Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/334093873

METODE ILMIAH DAN ILMU ALAMIAH 1

Article · June 2019

CITATIONS READS

0 29,598

2 authors, including:

Muhammad Behrul Amin


IAIN Madura
145 PUBLICATIONS   6,576 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

sejarah hadis pada masa parakodifikasi dan kodifikasi View project

All content following this page was uploaded by Muhammad Behrul Amin on 28 June 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


FILSAFAT ILMU : METODE ILMIAH DAN ILMU ALAMIAH
Oleh:
Muhammad Behrul Amin Moh. Syarif
Email: arulolief@gmail.com mohsyarif631@gmail.com

Abstrak: perkembangan zaman mempengaruhi pola pikir manusia dan


menuntut untuk selalu melakukan penelitian yang bersifat ilmiah agar lebih
memberikan pemahaman dan dapat terbukti secara empiris. Dalam
pembahasan artikel ini perlu kiranya untuk menjelaskan definesi, langkah-
langkah dan pendekatan-pendekatan dalam metode ilmiah ini. Metode ilmiah
atau proses ilmiah (bahasa Inggris: scientific method) merupakan proses
keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan
bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam
usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat
berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika
suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu
teori ilmiah, metode ilmiah adalah menentukan filsafat yang berfungsi sebagai
dasar acuan ilmiah yang harus selalu konsisten dengan ilmu alamiah.
Seorang ilmuwan juga harus menemukan jawaban atas pertanyaan yang
berhubungan dengan alam semesta dari hal tersebut sangat di butuhkan
metode ilmiah dalam memecahkan suatu permasalahan yang berkaitan
tentang hukum-hukum alam semesta (ilmu alamiah), sehingga dapat di
jadikan suatu pemikiran yang memiliki nilai ilmiah yang baik dalam segi lain
dalam pikiran atau pandangan manusia.

Kata kunci: Metode Ilmiah, ilmu alamiah, langkah-langkah, Pendekatan ilmiah

Pendahuluan
Semua mahluk hidup memilki hasrat ingin tahu. Hanya saja hasrat ingin tahu
manusia berbeda dengan mahluk hidup yang lain seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Hasrat ingin tahu hewan dan tumbuh-tumbuhan terbatas dan timbul semata~mata hanya
untuk mempertahankan kelestarian hidupnya. Hasrat ingin tahu hewan dan tumbuh-
tumbuhan bersifat tetap, tidak berubah sepanjang masa. Asimov menyebut hasrat ingin tahu
tersebut sebagai Idle curiousity atau yang kita kenal dengan instinct.
Hasrat ingin tahu manusia berbeda dengan hasrat ingin tahu binatang dan tumbuh-
tumbuhan, karena disamping manusia memiliki instinct seperti yang dimiliki hewan dan
turnbuhtumbuhan, manusia juga memiliki pikiran yang mampu menciptakan kebudayaan.
Karena kelebihan yang dimiliki itulah menyebabkan hasrat ingin tahu manusia menjadi tidak
selamanya tetap, melainkan ia selalu berubah dan berkembang dari masa kemasa. Karena
selalu berubah dan berkembangnya hasrat ingin tahu manusia itulah yang menyebabkan
jawaban atas hasrat ingin tahu manusia juga selalu berubah-ubah dan berkembang sesuai
dengan perubahan dan perkembangan kemampuan berpikir manusia. Jusuf Soewadji,
(2012, 1-2)

1
Selama lebih dari tiga abad, reduksionisme secara epistemologis telah berjaya sebagai
satu-satunya sistem dan metode ilmiah yang sah, dengan mengaburkan sejarah barat
maupun non barat. Reduksionisme epitesmik telah menyembunyikan ideologinya di atas
objektivisme, netralitas dan kemajuan yang di rencanakan bagi setiap kemajuan teknologi.
Ideologi yang menyembunyikan ideologi mengubah tradisi –tradisi pengetahuan pluralistik
yang kompleks menjadi pemikiran monolitik berdasarkan kelas gender dan di ubah menjadi
tradisi keunggulan universal.
Bersama dengan kuasa yang baru dan dahsyat di seputar pengembangan riset
bioteknologi (rekayasa genitika/riset DNA rekombinan), ternyata memunculkan sikap baru
terhadap ilmu pengetahuan (sains). Dahulu para ilmuwan mempelajari gejala-gejala alamiah
dala usaha memahaminya dan merumuskan hukum-hukum yang melatarbelakanginya.
Pada waktu itu maksud utama pengetahuan (sains) dalah menggambarkan alam. Para
ilmuwan berhasil mencapai tujuan pertama mereka itu. Bila mereka sanggup merumuskan
hukum-hukum dasar yang menunjukkan cara kerja alam. Ariwidodo, Eko. (2011, 15-16).
Perkembangan dan pengembangan Ilmu masyarakat dan memutlakkan adanya
kegiatan penelitian. Tanpa penelitian itu ilmu pengetahuan tidak dapat hidup.
Memang penelitian merupakan suatu tugas, agar 'bangunan’ ilmu pengetahuan tidak
kabur, tanpa struktur jelas, tanpa sistematik, atau gengan metode serta tujuan yang kacau.
Pada pokoknya kegiatan penelitian merupakan upaya untuk merumuskan
permasalahan. mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencoba menjawab pertanyaan-
pertanyaan tersebut, dengan jalan menemukan fakta-fakta dan memberikan penafsirannya
yang benar. Tetapi lebih dinamis lagi penelitian juga berfungsi dan bertujuan inventili yakni
terusmenerus memperbaharui lagi kesimpulan dan teori yang telah diterima berdasarkan
fakta-fakta dan kesimpulan yang telah diketemukan. Tan pa usaha penelitian itu ilmu
pengetahuan akan mandeg, bahkan akan surut ke belakang. Anton Bakker dan Achmad
Charris Zubair,( 2015, 11).
Pembahasan
1. Pengertian Metode Ilmiah dan alamiah
a. Secara bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “meta” dan “hodos”. Meta berarti
melalui sedangkan hodos berarti jalan atau cara. Dengan demikian maka metode dapat
berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Abudin Nata, (1997,
91).
Metode ilmiah adalah prosedur dalam mendapatkan pengetahuan melalui penggunaan
metode ilmiah.Hasilnya disebut pengetahuan ilmiah. Metode ilmiah adalah pengkajian dari
peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah. Syafaruddin,( 2008, 92-95)

Paul feyerabend menyatakan bahwa: Tidak ada “metode ilmiah” tidak ada satu
proses tunggal, atau satu kelompok peraturan yang mendasari ssetiap penelitian serta
menjamin penelitian itu ilmiah, sehingga dengan demikian, dapat di percaya . Gagasan
akan metode yang stabil dan universal byang merupakan ukuran kecukupan yang
universal serta stabil tidak realistis, seperti gagasan alat pengukuran yang universal dan
stabil untuk mengukur besaran apa pun, tak peduli apa keadaannya. Para ilmuwan
mengkaji ulang standar, prosedur dan kriteria mereka tentangrasionalitas sambil jalan
dan memasuki kawasan penelitian baru sambil mengkaji ulang. Bahkan mungkin mereka
mengganti keseluruhan teori dan alat-alat mereka sambil jalan dan memasuki kawasan
riset yang baru. Ariwidodo, Eko. (2011, 26).
Mitos bahwa revolusi ilmiah merupakan sebuah proses kemajuan intelektual yang
universal mulai di lenturkan oleh aliran faminisme dan sejarah sains budaya-budaya non
barat. Keduanya mulai menghubungkan kebangkitan paradigma reduksionis dengan

2
penundukan dan perusakan pengetahuan kaum perempuan di barat dan pengetahuan
budaya-budaya non barat. Menjelang abad ke 16 kaum perempuan di eropa sama sekali
di singkirkan dari praktek pengobatan dan penyembuhan karena “perempuan-
perempuan bijak” memikul resiko sebagai penyihir. Bentuk penyingkiran yang lebih
mendalam dan lebih keras dari pengetahuan dan keahlian perempuan , serta
pengetahuan masyarakat kesukuan dan kaum tani saat ini berlangsung dengan
menyebarnya paradigma sains maskulinis melalui “pembangunan” menurut penulis ,
tradisi epistemologi khusus revolusi ilmiah dari patriarki barat modern sebagai
“reduksionis” karena mengubah kemampuan manusia untuk mengetahui alam dan
menyingkirkan baik para pelaku pengetahuan lain maupun cara cara mengetahui yang
lain. Tradisi tersebut mengbah kemampuan alam secara kreatif melakukan regenerasi
dan mmperbarui diri dengan memanipulasinya sebagai benda tidak aktif dan terpisah.
Ariwidodo, Eko. (2011, 21-22).
Metode ilmiah ini berbeda dengan riset, meskipun keduanya mempunyai unsur
umum yang sama, baik metode ilmiah dan riset merupakan metode pemecah masalah
yang mengacu pada berpikir reflektif, yaitu berpikir menemukan masalah serta
memecahkannya melalui kegiatan-kegiatan secara bertahap.
Namun pada definesi yang khusus akan tampak perbedaan dari keduanya. Metode
ilmiah merupakan pemecah masalah yang informal dalam berpikir reflektif, yang terdiri
atas pengenalan masalah, penyusunan hipotesis, pengumpulan data, analisis dan
penyimpulan. Sedangkan riset merupakan pemecah masalah yang lebih formal,
sistematis dan intensif dibanding metode ilmiah. Redja Mudyahard,(2002, 95).
b. Ilmu alamiah
pada umumnya manusia memiliki kesan kagum terhadap IPTEK (ilmu pengetahuan
tekhnologi), dimana ilmu pengetahuan merupakan landasan bagi tekhnologi. Produk
iptek IPTEK tersebut antara lain:
1). Yang mensejahterakan manusia
(a). Dapat berjalan di permukaan bulan
(b). Dapat terbang seperti burung
(c). Dapat menyelam seperti ikan
(d). Komonikasi (audio-video) jarak jauh
(e). Terbebas dari beberapa jenis penyakit (malaria, cacar,lepra, tifus, dll.)
2). Yang menghancurkan kehidupan
(a). Senjata nuklir
(b). Senjata biologi
(c). Senjata kimia
(d). Dsb.
Apa yang mendorong manusia dapat berbuat yang demikian menakjubkan itu? Tidak
lain karena manusia memiliki keinginan, dari sekian banyak keinginan yang di milii
manusia, maka yang paling murni dan mendasar adalah rasa ingin tahu. Sumarna (
2019, 2).
2. Langkah-Langkah Metode Ilmiah dalam Ilmu alamiah
Pada zaman kuno, orang cenderung mengikuti ajaran dari para pemikir dan
penguasa, ajaran itu sering keliru karena masing-masing terlalu mengandalkan akal
sehat dan kekuasaan/pengaruhnya. Pengetahuan yang di peroleh dengan cara tersebut
merupakan pengetahuan non ilmiah dan karenanya bukan ilmu pengetahuan.
Pengetahuan dikatakan ilmiah bila memenuhi 4 kriteria:
1. objektif
- sesuai dengan objeknya
- dapat di buktikan kebenarannya dangan cara empirik
2. metodik
- di peroleh dengan cara-cara tertentu yang teratur dan terkendali
-cara tersebut merupakan metode ilmiah
3. sistematik

3
-tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, saling berkaitan, tidak saling
bertentantangan, saling menjelaskan dan seluruhnya merupakan satu kesatuan yang
utuh.
4. Berlaku umum
-tidak hanya berlaku untuk beberapa orang atau kelompok tertentu
- dengan cara eksperimen yang sama akan di peroleh hasil yang sama
- konsisten. Sumarna ( 2019, 5-6).

Berikut merupakan langkah-langkah dalam metode Ilmiah:


a) Pengenalan Masalah
Langkah pertama dalam suatu penelitian ilmiah adalah mengajukan masalah.
Masalah yang diajukan haruslah menarik, penting dan mampu untuk diteliti sesuai
dengan bidang orang yang hendak meneliti serta bermanfaat untuk pengembangan
teori atau bermanfaat secara praktis bagi manusia. Syukur, Kholil,( 2006. 13)
b) Penyusunan Hipotesis
apabila peneliti telah mendalami permasalahan penelitiannya dengan
seksama seta menetapkan anggapan dasar, maka lalu membuat suatu teori
sementara, yang kebenarannya masih perlu diuji. Selanjutnya peneliti akan bekerja
berdasarkan hipotesis ini. Peneliti mengumpulkan data-data yang paling berguna
untuk membuktikan hipotesis. Berdasarkan data yang terkumpul, peneliti akan
menguji apakan hipotesis yang dirumuskan dapat naik status menjadi tesa, atau
sebaliknya, tumbang sebagai hipotesis, apabila ternyata tidak tebukti. Suharsimi
Arikunto,( 2013,110-111)
c) Pengumpulan Data
pengumpulan data merupakan sesuatu yang urgen dalam metode ilmiah.
Suharsimi arikunto mengatakan bahwa semakin kurangnya pengalaman
pengumpulan data, semakin mudah dipengaruhi oleh keinginan pribadinya. Oleh
karena itu, pengumpulan data walaupun tampaknya hanya pengumpulan data,
bukan pemimpin peneliti atau sekretaris yang kelihatan mempunyai jabatan yang
cukup penting dan mentereng, harus mempunyai keahlian yang cukup untuk
melakukannya. Suatu kebiasaan yang banyak dilakukan oleh perancang peneliti,
apabila ingin melibatkan orang-orang/kawan kedalam kegiatan penelitian, masukkan
mereka sebagai pengumpul data. Suharsimi Arikunto,( 2013,262)
d) Analisis
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera digarap oleh staf
peneliti, khususnya yang bertugas mengola data. Inilah yang disebut analisis.
Suharsimi Arikunto,( 2013, 278)
e) Penyimpulan
Penyimpulan atau menarik kesimpulan merupakan sebuah langkah awal dalam
metode ilmiah, akan tetapi yang harus perlu diingat penyimpulan harus selalu
mendasarkan diri atas semua data yang diperoleh dalam kegiatan penelitian.
Dengan kata lain, penyimpulan harus didasarkan atas data, bukan atas angan-
anganatau keinginan peneliti. Adalah salah besar apabila kelompok peneliti
membuat kesimpulan yang bertujuan hati pemesan, dengan cara manipulasi data.
(Suharsimi, 385)
3. Pendekatan- pendekatan dalam metode Ilmiah
dalam hal ini ada dua pendekatan dalam metode ilmiah, yaitu:
a) Metode ilmiah dengan pendekatan dialektika
Pendekatan dialektika ini diperkenalkan oleh Karl Marx. Marx menyebut
pendekatan dialektika ini adalah ilmiah. Berbeda dengan metode ilmiah dengan
pendekatan deduktif dan induktif yang digunakan didalam dunia ilmu pengetahuan
kita seperti yang akan kita bahas kemudian, maka pendekatan dialektika yang
digunakan Marx ini didalam memandang atau memahami materi/benda yang ada
dalam alam semesta, termasuk pikiran manusia, menggunakan hukum dialektika
yang dikenal dengan Materialisme Dialektika.

