Anda di halaman 1dari 12

E-ISSN: 2721-7795

Jurnal Penelitian, Pendidikan dan Pengajaran | Vol 2 No 1 - 2021


http://dx.doi.org/10.30596%2Fjppp.v2i1

Jurnal Penelitian, Pendidikan dan


Pengajaran
Journal Homepage: http://jurnal.umsu.ac.id/index.php

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa melalui


Pembelajaran Berbasis Masalah di SMKN 1 Pangkatan
Ade Irma Effendi Siregar 1,
SMK Negeri 1 Pangkatan
irma02384@gmail.com

Penulis 2 Font [Calibri] Size [12] 2,


Institusi/Tempat Kerja
Email Aktif

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa
SMKN 1 Pangkatan melalui penerapan pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) di
kelas XI SMKN 1 Pangkatan Tahun Pelajaran 2019/2020. Adapun Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas XI TKR 2 SMK tahun ajaran 2019/2020, subjek ditentukan berdasarkan rekomendasi guru
dan wali kelas yaitu sebanyak 33 siswa dan berjenis kelamin laki-laki semua. Jenis penelitian yang
dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). dengan teknik pengumpulan data
menggunakan tes kemampuan berpikir kreatif. Hasil penelitian menunjukan Pembelajaran Berbasis
Masalah, dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dari Siklus I ke Siklus II dengan empat
indikator yaitu : berpikir lancar (fluency), berpikir luwes (flexibility), berpikir asli (Originality), dan
berpikir merinci (elaborasi). Kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi program linier pada tes
awal berada pada kategori cukup kreatif pada Siklus I kemampuan berpikir Kreatif meningkat
menjadi kreatif dengan persentase (51,51%) dan (12,12%) sangat kreatif. Kondisi ini mengalami
peningkatan di Siklus II dimana, kemampuan berpikir kreatif siswa berada pada berpikir kreatif
dengan persentase (63,64%) dan (21,21%) sangat kreatif. Perolehan nilai tersebut menunjukan
bahwa terdapat peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa. Data ini didapatkan dari jawaban
siswa yang telah dianalisis sesuai dengan rubrik jawaban dan pedoman penskoran yang mencakup
aspek fluency, flexibility, originality dan elaboration.

Kata kunci:
Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa, Pembelajaran Berbasis Masalah

Copyright 2021 61
E-ISSN: 2721-7795

Jurnal Penelitian, Pendidikan dan Pengajaran | Vol 2 No 1 - 2021


http://dx.doi.org/10.30596%2Fjppp.v2i1

1. PENDAHULUAN Seorang guru yang akan mengajarkan


Matematika memiliki peranan penting dalam matematika kepada siswanya, hendaklah
kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan mengetahui dan memahami objek yang akan
bersekolah ataupun dalam kehidupan sehari- diajarkannya, yaitu matematika.
hari. Matematika merupakan suatu Guru menyadari bahwa matematika sering
pengetahuan yang mempunyai karakteristik dianggap sebagai mata pelajaran yang kurang
berpikir logis, sistematis, kritis, kreatif dan diminati, dihindari, ditakuti oleh sebagian besar
banyak value dari matematika bermanfaat siswa. Berbagai alternatif digunakan oleh guru
untuk berbagai jenis disiplin bidang ilmu. dalam pembelajaran matematika baik
Matematika merupakan salah satu bidang pendekatan matematika atau juga metode yang
studi yang diajarkan di Sekolah. Baik Sekolah digunakan sehingga siswa dapat menguasai
Dasar (SD), Sekolah Mengengah Pertama (SMP) konsep matematika dan dapat menyelesaikan
dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika pemecahan masalah. Peranan penting
lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio matematika ini didukung dengan pembaharuan
(penalaran), bukan menekankan dari hasil dalam cara mengajar matematika. Perubahan
eksperimen atau hasil observasi matematika dan perkembangan zaman yang semakin pesat
terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang membuat pembelajaran matematika juga harus
berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran mengikuti arus zaman agar dapat diterima pada
(Russeffendi ET, 1980 :148). semua kalangan. Untuk dapat mengikuti
Matematika juga merupakan suatu media perubahan dan perkembangan zaman
untuk memecahkan masalah, sebagaimana yang diperlukan berpikir kreatif. Kemajuan ilmu
tercantum dalam Permendiknas Nomor 22 teknologi informasi dan komunikasi, melaui
tahun 2006 tentang standar isi mata pelajaran media-sosial, dapat merubah pola pikir
matematika, tujuan pembelajaran matematika seseorang dari yang tidak terstruktur menjadi
adalah agar siswa : (1)Memahami konsep terstruktur. Orang yang menguasai teknologi
matematika, menjelaskan keterkaitan antar informasi mampu mengembangkan dirinya
konsep dan mengaplikasikan konsep secara melaui berfikir. Mengembangkan kemajuan
luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam berfikir kreatif siswa menjadi fokus utama oleh
pemecahan masalah. (2) Menggunakan guru matematika. Berdasarkan hasil observasi
penalaran pada pola dan sifat, melakukan siswa kemampuan matematis terutama
manipulasi matematika dalam membuat kemampuan berpikir kreatif masih dalam
generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan kategori kurang.
gagasan dan pernyataan matematika. (3) Berdasarkan permasalahan yang telah
Memecahkan masalah yang meliputi diungkapkan di atas, menunjukan bahwa
kemampuan memahami masalah, merancang diperlukan suatu perubahan cara mengajar yang
model matematika, menyelesaikan model dan dilakukan oleh guru. Perubahan dapat dilakukan
menafsirkan solusi yang diperoleh. (4) dengan menerapkan model pembelajaran yang
Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, berbeda dari biasanya. Salah satu model
tabel, diagram, atau media lain untuk pembelajaran yang dapat diterapkan untuk
memperjelas keadaan atau masalah. (5) mengatasi masalah tersebut ialah model
Memiliki sikap menghargai kegunaan pembelajaran Berbasis Masalah.
matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki Adapun yang melatar belakangi penelitian ini
rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam adalah kurangnya kemampuan berpikir kreatif
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan siswa. Hal ini dikarenakan siswa hanya pasif
percaya diri dalam pemecahan masalah. mendengarkan penjelasan dari guru serta hanya
menjawab apabila ditunjuk guru. Rendahnya

Copyright 2021 62
E-ISSN: 2721-7795

Jurnal Penelitian, Pendidikan dan Pengajaran | Vol 2 No 1 - 2021


http://dx.doi.org/10.30596%2Fjppp.v2i1

berpikir kreatif siswa ditunjukkan dengan dapat melatih siswa mengembangkan


jawaban yang diberikan oleh siswa terpaku pada kemampuan berpikir kreatif untuk tidak terpaku
jawaban yang ada dibuku, dan kurang hanya pada satu jawaban atau cara pemecahan
memahami makna jawaban yang disebutkan. dari masalah yang ditemui. Melainkan dengan
Sebagai salah satu alternatif untuk memunculkan banyak jawaban atau alternatif
meningkatkan keterampilan berpikir kreatif, penyelesaian masalah dengan menerapkan
guru harus berani mengubah cara mengajar kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility),
yang awalnya berpusat pada guru saja, diubah keaslian (originality), dan memerinci (elaborasi)
ke arah pembelajaran yang dapat menciptakan yang menjadi ciri pemikiran kreatif. Berdasarkan
keaktifan siswa dalam pembelajaran; dari cara uraian latar belakang di atas, maka masalah
berpikir siswa yang konvergen dimana terpaku yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
pada satu jawaban menjadi berpikir kreatif yang (1) bagaimana aktivitas guru dan siswa selama
bersifat divergen yaitu penemuan alternatif pembelajaran matematika dalam menerapkan
jawaban yang lebih banyak; serta berusaha model pembelajaran berbasis masalah?; (2)
menghubungkan lingkungan belajar dengan bagaimana peningkatan kemampuan berpikir
proses berpikir kreatif siswa. Karena belajar kreatif siswa dalam pembelajaran matematika
akan lebih efektif jika menggunakan setelah menerapkan model pembelajaran
permasalahan kontekstual yang erat kaitannya berbasis masalah?; Sesuai dengan latar belakang
dengan lingkungan yang ada disekitar siswa, dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian
sehingga dapat merangsang rasa ingin tahu ini adalah: (1) mendeskripsikan aktivitas guru
siswa, melakukan pengamatan, membuat dan siswa selama pembelajaran matematika
kesimpulan dan mendapatkan pengalaman dalam menerapkan model pembelajaran
melalui proses ilmiah. Pengalaman yang didapat berbasis masalah; (2) mendeskripsikan
dari proses ilmiah akan lebih terekam dan taham peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa
lama diingatan siswa. Dalam penelitian ini, dalam pembelajaran matematika setelah
peneliti memilih model pembelajaran berbasis menerapkan model pembelajaran berbasis
masalah sebagai solusi agar siswa terdorong masalah;
untuk terlibat langsung dalam proses Hasil penelitian ini diharapkan dapat
pembelajaran yang dimulai dari kegiatan bermanfaat, yakni: (1) bagi sekolah, dapat
orientasi pada masalah, mengorganisasi siswa memberikan sumbangsih tentang variasi
untuk belajar, membimbing penyelidikan siswa, pembelajaran dan peningkatan profesionalisme
mengembangkan dan menyajikan hasil karya guru serta dapat meningkatkan mutu proses
siswa, serta menganalisis dan mengevaluasi pembelajaran; (2) bagi guru, dapat memperkaya
proses pemecahan masalah. perbendaharaan model pembelajaran yang
Selain uraian diatas, model pembelajaran nantinya dapat diterapkan dalam meningkatkan
berbasis masalah juga mampu mendorong siswa kemampuan berpikir kreatif siswa; (3) bagi siswa
untuk berdiskusi dengan kelompoknya sehingga SMK, dapat meningkatkan kemampuan berpikir
siswa lebih berani untuk menyampaikan kreatif sehingga dapat menemukan berbagai
pendapat atau berkomunikasi. Jadi dengan macam solusi untuk memecahkan masalah yang
menggunakan model pembelajaran ini siswa dihadapi dalam kehidupan sehari – hari; (4) bagi
tidak hanya sekedar tahu tentang materi tetapi peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan
siswa juga benar-benar memahami materi untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir
pembelajarannya sehingga nantinya siswa dapat kreatif siswa dengan menerapkan model
mendeskripsikannya sesuai dengan kompetensi pembelajaran berbasis masalah serta
dasar yang diingin dicapai. Selain itu, dengan menambah pengetahuan peneliti tentang
serangkaian kegiatan pembelajaran tersebut,

Copyright 2021 63
E-ISSN: 2721-7795

Jurnal Penelitian, Pendidikan dan Pengajaran | Vol 2 No 1 - 2021


http://dx.doi.org/10.30596%2Fjppp.v2i1

pembelajaran dengan model pembelajaran berpikir dapat didefinisikan sebagai proses


berbasis masalah. menghasilkan representasi mental yang
baru melalui transformasi informasi yang
melibatkan interaksi secara komplek antara
2. PEMBAHASAN atribut – atribut mental seperti penilaian,
A. Berpikir Kreatif abstraksi, penalaran, imajinasi dan
Ruggiero dalam Siswono (2006) pemecahan masalah.
berpendapat bahwa berpikir merupakan Sedangkan Santrock (2010: 357)
aktivitas mental untuk membantu menyebutkan bahwa berpikir adalah
memformulasikan atau memecahkan suatu memanipulasi atau mengelola dan
masalah, membuat suatu keputusan, atau mentransformasi informasi dalam
memenuhi hasrat keingintahuan. Hal ini memori.Ini seringkali dilakukan untuk
menunjukkan bahwa ketika seseorang membentuk konsep, bernalar dan berpikir
merumuskan suatu masalah, memecahkan secara kritis, membuat keputusan, berpikir
masalah, ataupun ingin memahami sesuatu, kreatif dan memecahkan masalah.
maka ia melakukan suatu aktivitas berpikir. Kepekaan berfikir kreatif dapat diukur
Sementara itu Munandar (1999) dengan indikator-indikator yang telah
menjelaskan pengertian berpikir kreatif ditentukan para ahli, salah satunya menurut
adalah kemampuan yang berdasarkan pada Torrance. Menurut Torrance kemampuan
data atau informasi yang tersedia untuk berfikir kreatif terbagi menjadi tiga hal,
menemukan banyak kemungkinan jawaban yaitu: (1) fluency (kelancaran); (2) originality
terhadap suatu masalah, dimana (keaslian); (3)elaboration (penguraian),
penekanannya pada kuantitas, yaitu kemampuan memecahkan masalah
ketepatgunaan, dan keberagaman jawaban. secara detail. Sedangkan Suharnan (2005:
Menurut Huda (2011), berpikir kreatif 379) menyebutkan bahwa untuk
adalah suatu pemikiran yang berusaha menghasilkan gagasan – gagasan kreatif
menciptakan gagasan yang baru. Berpikir (baru dan berguna) akan melibatkan
kreatif dapat juga diartikan sebagai suatu kelancaran berpikir, keluwesan, originalitas
kegiatan mental yang digunakan seorang dan elaborasi.
untuk membangun ide atau pemikiran yang Kelancaran adalah kemampuan
baru. Kemampuan berpikir kreatif juga seseorang menghasilkan gagasan yang
berkenaan dengan kemampuan seseorang banyak.
mengajukan ide-ide dan melihat hubungan Keluwesan berpikir adalah kemampuan
yang baru. seseorang untuk menghasilkan gagasan –
Menurut Martin (2009), kemampuan gagasan yang terdiri dari kategori – kategori
berpikir kreatif adalah kemampuan untuk yang berbeda – beda atau kemampuan
menghasilkan ide atau cara baru dalam memandang suatu (objek, situasi atau
menghasilkan suatuproduk. Pada masalah).
umumnya, berpikir kreatif dipicu oleh Originalitas atau sering disebut berpikir
masalah-masalah yang menantang. tidak lazim (unusual thinking) adalah bentuk
Berpikir, memecahkan masalah dan keaslian berpikir mengenai sesuatu yang
menghasilkan sesuatu yang baru adalah belum dipikirkan orang lain atau tidak sama
kegiatan yang kompleks dan berhubungan dengan pemikiran orang – orang pada
erat satu dengan yang lain (Somakim & umumnya.
Azhari, 2013). Glass dan Holyoak (dalam
Suharnan 2005: 280) mengatakan bahwa

Copyright 2021 64
E-ISSN: 2721-7795

Jurnal Penelitian, Pendidikan dan Pengajaran | Vol 2 No 1 - 2021


http://dx.doi.org/10.30596%2Fjppp.v2i1

Elaborasi adalah kemampuan memerinci Mengembangkan dan mempresentasikan


suatu gagasan pokok ke dalam gagasan – hasil karya; Tahap 5 Menganalisis dan
gagasan yang lebih kecil. mengevaluasi proses mengatasi masalah.
Berdasarkan uraian diatas, dapat Menurut Amidi, M. Zuhair Zahid ( 2016,
disimpulkan bahwa keterampilan berpikir 590) Model pembelajaran berbasis masalah
kreatif dibutuhkan siswa untuk memiliki beberapa kelebihan,
menyelesaikan masalah yang dihadapi diantaranya:(1) Siswa lebih memahami
dalam kehidupan sehari – hari. Untuk konsep yang diajarkan sebab siswa sendiri
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif yang menemukan konsep tersebut; (2)
siswa, peneliti memilih model pembelajaran Siswa secara aktif terlibat dalam proses
berbasis masalah karena karakteristik pemecahan masalah yang menuntut
pembelajaran matematika yang sangat ketrampilan berpikir siswa yang lebih tinggi;
cocok dengan model pembelajaran berbasis (3) Pengetahuan tertanam berdasarkan
masalah yakni mengajarkan siswa untuk skemata yang dimiliki siswa sehingga siswa
menemukan sendiri suatu konsep sehingga lebih bermakna; (4)siswa dapat merasakan
menjadi pembelajaran yang bermakna. manfaat pembelajaran sebab masalah-
Dalam proses pencarian tersebut, siswa masalah yang diselesaikan langsung
dilatih untuk memecahkan masalah yang dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini
dihadapi dengan pemikiran kreatif yang ia dapat meningkatkan motivasi dan
miliki. ketertarikan siswa terhadap materi yang
Menurut Livne (2008), berpikir kreatif dipelajari; (5) Menjadikan siswa lebih
matematis merujuk pada kemampuan mandiri yang mampu memberikan aspirasi
untuk menghasilkan solusi bervariasi yang dan menerima pendapat orang
bersifat baru terhadap masalah matematika lain,menanamkan sikap sosial yang positif
yang bersifat terbuka. Adapun kemampuan diantara siswa; (6) Pengkondisian siswa
berpikir kreatif matematis yang dimaksud dalam belajar kelompok yang saling
adalah kemampuan mengemukakan ide-ide berinteraksi terhadap temannya sehingga
dalam menyelesaikan soal-soal pencapaianketuntasan belajar siswa dapat
matematika. diharapkan.
B. Pembelajaran berbasis masalah Peran seorang guru dalam pembelajaran
Pembelajaran berbasis masalah berbasis masalah menurut Rusman (2011)
merupakan pembelajaran yang dilakukan antara lain: (1) Merancang dan
dengan menghadapkan siswa pada menggunakan permasalahan yang ada di
permasalahan kontektual yang berkaitan dunia nyata, sehingga siswa dapat
dengan kehidupan sehari-hari, sehingga menguasaihasil belajar; (2) Menjadi pelatih
siswa dapat memecahkan masalah dan siswa dalam proses pemecahan masalah,
mengupayakan alternatif dan cara pengarahandiri dan pembelajaran teman
penyelesaian, serta memotivasi siswa untuk sebaya; (3) Menfasilitasi proses PBM yaitu
berpikir kreatif. mengubahcara berpikir, mengembangkan
Adapun menurut Arends (2008), ketrampilan inquiri dan menggunakan
tahapan pembelajaran berbasis masalah pembelajaran kooperatif; (4) Melatih siswa
adalah Tahap 1 Memberikan orientasi tentang strategi pemecahan masalah,
tentang permasalahannya kepada siswa; berpikir kritis danberpikir sistematis; (5)
Tahap 2 Mengorganisasikan siswa untuk Menjadi perantara proses penggunaan
meneliti; Tahap 3 Membantu investigasi informasi.
mandiri dan kelompok; Tahap 4

Copyright 2021 65
E-ISSN: 2721-7795

Jurnal Penelitian, Pendidikan dan Pengajaran | Vol 2 No 1 - 2021


http://dx.doi.org/10.30596%2Fjppp.v2i1

Pembelajaran berbasis masalah sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah


mempunyai 5 karakteristik antara lain: kelas secara bersama. PTK bertujuan untuk
Melalui kegiatan kolaboratif, siswa memperbaiki dan meningkatkan kualitas
diposisikan sebagai pemecah masalah,
pembelajaran serta membantu
mendorong siswa untuk mampu
menemukan masalah dan memberdayakan guru dalam memecahkan
mengelaborasinya dengan mengajukan masalah pembelajaran di sekolah. Penelitian ini
dugaan-dugaan dan merencanakan termasuk dalam penelitian tindakan kelas
penyelesaian, siswa difasilitasi agar dapat karena permasalahan yang diambil peneliti
mengekspolarasi berbagai alternatif merupakan permasalahan yang muncul ketika
penyelesaian dan impikasinya serta kegiatan belajar mengajar berlangsung,
mengumpulkan dan mendistribusikan
sehingga dengan adanya penelitian ini
informasi, siswa dilatih untuk terampil
menyajikan temuan, serta membiasakan diharapkan bisa memperbaiki proses
siswa untuk merefleksikan tentang pembelajaran agar lebih baik lagi. Penelitian ini
efektivitas cara berpikir mereka dan dilaksanakan di SMK Negeri 1 Pangkatan.
menyelesaikan masalah. Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil
Masalah dalam pembelajaran berbasis tahun pelajaran 2019/2020. Subjek dalam
masalah adalah masalah kontekstual dan penelitian ini adalah siswa kelas XI TKR 2 (Teknik
menarik sehingga meransang siswa untuk
kendaraan Ringan) SMK Negeri 1 Pangkatan.
bertanya dari berbagai perspektif, tanya
jawab dan diskusi dalam pembelajaran Pemilihan subjek penelitian ini didasari oleh
berbasis masalah menguji keakuratan dari pertimbangan bahwa siswa kelas XI telah
solusi dan melakukan refleksi terhadap memiliki pengalaman belajar yang cukup
pemecahan masalah yang dilakukan. sehingga diharapkan dapat menyelesaikan
Pembelajaran berbasis masalah menuntut masalah-masalah pada materi program linier.
agar siswa aktif untuk memecahkan
Desain penelitian ini mengikuti prinsip dasar
masalah yang sedang dihadapinya dengan
berkomunikasi sesama teman dan juga tindakan kelas yang mengacu pada pandangan
guru. Kemmis dan Mc Taggrat (dalam Arikunto, 2006:
13)bahwa penelitian tindakan dilakukan melalui
3. METODE PENELITIAN empat tahap yaitu: (1) merumuskan masalah
Berdasarkan judul penelitian, maka jenis dan merencanakan tindakan; (2) melaksanakan
penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan tindakan dan pengamatan/monitoring; (3)
Kelas (Classroom Action Research). Suyanto merefleksi hasil pengamatan; (4)
(dalam Muslich, 2009: 9) menyebutkan bahwa mengubah/revisi perencanaan untuk
PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat pengembangan selanjutnya.
reflektif dengan melakukan tindakan –tindakan Teknik pengumpulan data yang digunakan
tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau peneliti pada penelitian ini adalah tes dan non-
meningkatkan praktik – praktik pembelajaran di tes. Teknik tes dalam penelitian ini
kelas secara professional. menggunakan tes awal dan tes kemampuan
Sedangkan menurut Arikunto (2006: 3) PTK berpikir kritis matematis pada setiap siklus. Soal
merupakan suatu pencermatan terhadapan tes berbentuk uraian sebanyak 4 soal disusun
kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sesuai indikator kemampuan berpikir kreatif

Copyright 2021 66
E-ISSN: 2721-7795

Jurnal Penelitian, Pendidikan dan Pengajaran | Vol 2 No 1 - 2021


http://dx.doi.org/10.30596%2Fjppp.v2i1

matematis. Selanjutnya, teknik non-tes yang secara klasikal setelah menggunakan


dimaksud pada penelitian ini menggunakan modelpembelajaran berbasis masalah dalam
lembar observasi aktivitas guru dan dan lembar pembelajaran matematika. Siswa dikatakan
observasi aktivitas siswa. tuntas dalam
Dalam penelitian ini data yang dibutuhkan kemampuan berpikir kreatif apabila telah
adalah: (1) data aktivitas guru, Teknik memperoleh
pengumpulan data berupa observasi nilai > 75 (tingkat berpikir kreatif kategori kreatif
menggunakan lembar pengamatan selama dan
proses pembelajaran; (2) data aktivitas siswa, sangat kreatif). Hal ini sesuai dengan kriteria
teknik pengumpulan data berupa observasi tingkat
menggunakan lembar pengamatan selama keberhasilan berpikir kreatif dalam nilai, yaitu:
proses pembelajaran; (3) data hasil
berpikir kreatif siswa, teknik pengumpulan data Nilai Kriteria
berupa tes menggunakan lembar tes berpikir 85 – 100 Sangat kreatif
kreatif. Data yang diperoleh melalui penelitian 75 – 84 Kreatif
ini akan diolah dan dianalisis berdasarkan 65 – 74 Cukup kreatif
55 – 64 Kurang kreatif
jenisnya sebagai berikut: (1)analisis data hasil
30 – 54 Sangat kurang kreatif
observasi untuk mengetahui persentase hasil
0 – 29 Sama sekali kurang kreatif
aktivitas guru dan siswa, hasil belajar siswa pada Adapun untuk menentukan ketuntasan tes hasil
ranah afektif dan psikomotor, rumus yang belajar
digunakan: ranah kognitif menggunakan rumus berikut:
𝑓
𝑃=𝑁 𝐾𝐵 =
𝑇
𝑥100%
𝑇𝑡
Keterangan: Keterangan:
P = Persentase frekuensi kejadian yang muncul KB = Ketuntasan belajar
f = Banyaknya aktivitas guru/siswa yang muncul T = Jumlah skor yang diperoleh siswa
N = Jumlah aktivitas keseluruhan Tt = Jumlah skor total
(Winarsunu, 2009 : 20) (Trianto, 2012: 64)
Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya
Dengan persentase kriteria penilaian sebagai (ketuntasan
berikut: individu) jika proporsi jawaban benar siswa
persentase kriteria >75% siswa
75% - 100% Sangat tinggi
(Trianto, 2012: 64). Adapun untuk mengetahui
50% - 74,99% Tinggi
ketuntasan hasil belajar maupun kemampuan
25% - 49,99% Sedang
0% - 24,99% Rendah berpikir
(Yoni, 2010:175) kreatif siswa secara klasikal menggunakan
(2) analisis data tes untuk mengetahui rumus berikut:
∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠
peningkatan hasil 𝑃= ∑ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
𝑥 100%
berpikir kreatif dan hasil belajar ranah kognitif Dengan kriteria tingkat keberhasilan siswa
siswa dalam

Copyright 2021 67
E-ISSN: 2721-7795

Jurnal Penelitian, Pendidikan dan Pengajaran | Vol 2 No 1 - 2021


http://dx.doi.org/10.30596%2Fjppp.v2i1

persentase, yaitu: 55 -64 Kurang 9 3 1


75% - 100% = Sangat tinggi kreatif
50% - 74,99% = Tinggi 30 - 54 Sangat 0 0 0
25% - 49,99% = Sedang kurang
kreatif
0% - 24,99% = Rendah
0 - 29 Sama 0 0 0
(Yoni, 2010:176) sekali
Instrumen yang digunakan berupa test soal kurang
materi program linier yang terintegrasi dengan kreatif
kemampuan berpikir kreatif siswa dalam Jumlah 33 33 33
menjawab soal yang berhubungan dengan
materi program linier.
Chart Title
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
25
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada
Siklus I dan Siklus II pada siswa XI TKR 2 dengan 20

penerapan pembelajaran berbasis masalah 15

bahwa terjadi peningkatan kemampuan berpikir 10


Kreatif sesuai dengan indikator. Kategori 5
berpikir kreatif siswa diperoleh dari hasil analisis 0
jawaban siswa pada kedua siklus pada tes open Tes Awal Siklus I Siklus II
ended dan dilihat dari kemampuan siswa dalam Sangat Kreatif Kreatif
memenuhi aspek-aspek berpikir Kreatif. Dari Cukup Kreatif Kurang Kreatif
data yang diperoleh kemampuan berpikir kreatif
siswa diinterpretasikan ke dalam empat soal Hasil berpikir kreatif siswa pada tes awal, dari 33
uraian pada tes awal, Siklus I dan pada Siklus II, siswa yang mengikuti tes awal terdapat 9 siswa
pada setiap soal terdapat indikator kemampuan (27,28%)dengan kategori kurang kreatif, 15
berpikir kritis matematis siswa. Adapun siswa (45,45%),dengan kategori cukup kreatif,
rekapitulasi kemampuan berpikir kreatif siswa XI terdapat 8 siswa (24,24%) dengan kategori
TKR 2 pada masing-masing kategori pada tes kreatif, 1 siswa (3,03%) dengan kategori sangat
awal, siklus I, tes siklus II dapat pada tabel kreatif dengan empat indikator yaitu : berpikir
berikut: lancar (fluency), berpikir luwes (flexibility),
berpikir asli (Originality), dan berpikir merinci
Tabel 1. Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis
(elaborasi). kemampuan berpikir kreatif siswa
Matematis
pada materi program linier pada tes awal berada
Kriteria Kategori Jumlah Siswa
pada kategori Kurang. pada Siklus I kemampuan
Tes Siklus Siklus
berpikir Kreatif meningkat kemampuan berpikir
Awal I II
85 -100 Sangat 1 4 7 kreatif menjadi kreatif dengan persentase
Kreatif (51,51%) dan (12,12%) sangat kreatif. Kondisi ini
75 - 84 Kreatif 8 17 21 mengalami peningkatan di Siklus II dimana,
65 - 74 Cukup 15 9 4 kemampuan berpikir kreatif siswa berada pada
Kreatif berpikir kreatif dengan persentase (63,64%) dan
Copyright 2021 68
E-ISSN: 2721-7795

Jurnal Penelitian, Pendidikan dan Pengajaran | Vol 2 No 1 - 2021


http://dx.doi.org/10.30596%2Fjppp.v2i1

(21,21%) sangat kreatif.. Perolehan nilai matematika. Aspek Keluwesan (Flexibility) pada
tersebut menunjukan bahwa terdapat Siklus I memperoleh hasil tes sebesar 76,10 dan
peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa. meningkat menjadi 83,48 adapun semua berada
Data ini didapatkan dari jawaban siswa yang pada kategori Baik. Keluwesan didefinisikan
telah dianalisis sesuai dengan rubrik jawaban sebagai keterampilan dalam menghasilkan
dan pedoman penskoran yang mencakup aspek gagasan atau pertanyaan yang bervariasi,
fluency, flexibility, originality dan elaboration. mampu mengubah cara pendekatan serta
Data ini didapatkan dari jawaban siswa yang memiliki arah permikiran yang berbeda
telah dianalisis sesuai dengan rubrik jawaban (Munandar, 2009:192). Aspek keaslian
dan pedoman penskoran yang mencakup aspek (Originality) yang diperoleh dari hasil tes Open
fluency, flexibility, originality dan elaboration. ended pada Siklus I sebesar 63,20 berada pada
kategori kurang dan mengalami peningkatan di
Hasil Perhitungan ketercapaian aspek berpikir
Siklus II sebesar 75,65 pada kategori baik.
kreatif tersebut tercantum pada Tabel 2.
Keaslian didefinisikan sebagai keterampilan
Tabel 2. Ketercapaian Aspek Berpikir Kreatif
dalam memberikan jawaban yang tidak lazim,
Aspek- Rata- Kategori Rata- Kategori yang lain dari yanglain, yang jarang di berikan
Aspek rata rata kebanyakan orang (Munandar, 2009:192).
Rata- Rata-
rata Persentase Aspek Memerinci (Elaboration) pada
Kemampuan Siklus Siklus rata
I II Siklus I adalah 25, 40 % dan meningkat menjadi
Berpikir 45,80% pada siklus II. keduanya masih dalam
Kreatif
Kelancaran 68,65 Cukup 84,35 Baik kategori kurang. Keterincian didefinisikan
(Fluency) sebagai keterampilan dalam mengembangkan,
Keluwesan 76,10 Baik 83,48 Baik menambahkan, memperkaya suatu gagasan
(Flexibility) atau merinci detail-detail, serta memperluas
Keaslian 63,20 Cukup 75,65 Baik
suatu gagasan (Munandar, 2009:192).
(Originality)
Memerinci 25,43 kurang 45,80 kurang
Dalam setiap siklus dilakukan observasi
(Elaboration
Berdasarkan Tabel pencapian rata-rata aspek atau pengamatan kepada guru selama proses
kelancaran (Fluency) yang diperoleh awalnya pembelajaran berlangsung. Pengamatan
dalam kategori Cukup dan meningkat pada dilakukan oleh guru bidang studi matematika
Siklus II menjadi 84,35 dengan kategori baik. juga disebut sebagai pengamat atau observer
Keterampilan berpikir lancar didefinisikan pada penelitian. Observer memberikan
sebagai keterampilan dalam menghasilkan penilaian kepada peneliti yang bertindak
banyak gagasan atau jawaban yang relevan sebagai guru dengan mengisi lembar observasi
serta arus pemikiran yang lancar aktivitas guru. Pada setiap siklus dilakukan
(Munandar,2009:192). Soal pada aspek observasi aktivitas guru sebanyak dua kali sesuai
kelancaran ada pada setiap soal pada Siklus I dan dengan pertemuan pada masing-masing
II. Soal pada indikator ini menidentifikasi siklus.Berikut tabel perbandingan hasil
kelancaran yang diwujudkan dengan menuliskan persentase observasi aktivitas guru pada siklus I
persamaan pada irisan kerucut dari konsep dan siklus II:

Copyright 2021 69
E-ISSN: 2721-7795

Jurnal Penelitian, Pendidikan dan Pengajaran | Vol 2 No 1 - 2021


http://dx.doi.org/10.30596%2Fjppp.v2i1

Pertemuan Siklus I Siklus II aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II sebagai
Persen Kriteria Persenta Kriteria
berikut:
tase se
Pertama 80% Baik 88% SangatPertem
baik Siklus I Siklus II
Kedua 85% Sangat 94% uan
Sangat baik persent kriter persent kriter
Baikaik ase ia ase ia
Rata-rata 82,5% Sangat 91% SangatPertama
baik 64% Cuku 78% Baik
Baik p
Kemampuan pengelolaan pembelajaran oleh baik
guru (peneliti) pada siklus I pertemuan pertama, Kedua 73% baik 90% Sang
memperoleh skor sebesar 82,5% dan pada at
baik
pertemuan kedua memperoleh skor 91% yang
Rata- 68,5% baik 84% Sang
termasuk dalam kategori baik sekali menurut rata at
Arikunto (2008). Skor yang diperoleh oleh guru baik
pada siklus I ini, menunjukkan bahwa guru
(peneliti) telah melaksanakan sebagian besar
proses pembelajaran sesuai dengan isi rencana Berdasarkan hasil observasi oleh observer
pelaksanaan pembelajaran. Selanjutnya pada presentase aktivitas siswa pada siklus I
siklus II, kemampuan pengelolaan pembelajaran pertemuan pertama 64% dan pada pertemuan
oleh guru pada siklus II pertemuan pertama dan kedua 73%. Presentase aktivitas siswa tersebut
kedua memperoleh skor 88% dan 94% yang menunjukkan bahwa, siswa belum sepenuhnya
termasuk dalam kategori baik sekali menurut aktif dalam proses pembelajaran. presentase
Arikunto (2008) dalam Sundari (2010), skor yang aktivitas siswa pada siklus II pertemuan pertama
diperoleh oleh guru pada siklus II ini, 78% dan pertemuan kedua memperoleh skor
menunjukkan bahwa guru (peneliti) telah 90%. Presentase tersebut menunjukkan bahwa,
melaksanakan proses pembelajaran dengan siswa sangat aktif dalam proses pembelajaran
sangat baik sesuai dengan isi rencana dan motivasi belajar siswa semakin meningkat.
pelaksanaan pembelajaran sehingga aktivitas Berdasarkan pembahasan di atas, telah terjadi
guru mengalami peningkatan dari siklus I ke peningkatan aktivitas dan hasil belajar pada
siklus II. siklus II. Selain itu, aktivitas guru dalam
pelaksanaan pembelajaran juga meningkat dan
Pengamatan terhadap siswa dilakukan sudah sesuai dengan rencana pelaksanaan
selama proses pembelajaran berlangsung. pembelajaran.
Pengamatan dilakukan oleh guru bidang studi
matematika sebagai observer pada 5. SIMPULAN DAN SARAN
penelitian.Observer memberikan penilaian Simpulan
terhadap siswa dengan mengisi lembar Berdasarkan hasil penelitian yang telah
observasi aktivitas siswa. Pada tiap siklus dilaksanakan dengan menerapkan model
dilakukan observasi aktivitas siswa sebanyak pembelajaran berbasis masalah pada
dua kali sesuai dengan pertemuan pada tiap pembelajaran matematika pada materi program
siklus. Perbandingan hasil persentase observasi linier dapat disimpulkan bahwa penerapan

Copyright 2021 70
E-ISSN: 2721-7795

Jurnal Penelitian, Pendidikan dan Pengajaran | Vol 2 No 1 - 2021


http://dx.doi.org/10.30596%2Fjppp.v2i1

model pembelajaran berbasis masalah dapat penelitan tindakan kelas (PTK) dan hasil
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif penelitian yang telah diperoleh oleh peneliti,
matematis siswa di kelas XI TKR SMKN 1 dapat ditemukan saran sebagai berikut:
Pangkatan. Hal tersebut dapat dibuktikan dari 1. Bagi siswa
hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa yang Disarankan lebih berani dalam memberikan ide,
diberikan, baik tes kemampuan awal, tes gagasan dan aktif dalam kegiatan pembelajaran
serta lebih mengembangkan kemampuan
kemampuan berpikir kritis matematis siklus I,
berpikir kreatif matematis siswa dan
dan tes kemampuan berpikir kritis matematis kemampuan-kemampuan matematika lainnya.
siklus II. Hasil berpikir kreatif siswa pada tes
awal, dari 33 siswa yang mengikuti tes awal 2. Bagi Guru
terdapat 9 siswa (27,28%)dengan kategori Hendaknya dapat memberikan permasalahan
yang berkaitan dengan kehidupan nyata siswa
kurang kreatif, 15 siswa (45,45%),dengan
agar dapat menciptakan rasa ingin tahu mereka
kategori cukup kreatif, terdapat 8 siswa karena lebih dekat dengan kehidupan sehari-
(24,24%) dengan kategori kreatif, 1 siswa hari mereka dan memberikan pengalaman
(3,03%) dengan kategori sangat kreatif dengan belajar mengajar yang menyenangkan.
empat indikator yaitu : berpikir lancar (fluency), 3. Bagi Sekolah
berpikir luwes (flexibility), berpikir asli Memberikan dukungan baik sarana dan
prasarana yang dapat meningkatkan
(Originality), dan berpikir merinci (elaborasi).
kemampuan berpikir kreatif siswa dengan
kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi
menerapkan model pembelajaran berbasis
program linier pada tes awal berada pada masalah yang berdampak positif pada
kategori Cukup Kreatif. pada Siklus I pembelajaran di dalam kelas.
kemampuan berpikir Kreatif meningkat 4. Bagi Peneliti
kemampuan berpikir kreatif menjadi kreatif penggunaan model pembelajaran berbasis
dengan persentase (51,51%) dan (12,12%) masalah merupakan upaya meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif tetapi harus
sangat kreatif. Kondisi ini mengalami
disesuaikan dengan materi dan kompetensi
peningkatan di Siklus II dimana, kemampuan dasar yang hendak dicapai.
berpikir kreatif siswa berada pada berpikir Tes berpikir kreatif yang dikembangkan belum
kreatif dengan persentase (63,64%) dan efektif, sehingga siswa memerlukan
(21,21%) sangat kreatif. Perolehan nilai tersebut kemampuan yang lebih dari biasanya dalam
menunjukan bahwa terdapat peningkatan menyelesaikan tes tersebut.
kemampuan berpikir kreatif siswa. Data ini Tes berpikir kreatif siswa yang dikembangkan
masih perlu diujicobakan secara lebih luas lagi
didapatkan dari jawaban siswa yang telah
pada kelas atau sekolah lain agar diperoleh tes
dianalisis sesuai dengan rubrik jawaban dan yang lebih berkualitas.
pedoman penskoran yang mencakup aspek
fluency, flexibility, originality dan elaboration.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, maka perlunya memberikan Amidi, M. Zuhair Zahid, 2016, Membangun
beberapa hal yang penting untuk diperhatikan. kemampuan berpikir kreatif matematis dengan
Adapun yang menjadi saran dalam pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah

Copyright 2021 71
E-ISSN: 2721-7795

Jurnal Penelitian, Pendidikan dan Pengajaran | Vol 2 No 1 - 2021


http://dx.doi.org/10.30596%2Fjppp.v2i1

berbantuan E-Learning. Seminar Nasional Santrock, John. W. 2010. Psikologi Pendidikan,


Matematika X Universitas Negeri Semarang Edisi Kedua. Jakarta: Kencana
Arends, Richard. I. 2008. Learning to Teach. Siswono, T. Y. E. 2006. Implementasi Teori
Yogyakarta : Pustaka Pelajar tentang Tingkat Berpikir Kreatif dalam
Matematika. Prosiding Seminar Konferensi
Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan
Nasional Matematika XIII dan Konggres
Kelas.Jakarta: Bumi Aksara.
Himpunan Matematika Indonesia Universitas
Huda, C. (2011). Meningkatkan Kemampuan Negeri Semarang. Semarang
Berpikir Kreatif Siswa dalam Memecahkan
Somakim & Azhari. 2013. Peningkatan
Masalah Matematika dengan Model
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa
Pembelajaran Treffinger pada Materi Pokok
melalui Pendekatan Konstruktivisme di Kelas VII
Keliling dan Luas Persegi panjang. (Online).
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2
(http://digilib.sunanampel.ac.id/gdl.php?mod=
Banyuasin III.
browse&op=read&id=jiptiain--
(Online).(http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/j
Livne, Nava L. 2008. Enhancing Mathematical pm/article/viewFile/992/364)
Creativity Through Multiple Solution to Open-
Ended Problems Online. (Online).
Suharnan. 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya:
(https://www.researchgate.net/profile/Charles
Srikandi.
_Wight2/publication/228862669.pdf,)
Trianto. 2012. Panduan Lengkap Penelitian
Martin. (2009). Convergent and Divergent
(Classroom Action Research) Teori dan Praktik.
Thinking. [Online]
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Tersedia:http://www.eruptingmind.com/conve
rgent-divergent-creative-thinking/ Winarsunu, Tulus. 2009. Statistik dalam
Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang:
Munandar, U. 1999. Mengembangkan Bakat
UMM Press.
dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Grasindo.
Yoni, Acep. 2010. Menyusun Penelitian Tindakan
Muslich, Masnur. 2009. Melaksanakan PTK Itu
Kelas. Yogyakarta: Familia.
Mudah (Clasroom Action Research) Pedoman
Praktis bagi Guru Profesional. Jakarta: Bumi
Aksara.
Permendiknas. Standar Isi Mata Pelajaran
Matematika. Jakarta : 2006.
Ruseffendi, E.T. (1988).Pengajaran Matematika
Modern dan Masa Kini Untuk Guru dan SPG
,Bandung : Tarsito
Rusman. 2011. Model-Model pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: Grafindo

Copyright 2021 72

Anda mungkin juga menyukai