Anda di halaman 1dari 3

Salah satu konsep pengembangan teknologi terbaru dalam pertanian dikenal

dengan istilah pertanian presisi (precision agriculture). Pertanian presisi ialah istilah yang
ditujukan untuk praktik pertanian yang secara beragam dideskripsikan sebagai 'pertanian
resep', praktik pertanian 'spesifik lokasi', 'teknologi tingkat variabel', dan istilah
pendukung lainnya.   

Filosofi dasar pertanian presisi ialah untuk mengukur dan mengelola variabilitas, seperti
hasil, tanah, hama, dan gulma di seluruh lahan yang ada untuk meningkatkan efisiensi
dalam pengelolaan praktik pertanian dalam sistem penanaman. Dengan cara ini,
produktivitas, kualitas produk, dan pengembalian ekonomi bisa lebih optimal. Di
samping itu, pemanfaatan teknologi juga dapat meminimalkan dampak lingkungan dan
risiko pertanian.

Pertanian presisi tidak asal bertani. Disebabkan perbedaan setiap lahan, petani masa
depan menggunakan satelit images drone dan alat geografi lainnya. Langkah yang
dilakukan ialah obeservasi jenis tanaman yang cocok ditanam pada lahan pertanian.
Kemudian akan dibangun sistem sensor di lahan pertanian untuk mengukur kelembapan
dan suhu dari tanah dan udara sekitar lahan. Karena itu, petani membutuhkan informasi
yang akurat mengenai kondisi tanah, pemberian air, pupuk, ataupun pestisida secara
efektif digunakan hanya pada tempat yang membutuhkan.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam beberapa kali arahannya selalu
menitikberatkan pendekatan pertanian presisi. Kasus pertanian berskala besar di beberapa
negara telah menggunakan teknologi yang memiliki tingkat akurasi yang tinggi, mulai
menanam benih, jumlah pupuk, hingga aliran air pun terus dimonitor.

Penerapan metode ini di Indonesia telah diinisiasi oleh banyak start up dan perusahaan
yang mengembangkan sistem manajemen pertanian dengan memanfaatkan teknologi big
data analytics yang berbasiskan analisis cuaca, informasi sensor tanah, serta pencitraan
satelit dan drone yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian.

Dalam penggunaannya, inovasi pertanian presisi untuk meningkatkan akurasi manajemen


usaha tani dilakukan dengan memanfaatkan sistem sensor, drone, dan remote sensing
untuk mengumpulkan data yang akan digunakan sistem smart farming. Sistem tersebut
dapat memandu kegiatan bertani para petani binaan atau kelompok tani dan komunitas
(komunitas binaan bank, microfinance, dan produsen makanan atau komunitas mandiri)
sehingga kegiatan bertani dapat menjadi lebih efektif dan efisien.

Sementara itu, sistem inovasi tracking system yang dikembangkan dapat berupa sistem
informasi terintegrasi untuk supply chain komoditas pertanian. Sistem tersebut dapat
dirancang untuk menjembatani petani, distributor, pasar, dan pembeli akhir komoditas
dengan memanfaatkan mobile application untuk menginput data riil keadaan supply
demand serta problem di lapangan pada setiap titik jalur supply.

Implementasi teknologi
Kehadiran teknologi digital, termasuk pemanfaatan internet of things (IoT) akan
sia-sia jika tidak bisa diaplikasikan di tingkat akar rumput atau end user.
Proses peralihan dari pola pertanian tradisional ke modern sampai implementasi smart
digital farming  tidak serta-merta akan berjalan dengan sendirinya. Peran pendampingan
dan pembelajaran lapangan menjadi krusial untuk membantu petani dalam
mengimplementasikan teknologi dalam proses pertanian dari hulu hingga hilir.

Komando Strategi Pembangunan Pertanian (Kostra Tani) yang diusung  Menteri


Pertanian diharapkan mengemban peran pendampingan penerapan teknologi tersebut.
Kostra Tani mengangkat konsep khusus pembangunan pertanian di tingkat kecamatan.
Petugas di lapangan, utamanya organisasi penyuluhan yang terdiri atas pegawai
pertanian, penyuluh lapang, akademisi dan mahasiswa, hingga siapa saja untuk berperan
sebagai penyuluh swadaya.

Penyuluh Kostra Tani diharapkan inovatif, berinteraksi dengan media sosial,


fleksibel, punya rasa ingin tahu yang tinggi, dan peka terhadap perubahan.
Penguatan manajemen data dan informasi tidak hanya memudahkan pendampingan
petani di lapangan, tapi juga meningkatkan efektivitas peran pemantauan dan evaluasi
yang dijalankan pemerintah pusat. Data-data pendukung pertanian di tingkat lapang di
level kecamatan tersebut akan terkoneksi dengan ruang kendali di tingkat pusat yang
akan dinamai Agriculture War Room (AWR). Melalui AWR, pemerintah pusat akan
lebih mudah memantau dan mengevaluasi sehingga secara mudah bisa menangkap
kendala-kendala di lapangan dan memberikan solusinya.

Perlunya teknologi pertanian pada pandemic covid-19 yaitu harus adanya


teknologi yang membantu petani dalam memperhatikan pertaniannya dan dapat
membantu pendistribusian hasil pertaniannya.

Anda mungkin juga menyukai