4
Menurut Marx apa yang disebut materi/benda, atau sesuatu hal, atau hal
ihwal, atau suatu gejala yang ada didunia ini, termasuk pikiran manusia ada,
muncul, berubah dan berkembang menurut hukum yang dikenal dengan hukum
dialektika.
Menurut Marx, semua materi/benda, atau sesuatu hal, atau hal ikhwal, atau
suatu gejala itu memilki 4 (empat) hukum dasar, yakni: hukum yang pertama, bahwa
Semua materi/benda yang ada didunia ini terdiri dari bagian-bagian yang tidak
terpisahkan melainkan merupakan satu kesatuan, antara bagian satu dengan yang
lain saling berhubungan yang saling menentukan dan saling mempengaruhi.
Karena semua benda tersebut saling berhubungan antara satu dengan yang
lain maka timbul hukum yang kedua : yakni adanya konflik.
Semua materi/benda selalu dalam keadaan konflik. Semua materi/ benda
selalu dalam keadaan konflik antara satu dengan yang lain disamping didalam
setiap materi atau benda itu sendiri juga terdapat konflik. Dan karena adanya konflik
tersebut, maka timbul hukum yang ketiga, yakni gerak.
Menurut Marx tidak ada satu materi/bendapun yang tidak bergerak. Karena
ada gerak maka timbul hukum yang keempat yakni adanya perubahan. Karena ada
gerak maka semua materi/ benda timbul/mengalami perubahan. Yakni dari
perubahan kuantitatif ke perubahan kualitatif. Semua perubahan kualitatif selalu
didahului oleh perubahan kuantitatif.
Perubahan materi/benda dari perubahan kuantitatif ke perubahan kualitatif
tersebut menurut Marx akan berjalan menurut hukum dialektika. Yakni satu proses
perubahan dan perkembangan menurut hukum thesa, antithesa dan synthesa.
Marx mengaplikasikan hukum dialektika tersebut dalam memandang atau
memahami masyarakat, gejala-gejala yang muncul atau perubahan~perubahan
yang terjadi dalam masyarakat. Metode Marx sebagai hasil aplikasi hukum
dialektika dalam kehidupan masyarakat disebut Materialisme
b) Metode Ilmiah dengan pendekatan deduktif dan induktif.
Mencari kebenaran dengan menggunakan metode ilmiah, berarti mencari
kebenaran bukan dengan cara kebetulan, trial dan error, atau dengan cara
spekulasi yang tidak dilakukan dengan suatu perencanaam, ataupun dengan cara
intuisi yang hanya dilakukan oleh orang-orang tertentu saja, ataupun juga tidak
melalui otoritas yang jelas bersifat subjektif. Mencari kébenaran dengan
menggunakan metode ilmiah adalah mencari kebenaran dengan cara-cara tertentu,
dilakukan secara terencana, sistimatis dan atas dasar kenyataan objektif
sebagaimana yang ditentukan oleh persyaratan yang ilmiah.
Dalam proses perkembangan selanjutnya dari proses mencari kebenaran
dengan menggunakakan metode ilmiah dengan pendekatan logika ini, munculah
satu ilmu yang khusus mempelajari bagaimana cara atau prosedur melakukan
penelitian untuk mencari kebenaran dengan cara-cara yang ilmiah yang disebut
Metodologi Penelitian. (Jusuf Soewadji, 2012, 8-11)
4. peran ilmuwan terhadap hubungan metode ilmiah dalam ilmu alamiah
Pada tahun 2000, sekitar 328 ilmuwan dari 38 negara menyampaaikan sebuah surat
terbuka kepada seluruh pemerintahan dunia mengenai perlunya kehati-hatian dalam
pelepasan organisme. Dengan mengutip berbagai temuan ilmiah, para ilmuwan ini
menyampaikan beberapa imbauan yaitu, (1) moratorium semua pelepasan tanaman dan
produk hasil rekayasa genetika ke alam, baik secara komersial atau di ladang ujicoba
terbuka,paling tidak untuk lima tahun, (2) penarikan dan pelarangan pemberian paten bagi
proses kehidupan, organisme: hidup, benih, garis sel dan gen, (3) penyelidikan publik yang
komperhensif terhadap masa depan pertanian dan ketahanan pangan untuk semua orang.
surat terbuka ini sudah di sampaikan kpada komisi PBB untuk pembangunan berkelanjutan,
kongres Amerika serikat dan banyak forum internasional, surat tersebut masih terbuka untuk
di tanda tangani dan dapat di akses pada WWW.I-SIS.

5
Esensi yang di perdebatkan adalah ilmu-pengetahuan saat ini mampu memprediksi
dampak dari pelepasan organisme transgenik? Menurut Myhr dan Travik (1999), informasi
ilmiah yang tersedia saat ini belum memadai utuk melakukan penilaian resiko yang andal
mengenai pelepasan transgenik. Pengetahuan tentang probabilitas dan dampak ekologis
dari transfer gen secara horizontal dari transgenik ke organisme lain masih kurang.
Kompleksnya dan keterbatasan dalam memprediksi interaksi dan dampak pada sistem
ekologi juga dapat menghambat identifikasi resiko yang penting. Selanjutnya, kedua
ilmuwan dari norwegia tersebut mengatakan, ada ketidak pastian ilmiah tentang pelepasan
transgenik terjadi pada tiga tingkat: (1) ketidakpastian berkaitan dengan informasi mengenai
perilaku transgenik yang di usulkan akan di lewpas di lingkungan, (2) kompleksitas ekologis
atau skala ekosistem yang membuat prediksi tentang hasil hubungan sebab-akibat menjadi
sulit dilakukan, (3) terbatasnya metode deteksi dan pemantauan efek, setelah suatu
transgenik di lepas kelingkungan, amatlah pentin membandingkan hasil yang di ramalkan
dan hasil yang sebenarnya.
Apakah hal di atas tidak patutu di cermati bersama sebagai suatu pemikiran yang
ilmiah? Tampak pemikiran di atasterpingirkan dalam perdebata rekayasa genitika dan
ilmuwanyang tidak berpikir dalam “mainstream” atau arus utama juga terpingirkan, ada dua
contoh konsekuensialisme mengenai hal ini. Arpad pusztai, ilmuwan dari Rowett Institute
yang di biayai pemerintah di skotlandia, mengungkapkan hasil sementara penelitian
laboratorium yang mengarah pada prediksi bahwa suatu kentang transgenik berbahaya bagi
tikus-tikus muda. Ariwidodo, Eko. (2011, 17-18).
5. Keterbatasan Metode Ilmiah :
a. Kesimpulan ilmiah bersifat tentatif. Fakta untuk menarik kesimpulan berdasarkan hasil
pengamatan/pengukuran. Sedangkan indera atau alat ukur apapun tetap memiliki
keterbatasan. Akibatnya fakta yang dikumpulkan bisa tidak lengkap atau keliru yang
akhirnya kesimpulannya juga dapat keliru. Kesimpulan tetap dianggap benar sebelum
ada kesimpulan baru yang menolaknya, atau fakta-fakta baru justru memperkuatnya.
b. Tidak mampu menjangkau/membuktikan kebenaran Wahyu Illahi. Kebenaran wahyu Illahi
bersifat mutlak. Fakta dari proses metode ilmiah sekedar membuktikan/mendukung
kebenaran wahyu Illahi.
c. Tidak menjangkau kebenaran berdasarkan sistem nilai, ukuran baik dan buruk, ukuran
senang dan tidak senang, dll.
d. Tidak mampu menjangkau keindahan seni.

Metode ilmiah menjamin bahwa cita-cita ilmiah tercapai, yaitu bahwa melalui rasionalitas,
kejujuran dan kebebas-nilaian ilmu pengetahuan akan terus berkembang, sehingga ilmu
pengetahuan tumbuh secara kumulatif di mana satu generasi meneruskan pekerjaan
generasi sebelumnya.

6
6. Kelebihan Metode Ilmiah :
Sesuai dengan sifatnya, ilmu pengetahuan yang diperoleh melaui metode ini adalah objektif,
metodik, sistematik, dan berlaku umum (konsisten). Hal ini akan menumbuhkan sikap ilmiah
yang sangat terpuji, meliputi :
a. Mencintai kebenaran objektif, bersikap jujur dan adil
b. Tidak percaya pada takhayul, astrologi dan untung-untungan (judi). Segala sesuai terjadi
melalui proses yang teratur dan pasti.
c. Memupuk hasrat ingintahu.
d. Jauh dari prasangka, tetapi terbuka dan objektif, toleran, mengharhai pendapat orang
lain.
e. Tidak mudah percaya, apalagi tanpa bukti nyata dan rasional.
f. Bersikap optimis dan teliti.
g. Spotif, berani mengakui kesalahan dan berpegang teguh pada kebenaran tetapi tetap
terbuka Tidak kaku).
h. Rendah hati (tidak sombong).
i. Menghormati perbedaan (pendapat dan keyakinan).
j. Semakin yakin terhadap kebesaran Alloh, SWT. Sumarna ( 2019, 7-8)

7
Kesimpulan
Metode ilmiah adalah prosedur dalam mendapatkan pengetahuan melalui
penggunaan metode ilmiah.Hasilnya disebut pengetahuan ilmiah. Metode ilmiah adalah
pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah
dalam langkah-langkahnya yaitu pengenalan masalah, penyusunan hipotesis, pengumpulan
data, analisis dan penyimpulan. Dan bisa menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan
dialektika dan pendekatan induktif-deduktif.
Ilmu alamiah pada umumnya manusia memiliki kesan kagum terhadap IPTEK (ilmu
pengetahuan tekhnologi), dimana ilmu pengetahuan merupakan landasan bagi
tekhnologi. Produk iptek IPTEK tersebut antara lain:
1). Yang mensejahterakan manusia
(a). Dapat berjalan di permukaan bulan
(b). Dapat terbang seperti burung
(c). Dapat menyelam seperti ikan
(d). Komonikasi (audio-video) jarak jauh
(e). Terbebas dari beberapa jenis penyakit (malaria, cacar,lepra, tifus, dll.)
2). Yang menghancurkan kehidupan
(a). Senjata nuklir
(b). Senjata biologi
(c). Senjata kimia
(d). Dsb.
metode ilmiah adalah menentukan filsafat yang berfungsi sebagai dasar acuan
ilmiah yang harus selalu konsisten dengan ilmu alamiah. Seorang ilmuwan juga
harus menemukan jawaban atas pertanyaan yang berhubungan dengan alam
semesta dari hal tersebut sangat di butuhkan metode ilmiah dalam memecahkan
suatu permasalahan yang berkaitan tentang hukum-hukum alam semesta (ilmu
alamiah), sehingga dapat di jadikan suatu pemikiran yang memiliki nilai ilmiah yang
baik dalam segi lain dalam pikiran atau pandangan manusia.

8
Daftar Pustaka
Ariwidodo, Eko. 2011,paradigma reduksionisme epistemik dalam rekayasa genetika:
pamekasan, STAIN Pamekasan
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Bakker, Anton dan Achmad Charris Zubair. 2015. Metodelogi Penelitian Filsafat.
Yogyakarta: Kanisius.
Jujun, Sumantri S. 1999. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Kholil, Syukur. 2006. Metodologi Penelitian Komunikasi. Bandung: Citapustaka Media.
Mudyahardjo, Redja. 2002. Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nata, Abudin. 1997. Filsafat Penndidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Soewadji, Jusuf. 2012. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Soewadji, Jusuf. 2012. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Syafaruddin. 2008. Filsafat IlmuMengembangkan Kreativitas dalam Proses Keilmuan.
Bandung : Citapustaka Media Perintis.
Sumarna , ilmu alamiah dasar (IAD), Sumarna @uny,ac. id

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai