunkan kepercayaan investor atas pasar saham karena ambiguitas dan
rendahnya reliabilitas informasi yang mengemuka, sehingga menghambat
perkembangan pasar modal yang pada akhirnya dapat memperlambat
pertumbuhan ekonomi karena menurunnya minat investasi.
d. Memperburuk citra emiten. Hilangnya kepercayaan investor terhadap
emiten merupakan salah satu penyebab hilangnya image positif investor,
dan apabila hal tersebut terjadi maka sulit bagi emiten merebut kembali
simpati masyarakat. Hal ini berdampak negatif secara luas dari aspek
ekonomis, sumber daya serta pangsa pasar yang ada.

10
e. Kerugian bagi investor. Kerugian tersebut disebabkan karena investor
membeli efek pada harga yang mahal dan menjualnya pada harga yang
murah, sehingga investor merasa dirugikan dan tidak mendapatkan
perlindungan.
f. Menurunkan nilai perusahaan yang tercermin dari turunnya harga.
g. Mencegah pembeli potensial dari better deal on the stock.
h. Menurunkan likuiditas saham maupun likuiditas pasar.

2.6 Contoh Kasus Pengungkapan dan Transparansi pada PT. Perusahaan


Gas Negara
2.6.1 Profil Perusahaan
PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) merupakan sebuah
perusahaan yang menjadi penyedia utama gas bumi dan memiliki dua bidang
usaha yaitu distribusi atau penjualan gas bumi dan transmisi atau transportasi
gas bumi yang melalui jaringan pipa yang tersebar di seluruh wilayah usaha.
Usaha distribusi meliputi pembelian gas bumi dari pemasok dan penjualan
gas bumi melalui jaringan pipa-pipa distribusi ke pelanggan rumah tangga,
dan komersial. Sedangkan usaha transmisi merupakan kegiatan pengangkutan
(transportasi) gas bumi melalui pipa transmisi dari sumber-sumber gas ke
pengguna industri.
Perusahaan ini dirintis sejak 1859 ketika masih bernama Firma LJN
Enthoven & Co. Kemudian perusahaan tersebut diberi nama NZ Overzeese
Gasen Electriciteit Maatschapij (NZ OGEM) oleh pemerintah Belanda pada
tahun 1950. Pada tahun 1958, pemerintah Indonesia mengambil alih
kepemilikan perusahaan dan mengubah namanya menjadi Penguasa
Perusahaan Peralihan Listrik dan Gas (P3LG). Seiring dengan perkembangan
pemerintahan Indonesia, pada tahun 1961 status perusahaan berubah menjadi
BPU-PLN.
Pada tanggal 13 Mei 1965, berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
19/1965, perusahaan ditetapkan sebagai perusahaan negara dan dikenal
sebagai Perusahaan Gas Negara (PGN). Kemudian berdasarkan Peraturan

11
Pemerintah No. 27 tahun 1984, perseroan tersebut berubah status hukumnya
dari Perusahaan Negara (PN) menjadi Perusahaan Umum (Perum). Setelah
itu, status perusahaan berubah dari Perum menjadi Perseroan Terbatas yang
dimiliki oleh negara beradasarkan Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 1994
dan Akta pendirian perusahaan No. 486 tanggal 30 Mei 1996. Seiring dengan
perubahan status perseroan yang berubah menjadi perusahaan terbuka,
anggaran dasar perusahaan diubah dengan Akta Notaris No. 5 tanggan 13
November 2003, yang antara lain berisi tentang perubahan struktur
permodalan.
Pada tanggal 5 Desember 2003 perseroan memperoleh pernyataan
efektif dari Badan Pengawas Pasar Modal untuk melakukan penawaran
umum saham perdana kepada masyarakat sebanyak 1.296.296.000 saham,
yang terdiri dari 475.309.000 dari divestasi saham Pemerintah Republik
Indonesia, pemegang saham perseroan dan 820.987.000 saham baru. Sejak
saat itu, nama resmi perseroan diganti menjadi PT Perusahaan Gas Negara
(Persero) Tbk. Saham perusahaan telah tercatat di Bursa Efek Jakarta dan
Bursa Efek Surabaya pada tanggal 15 Desember 2003 dengan kode transaksi
perdagangan ‘PGAS’.

