Anda di halaman 1dari 28

Pendahuluan

Modul ini dikembangkan dalam rangka pengembangan Modul Hybrid


Learning PPG untuk digunakan sebagai perangkat pembelajaran dalam jaringan
pada Program Keahlian Teknologi Konstruksi dan Properti. Secara khusus, modul
ini berisi tentang materi bahan perkerasan jalan, perkerasan lentur, pekerasan
kaku, dan metode pekerjaan perkerasan jalan. Modul ini juga dilengkapi dengan
tes formatif yang lengkap dengan kunci jawaban. Sebagai bagain dari perangkat
pembelajaran, untuk mengoperasionalkan materi dalam modul ini dikembangkan
media pembelajaran salah satu adalah media presentasi.

Capaian Pembelajaran
Mampu menguasai dan menerapkan konsep materi Konstruksi Jalan & Jembatan
meliputi perkerasan jalan lentur, perkerasan jalan kaku, Klasifikasi jalan,
Alinegement jalan, dan Konstruksi Jembatan berbasis ICT.

Sub Capaian Pembelajaran


1. Menjelaskan konsep dasar perkerasan jalan
2. Merencanakan perkerasan lentur
3. Merencanakan perkerasan kaku
4. Memahami metode pelaksanaan perkerasan jalan.

ii
Uraian Materi
Kegiatan Belajar 2: Teknik Perkerasan Jalan
2.1. Dasar Pekerasan Jalan
2.1.1. Pengertian Perkerasan jalan
Jalan sebagai salah satu konstruksi dalam bidang teknik sipil tentunya memiliki karakteristik dan
elemen penyusunnya. Karakteristik yang dimaksud dalam hal ini adalah susunan perkerasan
jalan yang merupakan campuran dari berbagai bahan atau material yang digunakan. Perkerasan
jalan sendiri dapat didefinisikan sebagai campuran antara agregat dan bahan pengikat yang
digunakan intuk melayani beban lalu lintas ( https://id.wikipedia.org/wiki/Perkerasan_jalan).
Perkerasan jalan juga dedifinisikan sebagai lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan
tanah dasar dan roda kendaraan yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana
transportasi dan selama masa pelayanannya diharapkan tidak terjadi kerusakan yang berarti.
Definisi lain tentang perkerasan jalan adalah campuran antara agregat yang digunakan untuk
melayani beban lalu lintas (Tenriajeng, 2002).
Sukirman (2003) dalam bukunya menjelaskan agar perkerasan jalan sesuai dengan mutu yang
diharapkan, maka pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan pengolahan dari bahan penyusun
perkerasan jalan sangat diperlukan. Berdasarkan hal tersebut, perkerasan jalan berdasarkan bahan
pengikatnya dapat diklasifikasi menjadi:
a. Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement), yaitu perkerasan menggunakan aspal
sebagai bahan pengikat. Lapisan-lapisan perkerasannya bersifat memikul dan
menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar.
b. Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan
semen sebagai bahan pengikatnya.
c. Konstruksi perkerasan komposit (composite pavement), yaitu perkerasan aku yang
dikombinasikan dengan perkerasan lentur dapat berupa perkerasan lentur diatas
perkerasan kaku, datau perkerasan kaku diatas perkerasan lentur.
Perbedaan antara konstruksi kaku dan lentur secara umum dapat dilihat pada tabel 1. berikut ini:

Tabel 1. Perbedaan Konstruksi Kaku dan Lentur


No Faktor Perkerasan lentur Perkerasan kaku

3
1 Bahan pengikat Aspal Semen

2 Repetisi beban Timbul Rutting Timbul retak pada


permukaan

3 Penurunan tanah dasar Jalan bergelombang Bersifat sebagai


(mengikuti tanah balok di atas
dasar) perletakan

4 Perubahan temperatur Modulus kekakuan Modulus kekakuan


berubah tidak berubah

Timbul tegangan Timbul tegangan


dalam yang kecil dalam yang besar.

Sumber: Sukirman (1992), “Perkerasan Lentur Jalan Raya”

2.1.2. Fungsi Lapisan Perkerasan


Berbagai macam jenis perkerasan sebagaimana diuraikan di atas, memiliki lapisan-lapisan yang
berbeda-beda. Masing-masing lapisan tersebut memiliki fungsi sendiri-sendiri sesuai dengan
kebutuhan spesifikasi struktur yang direncanakan. Fungsi dari masing-masing lapisan tersebut
direncanakan dengan pertimbangan keawetan, daya dukung, dan biaya pengerjaan. Adapun
macam-macam lapisan tersebut diantaranya:
a. Lapis Permukaan (LP)
Lapis permukaan adalah bagian perkerasan yang berada dibagian paling atas dari struktur
perkerasan. Lapis permukaan sendiri memiliki dua lapisan pembentuk yaitu lapis aus (Wearing
Course) dan lapis antara (Binder Course). Lapis aus merupakan bagian dari lapis permukaan
yang terletak di atas lapis antara yang berfungsi mengamankan perkerasan dari pengaruh air,
menyediakan permukaan yang halus, dan menyediakan permukaan yang kesat (Nono, 2007).
Sedangkan lapis antara merupakan bagian dari pais permukaan yang terletak diantara lapis aus
dan lapis pondasi (base course). Lapis antara ini memiliki fungsi untuk mengurasi tegangan, dan
menahan beban paling tinggi akibat beban lalu lintas sehingga harus mempunyai kekuatan yang
cukup (Nono, 2007). Fungsi lapis perkerasan secara umum dapat diklasifikasi menjadi fungsi
struktural dan non struktural, dimana

4
1) Fungsi Struktural
Fungsi struktural untuk lapis permukaan yaitu untuk mendukung dan menyebarkan beban
kendaraan yang diperoleh dari beban vertikal yang berasan dari kendaraan atau lainnya dan
beban horisontal (gaya geser). Untuk mendukung fungsi tersebut, maka lapis permukaan
dipersyaratkan harus memenuhi aspek kekuatan, kekokohan, dan stabil.
2) Fungsi Non-Struktural
Selain memiliki fungsi struktural, lapis permukaan memiliki fungsi non-struktural yaitu:
- Sebagai lapis kedap air yang dapat mencegah masuknya air ke dalam lapisan
perkerasan yang berada dibawahnya.
- Sebagai pembentuk permukaan yang rata, agar kendaraan yang melintas dapat
berjalan dan mendapatkan kenyamnaan yang cukup.
- Membentuk permukaan yang tidak licin, sehingga tersedia koefisien gerak (skid
resistance) yang cukup untuk menjamin keamanan lalu lintas.
- Sebagai lapisan aus yang dapat diganti dengan yang baru.

b. Lapis Pondasi
Lapis pondasi merupakan bagian yang berada dibawah lapis aus yang fungsi umumnya adalah
membagi dan meneruskan beban yang bekerja ke bagian tanah dasar. Lapis pondasi sendiri
terdiri dari lapis pondasi atas (LPA) dan lapis pondasi bawah (LPB).
1) Lapis Pondasi Atas (LPA)
Lapis pondasi atas merupakan lapis bagian dari perkerasan yang terletak di bawah lapis
permukaan dan berada di atas lapis pondasi bawah yang berfungsi sebagai lapisan pendukung
bagi lapis permukaan, memikul beban horisontal dan vertikal dan sebagai lapis perkerasan bagi
pondasi bawah.
2) Lapis Pondasi Bawah (LPB)
Lapis pondasi bawah (Subbase-Course) merupakan bagian perkerasan jalan yang terletak pada
bagian bawah lapis pondasi dan berada di atas tanah. Fungsi lapis pondasi bawah sendiri
diantaranya adalah menyebarkan beban roda, sebagai lapis peresapan, sebagai lapis pertama
dalam pembuatan perkerasan dan sebagai lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh
cuaca terutama hujan.
c. Lapisan Tanah Dasar

5
Tanah dasar (Subgrade) merupakan permukaan tanah semula, permukaan tanah galian, dan atau
permukaan tanah urugan/timbunan yang telah dipadatkan dan sebagai tanah dasar untuk
meletakkan bagian-bagian lapis perkerasan lainnya.

2.1.3. Umur Rencana Perkerasan jalan


Setiap desain konstruksi pastinya direncanakan dengan umur pemakaiannnya. Hal tersebut juga
berlaku untuk konstruksi perkerasan jalan, sehingga dapat dijadikan acuan dalam merencanakan
perekerasan dan perawatan pasca pengerjaan pekerjaan jalan tersebut. Adapun umur rencana
perkerasan jalan adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Umur Rencana Perkerasan Jalan Baru

2.1.4. Material Penyusun Perkerasan Jalan


Material atua bahan pembuatan perkerasan jalan merupakan bagian terpenting dalam perkerasan
jalan. Campuran bahan yang digunakan harus mempertimbangkan jenis perkerasan yang akan
digunakan. Adapun campuran bahan yang umum digunakan untuk perkerasan jalan diantaranya
aspal, agregat, filler, kapur, dan atau semen.
a. Aspal
Aspal merupakan senyawa hidrokarbon berwarna coklat gelap atau hitam
pekat yang dibentuk dari unsur-unsur asphathenes, resins, dan oils. Aspal ialah bahan hidro
karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam kecoklatan, tahan terhadap air,
dan visoelastis (https://id.wikipedia.org/wiki/Aspal). Aspal juga didefinisikan sebagai material
berwarna hitam atau cokelat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat
(Sukirman, 2003). Aspal yang digunakan sebagai lapis perkerasan berfungsi sebagai bahan ikat

6
antara agregat untuk membentuk suatu campuran yang kompak (Kerbs and Walker, 1971). Aspal
memiliki sifat diantaranya:
- Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan agregat dan antara
aspal itu sendiri
- Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang ada pada
agregat itu sendiri
Aspal sebagai bahan konstruksi perkerasan jalan harus memenuhi persyaratan diantaranya:
1) Daya tahan (durability)
Daya tahan aspal merupakan kemampuan aspal untuk mempertahankan sifat asalnya akibat
pengaruh suaca selama masa umur pelayanan.
2) Adhesi dan kohesi
Adhesi merupakan kemampuan material (aspal) untuk mengikat agregat sehingga dihasilkan
ikatan yang baik antara agregat dan aspal. Sedangkan kohesi merupakan ikatan didalam molekul
aspal untuk tetap mempertahankan agregat tetap ditempatnya setelah terjadi pengikatan.
3) Kepekaan terhadap temperatur
Merupakan sifat aspal agar tetap memiliki ketahanan terhadap temperatur.
4) Kekerasan aspal
Pada pelaksanaan proses pencampuran aspal ke permukaan agregat dan penyemprotan aspal ke
permukaan agregat terjadi oksidasi yang menyebabkan aspal menjadi getas dan viskositas
bertambah tinggi.
5) Sifat pengerjaan (workability)
Aspal yang digunakan sebaiknya memiliki kemudahan dalam pengerjaan pengaspalan
(penghamparan dan pemadatan) untuk mendapatkan lapisan yang padat dan kuat.
Pencampuran aspal dalam pekerjaan perkerasan jalan memiliki persentase yang berbeda-beda.
Menurut Sukirman (2003) banyaknya aspal dalam campuran perkerasan berkisar antara 4-10%
berdasarkan berat campuran, atau 10-15% berdasarkan volume campuran. Sebagai salah satu
material alam, berdasarkan sumber untuk medapatkannya aspal dibagi menjadi aspal gunung dan
aspal danau.
b. Agregat
Agregat merupakan butiran-butiran batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lainnya baik buatan
maupun alami. Agregat sebagai campuran perkerasan memiliki fungsi sebagai kerangka yang

7
memberikan stabilitas campuran jika dilakukan dengan alat pemadat yang tepat. Penggunaan
agregat dalam pencampuan pekerasan jalan memiliki persentase 90-95% berdasarkan persentase
berat atau 75-85% berdasarkan persentase volume (Sukirman, 2007). Agregat yang digunakan
untuk campuran perkerasan sendiri dibedakan menjadi agregat kasar dan agregat halus.
Persyaratan agregat kasar dan agregat halus untuk campuran perkerasan jalan dapat dilihat pada
tabel 2 dan tabel 3 berikut ini:
Tabel 3. Persyaratan Agregat Kasar
No Pengujian Metode Syarat
1 Penyerapan air SNI 03-1969-1990 ≤ 3%
2 Berat Jenis SNI 03-1970-1990 ≥ 2,5
3 Keausan/los angeles abration test SNI 03-2417-1991 ≤ 40%
4 Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 06-2439-1991 ≥ 95%
5 Partikel pipih dan lonjong ASTM D-4791 ≤ 10%

Tabel 4. Persyaratan Agregat Halus


No Pengujian Metode Syarat
1 Penyerapan air SNI 03-1969-1990 ≤ 3%
2 Berat jenis SNI 03-1970-1990 ≥ 2,5
3 Ekivalen pasir ASSHTO T-176 ≥ 50%

Bentuk dan tekstur agregat sebagai material perkerasan jalan diantaranya adalah:
a. Bulat (rounded)
b. Lonjong (elongated)
c. Kubus (cubical)
d. Pipih (flaky)
e. Tak beraturan (irragular)
Sedangkan tekstur dari agregat itu sendiri diantaranya:
1) Kasar sekali
2) Kasar
3) Halus

8
4) Halus dan licin
Secara umum, agregat untuk keperluan bahan perkerasan jalan dibagi menjadi:
- Agregat kasar
Agregat kasar menurut Saodang (2005) berdasarkan ukuran besaran butir yaitu > ¼ inci (6.35
mm) atau tertahan saringan no 4. Agregat kasar merupakan batuan dengan ukuran antara 4.8mm-
150mm yang berasal dari batuan alami ataupun batuan pecah. Agregat kasar yang digunakan
sebagai campuran perkerasan harus memiliki nilai keausan abrasi kurang dari 50% hingga
dinyatakan dapat digunakan sebagai material penyusun jalan. Selain sifat keausan tersebut,
syarat agregat kasar sebagai campuran perkerasan harus memiliki bentuk tekstur permukaan
yang tajam dan bersudut untuk medapatkan campuran pekerasan jalan yang padat.
- Agregat halus
Agregat halus menurut Saodang (2005) agregat berbutir halus adalah bahan yang lewat saringan
No. 4 dengan bukaan 4,75 mm dan tertahan saringan No. 200 dengan bukaan 0,075 mm,
biasanya berupa pasir murni, hasil screening dari mesin pemecah batu, atau kombinasi dari
keduanya. Dalam campuran aspal, agregat halus berfungsi sebagai pengisi rongga-rongga antara
agregat kasar, sehingga kualitas campuran akan semakin baik
Selain beberapa hal tersebut, agregat sebagai perkerasan jalan memiliki kriteria gradasi yang
dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
a) Gradasi rapat
Gradasi rapat merupakan campuran agregat kasar dan halus dalam porsi yang berimbang,
sehingga dinamakan juga agregat bergradasi baik (well graded). Agregat dengan gradasi rapat
akan menghasilkan lapis perkerasan dengan stabilitas tinggi, kurang kedap air, sifat drainase
jelek dan berat volume besar.
b) Gradasi seragam
Gradasi seragam adalah agregat dengan ukuran yang hampir sama/ sejenis atau mengandung
agregat halus yang sedikit jumlahnya sehingga tidak dapat mengisi rongga antar agregat. Gradasi
seragam disebut juga gradasi terbuka. Agregat dengan gradasi seragam akan menghasilkan
lapisan perkerasan dengan sifat permeabilitas tinggi, stabilitas kurang dan berat volume kecil.
c) Gradasi timpang
Gradasi timpang merupakan campuran agregat yang tidak memenuhi dua kategori di atas.
Agregat bergradasi timpang umumnya digunakan untuk lapisan perkerasan lentur yaitu gradasi

9
senjang, merupakan campuran agregat dengan 1 fraksi hilang dan 1 fraksi sedikit sekali. Agregat
dengan gradasi timpang akan menghasilkan lapis perkerasan yang mutunya terletak diantara
kedua jenis di atas.
Persentase perbandingan setiap gradasi dapat dilihat pada Gambar 1. Sedangkan menurut
Sukirman (2003), ketiga jenis gradasi tersebut memiliki perbandingan sifat. Perbandingan sifat-
sifat tersebut dapat dilihat pada tabel 5.

Gambar 1. Persentase Gradasi Agregat

Tabel 5. Perbandingan Gradasi Agregat


No Gradasi Seragam Gradasi Baik Gradasi Jelek

1 Kontak antar butir Kontak antar butir Kontak antar butir


baik baik jelek
2 Kepadatan bervariasi Seragam dan Seragam tetapi
tergantung dari kepadatan tinggi kepadatan jelek
segregasi yang terjadi
3 Stabilitas dalam Stabilitas tinggi Stabilitas sedang
keadaan terbatas
tinggi
4 Stabilitas dalam Kuat menahan Stabilitas sangat
keadaan rendah deformasi rendah pada keadaan
basah
5 Sukar untuk Sukar sampai sedang Mudah dipadatkan
dipadatkan untuk memadatkan

10
6 Mudah diresapi air Tingkat permeabilitas Tingkat permeabilitas
cukup tinggi
7 Tidak dipengaruhi Pengaruh variasi kadar Kurang dipengaruhi
kadar air air cukup oleh bervariasinya
kadar air

c. Semen
Material lain yang dapat digunakan sebagai bahan campuran perkeasan ajalan adalah semen.
Semen adalah suatu jenis bahan yang memiliki sifat adhesive dan kohesif yang memungkinkan
melekatnya fragmen-fagmen mineral lain menjadi suatu massa yang padat. Berdasarkan hal
tersebut maka semen dapat diterapkan untuk banyak jenis bahan semen yang biasa digunakan
untuk konstruksi beton untuk bangunan. Secara kimia semen dicampur dengan air untuk dapat
membentuk massa yang mengeras, semen semacam ini disebut semen hidrolis.
Semen juga didefinisikan sebagai campuran antara batu kapur/gamping
(bahan utama) dan lempung/tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa
padatan berbentuk bubuk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau
membatu pada pencampuran dengan air. Bahan-bahan pembutan semen adalah
- Batu kapur menghasilkan kalsium karbonat
- Tanah liat menghasilkan alumina dan silika
Fungsi semen secara umum adalah untuk merekatkan butiran-butiran agregat agar terjadi suatu
masa yang padat. Kandungan silika dan alumina pada semen merupakan unsur utama pembentuk
semen yang apabila bereaksi dengan air akan menjadi media perekat. Susunan komposisi semen
diperlihatkan dalam tabel 6 (Tjokrodimuljo, 1996).
Tabel 6. Susunan Komposisi Semen

11
d. Filler
Bahan pengisi (filler) harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan mempunyai sifat –
sifat yaitu non plastis, lolos saringan no.200, dan berupa bahan non-organik. Fungsi filler dalam
campuran adalah:
a. Untuk memodifikasi agregat halus sehingga berat jenis campuran meningkat dan jumlah
aspal yang diperlukan untuk mengisi rongga akan berkurang.
b. Filler dan aspal secara bersamaan akan membentuk suatu pasta yang akan membalut dan
mengikat agregat halus untuk membentuk mortar.
c. Mengisi ruang antara agregat halus dan kasar serta menigkatkan kepadatan dan
kestabilan.

2.2. Perkerasan Lentur


2.2.1. Definisi dan Dasar Perkerasan Lentur
Perkerasan lentur (flexible pavement) merupakan perkerasan yang menggunakan aspal sebagai
bahan pengikat dan lapisan-lapisan perkerasannya bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu
lintas ke tanah dasar. Definisi lain tentang perkerasan lentur adalah suatu konstruksi perkerasan
dimana konstruksinya terdiri dari beberapa lapisan. Perkerasan lentur umumnya digunakan
dalam perkerasan jalan yang dapat melayani beban lalu lintas ringan sampai sedang.
Karakteristik perkerasan lentur secara umum adalah
a. Menggunakan aspal sebagai bahan pengikat
b. Sifat perkerasan adalah memikul beban dan menyebarkan ke tanah dasar (Subgrade)

12
c. Pengaruh terhadap repitisi beban adalah timbulnua ruttinh (lendutan pada jalur roda)
d. Pengaruhnya terhadap penurunan tanah dasar adalah terbentuknya jalan bergelombang.
Selain karakteristik di atas, penggunaan perkerasan lentur untuk perkerasan jalan memiliki
keuntungan dan kerugian diantaranya:
1) Keuntungan
- Dapat digunakan pada daerah dengan perbedaan penurunan terbatas
- Mudah diperbaiki
- Tambahan lapisan pekerasan dapat dilakukan kapan saja
- Memiliki tahanan geser yang baik
- Warna perkerasan terkesan tidak silau bagi pengguna jalan
- Konstruksi pengerjaannya dapat dilaksanakan secara bertahap.
2) Kerugian
- Tebal toal struktur perkerasan lebih tebal dibandingkan perkerasan kaku
- Kelenturuan dan sifat kohesi berkurang selama masa pelayanan
- Tidak baik digunakan jika sering digenangi air
- Menggunakan agregat lebih banyak
Struktur lapisan perkerasan lentur umumnya terdiri dari lapis permukaan, lapis pondasi atas,
lapis pondasi bawah dan lapis tanah dasar. Susunan lapisan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Susunan Lapis Perkerasan Lentur Secara Umum


Sedangkan dalam manual perkerasan jalan (2017) menyebutkan bahwa terdapat tiga jenis
perkerasan baru dengan susuan lapisan perkerasan yang berbeda-beda diantaranya:
a) Perkerasan lentur Pada Permukaan Tanah Asli

13
Gambar 3. Lapisan Perkerasan Lentur Pada Permukaan Tanah Asli
Sumber: Manual DesainPerkerasan Jalan 2017

b) Perkerasan Lentur pada Timbunan

Gambar 4. Lapisan Perkerasan Lentur Pada Permukaan Timbunan


Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan 2017

c) Perkerasan Lentur pada Galian

Gambar 5. Lapisan Perkerasan Lentur Pada Galian


Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan 2017

2.2.2. Faktor Penyebab Kerusakan Perkerasan Lentur


Beberapa faktor penyebab kerusakan pada konstruksi perkerasan lentur diantaranya adalah:

14
a. Lalu lintas, faktor lali lintas yang mempengaruhi kerusakan pada perkerasan lentur
dapat berupa peningkatan beban yang diterima lapisan perkerasan lentur dan faktor
repetisi beban.
b. Air, faktor air dapat berupa air hujan dan sistem drainase jalan yang tidak baik dan
naiknua air akibat kapilaritas.
c. Material kosntruksi perkerasan, pemilihan material untuk perkerasan lentur
dipengaruhi oleh kualitas dan sifat material itu sendiri, selain itu pengolahan material
saat proses pencampuran juga mempengaruhi kondisi perkerasan lentur.
d. Iklim, faktor iklim disetiap wilayah menjadikan faktor yang dapat memperngaruhi
kerusakan perkerasan lentur.
e. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil
f. Proses pemadatan lapisan diatas tanah dasar yang kurang baik.

2.2.3. Material Perkerasan Lentur


Bahan penyusun lapis permukaan untuk perkerasan lentur yang utama terdiri atas bahan ikat dan
bahan pokok. Bahan pokok bisa berupa pasir, kerikil, batu pecah/ agregat dan lain-lain. Sedang
untuk bahan ikat untuk perkerasan bisa berbeda-beda, tergantung dari jenis perkerasan jalan yang
akan dipakai. Bisa berupa tanah liat, aspal/ bitumen, portland cement, atau kapur/ lime.
a. Aspal
Salah satu material untuk perkerasam lentur yang umum digunakan adalah aspal. Aspal untuk
perekerasan jalan dapat diklasifikasikan berdasarkan tempat diperolehnya yaitu aspal alam dan
aspal minyak. Aspal alam merupakan aspal yang diperoleh dari suatu tempat di alam yang dapat
digunakan dengan sedikit pengolahan. Sedangkan aspal minyak merupakan aspal yang diperoleh
dari pengolahan minyak bumi.
1) Aspal Alam
Aspal alam merupakan jenis aspal yang diperoleh dari gunung-gunung atau danau. Salah satu
contoh aspal gunung adalah aspal yang berasal dari pulau di Indonesia yaitu pulau buton, aspal
dari daerah ini kemudian dikenal dengan nama asbuton. Lapis permukaan jalan yang dapat
dibuat dari Asbuton diantaranya (Suprapto, 2004), yaitu:
- Seal Coat Asbuton

15
Lapis ini merupakan campuran antara Asbuton, bahan pelunak dan dengan perbandingan tertentu
dan pencampurannya dilakukan dengan dingin (cold mix).

- Sand Sheet Asbuton


Lapis ini merupakan campuran antara Asbuton, bahan pelunak dan pasir dengan perbandingan
tertentu dan pencampurannya dilakukan secara dingin/ hangat/ panas.
- Lapis Beton Asbuton
Lapis ini merupakan campuran antara Asbuton, bahan pelunak dan agregat dengan gradasi rapat
pada perbandingan tertentu yang dilaksanakan secara dingin/ hangat/ panas.
- Surface Treatment Asbuton
Lapis ini seperti halnya seal coat Asbuton. Sedangkan perbedaannya terletak pada pelaksanaanya
di lapangan, yaitu di atas lapis tersebut ditaburkan agregat single size
2) Aspal Minyak
Aspal minyak adalah aspal yang merupakan residu destilasi minyak bumi. Setiap minyak bumi
dapat menghasilkan residu jenis asphaltic base crude oil yang banyak mengandung aspal, parafin
base crude oil yang mengandung banyak parafin, atau mixed base crude oil yang mengandung
campuran antara parafin dan aspal. Untuk perkerasan jalan umumnya digunakan aspal minyak
jenis asphaltic base crude oil. Berikut adalah klasifikasi dari aspal buatan:
- Menurut Bahan Dasar Aspal. Aspal dibedakan menjadi (Suprapto, 2004):
I. Dari bahan hewani (animal origin), yaitu diperoleh dari pengolahan crude oils.
Dari proses pengolahan crude oils akan diperoleh bahan bakar dan residu, yang
jika diproses lanjut akan diperoleh aspal/bitumen.
II. Dari bahan nabati (vegetable origin), yaitu diperoleh dari pengolahan batu
bara/coal, dalam hal ini akan diperoleh tar.
- Menurut Tingkat Kekerasannya, aspal minyak/ aspal murni/ petroleom asphalt ,
diklasifikasikan menjadi :
1. Aspal Keras/ Aspal Panas/ Aspal Semen (Asphalt Cement), merupakan aspal
yang digunakan dalam keadaan panas. Aspal ini berbentuk padat pada keadaan
penyimpanan dalam temperatur ruang (250-300 C). Merupakan jenis aspal buatan
yang langsung diperoleh dari penyaringan minyak dan merupakan aspal yang

16
terkeras. Berdasarkan tingkat kekerasan/kekentalannya, maka aspal semen
dibedakan menjadi :
a) AC 40-50
b) AC 60-70
c) AC 85-100
d) AC 120-150
e) AC 200-300
Angka-angka tersebut menunjukkan kekerasan aspal, yaitu yang paling keras
adalah AC 40-50 dan yang terlunak adalah AC 200- 300. Angka kekerasan adalah
berapa dalam masuknya jarum penetrasi ke dalam contoh aspal. Aspal dengan
penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas atau lalu lintas dengan
volume tinggi, sedangkan aspal dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah
bercuaca dingin atau lalu lintas dengan volume rendah. Di Indonesia pada
umumnya dipergunakan aspal dengan penetrasi 60-70 dan 80-100.
2. Aspal cair (Cut Back Asphalt / Liquid asphalt)
Aspal cair bukan merupakan produksi langsung dari penyaringan minyak kasar
(crude oil), melainkan produksi tambahan, karena harus melelui proses lanjutan
terlebih dahulu. Aspal cair adalah campuran antara aspal semen dengan bahan
pencair dari hasil penyulingan minyak bumi. Dengan demikian cut back asphalt
berbentuk cair dalam temperatur ruang.

3. Aspal Emulsi
Aspal emulsi suatu campuran aspal dengan air dan bahan pengemulsi.
Berdasarkan muatan listrik yang dikandungnya, aspal emulsi dapat dibedakan atas
(Subekti, 2006):
- Kationik disebut juga aspal emulsi asam, merupakan aspal emulsi yang
bermuatan arus listrik positif.
- Anionik disebut juga aspal emulsi alkali, merupakan aspal emulsi yang
bermuatan negatif.
- Nonionik merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi, berarti tidak
menghantarkan listrik.

17
b. Agregat
Agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lainnya, baik
berupa hasil alam maupun buatan (Petunjuk Pelaksanaan Laston Untuk Jalan Raya SKBI -
2.4.26.1987). Fungsi dari agregat dalam campuran aspal adalah sebagai kerangka yang
memberikan stabilitas campuran jika dilakukan dengan alat pemadat yang tepat. Agregat sebagai
komponen utama atau kerangka dari lapisan perkerasan jalan yaitu mengandung 90% – 95%
agregat berdasarkan persentase berat atau % – 85% agregat berdasarkan persentase volume
(Silvia Sukirman, 2003, Beton Aspal Campuran Panas). Pemilihan jenis agregat yang sesuai
untuk digunakan pada konstruksi perkerasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu gradasi,
kekuatan, bentuk butir, tekstur permukaan, kelekatan terhadap aspal serta kebersihan dan sifat
kimia. Jenis dan campuran agregat sangat mempengaruhi daya tahan atau stabilitas suatu
perkerasan jalan (Kerbs, and Walker, 1971).
c. Campuran Aspal dan Agregat
Pencampuran aspal dengan agregat sebagai bahan perkerasan maka:
- Partikel-partikel antar agregat akan terikat satu sama lain oleh aspal
- Rongga-rongga agregat ada yang terisi aspal dan ada pula yang terisi udara
- Terdapat rongga antar butir yang terisi udara
- Terdapat lapisan aspal yang ketebalannnya tergantung dari kadar aspal yang
digunakan untuk menyelimuti partikel-partikel agregat.
Faktor-faktor yang memperngaruhi kualitas dari beton aspal antara alain (1) absorbsi aspal, (2)
kadar aspal efektif, (3) rongga antar buti (VMA), (4) rongga udara dalam campuran (VIM), (5)
gradasi agregat. Beberapa jenis campuran aspal dan agregat antara lain:
- LAPEN (Lapis Penetrasi Macadam)
Campuran antara agregat dan aspal yang terdiri atas agregat pokok dan agregat pengunci dengan
gradasi terbuka dan seragam diikat dengan aspal dengan cara disemprotkan diatasnya dan
dipadatkan lapis demi lapis.
- LATASIR (Lapis Tipis Aspal Cair)
Campuran yang terdiri dari aspal dan pasir bergradasi menerus akan dicampur pada suhu
minimum 120ºC dan dipadatkan pada suhu minimum 98ºC - 110ºC.
- BURAS (Laburan Aspal)

18
Campuran yang terdiri atas aspal laburan pasir dengan ukuran maksimum 3/8”.
- BURTU (Lapisan Aspal Satu Lapis)
Campuran ini sama dengan BURAS tetapi dengan laburan satu lapisan agregat bergradasi
seragam dengan tebal maksimum 20 mm. Digunakan pada jalan yang belum atau sudah beraspal
yang sudah stabil, mulai retak atau megalami degradasi dan dapat digunakan sampai lalu lintas
berat.
- BURDA (Laburan Aspal Dua Lapis)
Pengembangan dari BURTU, dimana laburan aspal ditaburi agregat dan dikerjakan dua kali
secara berurutan dengan tebal maksimum 35 mm.
- LASBUTAG (Lapis Asbuton Campuran Dingin)
Campuran yang terdiri atas campuran agregat, asbuton, dan bahan peremaja yang dicampur,
diaduk, diperam, dihamparkan dan dipadatkan dalam keadaan dingin (tanpa pemanasan).
Campuran ini merupakan jenis campuran yang memanfaatkan langsung aspal alam, yaitu aspal
dari Pulau Buton (yang disebut Asbuton).
- LATASBUM (Lapisan Tipis Asbutin Murni)
Pengembangan lain dari pemanfaatan aspal alam asbuton adalah dengan melakukan ekstraksi
untuk mendapatkan aspal murni dari dalam batuan asbuton
- LASTON (Lapis Aspal Beton) atau Asphaltic Concrete, AC
Campuran aspal dengan agregat bergradasi menerus yang dicampur pada suhu minimum 115ºC.

- LASTON Atas (Lapis Aspal Beton Pondasi Atas)


Campuran ini adalah penggunaan laston sebagai lapis pondasi. Campuran ini terdiri dari
campuran agregat dan aspal dengan perbandingan tertentu dan dicampur pada suhu 90ºC - 120ºC
dan dipadatkan dalam keadaan panas.
- LASTON Bawah (Lapis Aspal Beton Pondasi Bawah)
Sama halnya dengan LASTON atas, tetapi sebagai lapis pondasi bawah. Campuran ini terdiri
dari campuran agregat dan aspal yang dicampur pada suhu minimum 80ºC - 120ºC dan
dipadatkan pada suhu minimum 80ºC.
- LATASTON (Lapis Tipis Aspal Beton) atau Hot Rolled Sheet, HRS
Campuran ini menggunakan agregat bergradsi timpang, aspal dan ditambah filler yang dicampur
pada suhu tertentu.

19
- Hot Rolled Asphalt (HRA)
Campuran ini menggunakan agregat bergradasi senjang. Campuran ini menggunakan sedikit
agregat berukuran sedang (2,36 mm sampai dengan 10 mm), dan matriks passir, mineral halus
dan aspal serta sedikit agregat kasar (biasanya berukuran nominal 14 mm).
- Stone Mastic Asphalt (SMA)
Stone Mastic Asphalt dikembangkan di Skandinavia dan Jerman. Campuran SMA bergradasi
kasar seperti asphalt porous, tetapi rongganya terisi oleh mortar agregat halus/aspal.

2.3. Perkerasan Kaku


Perkerasan kaku / rigid pavement adalah jenis perkerasan jalan yang menggunakan beton
sebagai bahan utama perkerasan tersebut , merupkan salah satu jenis perkerasan jalan yang
digunakan selain dari perkerasan lentur. Perkerasan ini pada umumnya dipakai pada jalan yang
memiliki kondisi lalulintas yang cukup padat dan memiliki distribusi beban yang besar. Pada
konstruksi perkerasan kaku, perkerasan tidak dibuat menerus sepanjang jalan seperti yang
dilakukan pada perkerasan lentur. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pemuaian yang
besar pada permukaan perkerasan sehingga dapat menyebabkan retaknya perkerasan, selain itu
untuk mencegah letak menerus pada perkerasan jika terjadi keretakan pada suatu titik pada
perkerasan.

Gambar 6. Contoh Potongan Melintang Perkerasan Kaku


Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan 2017

Jenis-jenis perkerasan kaku dengan beton sebagai lapisan aus meliputi: perkerasan beton semen
bersambung tanpa tulangan, perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan, perkerasan
beton semen bersambung menerus dengan tulangan, dan perkerasan beton semen pratekan.

20
Gambar 7. Perkerasan Beton Semen Bersambung Tanpa Tulangan

Gambar 8. Perkerasan Beton Semen Bersambung dengan Tulangan

Gambar 9. Perkerasan Beton Semen dengan Sambungan Tulangan Menerus

Gambar 10. Perkerasan Beton Semen Pratekan

Adapun susunan lapisan perkerasan kaku dalam buku manual perkerasan jalan terbagi atas:

a. Perkerasan Kaku pada Permukaan Tanah Asli

21
Gambar 11. Lapisan Perkerasan Kaku Pada Permukaan Tanah Asli
Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan 2017

b. Perkerasan Kaku pada Timbunan

Gambar 12. Lapisan Perkerasan Kaku Pada Timbunan


Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan 2017

c. Perkerasan Kaku pada Galian

Gambar 13. Lapisan Perkerasan Kaku Pada Galian


Sumber: Manual Desain Perkerasan Jalan 2017

2.3.1. Keuntungan Perkerasan Kaku

22
- Struktur perkerasan lebih tipis kecuali untuk area tanah lunak
- Pelaksanaan konstruksi dan pengendalian mutu lebih mudah
- Biaya pemeliharaan lebih rendah jika mutu pelaksanaan baik
- Pembuatan campuran lebih mudah

2.3.2. Kerugian Perkerasan Kaku


- Biaya konstruksi lebih mahal untuk jalan dengan lalu lintas rendah
- Rentan terhadap retak jika dilaksanakan diatas tanah lunak, atau tanpa daya dukung
- Umumnya kurang nyaman digunakan ketika berkendara.

2.4. Metode Pekerjaan Perkerasan Jalan


2.4.1. Peralatan Pekerjaan Perkerasan Jalan
a. Dump Truck
b. Tandem Roller
c. Vobrator Roller
d. Wheel Loader
e. Excavator
f. Motor Greader
g. Water Tank Truck
h. Concrete Mixer

2.4.2. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Jalan dengan Perkerasan Lentur


Pelaksanaan pekerjaan jalan dengan perkerasan lentur meliputi beberapa pekerjaan antara lain:
a. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan merupakan pekerjaan yang awal sekali dilaksanakan dalam suatu proyek
termasuk proyek pekerjaan jalan. Terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan pada saat
pekerjaan persiapan ini antara lain:
- Pembuatan Job Mix Desain
- Pembuatan Direksi Keet, Gudang, Papan Proyek
- Pembuatan Rencana Rekayasa Lalu Lintas

23
- Pekerjaan Mobilisasi alat-alat Mekanis
- Pekerjaan Utilitas Proyek
b. Pekerjaan drainase jalan
- Galian untuk Drainase dan Saluran
- Pemasangan Gorong-gorong Pipa Beton Bertulang
c. Pekerjaan Tanah
- Pekerjaan Galian Tanah
 Pengukuran dan pemasangan bowplank
 Penggalian dengan cara manual
 Penggalian dengan menggunakan alat berat
- Pekerjaan Galian Tanah untuk Struktur dengan Kedalam > 2 meter
- Pekerjaan Urugan (sesuai persyaratan teknis)
- Pemadatan Material Urugan
- Penyiapan Badan Jalan
d. Pekerjaan Perkerasan
- Pembuatan Mix Desain Perkerasan yang ditentukan
- Penghamparan Perkerasan
- Pemadatan Perkerasan
e. Pekerjaan Akhir
- Pembersihan Lokasi
- Pekerjaan Demobilisasi

2.4.3. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Jalan dengan Perkerasan Kaku


Pelaksanaan pekerjaan perkerasan kaku secara umum meliputi beberapa tahapan, adapun
langkah dalam pelaksanaan pekerjaan jalan dengan perkerasan kaku dapat dilihat pada Gambar
14.

24
Gambar 14. Alur Pekerjaan Perkerasan Kaku

a. Identifikasi Peralatan Pelaksanaan


Pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan secara umum melibatkan peralatan manual sampai
peralatan jenis Alat Berat. Adapun contoh peralatan yang digunakan untuk pekerjaan perkerasan
kaku yaitu:
- Peralatan pencampur dan pengecoran beton (Batching plant dan truck mixer / dump
truck.
- Alat penghampar dan pemadata beton (concrete paver / concrete finisher.
- Peralatan penyelesaian akhir permukaan beton (texturing and curing machine)
b. Pemilihan Peralatan
Pemilihan Peralatan dilakukan terutama untuk peralatan utama. Untuk dapat memilih peralatan
yang akan digunakan dalam pekerjaan perkerasan jalan beton, Pelaksana Lapangan perlu
mendapatkan data- data/informasi tentang :
 Owning Cost dan Operating Cost alat;
 Uraian Analisa Alat;

25
 Uraian Analisa Harga Satuan untuk seluruh item pekerjaan yang ada dalam berkas
penawaran.
c. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan Persiapan terdiri dari penyiapan Direksi Keet, Pengukuran dan Pematokan
Lapangan,Pembuatan Papan Nama Proyek dan Pembuatan Rambu Laiu fintas.
- Direksi Keet
Direksi Keet lapangan disesuaikar, dengan RB; membuat bangunan sendiri, menyewa rumah
ataupemanfaatan bangunan disekitar lokasi kegiatan yang terdiri dari 3 ruangan. Untuk Direksi
dilengkapi denganGambar Kerja, Buku Direksi, Buku Tamu dan Laporan Harian.
- Pengukuran dan Pematokan
Pengukuran dan Pematokan dilakukan dengan menggunakan tenaga sejumlah 4 orang tenaga
tidakterampil, didarnpingi oieh Pengawas Lapangan dan dilakukan pematokan pada setiap 100 m
panjang jalanyang diukur.
- Pembuatan Papan Nama Proyek
Pembuatan Papan Nama Proyek dikerjakan oleh 1 orang tukang dan menggunakan bahan
multiplek.Papan Nama Kegiatan didirikan tegak diatas kayu 517 setinggi 200 cm. Diletakkan
pada tempat yang mudahdilihat oleh umum.
- Pembuatan Rambu Lalu lintas
Pembuatan Rambu Lalu lintas dikerjakan oleh 1 orang pekerja dan. menggunakan bahan
multiplekditambah dengan kayu kaso. Rambu Lalu lintas ditempatkan di muka jalan dan dibantu
dengan para Aparatsetempat untuk psngaturan Lalu-lintas
d. Pelaksanaan Pekerjaan Tanah Dasar
- Penyiapan Lapangana.
1) Penggalian dan pengurugan untuk tanah dasar seperti yang ditetapkan pada Bab 3.1
dan 3.2spesifikasi ini.
2) Kontraktor Pelaksana menyediakan dan menggunakan mal logam atau mistar logam
untukmemeriksa punggung atau kemiringan melintang lokasi. Bilamana diminta oleh
Direksi(eknis,ketinggian dan atau elevasi lapangan diperiksa dengan alat survey
ketinggian I elevasi.2.
- Pemadatan lapisan tanah dibawah permukaan tanah dasara.

26
1) Lapisan - lapisan yang lebih dari 30 cm dibawah permukaan tanah dasar dipadatkan
sampai45% kepadatan kering maksimum.
2) Lapisan - lapisan yang berada pada 30 cm atau kurang, dan sampai permukaan tartah
dasardipadatkan sampai 100% kepadatan kering maksimum
3) Pelaksanaan Pekejaan Beton dan Pembesian
Pekerjaan Pembesian salah satu diantarnaya adalah pembuatan tulangan sambungan, yang
berfungsi sebagai penyambung plat beton yang sudah putus (akibat retak). Tulangan sambungan
melintang susut (contraction joint), dan tulangan sambungan melintang pelaksanaan
(construction joint) disebut Dowel (Ruji); sedangkan tulangan sambungan memanjang disebut
Tie Bar (Batang Pengikat). Semua sambungan didesain untuk dapat berfungsi menyalurkan
beban (load transfer), yang dapat diperoleh dari batang dowel, tie bar, sambungan lidah-alur,
interlocking (saling mengunci) antar batuan, atau kombinasi dari pada itu semua. Khusus pada
sambungan melintang tanpa dowel, penyaluran beban juga dilakukan melalui tanah dasar yang
diperkuat (improved subgrade). Adapun pelaksanaan pembuatan tulangan sambungan meliputi
beberapa pekerjaan diantaranya:
- Pembuatan Sambungan Memanjang
Detail konstruksi sambungan memanjang dibuat tergantung pada cara bagaimana cara plat beton
yang bersangkutan dicor / dihampar:
 Untuk plat yang dicor per lajur dibuat dengan cara memasang bekisting
memanjang dan tie bar.
 Untuk plat yang dicor 2 lajur sekaligus dibuat dengan cara saw cutting untuk
bagian atas, dan memasang crack inducer (batang kayu berpenampang
segitiga di bagian bawah plat beton.
- Pembuatan Sambungan Melintang
Sambungan Ekspansi Melintang dibuat untuk mengakomodasi muai-susut plat beton pada arah
memanjang. Salah satu ujung dowel harus dimasukkan ke dalam selongsong baja yang sedikit
lebih panjang dari pada dowelnya agar dowel dapat bergerak bebas maju-mundur akibat muai-
susut slab beton.

27
Gambar 15. Detail Sambungan Melintang Konstruksi Jalan Beton

- Pembuatan Sambungan Konstraksi Melintang


Sambungan Kontraksi Melintang atau sering disebut Sambungan Susut (Contraction Joint),
dibuat dengan melakukan perlemahan pada penampang plat beton dengan membuat takikan
sedalam ¼ tebal plat.

Gambar 16. Detail Sambungan Melintang

- Pembuatan Sambungan Pelaksanaan


Pekerjaan Beton meliputi beberapa pekerjaan diantaranya:
- Pengangkutan dan pengecoran campuran beton
- Penghamparan dan pemadatan beton
- Pengkasaran permukaan beton
- Pengujian permukaan beton

28
- Perawatan beton
- Pembuatan laporan pekerjaan

Rangkuman
1. Definisi Perkerasan Jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat yang
digunakan intuk melayani beban lalu lintas.
2. Fungsi Lapis Pekerasan Jalan diantaranya fungsi sebagai dtruktural dan fungsi non-
struktural.
3. Perkerasan jalan dibedakan menjadi perkerasan lentur dan perkerasan kaku
4. Material yang umum digunakan sebagai campuran dalam pekerjaan perkerasan jalan antara
lain aspal, agregat, semen, dan filler.
5. Peralatan yang dapat digunakan dalam proses pekerjaan perkerasan jalan diantaranya Dump
Truck, Tandem Roller, Vobrator Roller, Wheel Loader, Excavator, Motor Greader, Water
Tank Truck dan Concrete Mixer.

Daftar Pustaka
1) Robert D, Krebs and Richard D,Walker,1971. Highway Material. McGraw-Hill .Book
Company.
2) Sukirman, Silvia. 1992. Perkerasan Lentur Jalan raya.
3) RSNI, 1983. Buku Pedoman Penentuan Tebal perkerasan Lentur Jalan Raya. No
01/PD/B/1983. Departemen Pekerjaan Umum direktorat Jenderal Bina Marga DPU. Jakarta
4) Anonim. 1983. Konstruksi Pondasi Jalan . SNI 211.Departemen Pekerjaan Umum Direktorat
Jenderal Bina Marga DPU.Jakarta
5) Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga- 1987. Petunjuk perencanaan
Tebal perkerasan lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisis Komponen.
SKBI2.3.26.1987.UDC.625.73(02.) Jakarta
6) Anonim. 2017. Manual Perkerasan Jalan. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, Direktorat Jenderal Bina Marga. Jakarta.

29

Anda mungkin juga menyukai