ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa
SMKN 1 Pangkatan melalui penerapan pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) di
kelas XI SMKN 1 Pangkatan Tahun Pelajaran 2019/2020. Adapun Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas XI TKR 2 SMK tahun ajaran 2019/2020, subjek ditentukan berdasarkan rekomendasi guru
dan wali kelas yaitu sebanyak 33 siswa dan berjenis kelamin laki-laki semua. Jenis penelitian yang
dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). dengan teknik pengumpulan data
menggunakan tes kemampuan berpikir kreatif. Hasil penelitian menunjukan Pembelajaran Berbasis
Masalah, dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dari Siklus I ke Siklus II dengan empat
indikator yaitu : berpikir lancar (fluency), berpikir luwes (flexibility), berpikir asli (Originality), dan
berpikir merinci (elaborasi). Kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi program linier pada tes
awal berada pada kategori cukup kreatif pada Siklus I kemampuan berpikir Kreatif meningkat
menjadi kreatif dengan persentase (51,51%) dan (12,12%) sangat kreatif. Kondisi ini mengalami
peningkatan di Siklus II dimana, kemampuan berpikir kreatif siswa berada pada berpikir kreatif
dengan persentase (63,64%) dan (21,21%) sangat kreatif. Perolehan nilai tersebut menunjukan
bahwa terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa. Data ini didapatkan dari jawaban
siswa yang telah dianalisis sesuai dengan rubrik jawaban dan pedoman penskoran yang mencakup
aspek fluency, flexibility, originality dan elaboration.
Kata kunci:
Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa, Pembelajaran Berbasis Masalah
Copyright 2021 61
E-ISSN: 2721-7795
Copyright 2021 62
E-ISSN: 2721-7795
Copyright 2021 63
E-ISSN: 2721-7795
Copyright 2021 64
E-ISSN: 2721-7795
Copyright 2021 65
E-ISSN: 2721-7795
Copyright 2021 66
E-ISSN: 2721-7795
Copyright 2021 67
E-ISSN: 2721-7795
(21,21%) sangat kreatif.. Perolehan nilai matematika. Aspek Keluwesan (Flexibility) pada
tersebut menunjukan bahwa terdapat Siklus I memperoleh hasil tes sebesar 76,10 dan
peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa. meningkat menjadi 83,48 adapun semua berada
Data ini didapatkan dari jawaban siswa yang pada kategori Baik. Keluwesan didefinisikan
telah dianalisis sesuai dengan rubrik jawaban sebagai keterampilan dalam menghasilkan
dan pedoman penskoran yang mencakup aspek gagasan atau pertanyaan yang bervariasi,
fluency, flexibility, originality dan elaboration. mampu mengubah cara pendekatan serta
Data ini didapatkan dari jawaban siswa yang memiliki arah permikiran yang berbeda
telah dianalisis sesuai dengan rubrik jawaban (Munandar, 2009:192). Aspek keaslian
dan pedoman penskoran yang mencakup aspek (Originality) yang diperoleh dari hasil tes Open
fluency, flexibility, originality dan elaboration. ended pada Siklus I sebesar 63,20 berada pada
kategori kurang dan mengalami peningkatan di
Hasil Perhitungan ketercapaian aspek berpikir
Siklus II sebesar 75,65 pada kategori baik.
kreatif tersebut tercantum pada Tabel 2.
Keaslian didefinisikan sebagai keterampilan
Tabel 2. Ketercapaian Aspek Berpikir Kreatif
dalam memberikan jawaban yang tidak lazim,
Aspek- Rata- Kategori Rata- Kategori yang lain dari yanglain, yang jarang di berikan
Aspek rata rata kebanyakan orang (Munandar, 2009:192).
Rata- Rata-
rata Persentase Aspek Memerinci (Elaboration) pada
Kemampuan Siklus Siklus rata
I II Siklus I adalah 25, 40 % dan meningkat menjadi
Berpikir 45,80% pada siklus II. keduanya masih dalam
Kreatif
Kelancaran 68,65 Cukup 84,35 Baik kategori kurang. Keterincian didefinisikan
(Fluency) sebagai keterampilan dalam mengembangkan,
Keluwesan 76,10 Baik 83,48 Baik menambahkan, memperkaya suatu gagasan
(Flexibility) atau merinci detail-detail, serta memperluas
Keaslian 63,20 Cukup 75,65 Baik
suatu gagasan (Munandar, 2009:192).
(Originality)
Memerinci 25,43 kurang 45,80 kurang
Dalam setiap siklus dilakukan observasi
(Elaboration
Berdasarkan Tabel pencapian rata-rata aspek atau pengamatan kepada guru selama proses
kelancaran (Fluency) yang diperoleh awalnya pembelajaran berlangsung. Pengamatan
dalam kategori Cukup dan meningkat pada dilakukan oleh guru bidang studi matematika
Siklus II menjadi 84,35 dengan kategori baik. juga disebut sebagai pengamat atau observer
Keterampilan berpikir lancar didefinisikan pada penelitian. Observer memberikan
sebagai keterampilan dalam menghasilkan penilaian kepada peneliti yang bertindak
banyak gagasan atau jawaban yang relevan sebagai guru dengan mengisi lembar observasi
serta arus pemikiran yang lancar aktivitas guru. Pada setiap siklus dilakukan
(Munandar,2009:192). Soal pada aspek observasi aktivitas guru sebanyak dua kali sesuai
kelancaran ada pada setiap soal pada Siklus I dan dengan pertemuan pada masing-masing
II. Soal pada indikator ini menidentifikasi siklus.Berikut tabel perbandingan hasil
kelancaran yang diwujudkan dengan menuliskan persentase observasi aktivitas guru pada siklus I
persamaan pada irisan kerucut dari konsep dan siklus II:
Copyright 2021 69
E-ISSN: 2721-7795
Pertemuan Siklus I Siklus II aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II sebagai
Persen Kriteria Persenta Kriteria
berikut:
tase se
Pertama 80% Baik 88% SangatPertem
baik Siklus I Siklus II
Kedua 85% Sangat 94% uan
Sangat baik persent kriter persent kriter
Baikaik ase ia ase ia
Rata-rata 82,5% Sangat 91% SangatPertama
baik 64% Cuku 78% Baik
Baik p
Kemampuan pengelolaan pembelajaran oleh baik
guru (peneliti) pada siklus I pertemuan pertama, Kedua 73% baik 90% Sang
memperoleh skor sebesar 82,5% dan pada at
baik
pertemuan kedua memperoleh skor 91% yang
Rata- 68,5% baik 84% Sang
termasuk dalam kategori baik sekali menurut rata at
Arikunto (2008). Skor yang diperoleh oleh guru baik
pada siklus I ini, menunjukkan bahwa guru
(peneliti) telah melaksanakan sebagian besar
proses pembelajaran sesuai dengan isi rencana Berdasarkan hasil observasi oleh observer
pelaksanaan pembelajaran. Selanjutnya pada presentase aktivitas siswa pada siklus I
siklus II, kemampuan pengelolaan pembelajaran pertemuan pertama 64% dan pada pertemuan
oleh guru pada siklus II pertemuan pertama dan kedua 73%. Presentase aktivitas siswa tersebut
kedua memperoleh skor 88% dan 94% yang menunjukkan bahwa, siswa belum sepenuhnya
termasuk dalam kategori baik sekali menurut aktif dalam proses pembelajaran. presentase
Arikunto (2008) dalam Sundari (2010), skor yang aktivitas siswa pada siklus II pertemuan pertama
diperoleh oleh guru pada siklus II ini, 78% dan pertemuan kedua memperoleh skor
menunjukkan bahwa guru (peneliti) telah 90%. Presentase tersebut menunjukkan bahwa,
melaksanakan proses pembelajaran dengan siswa sangat aktif dalam proses pembelajaran
sangat baik sesuai dengan isi rencana dan motivasi belajar siswa semakin meningkat.
pelaksanaan pembelajaran sehingga aktivitas Berdasarkan pembahasan di atas, telah terjadi
guru mengalami peningkatan dari siklus I ke peningkatan aktivitas dan hasil belajar pada
siklus II. siklus II. Selain itu, aktivitas guru dalam
pelaksanaan pembelajaran juga meningkat dan
Pengamatan terhadap siswa dilakukan sudah sesuai dengan rencana pelaksanaan
selama proses pembelajaran berlangsung. pembelajaran.