2.6.2 Kronologi Kasus


Kasus bermula ketika terjadi penurunan harga saham PT. PGN yang
signifikan dimana pada tanggal 8 Januari 2007 harga pembukaan
perdagangan Rp.10.850,- per lembar saham, dan pada harga penutupan
perdagangan jatuh ke harga Rp. 7.400,-per lembar sahamnya (31,8 %).
Kemudian pada tanggal 11 Januari 2007 transaksi harga perdagangan dibuka
pada Rp. 9.650,-per lembar saham dan pada harga penutupan perdagangan
jatuh kembali ke posisi Rp. 7.400,- per lembar sahamnya atau terjadi lagi
penurunan sebesar (23,36 %). Atas penurunan saham yang tidak wajar
tersebut kemudian memicu adanya investigasi oleh pihak pengawas pasar
modal. Kemudian ditemukan indikasi bahwa PT. PGN terlambat
menyampaikan informasi yang material yakni koreksi atas rencana besarnya

12
volume gas yang akan dialirkan, yaitu mulai dari (paling sedikit) 150
MMSCFD menjadi 30 MMSCFD. Selain itu, juga dinyatakan bahwa
tertundanya (dalam rangka komersialisasi) yang semula akan dilakukan pada
akhir Desember 2006 tertunda menjadi Maret 2007.
Permasalahan yang terjadi adalah karena informasi yang terlambat di
release tersebut ternyata telah diketahui oleh pihak manajemen PT. PGN.
Informasi tentang penurunan volume gas sudah diketahui oleh manajemen
PGN sejak tanggal 12 September 2006 serta informasi tertundanya gas in
sejak tanggal 18 Desember 2006. Namun baru diberitahukan pada 11 Januari
2007. Kedua informasi tersebut di atas dikategorikan sebagai informasi yang
material dan dapat mempengaruhi harga saham dibursa efek. Hal tersebut
tercermin dari penurunan harga saham pada tanggal 12 Januari 2007.
Atas dugaan adanya transaksi yang tidak wajar maka pihak BEI
memutuskan untuk men-suspend saham PT. PGN pada tanggal 15 Januari
2007. Kemudian BEI meminta bantuan BAPEPAM untuk menindaklanjuti
kasus tersebut. Bapepam pun mulai melakukan penyelidikan terkait dengan
penurunan harga saham yang tidak wajar tersebut. Berdasarkan pemeriksaan
yang telah dilakukan melalui review atas dokumen-dokumen dan terhadap
jajaran direksi PT. PGN, akuntan publiknya, dan koordinator pelaksana
proyek dan manajer proyek SSWJ. Bapepam-LK memperoleh bukti bahwa
PGAS telah melakukan pelanggaran terhadap Ketentuan Undang-Undang
Pasar Modal dan Peraturan Nomor X.K.1 tentang Keterbukaan Informasi
Yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik dan Bapepam-LK juga
melakukan pemeriksaan atas transaksi saham PGAS yang dilakukan oleh
Perusahaan Efek Anggota Bursa Atas pelanggaran tersebut PT. PGN
dikenai sanksi sebesar Rp. 35.000.000,00 atas keterlambatan penyampaian
keterbukaan informasi selama 35 hari atas pelanggaran Pasal 86 Undang-
Undang Pasar Modal Jo. Peraturan Bapepam Nomor X.K.1. tentang
Keterbukaan Informasi Yang Harus Segera Diumumkan Kepada publik. Dan
juga memberikan sanksi denda sebesar Rp. 5.000.000.000,00 kepada direksi
dan mantan direksi PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk yang menjabat

13
pada periode Juli 2006 sampai dengan Maret 2007 atas pelanggaran tentang
pemberian keterangan yang secara material tidak benar yang melanggar Pasal
93 Undang-Undang Pasar Modal.
Selanjutnya Bapepam kembali melanjutkan pemeriksaan terhadap para
jajaran direksi PT. PGN terkait dengan adanya dugaan kasus Insider Trading.
Berdasarkan pemeriksaan tersebut telah terbukti adanya insider trading yang
dilakukan oleh orang dalam PT. PGN yaitu Adil Abas (mantan direktur
pengembangan), Nursubagjo Prijono, WMP Simanjuntak (mantan Direktur
Utama dan sekarang Komisaris), Widyatmiko Bapang (mantan sekretaris
perusahaan), Iwan Heriawan, Djoko Saputro, Hari Pratoyo, Rosichin, dan
Thohir Nur Ilhami yang melakukan transaksi saham pada periode 12
September 2006 sampai dengan 11 Januari 2007. Atas pelanggaran tersebut
para pelaku dikenai sanksi administratif dan denda total sebesar Rp.
2.800.000.000,00.

2.6.3 Keterkaitan Kasus dengan Prinsip OECD 5 Pengungkapan dan


Transparansi
OECD nomor 5 mengungkapkan transparansi perusahaan, bahwa
perusahaan harus terbuka mengenai masalah apapun yang terjadi di
perusahaan. Tidak hanya masalah, ekspektasi yang baik dan buruk pun harus
dijelaskan secara terbuka pada pemangku kepentingan perusahaan. Dalam
kasus diatas, PGN menutupi masalah penundaan proyek mereka, yang mana
apabila diungkapkan maka akan menurunkan nilai saham. Pada kenyataan
yang sebenarnya beberapa pemilik saham sudah menjual sahamnya karena
sebagian dari mereka sudah mengetahui masalah tersebut. Orang yang
mengetahui hal ini disebut insider trading. Orang yang mengetahui masalah
perusahaan sehingga dia tahu benar bahwa perusahaan akan mengalami
penurunan nilai di masa yang akan datang. Pengetahuan ini tentunya tidak
diketahui seluruh pihak pemegang saham, karena PGN takut jika sampai
masalah ini terdengar kepada pemegang saham lain maka pemegang saham
lain akan ikut menjual sahamnya dan menurunkan nilai pasar PGN.

14
Pelanggaran atas aturan OECD nomor 5 benar-benar terlihat disini yaitu tidak
transparan pada seluruh pemegang saham.

2.6.4 Keterkaitan Kasus dengan Keputusan Ketua Bapepam-LK


Nomor: Kep-431/BL/2012 tentang Penyampaian Laporan
Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik.
Pada Keputusan Ketua Bapepam-LK No. KEP-431/BL/2012 yang
mengatur tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan
Publik, pada poin nomor 2 tentang bentuk dan isi laporan tahunan, laporan
tahunan wajib memuat uraian yang membahas dan menganalisis laporan
keuangan dan informasi penting lainnya dengan penekanan pada perubahan
material yang terjadi dalam tahun buku, yaitu paling kurang mencakup
tinjauan operasi per segmen operasi sesuai dengan jenis industri Emiten atau
Perusahaan Publik, antara lain mengenai produksi, yang meliputi proses,
kapasitas, pendapatan dan perkembangannya serta profitabilitas.
Dalam kasus tersebut dapat terlihat PT. PGN telah melakukan
pelanggaran peraturan dengan sengaja melakukan penahanan informasi
material mengenai perkembangan proyek volume gas dan komersialisai yang
berpengaruh terhadap penurunan nilai sahamnya. Hal ini menyebabkan pihak
orang dalam yang telah mengetahui informasi tersebut melakukan tindakan
yang menguntungkan dirinya sendiri yaitu melakukan penjualan sebelum
harga saham tersebut turun atau insider trading padahal aktivitas insider
trading merupakan aktivitas yang sangat dilarang karena akan merugikan
pemegang saham yang lain. Oleh karena itu, atas pelanggaran yang dilakukan
PT. PGN berhak dikenai sanksi baik administrasi maupun denda oleh
Bapepam.
Dalam kasus PT. Perusahaan Gas Negara sebaiknya informasi harus
diungkapkan secara transparan dan keterbukaan sehingga tidak menimbukan
pelanggaran insider trading. Ada beberapa hal yang seringkali dilarang
dalam hal keterbukaan informasi, diantaranya yaitu memberikan informasi
yang salah sama sekali, memberikan informasi yang setengah benar,

15
memberikan informasi yang tidak lengkap, dan sama sekali diam terhadap
fakta/ informasi material. Keempat hal ini dilarang karena oleh hukum
dianggap dapat menimbulkan “misleading” bagi investor dalam memberikan
judgementnya untuk membeli atau tidak suatu saham.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam perdagangan saham dalam bursa efek, sering terjadi permasalahan-


permasalahan yang diakibatkan oleh berbagai pihak dengan motivsi atau tujuan
tertentu. Misalnya dalam hal pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan atau
disclose dipasar modal dana adanya praktek dalam transaksi saham di bursa efek
yaitu insider trading, yaitu adalah perdagangan efek yang dilakukan oleh mereka
yang tergolong “orang dalam” perusahaan, perdagangan mana didasarkan atau
motivasi karena adanya suatu “informasi orang dalam” yang penting dan belum
terbuka untuk umum, dengan perdagangan mana, pihak pedangan insider tersebut
mengharapkan akan mendapatkam keuntungan ekonomi secara pribadi, langsung
atau tidak langsung, atau yang merupakan keuntungan jalan pintas (Short Swing
Profit).
Bushman & Smith (2003: 76) mendefinisikan transparansi perusahaan
sebagai ketersediaan relevansi yang tersebar luas, informasi yang dapat dipercaya
mengenai kinerja perusahaan dalam suatu periode yang terkait, posisi keuangan,
kesempatan investasi, pemerintah, nilai dan risiko perusahaan dagang yang
bersifat umum. Kerangka tata kelola perusahaan harus memastikan bahwa
pengungkapan yang tepat waktu danakurat dibuat pada semua hal material
mengenai perusahaan, termasuk situasi keuangan,kinerja, kepemilikan, dan tata
kelola perusahaan.
Perkembangan pengungkapan dan transparansi di Indonesia berdasarkan
pada Jurnal Corporate Governance, Disclosure and Its Evidence in Indonesia
yang dibuat oleh Siddharta Utama, pengungkapan pada emiten di Indonesia pada
awalnya berdasarkan pada PP no. 64 tahun 1999 tentang Laporan Tahunan.
Menurut peraturan tersebut pengungkapan hanya boleh dilakukan oleh perusahaan
listed saja, sehingga akhirnya muncul peraturan baru yang mengharuskan semua

17
perusahaan, termasuk yang tidak listed harus di audit dan diungkapkan laporan
keuangannya apabila memiliki nilai aset atau aset bersih melebihi Rp.
25.000.000.000.
Berdasarkan Prinsip OECD 5, pengungkapan dan transparansi perusahaan
meliputi seluruh elemen, yaitu laporan keuangan dan hasil operasi perusahaan,
tujuan perusahaan, kepemilikan saham mayoritas dan hak suara, transaksi dengan
pihak terkait, faktor-faktor risiko yang dapat diperkirakan, hal-hal penting
berkaitan dengan karyawan dan para stakeholder lainnya, dan struktur dan
kebijakan tata kelola khususnya berkaitan dengan isi dari pedoman atau kebijakan
tata kelola perusahaan dan penerapannya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abduh, Arridho dkk. 2011. PT. Perusahaan Gas Negara. Report Magister
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Riau. Diunduh pada 15 November
2019.

OECD Principle 5

Rachmat, Dani dkk. 2015. Tata Kelola Perusahaan Mengenai Pengungkapa Dan
Transparansi Analisis Kasus PT. Perusahaan Gas Negara (Persero).
Makalah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. Diunduh pada
15 November 2019.

19

Anda mungkin juga menyukai