Eggy,+8 +DAROE+ISWATININGSIH
Eggy,+8 +DAROE+ISWATININGSIH
ABSTRACT
Keywords: Character education needs to be instilled in students in learning. Character
local wisdom education is expected to be able to strengthen the five main values of
value character, religious, nationalist, independent, mutual cooperation, and
character education integrity. In strengthening character education in schools can be done
character building through cultural education of local wisdom. Culture of local wisdom needs
to be introduced and taught in schools to foster an attitude of loving
culture. Students currently lack care and love for culture. For this reason,
the following explanation explains how to implement character education
based on local wisdom.
Daroe Iswatiningsih. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Kearifan Lokal 156
Jurnal Satwika (Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial)
Vol. 3, No. 2, Oktober 2019, pp. 155-164
diajarkan secara turun temurun dan edukatif adalah tuturan yang mengandung
diwariskan dari generasi ke generasi, nilai-nilai pendidikan, baik yang
dimulai dari kelauarga hingga di dalam dimaksudkan oleh penutur maupun mitra
masyarakat. Adapun kearifan lokal dapat tutur. Nilai-nilai pendidikan tersebut
diwujudkan dalam bentuk benda (tangible) ditumbuhkan selama berlangsungnya
dan tak benda (intangible), misalnya bahasa, komunikasi, baik dari aspek religi, sosial,
sastra, kesenian, upacara, adat istiadat, keris, moral, emosional, intelektual, dan kultural
dan sebagainya. pada mitra tutur, khususnya dalam keluarga
Pengenalan terhadap kearifan lokal, (Iswatiningsih, 2016).
seperti berupa benda keris berdasarkan Mengingat masyarakat Indonesia yang
nama, bentuk, fungsi, manfaat, serta majemuk/ multikultural, maka pemahaman
maknanya sejak kecil yang ditumbuhkan masyarakat terhadap kearifan lokal dalam
dari keluarga akan menjadikan anak menguatkan kebersamaan dan persatuan
mengenal, memahami dan mencintai benda bangsa ini perlu dipahamkan, diwariskan,
yang dimaksud. Demikian halnya dan diajarkan dalam pendidikan, baik formal
pengenalan terhadap kesenian, tari misalnya. maupun informal. Keluarga, masyarakat,
Dengan mengenalkan anak pada sebuah dan sekolah mampu menyosialisasikan serta
kesenian tari tertentu akan membangun menginternalisasikan kearifan lokal secara
karakternya. Hasil penelitian Iryanti (2017) nyata melalui tindak berbahasa santun dan
menunjukkan bahwa siswa yang dikenalkan edukatif.
dan diajarkan terhadap sebuah kesenian tari,
seperti Tari Manggala Yudha yang Tujuan Melestarikan Kearifan Lokal
mengandung nilai filsafat nasionalis akan Berdasarkan cakupan ruang lingkup
terbawa dalam kehidupannya. Menurut kearifan lokal yang luas, maka tak mudah
penciptanya Tari Maggala Yudha secara tegas menyebutkan tujuan
menggambarkan para pasukan perang yang melestarikan kearifan lokal. Namun
sedang menjalankan perintah raja untuk demikian, secara umum kearifan lokal
berperang mempertahankan keraton. merupakan keberagaman produk budaya
Gerakan terian sangat menggambarkan yang secara potensi perlu dilestarikan. Oleh
sikap sesuai karakter cerita, yakni tegas. Jadi karena itu, tujuan melestarikan kearifan
karakter dalam Tari Manggala Yudha lokal dapat dilihat dari kepentingan estetis,
memiliki nilai-nilai seperti kepatriotan, fungsional, ekonomi dan nilai produktif
tanggung jawab serta kewibawaan. lainnya.
Kearifan lokal juga dapat berupa Tujuan melestarikan kearifan lokal
bahasa. Berbahasa bukan sebatas berkata- dalam perspektif perencanaan dan
kata untuk menyampaikan maksud dan perancangan kota (Respandi, 2009)
pesan yang diwadahinya. Berbahasa juga dimaksudkan untuk (1) menjaga kelestarian
mengandung maksud berinteraksi dan kearifan lokal dengan menjaga norma adat
bersosialisasi antar individu, dengan dan tradisi budaya sebagai bagian dari
kelompok dan masyarakat. Untuk itu, dalam peraturan perundangan, (2) proses
berbahasa juga dimaksudkan untuk menjaga perencanaan penataan lingkungan hunian
keharmonisan hubungan dalam bertetangga, dan kawasan produktif lainnya, (3)
dalam keluarga, dan sistem kemasyarakatan menetapkan kawasan pusaka budaya sebagai
yang berlaku. Berbahasa yang santun adalah kawasan strategis untuk kepentingan sosial-
berbahasa yang menempatkan diri pada budaya sesuai dengan kriteria yang
masing-masing kedudukannya, yang tidak ditetapkan, dan (4) mendorong
menyinggung perasaan orang lain, serta berkembangnya kegiatan yang dapat
yang menjadikan mitra bicara menjadi menunjang karakter dan kualitas kawasan
nyaman dan senang untuk melakukan pusaka.
sesuatu hal. Adapun berbahasa yang
Daroe Iswatiningsih. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Kearifan Lokal 157
Jurnal Satwika (Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial)
Vol. 3, No. 2, Oktober 2019, pp. 155-164
Daroe Iswatiningsih. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Kearifan Lokal 158
Jurnal Satwika (Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial)
Vol. 3, No. 2, Oktober 2019, pp. 155-164
mendidik anak. Akibat perubahan zaman ini, lagi mengingat perkembangan teknologi
mau tidak mau sekolah berupaya untuk informasi semakin pesat saat ini.
mewujudkan harapan orag tua dan Sekolah sebagai wadah dalam
masyarakat sebagai lembaga pendidikan penguatan pendidikan karakter sudah tepat.
yang membentuk anak tidak hanya cerdas Sebagai lembaga formal, tentu sekolah
namun juga berkarakter. memiliki rancangan sistem pembelajaran
Karakter pada dasarnya ditumbuhkan, yang menguatkan kompetensi kofnitif,
dikembangkan dan diinternalisasikan afektif, dan psikomotorik. Aspek yang
dengan sengaja dan sungguh-sungguh penting dikuatkan dalam pembelajaran kita
dimulai dari keluarga, berlanjut di saat ini adalah memumbuhkan dan
masyarakat dan sekolah. Keluarga menguatakan karakter peserta didik. Hal ini
merupakan unit terkecil dalam masyarakat juga terjadi pada beberapa negara lain yang
yang mendasari pembentukan karakter anak. membangun karakter melalui pembiasaan,
Namun apa yang dapat kita lihat dalam aktivitas bebrsama teman serta belajar di
keluarga-keluarga di ligkungan kita. kelas. Lickona (2013) memaparan dengan
Berbeda dengan keluarga pada masa dulu, terinci dan jelas pentingnya karakter bagi
dimana orang tua mencurahkan waktu dan anak, keluarga serta sistem yag dibangun
perhatiannya hanya untuk keluarga. Ayah dalam sekolah. Secara luas dan teknis,
menghabiska waktu bekerja di luar rumah Lickona menjelaskan materi atau konten
dan ibu mencurahkan segenap jiwa raga karakter yang penting dikembangkan di
untuk memperhatikan tumbuh kembang sekolah dan keluarga. Tentu saja dibutuhkan
anak. Orang tua mengenalkan dan kesungguhan dan pendampingan yang terus
mempraktikkan nilai-nilai kebajikan dalam menerus kepada anak dalam menguatkan
berbagai kesempatan melalui cerita, petuah, pendidikan karakter agar benar-benar
teladan, dan kebiasaan sehari-hari. Waktu terinternalisasikan dalam kehidupan sehari-
anak banyak dihabiskan di lingkungan hari.
rumah - bermain dengan sebaya – serta
dengan keluarga. Tujuan Penguatan Pendidikan Karakter
Zaman telah berubah, keluarga pun Dalam upaya menjawab berbagai
mengalami perubahan mendasar. Tuntutan persoalan yang muncul, tantangan, tuntutan
ekonomi, menjadikan orang tua memiliki serta orientasi pendidikan dan pembelajaran,
sedikit waktu dengan anak. Para orang tua maka perlu dilakukan penataan kembali atau
kadang membuat alasan bahwa quality time transformasi pendidikan dengan
dengan anggota keluarga lebih penting. mendasarkan pada karakter. Hal ini
Kadang waktu khusus bersama keluarga dimaksudkan guna memberikan
hanya di hari libur saja. Dengan tuntutan kebermaknaan hidup bagi peserta didik,
kebutuhan hidup pula menjadikan orang tua tenaga pendidik, serta stakeholder yang
tidak hidup satu atap. Mereka berpisah terkait dengan kependidikan. Untuk itu,
sementara, semata-mata hanya demi penguatan pendidikan karakter ini
pekerjaan yang menuntutnya. Tentu hal ini dicanangkan sebagai sebuah program dalam
akan berdampak pada pendidikan karakter meningkatkan kompetensi siswa dan tenaga
anak dalam keluarga. Terlebih lagi apabila kependidikan abad 21 dalam menjawab
orang tua kurang memahami peran dan berbagai kebutuhan. Untuk itu, tujuan PPK
fungsi terhadap pendidikan karakter anak. adalah:
Sekolah dan guru dianggap orang yang (1) Mengembangkan platform pendidikan
berkompeten dan bertanggung jawab nasional yang meletakkan makna dan
terhadap pendidikan anak. Oleh karena itu, nilai karakter sebagai jiwa atau
penting sekali menyadarkan dan generator utama penyelenggaraan
memahamkan orang tua dalam pegasuhan pendidikan.
dan penguatan pendidikan karakter. Terlebih
Daroe Iswatiningsih. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Kearifan Lokal 159
Jurnal Satwika (Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial)
Vol. 3, No. 2, Oktober 2019, pp. 155-164
Daroe Iswatiningsih. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Kearifan Lokal 160
Jurnal Satwika (Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial)
Vol. 3, No. 2, Oktober 2019, pp. 155-164
Daroe Iswatiningsih. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Kearifan Lokal 161
Jurnal Satwika (Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial)
Vol. 3, No. 2, Oktober 2019, pp. 155-164
aspek ekonomi, sosial, budaya, dan dalam durasi tertentu terjadi transformasi
pendidikan. diri berkarakter yang seutuhnya.
Pada dasarnya ada lima prinsip
Di Sekolah transformasi yaitu: (1) meyakini dan
Di sekolah perlu diciptakakan budaya mendayagunakan kekuatan dan anugerah
sekolah yang mampu menguatkan karakter Tuhan dalam diri; (2) membuat pilihan dan
baik/ positif pada peserta didik. Dalam buku keputusan dalam diri; (3) melakukan
Panduann PPK bagi Guru (Kemdikbud, kebiasaan-kebiasaan baik secara terus
2017) dipaparkan bahwa kegiatan yang menerus dalam kehidupan ini; 4) mampu
dapat dikembangkan dalam membangun membangun interaksi dengan orang lain; (5)
budaya sekolah adalah 1) pembiasaan dalam mampu bekerja secara sinergis dan kreatif
kegiatan literasi; 2) kegiatan ekstrakurikuler, dengan orang lain dalam organisasi. Dalam
yang mengintegrasikan nilai-nilai utama pelaksanaan pelatihan harus diperhitungkan
PPK, dan 3) menetapkan dan mengevaluasi efisiensi dan efektivitasnya.
tata tertib atau peraturan sekolah. Budaya
sekolah yang baik dapat mengembangkan Di Masyarakat
iklim akademik yang kompetitif dan Penguatan pendidikan karakter berbasis
kolaboratif, yang diperlukan sekolah dalam kearifan lokal yang bekerja sama dengan
menetapkan atau memperkuat branding komunitas, misalnya mendatangkan
sekolah. kesenian tari topeng Malangan. Komunitas
Dalam upaya mengimplementasikan ini beratraksi di sekolah. Dengan melihat
penguatan pendidikan karakter berbasis langsung para pelaku seni dalam
budaya sekolah melalui pembiasaan dalam mempersiapkan hingga pelaksanaan
kegiatan berliterasi, guru atau sekolah dapat kegiatan, seperti alat musik, kostum dan
memanfaatkan kearifan lokal dari berbagai aksesoris yang dipakai, media topeng serta
budaya yang ada di Indonesia sebagai gerakan yang ditampilkan akan membuat
sumber literasi. Dengan demikian, siswa peserta didik terpesona. Mereka akan turut
menjadi mengenal, memahami dan yang menjiwai karena merasa dekat dan tahu
memiliki nilai-nilai luhur yang akan persis kesenian tari di sekolahnya.
ditampilkan dalam sikap dan perilaku Contoh lain penguatan karakter berbasis
sehari-hari. kearifan lokal adalah program Siswa Bakti
Pendidikan karakter berbasis budaya di Desa, sebagaimana yang dilakukan oleh
sekolah misalnya kegiatan yang dilakukan SMAN 3 Malang bagi siswa kelas X.
Unit Kegiatan Siswa (UKS) seperti yang Mereka datang ke masyarakat di sebuah
diselenggarakan oleh berbagai satuan desa dan menginap di rumah-rumah warga
pendidikan formal dan nonformal pada selama 3 hari. Selama itu peserta didik
dasarnya sudah bermuatan pedidikan bergaul dekat degan masyarakat. Mereka
karakter yang dapat dikembangkan pada membantu mengolah makanan,
peserta didik. Contoh: unit kegiatan bela diri membersihkan rumah dan halaman, juga
(Pencak Silat), apabila dihayati dan benar- berakivitas bersama teman dan warga desa
benar ditujukan untuk pengembangan seperti kerja bakti. Mereka merasakan
pendidikan karakter peserta didik, dapat kebersamaan itu dan telah berbuat sesuatu
diarahkan untuk memperkuat atribut untuk masyarakat. Kegiatan lain yang para
komitmen, bersemangat, mandiri, dan siswa lakukan sesuai dengan program yang
tangguh. Kegiatan pelatihan harus telah direncanakan.
terprogram dengan baik, ada durasi, capaian, Pendidikan karakter yang dapat
dan keberlanjutan. Pelatihan seharusnya dikembangkan pada kedua contoh di atas
diarahkan pada transformasi keyakinan, adalah mencintai budaya setempat, kerja
motivasi, karakter, impian, sampai akhirnya sama (gotong royong), menumbuhkan
Daroe Iswatiningsih. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Kearifan Lokal 162
Jurnal Satwika (Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial)
Vol. 3, No. 2, Oktober 2019, pp. 155-164
Akhmar, A. M., & Syarifuddin. (2007). Lestari, Sri. 2013. Psikologi Keluarga.
Mengungkap Kearifan Lingkungan Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sulawesi Selatan. PPLH Regional Lickona, T. (1991). Educating For
Sulawesi, Maluku dan Papua, Character: How Our School Can Teach
Kementerian Negara Lingkungan Hidup Respect and Rresponsibility. New York:
RI dan Masagena Press, Makasar Bantam Book.
Esteban, E. J. (1990). Education in Values: Lickona, T. (2013). Character Matters:
what, why, and for whom. Manila: Persoalan Karakter. Jakarta: Bumi
Sinag-tala Publisher, Inc. Aksara.
Fajarini, U. (2014). Peranan Kearifan Lokal Novella, Y. W. (2018). “Upacara Menanam
Dalam Pendidikan Karakter. Sosio Padi Di Desa Lembeyan Wetan,
Didaktika: Vol. 1, No. 2 Des 2014. Kecamatan Lembeyan, Kabupaten
Iryanti, I. (2017). Kajian Tentang Nilai- Magetan”. Haluan Sastra Budaya,
Nilai Kearifan Lokal Yang Volume 2, No. 1 Juni 2018.
Dikembangkan Sanggar Seni Sekar Samani, M., & Hariyanto. (2014). Konsep
Pandan Untuk Menumbuhkan dan Model Pendidikan Karakter.
Nasionalisme. Jurnal Pendidikan Bandung: Remaja Rosdakarya.
Kewaraganegaraan dan Hukum, FIS-
UNY. Suhartono, S. (2007). Filsafat Pendidikan.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Daroe Iswatiningsih. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Kearifan Lokal 163
Jurnal Satwika (Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial)
Vol. 3, No. 2, Oktober 2019, pp. 155-164
Daroe Iswatiningsih. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Kearifan Lokal 164