Pengamatan dilakukan oleh guru bidang studi
matematika sebagai observer pada 5. SIMPULAN DAN SARAN
penelitian.Observer memberikan penilaian Simpulan
terhadap siswa dengan mengisi lembar Berdasarkan hasil penelitian yang telah
observasi aktivitas siswa. Pada tiap siklus dilaksanakan dengan menerapkan model
dilakukan observasi aktivitas siswa sebanyak pembelajaran berbasis masalah pada
dua kali sesuai dengan pertemuan pada tiap pembelajaran matematika pada materi program
siklus. Perbandingan hasil persentase observasi linier dapat disimpulkan bahwa penerapan
Copyright 2021 70
E-ISSN: 2721-7795
model pembelajaran berbasis masalah dapat penelitan tindakan kelas (PTK) dan hasil
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif penelitian yang telah diperoleh oleh peneliti,
matematis siswa di kelas XI TKR SMKN 1 dapat ditemukan saran sebagai berikut:
Pangkatan. Hal tersebut dapat dibuktikan dari 1. Bagi siswa
hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa yang Disarankan lebih berani dalam memberikan ide,
diberikan, baik tes kemampuan awal, tes gagasan dan aktif dalam kegiatan pembelajaran
serta lebih mengembangkan kemampuan
kemampuan berpikir kritis matematis siklus I,
berpikir kreatif matematis siswa dan
dan tes kemampuan berpikir kritis matematis kemampuan-kemampuan matematika lainnya.
siklus II. Hasil berpikir kreatif siswa pada tes
awal, dari 33 siswa yang mengikuti tes awal 2. Bagi Guru
terdapat 9 siswa (27,28%)dengan kategori Hendaknya dapat memberikan permasalahan
yang berkaitan dengan kehidupan nyata siswa
kurang kreatif, 15 siswa (45,45%),dengan
agar dapat menciptakan rasa ingin tahu mereka
kategori cukup kreatif, terdapat 8 siswa karena lebih dekat dengan kehidupan sehari-
(24,24%) dengan kategori kreatif, 1 siswa hari mereka dan memberikan pengalaman
(3,03%) dengan kategori sangat kreatif dengan belajar mengajar yang menyenangkan.
empat indikator yaitu : berpikir lancar (fluency), 3. Bagi Sekolah
berpikir luwes (flexibility), berpikir asli Memberikan dukungan baik sarana dan
prasarana yang dapat meningkatkan
(Originality), dan berpikir merinci (elaborasi).
kemampuan berpikir kreatif siswa dengan
kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi
menerapkan model pembelajaran berbasis
program linier pada tes awal berada pada masalah yang berdampak positif pada
kategori Cukup Kreatif. pada Siklus I pembelajaran di dalam kelas.
kemampuan berpikir Kreatif meningkat 4. Bagi Peneliti
kemampuan berpikir kreatif menjadi kreatif penggunaan model pembelajaran berbasis
dengan persentase (51,51%) dan (12,12%) masalah merupakan upaya meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif tetapi harus
sangat kreatif. Kondisi ini mengalami
disesuaikan dengan materi dan kompetensi
peningkatan di Siklus II dimana, kemampuan dasar yang hendak dicapai.
berpikir kreatif siswa berada pada berpikir Tes berpikir kreatif yang dikembangkan belum
kreatif dengan persentase (63,64%) dan efektif, sehingga siswa memerlukan
(21,21%) sangat kreatif. Perolehan nilai tersebut kemampuan yang lebih dari biasanya dalam
menunjukan bahwa terdapat peningkatan menyelesaikan tes tersebut.
kemampuan berpikir kreatif siswa. Data ini Tes berpikir kreatif siswa yang dikembangkan
masih perlu diujicobakan secara lebih luas lagi
didapatkan dari jawaban siswa yang telah
pada kelas atau sekolah lain agar diperoleh tes
dianalisis sesuai dengan rubrik jawaban dan yang lebih berkualitas.
pedoman penskoran yang mencakup aspek
fluency, flexibility, originality dan elaboration.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, maka perlunya memberikan Amidi, M. Zuhair Zahid, 2016, Membangun
beberapa hal yang penting untuk diperhatikan. kemampuan berpikir kreatif matematis dengan
Adapun yang menjadi saran dalam pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah
Copyright 2021 71
E-ISSN: 2721-7795
Copyright 2021 72