Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bencana gempa yang terjadi di Lombok sejak tanggal 29 Juli 2018
membawa dampak yang luar biasa terhadapsemuaaspekkehidupan korban
yang mengalaminyabaikaspek fisik, sosial,danpsikologis. Secara
psikologis dampak dari bencana diantaranya terjadi stress(tekanan), depresi
(kemurungan), anxiety (kecemasan), dan trauma. Apabila hal tersebut tidak
tertangani maka korban dapat mengalami PTSD (Post Trauma Stress
Dissorder). Prosespemulihan dampak psikologis membutuhkan
waktuyangrelatif lama, sehingga dibutuhkanmekanismekopingyang
baikuntukkorban agarmampu beradaptasi dengan kondisinya. Upaya-
upayadalammenanganikasuspsikologiskorban dapatdilakukan dengan
caraterapifarmakologi dannonfarmakologi.
Terapifarmakologi dapatberupa antidepresandigunakanuntuk mencegah
munculnya Post trauma Depression.Terapinonfarmakologi antaralain terapi
suportif.Salahsatubentukdari terapisuportifadalah
melaluikegiatankonselingspiritual. Konselingspiritual
adalahkonselingyangmengarahkankonseli kepadaTuhandenganasumsidasar
bahwamanusiaadalahmahklukciptaanTuhandanapapunyangterjadididunia ini
adalahkarenaizin Nya(Witoha,2003).SebagaimahlukciptanTuhansudah
seharusnyameyakiniakan kemahakuasaanTuhanatassegalasesuatuyangada di
mukabumi ini,termasukbecana gempa bumi,Tuhanlahyangmaha kuasaatas
segala macam bencana atau musibah yang tejadi.Apabila seseorang sudah
menyandarkansegalasesuatukepadaTuhan,makaresponpsikologis yang muncul
berupa kecemasandapat dilalui pasien tanpa meninggalkan trauma yang
berkepanjangan. Konseling spiritual ini sangat dibutuhkan sehingga korban
bencana dapat menerima kondisi yang ada, tidak menjadikannya sebagai
beban musibah berat yang ditimpakan oleh Tuhan, melainkan sebagai ujian
kepada kitasebagai hamba yang agar lebih meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan.
Penelitianyang dilakukan Bambangsugiyoto(2014)menjelaskan adapengaruh
yangsignifikandari konselingspiritual perawatterhadaptingkatkecemasanpada
keluarga pasien yang dirawat diruang ICU RSUD Sleman. Wulandari,
fitria (2013) dalam penelitiannya menjelaskan ada pengaruh dukungan
spiritual
terhadappenurunantingkatkecemasanpadapasienpreoperasidiRuangBedah
RSdr.Soepraoen Malang.
Kecemasanyang berlebihandapatmempunyaidampak yangmerugikanpada
pikiransertatubuhbahkandapatmenimbulkanpenyakit- penyakit fisik (Cutler,
2004:304). Kecemasan juga dianggap sebagai salah satu faktor penghambat
dalam proses belajar yang dapat menggangu kinerja fungsi-fungsi kognitif
sehingga kesulitan dalam pemecahan masalah dan dapat menurunkan
produktivitas seseorang. Pendekatan konseling dengan muatan nilai-nilai
spiritual, diharapkan membuat korban gempa lebih tahan serta bersemangat
dalamberusaha untuk mencapai kehidupan yang membahagiakan dan dapat
ikhlas menerima cobaan dan mengambil hikmah di balik peristiwa gempa.
Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan kajian yang lebih mendalam
tentang pengaruh konseling spiritual terhadap tingkat kecemasan korban
gempa Lombok.

1.2 Pembatasan Masalah


Perawatadalah seseorangyangmemberikan pelayanansecaralangsungkepada
pasienuntukmemenuhikebutuhandasarmanusiabaikpsiko,sosial,spiritualyang
komfrehensif dituntutuntuk melakukanintervensiagardapatmenurunkan
kecamasan sehinggatidakjatuhdalam kondisi depresi.Salahsatu
intervensiyangbisadilakukan untukmengatasimasalah tersebutadalah dengan
memberikan konselingspiritual.Beberapapenelitianmenunjukkan bahwa
konselingspiritual dapatmengurangi kecemasanyangdirasakanolehpasien
sehinggadapatmeningkatkan kopingdan menurunkan kecemasan yang
dialami.Berdasarkanfakta-faktayangtelahdiuraikantersebut
makapenelititertarik untuk melakukan kajianyang lebih mendalam tentang
pengaruh pemberian konselingspiritual terhadap tingkat kecemasan korban
gempa.

