HIPEREMESIS GRAVIDARUM
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO
2022
Tinjauan Teori
A. Definisi
Hiperemesis Gravidarum adalah bentuk yang paling parah dari mual dan muntah yang
terjadi selama masa kehamilan, dan ditandai dengan muntah dan mual yang berat
Muntah yang berlebihan dalam kehamilan yang menyebabkan terjadinya ketonuria dan
B. Epidemiologi
Mual dan muntah pada saat hamil adalah pengalaman yang umum dirasakan oleh 50%-
90% wanita hamil. Mual dan muntah umumnya hanya terjadi dalam trimester pertama,
tetapi 20% wanita mengalami gejala tersebut hingga sepanjang masa kehamilan. Derajat
mual dan muntah beragam dari ringan hingga berat sehingga mempengaruhi kelebihan
dan muntah yang menetap.Hiperemesis gravidarum ditemukan hanya pada 1-20 pasien
dalam 1.000 wanita hamil.Walaupun kejadian ini tergolong jarang, tetapi pengaruhnya
C. Etiologi
Penyebab pasti mual dan muntah yang dirasakan ibu hamil belum dapat diketahui.
Berdasarkan beberapa teori, faktor biologis yang paling berperan adalah perubahan
kadar hormon selama kehamilan. Menurut teori terbaru, peningkatan kadar Human
yang dapat merangsang mual dan muntah. Perempuan dengan mola memiliki kadar HCG
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat
hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan
tersebut.
4. Faktor psikologis, seperti depresi, gangguan psikiatri, rumah tangga yang retak,
keseimbangan di dalam badan. Misalnya saja yang dapat menyebabkan mual dan
D. Klasifikasi
Tingkat I
Muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhdap makanan dan minuman,
lendir dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi
meningkat sampai 100 kali per menit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata
cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang, dan urin sedikit tetapi masih
normal.
Tingkat II
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat,
subfebril, nadi cepat dan lebih dari 100-140 kali per menit, tekanan darah sistolik
kurang dari 80mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kaang ikterus, aseton,
Tingkat III
Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi adalh gangguan
dalam urin.
E. Patofisiologi
Patofisiologi mual dan muntah dalam kehamilan belum dipahami dengan jelas.
sosiokultural.
hcG mirip dengan thyroid stimulating hormone (TSH) dan mungkin dapat
menyebabkan hiperemesis
Estrogen
Terdapat asosiasi positif antara mual dan muntah dengan kadar estradiol. Telah
F. Diagnosis
Beberapa tanda dan gejala yang dapat ditemukan untuk menegakkan diagnosis antara
lain:
Fungsi vital: nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah menurun pada
Fisik: dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada vaginal
molahidatidosa.
Pada keluhan hiperemesis yang berat dan berulang perlu dipikirkan untuk
konsultasi psikologi
G. Gejala Klinis
Mulai terjadi pada trismester pertama. Gejala klinik yang sering dijumpai adalah nausea,
Balans cairan ketat hingga tidak dijumpai lagi ketosis dan defisit elektrolit
Nutrisi per oral diberikan bertahap dan jenis yang diberikan sesuai apa yang
dikehendaki pasien dengan porsi seringan mungkin dan baru ditingkatkan bila
Infus dilepas bila kondisi pasien benar-benar telah segar dan dapat makan
dengan porsi wajar dan obat peroral telah diberikan beberapa saat sebelum
infus dilepaskan.
I. Komplikasi
Baik komplikasi yang relatif ringan maupun berat bisa disebabkan karena
hiperemesis gravidarum. Kehilangan berat badan, dehidrasi, acidosis akibat dari gizi
pada minggu ke-15 kehamilan karena intake vitamin K yang tidak adekuat yang
dan penyakit sembuh. Vasospasme arteri cerebral yang terkait dengan hiperemesis
gravidarum juga ada dilaporkan pada beberapa pasien. Vasospasme didiagnosa dengan
angiografi Magnetic Resonance Imaging (MRI).21 Tetapi bila semua bentuk pengobatan
gagal dan kondisi ibu menjadi mengancam nyawa, pengakhiran kehamilan merupakan
Namun demikian, Kuscu dan Koyuncu menilai luaran maternal dan neonatal dari
penderita hiperemesis gravidarum yang diteliti pada dua penelitian berbeda yang
melibatkan 193 dan 138 pasien. Dari 193 pasien, 24% membutuhkan perawatan inap dan
satu pasien membutuhkan nutrisi parenteral. Berat lahir, usia kandungan, kelahiran
preterm, skor Apgar, mortalitas perinatal dan kejadian kelainan bawaan janin tidak
berbeda antara pasien hiperemesis dan populasi umum. Dalam studi lainnya, tidak ada
memuaskan. Namun pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu
dan janin.
J. Prognosis
Umumnya baik, namun dapat menjadi fatal bila terjadi deplesi elektrolit dan ketoasidosis
1. Pengkajian
a. Pengkajian Data Subyektif
1) Biodata : mengkaji identitas klien penanggung jawab yang
meliputi : nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, lamanya perkawinan dan
alamat.
2) Keluhan utama : mual dan muntah pada pagi hari atau setelah
makan, nyeri epigastrik, tidak nafsu makan, merasa haus.
3) Riwayat kehamilan saat ini : meliputi ada tidaknya gemeli,
riwayat pemeriksaan antenatal dan komplikasi.
4) Riwayat kesehatan sekarang : meliputi awal kejadian dan
lamanya mual dan muntah, kaji warna volume, frekuensi dan
kualitasnya. Kali juga faktor yang memperberat dan
memperingan keadaan, serta pengobatan apa yang pernah
dilakukan.
5) Riwayat medis sebelumnya : seperti riwayat penyakit obstetric
dan ginekologi, kolelithiasis, gangguan tiroid dan gangguan
abdomen lainnya.
6) Riwayat sosial : seperti terpapar penyakit yang mengganggu
komunikasi, terpapar dengan lingkungan, tercapainya
pelayanan antenatal, peran, tanggung jawab, pekerjaan dll.
7) Riwayat diet : khususnya intake cairan.
8) Pola aktivitas sehari-hari : kaji mengenai nutrisi, cairan dan
elektrolit, eliminasi, istirahat tidur.
b. Pengkajian data obyektif
1) TTV : ada tidaknya demam, takikardi, hipotensi, frekuensi
nafas meningkat, adanya nafas bau beton.
2) Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan fisik dari kepala sampai
dengan kaki ada tidaknya kelainan, mengukur berat badan,
tinggi badan dan pengukuran lila.
3) Status gizi : berat badan meningkat atau menurun
4) Status kardio vaskuler : kualitas nadi, takikardi, hipotensi.
5) Status hidrasi : Turgor kulit, keadaan membran mukosa,
oliguria.
6) Keadaan abdomen : suara abdomen, adanya nyeri lepas atau
tekan, adanya distensi.
7) Geniurinaria : nyeri kostovertebal dan suprapubik.
8) Staus eliminasi : perubahan konstipasi feses dan perubahan
frekuensi berkemih.
9) Keadaan janin : pemeriksaan DJJ, TFU dan pekembangan janin.
2. Diagnosa Keperawatan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat
3. Intervensi / Perencanaan
Diagnosa keperawatan : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
a. Definisi : intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme
tubuh.
b. Batasan karakteristik
Berat badan 20% atau lebih dibawah ideal, membran mukosa dan
konjungtiva pucat, kelemahan otot yang digunakan untuk
mengunyah, luka atau inflamasi pada rongga mulut, mudah
merasa kenyang sesaat setelah mengunyah makanan, kehilangan
berat
badan, nafsu makan menurun, kram pada abdomen, tonus otot
jelek, nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi.(Herdman,
2010)
c. NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi pasien
tercukupi dengan kriteria hasil :
1) Adanya peningkatan berat badan
2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3) Mampu mengidentifikasi nutrisi
4) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
5) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
d. NIC
1) Nutrision management : kaji adanya alergi makanan, mampu
mengidentifikasi kebutuhan nutrisi dan kalori, tidak ada tanda-
tanda malnutrisi, tidak terjadi penurunan berat badan yang
berarti, anjurkan makan dalam keadaan hangat dan porsi kecil
tapi sering, anjurkan untuk makan biskuit dan minum teh
hangat setiap pagi sebelum beranjak dari tempat tidur,
anjurkan minum jahe 2x 1 gelas/ hari, anjurkan makan dalam
porsi kecil tapi sering, anjurkan untuk meningkatkan protein
dan vitamin D, kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan.
2) Nutrision Monitoring
Berat badan pasien dalam batas normal, monitor adanya
penurunan berat badan, monitor tipe aktivitas yang dilakukan,
monitor adanya mual dan muntah, monitor turgor kulit,
monitor intake nutrisi dan kalori.
4. Pelaksanaan atau Implementasi
Implementasi adalah tahap keempat dari proses keperawatan
tahap ini muncul jika perencanaan yang dibuat diaplikasikan pada
klien. Tindakan yang dilakukan mungkin sama, mungkin juga berbeda
dengan urutan yang telah dibuat pada perencanaan.Aplikasi yang
dilaksanakan pada klien akan berbeda, disesuaikan dengan kondis
5. Evaluasi
Evaluasi adalah fase akhir dari proses keperawatan dengan cara evaluasi, perawat dapat memberikan
pendapat pada kuantitas dan kualitas asuhan yang diberikan. Tujuan umum dari evaluasi adalah mencari
cara untuk meningkatkan asuhan keperawatan, Evaluasi dilakukan dengan mengunakan SOAP
( Subyektif, Obyektif, Analisa,
Daftar Pustaka
Kuscu NK, Koyuncu F. Hyperemesis gravidarum: current concepts and management. Postgrad Med J.
2002;78:76-79.
Lee NM, Saha S. Nausea and Vomiting of Pregnancy. 2011. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3676933/
McCarthy FP, Lutomski JE, Greene RA. Hyperemesis Gravidarum: Currennt Perspectives. 2014. Available
from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4130712/
Eliakin R, Abulafia O, Sherer DM. Hyperemesis Gravidarum: A Current Review. 2000. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11041443
Wegryniak LJ, Repke JT, Ural SH. Treatment of Hyperemesis Gravidarum. 2012. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3410506/
Philip B. Hyperemesis Gravidarum: Literature Review. Wisconsin Medical Journal 2003. Volume 102 No.
Broussard C, Richter J. Nausea and vomitting of pregnancy. Gastroenterol Clin North Am. 1998;27(l):123-
151.
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI). Standar Pelayanan Obstetri dan Ginekologi
Widayana A, Megadhana IW, Kemara KP. Diagnosis and management of hyperemesis gravidarum.
Ismail SKenny L. Review on hyperemesis gravidarum. Best Practice & Research Clinical Gastroenterology.
2007;21(5):755-769.