1.3 Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut “Bagaimana pengaruh pemberian konselingspiritual terhadap
tingkat kecemasan korban gempa Lombok?”

1.4 Tujuan Penelitian


1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruhkonseling spiritual terhadap tingkat kecemasan
korban Gempa Lombok.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasitingkat kecemasan korban gempa Lombok
b. Menganalisis pengaruhkonseling spiritual terhadap tingkat kecemasan
korban Gempa Lombok.

1.5 Urgensi Penelitian


1. BagiTim Kesehatan
Melalui penelitian ini dapat dikembangkan metode penanganan kecemasan
dengan pendekatan spiritual dengan tehnik konseling spiritual.
2. Bagi Masyarakat Korban Gempa
Melalui penelitian ini diharapkan masyarakat korban gempa dapat
memanfaatkan sumber-sumber yang ada dalam diri untuk membantu
memulihkan rasa cemas yang dialami.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kecemasan


1. Pengertian
Kecemasanmerupakan pengalaman individu yang bersifa subyektif
berupa perasaan takut, khawatir, kesulitan dan kesusahan terhadap
sesuatu yang realistis maupun tidak realistis dan dirasakan individu
sebgai sesuatu yang tidak menyenangkan (Varcarolis, 2007;
Videbeck, 2008; Sobur,
2013).MenurutKaplan,Sadock,danGrebb(FitriFauziah&JuliantiWiduri,2
007)kecemasanadalahresponterhadapsituasitertentuyang mengancam,
dan merupakan halyang normalterjadimenyertaiperkembangan,
perubahan, pengalamanbaruatauyang
belumpernahdilakukan,sertadalammenemukan identitasdiridanartihidup.

2. KlasifikasiKecemasan
Freud membagi kecemasan menjadi tiga, yaitu:
a. Kecemasan Realitas atau Objektif (Reality or Objective Anxiety)
Suatu kecemasan yang bersumber dari adanya ketakutanterhadap
bahaya yang mengancam di dunia nyata seperti ketakutan
terhadapkebakaran, angin tornado, gempa bumi, atau binatangbuas.
Kecemasan ini menuntun kita untuk berperilakubagaimana
menghadapi bahaya. Seseorang dapat menjadi sangat takut untuk
keluarrumah karena takut terjadi kecelakaan pada dirinya atautakut
menyalakan korek api karena takut terjadikebakaran.
b. Kecemasan Neurosis (Neurotic Anxiety)
Kecemasan ini mempunyai dasar pada masa kecil, pada konflik antara
pemuasan instingtual dan realitas.
Kecemasan Moral (Moral Anxiety)
Kecemasan ini merupakan hasil dari konflik antara Id dan superego.
Secara dasar merupakan ketakutan akan suara hati individu sendiri.
Ketika individu termotivasi untuk mengekspresikan impuls instingtual
yang berlawanan dengan nilai moral yang termaksud dalam superego
individu itu maka ia akan merasa malu atau bersalah.
KartonoKartini(2006)membagikecemasanmenjadidua jenis
kecemasan,yaitu :
a. Kecemasan Ringan
Kecemasanringandibagimenjadidua kategoriyaituringansebentardan
ringanlama. Kecemasanini sangat bermanfaat bagi perkembangan
kepribadian seseorang, karena kecemasan ini dapat menjadi suatu
tantangan bagiseorang individu untuk mengatasinya. Kecemasan
ringan yangmunculsebentaradalahsuatukecemasanyang wajarterjadi
pada individuakibatsituasi-situasiyang mengancamdanindividu
tersebut tidak dapat mengatasinya, sehingga timbul kecemasan.
Kecemasanringanyang lama adalahkecemasanyangdapatdiatasitetapi
karena individutersebuttidak segeramengatasipenyebab
munculnyakecemasan, makakecemasan tersebut akan
mengendaplamadalam diri individu.
b. KecemasanBerat
Kecemasanberatadalahkecemasanyangterlaluberatdanberakar secara
mendalamdalamdiri
seseorang.Apabilaseseorangmengalamikecemasan semacaminimaka
biasanyaia tidak dapatmengatasinya.Kecemasanini mempunyai akibat
menghambat atau merugikan perkembangan kepribadian
seseorang.Kecemasan inidibagimenjadiduayaitu kecemasan beratyang
sebentardanlama. Kecemasanyang berattetapi munculnya
sebentardapatmenimbulkantraumatispada individujika
menghadapisituasiyang samadengansituasipenyebabmunculnya
kecemasan. Sedangkan kecemasanyang
berattetapimunculnyalamaakan merusakkepribadianindividu. Hal ini
akanberlangsung terusmenerus bertahun-tahun dan dapatmeruak
proseskognisi individu. Kecemasanyang beratdanlama
akanmenimbulkanberbagaimacampenyakit sepertidarah tinggi,
tachycardia (percepatan darah),excited (heboh, gempar).
Stuart dan Sundeen (1995) membagi kecemasan menjadi 4 tingkatan
yaitu :
a. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa
kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dab
individu akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk
belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
b. Kecemasan sedang
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun/individu
lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan
hal lain.
c. Kecemasan Berat
Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit. Individu
cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal
yang lain. Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan
banyak pengarahan/tuntutan.
d. Panik
Pada tingkat ini persepsi sudah terganggu sehingga individu sudah
tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-
apa walaupun sudah diberi pengarahan/tuntunan.

3. Manifestasi Kecemasan
Menurut Sue, dkk dalam Trismiati, (2006) menyebutkan bahwa
manifestasi kecemasan terwujud dalam empat hal berikut ini.
a. Manifestasi kognitif
Yang terwujud dalam pikiran seseorang, seringkali memikirkan
tentang malapetaka atau kejadian buruk yang akan terjadi,
pikiranterasa bercampur aduk atau kebingungan, sulit berkonsentrasi.
b. Perilaku motorik
Kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan tidak menentu seperti
gemetar.
c. Perubahan somatic
Muncul dalam keadaaan mulut kering, tangan dan kaki dingin, diare,
sering kencing, ketegangan otot, sulit bernafaspeningkatan tekanan
darah dan lain-lain. Hampir semua penderita kecemasan menunjukkan
peningkatan detak jantung, respirasi, ketegangan otot dan tekanan
darah.
d. Afektif
Diwujudkan dalam perasaan gelisah, dan perasaan tegang yang
berlebihan, berperilakumenghindar, terguncang.
Stuart dan Sundeen (1995) menyebutkan manifestasi kecamasan
tergantung pada tingkat kecemasan dan dibagi dalam tiga hal sebagai
berikut
a. Respon Fisiologis
Respon fisiologis kecemasan antara lain adalah sering nafas pendek,
nadi ekstra systole dan tekanan darah naik, mulut kering, anorexia,
diare/konstipasi, gelisah.
b. Respon Kognitif
Respon kognitif kecemasan antara lain lapang persepsi menyempit,
rangsang luar tidak mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi
perhatiannya, tidak mampu menyelesaikan masalah.
c. Respon Prilaku dan Emosi
Respon prilaku dan emosi kecemasan antara lain gerakan tersentak-
sentak (meremas tangan), bicara banyak dan lebih cepat, perasaan
tidak nyaman.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan


a. Faktor Internal
1) Pengalaman
Menurut Horney dalam Trismiati (2006), sumber-sumber
ancaman yang dapat menimbulkan kecemasan tersebut bersifat
lebih umum. Penyebab kecemasan menurut Horney, dapat berasal
dari berbagai kejadian di dalam kehidupan atau dapat terletak di
dalam diri seseorang, misalnya seseorang yang memiliki
pengalaman dalam menjalani suatu tindakan maka dalam dirinya
akan lebih mampu beradaptasi atau kecemasan yang timbul tidak
terlalu besar.
2) Respon Terhadap Stimulus
Menurut Trismiati (2006), kemampuan seseorang menelaah
rangsangan atau besarnya rangsangan yang diterima akan
mempengaruhi kecemasan yang timbul.
3) Usia
Pada usia yang semakin tua maka seseorang semakin banyak
pengalamnnya sehingga pengetahuannya semakin bertambah
(Notoatmodjo, 2003). Karena pengetahuannya banyak maka
seseorang akan lebih siap dalam menghadapi sesuatu.
4) Gender
Berkaitan dengan kecemasan pada pria dan wanita, Myers (1983)
dalam Trismiati (2006) mengatakan bahwa perempuan lebih
cemas akan ketidakmampuannya dibanding dengan laki-laki, laki-
laki lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif.
Penelitian lain menunjukkan bahwa laki-laki lebih rileks
dibanding perempuan.
b. Faktor Eksternal
1) Dukungan Keluarga
Adanya dukungan keluarga akan menyebabkan seorang lebih siap
dalam menghadapi permasalahan, hal ini dinyatakan oleh Kasdu
(2002).
2) Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan sekitar ibu dapat menyebabkan seseorang
menjadi lebih kuat dalam menghadapi  permasalahan, misalnya
lingkungan pekerjaan atau lingkungan bergaul yang tidak
memberikan cerita negatif tentang efek negatif suatu
permasalahan menyebabkan seseorang lebih kuat dalam
menghadapi permasalahan, hal ini dinyatakan oleh.
(Baso, 2000).
5. Instumen Pengukuran Kecemasan
Menurut McDowell (2006), kecemasan dapat dinilai dengan
menggunakan berbagai instrumen, yaitu:
a. Taylor’s Manifest Anxiety Scale (T-MAS), bertujuan untuk
mengetahui kecemasan secara umum yang diderita seseorang
termasuk karena pengeruh neurotik.
b. Revised Children Manifest Anxiety Scale (RCMAS), ditujukan bagi
anak-anak usia 6-19 tahun untuk menilai kecemasan yang timbul
akibat kondisi yang dihadapinya.
c. The State Trait Anxiety Inventory for Children-Trait (STAICT-T),
untuk mengukur tingkat kecemasan berdasarkan intensitas gejala fisik
dan psikis yang dialami anak usia 8-12 tahun.
d. Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), digunakan untuk penilaian
klinis dari gejala keparahan kecemasan pada pasien yang telah
didiagnosis mengalami kecemasan neurosis.
e. The Zung Self Rating Scale, digunakan pada anak-anak dan dewasa
untuk menilai kecemasan sebagai gangguan jiwa bukan sebagai sifat
atau perasaan akibat kondisi yang dihadapi.
f. The Beck Anxiety Inventory, untuk melihat tingkat kecemasan dan
depresi yang dilaporkan sendiri oleh pasien yang dapat digunakan
pada anak dan dewasa.
g. Depresi Anxiety Stress Scale (DASS), untuk emnilai keparahan
kecemasan, gejala inti depresi dan ketegangan atau stress yang
diguanakan untuk pasien jiwa.

6. Dampak Kecemasan
Kecemasanyang berlebihandapatmempunyaidampak
yangmerugikanpada
pikiransertatubuhbahkandapatmenimbulkanpenyakit- penyakit fisik
(Cutler, 2004:304). Zimmermen, et al.(2000) melaporkan sekitar 75%
dari 373 subjek penelitiannya di Amerika dengan riwayat kecemasan
telah mengalami depresi mayor dan akan mengalami kecemasan seumur
hidupnya. Kecemasan juga dianggap sebagai salah satu faktor
penghambat dalam proses belajar yang dapat menggangu kinerja fungsi-
fungsi kognitif seseorang yang akan mengalami kesulitan dalam
berkonsentrasi, mengingat dan kesulitan dalam pemecahan masalah.
Selanjutnya kecemasan dapat menggangu perhatian, kesiagaan memori
dan proses pemanggilan kembali informasi yang telah disimpan yang
cenderung akan menggangu proses belajar (Zeidner dan Matthews, 2009
dalam Kusrini, 2015).

7. Intervensi Untuk Mengatasi Kecemasan


Intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada klien yang mengalami
kecemasan berdasarkan Nursing Intervetion Classification (Bullechek
et.al, 2013) antara lain konseling. Konseling merupakan proses yang
berfokus pada kebutuhan, masalah atau perasaan klien melalui
komunikasi aktif dua arah, pertukaran pengalaman, pemberian solusi
berdasarkan kesepakatan bersama guna menemukan ide untuk
meningkatkan atau mendukung koping, pemecahan masalah dan
menciptakan hubungan interpersonal yang baik (Kusrini, 2015).

2.2 KonsepKonselingSpiritual
1. SpiritualNursing
Perawat memandang klien sebagai makhluk bio-psiko-sosiokultural dan
spiritual yang berespon secara unik terhadap perubahan kesehatan atau
pada keadaan krisis. Perawat berupaya untuk membantu memenuhi
kebutuhan spiritual klien sebagai bagian dari kebutuhan menyeluruh
klien, antara lain dengan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual
klien, walaupun perawat dan klien mempunyai keyakinan spiritual atau
keagamaan yang berbeda. Pengaruh karakter spiritual
padapenyembuhan,penatalaksanaanpenyakit, ansietas, dan penerimaan
kematian telah diperhatikan oleh perawat. Asuhan keperawatan
meliputi pengenalan dan dukungan spiritual
manusia.Karakterspiritual dalamkeperawatanmenunjukkanpengenalan
bahwa faktor alam yang tampak dan tak dapat diraba mempengaruhi
pikiran dan perilaku.Pengenalaninimeliputi keyakinan agamadan
supranatural. Karakteristik spiritual meliputi : Hubungan dengan diri,
hubungan dengan alamharmonis,hubungan dengan oranglainyang
harmonis,danhubungan denganTuhan.
2. Pengertian Konseling Spiritual
Konselingspiritual adalahkonselingyangmengarahkankonselikepada
Tuhandenganasumsidasar bahwa manusia adalah mahkluk ciptaan
Tuhan. ManusiamengalamiputushubungandenganTuhanakibatdosa.
(Witoha,2003). Prosespenyembuhandicapaimelaluistrategikonseling
yangmerupakanrencanadasarintervensi gunamencapai tujuan
konseling,yaitupenyembuhanlukabatin.
3. TujuanKonselingspiritual
Tujuanakhirdarikonselingspiritualagarkonseliterhindardariberbagai
masalahbaikyangberkaitan dengan gejalaneurosedan psychose,sosial dan
spiritual,ataudengan katalain agarmasing-masingindividu
memilikimentalyangsehat(Lubis,2007).
4. Intervensikonselingspiritual
Intervensi konselingspiritualnntukmeningkatkanwellnessdapat dilakukan
dengan doa,mengajarkan konsep-konsepspiritual,referensi kitab suci,
pengalaman spiritual, konfrontasi spiritual, doa bersama antarakonseli
dankonselor,doronganmemaafkan,penggunaan
komunitasataukelompokberagama(Richards,2007).Nilai-nilai agama
yang dianutklienmerupakan satuhal yangperlu dipertimbangkan
konselordalammemberikanlayanankonseling, sebabterutamaklien yang
fanatik denganajaranagamanya mungkin sangat yakin dengan
pemecahanmasalah pribadinyamelaluinilai-nilaiajaranagamanya.
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitianyang dilakukan oleh Bambangsugiyoto (2014) menjelaskan
adapengaruh yangsignifikandari konselingspiritual
perawatterhadaptingkatkecemasanpada keluarga pasien yang dirawat diruang
ICU RSUD Sleman. Wulandari, fitria (2013) dalam penelitiannya
menjelaskan ada pengaruh dukungan spiritual
terhadappenurunantingkatkecemasanpadapasienpreoperasidiRuangBedah
RSdr.Soepraoen Malang.
2.4 Keterkaitan Penelitian Dan Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya menunjukkan ada pengaruh konseling spiritual
terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien yang dirawat inap atau
hospitalisasi. Penelitian yang akan dilakukan memiliki subjek yang berbeda
yaitu kecemasan pada korban gempa Lombok.
2.5 Kerangka Berpikir
Perawat mempunyai tugas yang komprehensif dalam proses pelayanan pada
pasien baik secara biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Konseling
Spiritualsebagai salah satu bagian dari intervensi keperawatan untuk
mengatasi kecemasan diharapkan mampu menurunkan kecemasan pada
korban gempa Lombok, sehingga mereka mampu melakukan aktivitas sehari-
hari secara normal tanpa rasa trauma.
Bagan 2.1. Kerangka Berpikir

Krisis Konseling Spiritual Kecemasan


Situasional:
Gempa

Intervensi Kecemasan
dalam NIC:
1. Edukasi
2. Terapi
3. Konseling
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah pra eksperiment dengan pendekatan one group pre
post-test designe karena sebelum diberikan perlakuan, korban gempa dikaji
terlebih dahulu tingkat kecemasannya, kemudian setelah diberi perlakuan
dikaji kembali tingkat kecemasannya, apakah mengalami penurunan tingkat
kecemasan atau tidak. Desain penelitian ini dianggap peneliti paling tepat
mengingat dalam proses pelaksanaan penelitian peneliti tidak mampu
mengontrol variable perancu lainnya dengan ketat. Peneliti memberikan
intervensi konseling spiritual kepada korban gempa lombok.
Bentuk skema pendekatan one grop pre test post test dapat dilihat pada
Gambar 3.1.
X1 a X2
Pre test Perlakuan Post test

Gambar 3.1 Skema Pendekatan One Group Pre Test Post Test

3.2 Tempat dan waktu pelaksanaan


Penelitian ini akan dilaksanaakan di lombok barat pada bulan November
2018-Maret 2019.

3.3 Definisi Konseptual dan Operasional Variabel


1. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimilki anggota-
anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh
kelompok lain (Notoatmojo, 2010) dalam penelitian ini variabel
penelitiannya yaitu:
a. Variabel Independen
Variabel Independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab timbulnya variabel dependen (Nursalam 2013).
Yang termasuk variabel independen pada penelitian ini adalah
konseling spiritual.
b. Variabel Dependen
Variabel Dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Nursalam, 2013). Adapun
yang termasuk dalam variabel dependen pada penelitian ini yaitu
tingkat kecemasan korban gempa lombok.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karaketeristik yang
diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat
diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci definisi operasional. Dapat
diamati artinya memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau
pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang
kemudian dapat diulang lagi oleh orang lain (Nursalam, 2013).
Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian
Variabel Definisi Hasil Alat Ukur Skala
Operasional ukur
Konseling Konseling yang 1= Lembar observasi Nominal
spiritual mengarahkan dilakukan
korban gempa 0=Tidak
kepada Tuhan dilakukan
dengan asumsi
dasar bahwa
manusia adalah
mahkluk ciptaan
Tuhan dan segala
yang terjadi di
muka bumi ini
adalah kehendak
Nya, termasuk
keadaan sehat
dan sakit,
kejadian bencana
alam, dengan
teknik
pelaksanaan
mencakup 3 sesi:
sesi 1 untuk
mengidentifikasi
masalah klien,
sesi 2 eksflorasi
konsep solusi
dari pasien, sesi 3
terminasi dan
pemberian saran.
Kecemasan Kecemasan 1. Ringan Kuesioner Ordinal
merupakan apa 2. Sedang Hamilton Anxiety
yang dirasakan 3. Berat Rating Scale
korban gempa 4. Panik (HARS)
yang bersifat
subyektif berupa
perasaan takut,
khawatir,
kesulitan
berkonsentrasi
dan kesusahan
terhadap sesuatu
yang realistis
maupun tidak
realistis, yang
ditimbulkan oleh
suatu kejadian
seperti bencana,
ditandai dengan
korban gempa
sering menangis
ketika
mengingat
kejadian gempa,
sering gemetar,
nadi meningkat,
nafsu makan
menurun,
ataupun aktifitas
sehari-hari
terganggu.

3.4 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian adalah suatu alat pengumpul data yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dengan demikian,
penggunaan instrumen penelitian yaitu untuk mencari informasi yang lengkap
mengenai suatu masalah, fenomena alam maupun sosial.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan lembar
observasi.
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.Populasi dibagi menjadi dua
yaitu populasi Finit, yakni populasi yang pasti, dan Infinit, yakni populasi
yang anggotanya tidak pasti (Machfoedz, 2010).Peneliti menentukan
populasi dalam penelitian ini adalah semua korrban gempa lombok.
2. Sampel
Menurut Machfoedz (2010) Sampling merupakan penyusunan
perencanaan teknik pengambilan sampel demikian rupa sehingga dipenuhi
sifat representativitas. Sampel dalam penelitian didapatkan dari populasi
yang sudah ditentukan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi
1) Berdomisili di lombok barat
2) Beragama islam (muslim)
3) Kooperatif dalam proses penelitian
4) Bersedia berpatisipasi dalam penelitian (persetujuan dengan
informed consent)
b. Kriteria eksklusi:
1) Pasien yang mengalami penurunan kesadaran
2) Mengundurkan diri dari proses penelitian

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non


probability sampling dengan pendekatan consecutive sampling yaitu
peneliti mengambil semua subjek yang baru didiagnosis yang memenuhi
kriteria yang telah ditentukan (Dahlan, 2009).
3.6 Etika Peneltian
Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subyek tidak boleh
bertentangan dengan etik. Tujuan penelitian harus etis dalam arti hak
responden harus dilindungi. Cara yang dilakukan peneliti untuk melindungi
hak responden adalah dengan memberikan informasi tentang tujuan dan
manfaat penelitian. Setiap responden diberikan kebebasan untuk memberikan
persetujuan atau menulak untuk menjadi subyek penelitian dengan cara
menandatangani informed consent atau surat pernyaaan kesedian yang telah
disiapkan oleh peneliti. Prinsip etik penelitian yang harus dipenuhi menurut
Burns & Grove (2005).Adalah :
a. Right to self-determination
Responden mempunyai hak outonomi untuk berpartisipasi atau tidak
berpartisipasi dalam penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi
responden adalah klien yang menderita stroke yang sebelumnya telah
diberikan penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian. Responden
diminta kesediaannya dalam keikutsertaan menjdi responden penelitian
dan diberikan hak untuk mengundurkan diri dalam proses penelitian.
b. Right to privacy and dignity
Pada saat melakukan penelitian, peneliti menjaga privacy responden
dengan cara menghargai setiap data yang diberikan responden, tidak
memaksa responden untuk memberikan informasi sesuai keinginan
peneliti, dan peneliti tidak membagi informasi yang diberikan responden
kepada orang lain serta menjaga identitas responden.
c. Right to anonymity and confidentially
Kerahasiaan identitas responden dijamin oleh peneliti.Responden diberi
kode yang hanya diketahui oleh peneliti.Selama pengolahan data, analisis
data dan publikasi hasil penelitian, identitas responden tetap dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti.
d. Right to fair treatment
Setiap individu memiliki hak yang sama untuk dipilih dan ikut terlihat
dalam suatu penelitian tanpa adanya diskriminasi.
e. Right to protect for discomfort and pain
Peneliti tetap mempertimbangkan kenyamanan responden dan resiko
perlakuan yang diberikan selama penelitian.Kenyamanan responden baik
fisik, psikologis dan social tetap dipertimbangkan.
3.7 Analisa Data
Setelah data dikumpulkan dengan menggunakan kosioner, selanjutnya
dilakukan pengolahan data dan analisis unuvariat dan bivariate,
analisisbivariate menggunakan uji beda untuk dua sampel berpasangan yaitu
uji paired t test menggunakan alat bantu program SPSS.19.00. Peneliti
mengimplementasikan dua teknik analisis data dalam penilitian yaitu:
1. Analisis univariat
Analisis ini digunakan peneliti untuk menggambarkan karakteristik
responden serta menyajikan data yang didapat dalam bentuk tabel untuk
mempermudah interpretasi.Data yang ditampilkan dalam bentuk distribusi
frekuensi dan proporsi dalam tabel.
2. Analisis bivariate
Peneliti menggunakan teknik analisa data parametrik yaitu t-test
dependent (paired t-test). Sebelum dilakukan uji t-test dependent, peneliti
memastikan tidak menyalahi syarat menggunakan tes parametrik tersebut
dengan melakukan uji normalitas dan uji homogenitas.
BAB 4
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
No Jenis Pengeluaran Biaya yang diusulkan
(Rp)
1 Gaji dan Upah Rp. 7.500.000
2 Bahan Habis Pakai dan Peralatan Rp. 7.500.000
3 Perjalanan Rp. 8.750.000
4 Sewa Rp. 1.250.000
Jumlah Rp 25.000.000

Ringkasan anggaran biaya penelitian dosen pemula

Jadwal Penelitian
Waktu
No Jenis Kegiatan Pelaksanaan
2019
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags
1 Penyusunan proposal
lengkap – upload ke
SIM-LITABMAS
DIKTI
2 Pengumuman seleksi
proposal
3 Pengambilan data
penelitian
4 Pengolahan data
5 Penyusunan hasil
dan pembahasan
penelitian
6 Pelaporan akhir
7 Publikasi
8 Laporan Project
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai