Anda di halaman 1dari 10

Satwika, vol 3 (2019) issue 2, 155-164

Satwika (Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial)


ISSN: 2580-8567 (Print) – 2580-443X (Online)

Journal Homepage: ejournal.umm.ac.id/index.php/JICC

Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-


Nilai Kearifan Lokal di Sekolah
Daroe Iswatiningsiha, 1,
a Universitas Muhammadiyah Malang, Jalan Raya Tlogomas 246, Malang, Indonesia, 65144
1 iswatiningsihdaroe@gmail.com*

INFO ARTIKEL ABSTRAK


Sejarah Artikel: Pendidikan karakter sampai saat ini masih perlu ditanamkan pada siswa
Diterima: 6-11-2019 dalam pembelajaran. Pendidikan karakter diharapkan mampu
Direvisi: - menguatkan lima nilai utama karakter, yakni nilai religius, nasionalis,
Disetujui: 18-11-2019 mandiri, gotong royong, dan integritas. Dalam penguatan pendidikan
karakter di sekolah dapat dilakukan melalui pendidikan budaya
Kata Kunci: berkearifan lokal. Budaya kearifan lokal perlu dikenalkan dan diajarkan di
kearifan lokal sekolah agar menumbuhkan sikap cinta budaya. Para siswa saat ini
nilai kurang memiliki sikap peduli dan mencintai budaya. Untuk itu, paparan
pendidikan karakter berikut menjelaskan bagaimana mengimplementasikan pendidikan
penguatan karakter karakter berbasis kearifan lokal.

ABSTRACT
Keywords: Character education needs to be instilled in students in learning. Character
local wisdom education is expected to be able to strengthen the five main values of
value character, religious, nationalist, independent, mutual cooperation, and
character education integrity. In strengthening character education in schools can be done
character building through cultural education of local wisdom. Culture of local wisdom needs
to be introduced and taught in schools to foster an attitude of loving
culture. Students currently lack care and love for culture. For this reason,
the following explanation explains how to implement character education
based on local wisdom.

© Cultural Institute, University of Muhammadiyah Malang, Indonesia

PENDAHULUAN berbagai fenomena ini dipicu oleh


Setiap hari masyarakat disuguhi oleh perkembangan teknologi dan informasi yang
berita-berita yang membuat resah, prihatin begitu cepat tanpa dipersiapkan dan disadari
dan cemas. Berita tentang kriminalitas oleh masyarakat.
seperti pencurian, perkelahian, hingga Perkembangan teknologi dan informasi
pembnuhan yang pelakunya kebanyakan menjadikan kita mudah untuk mengakses
berusia remaja. Perilaku lain para remaja berbagai hal yang diperlukan dan
yang tidak patut ditiru, seperti minum mendukung kemudahan kehidupan manusia.
oplosan, pencabulan, narkoba, bullying, Misalnya teknologi gadget yang sangat
kekerasan atau tawuran antarkelompok. dikenal oleh remaja. Gadget merupkan suatu
Mengapa mereka mudah melakukan hal ini? perangkat yang memiliki fungsi lebih
Dorongan apa yang menggerakkan mereka spesifik bersifat praktis dan dirancang
melakukan tindakan ini? Apakah mereka dengan teknologi canggih. Beberapa contoh
tidak berfikir masa depan? Menjawab perangkat yang masuk pada kategori gadget
pertanyaan ini tentunya melihat lingkungan di antaranya adalah Laptop, MP3 Player,
yang sedang terjadi. Bahwa timbulnya Netbook, E-Reader, Kamera, Xboox,

Citation: Iswatiningsih, D. (2019). Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Kearifan


Lokal di Sekolah. JURNAL SATWIKA, Vol 3 (2), 155-164.
Jurnal Satwika (Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial)
Vol. 3, No. 2, Oktober 2019, pp. 155-164

Smartphone, Tablet dan masih banyak bersama. Adisusilo (2012:56) mengartikan


perangkat lain yang memiliki fungsi khusus nilai sebagai sesuatu yang dipandang baik,
dan berbeda-beda. Namun dari sekian bermanfaat, dan paling benar menurut
macam gadget tersebut, ponsel, handphone keyakinan seseorang atau sekelompok
atau smartphone yang banyak diminati orang. Karena nilai dianggap memberi
masyakakat. Ponsel pada awalnya manfaat dan dianggap baik, maka
diciptakan untuk membatu berkomunikasi menjadikan nilai tersebut dihargai, dihayati
jarak jauh tanpa kabel yang bisa dengan dan diimplementasikan dalam kehidupan
mudah dibawa kemana saja. sehari-hari.
Seiring perkembangan teknologi dan Nilai yang dihargai dan dijunjung tinggi
meningkatnya kebutuhan setiap individu oleh masyarakat akan mewarnai kehidupan
maka terciptalah ponsel yang memiliki masyarakat yang menjalaninya. Tentu saja
fungsi lebih dari sekedar perangkat hal ini menjadikan nilai bukan sekedar
komunikasi, belakangan ponsel jenis ini keyakinan, namun merupakan urat nadi
diberi nama smartphone. Smartphone dalam menjalani kehidupan. Nilai yang
memiliki kegunaan yang lebih bervariasi, diyakini dan menjadi petunjuk bagi setiap
selain fungsi utamanya sebagai alat orang selalu berkaitan dengan hal-hal yang
komunikasi juga bisa digunakan untuk positif, keluhuran budi, dan kebaikan. Untuk
membaca artikel di website, membuka itu, Esteban (1990) menganggap nilai sangat
dokumen, bermain game, menonton video, dekat dengan moral. Menurutnya, nilai
dan masih banyak kegunaan lainnya yang selalu berhubungan dengan kebaikan,
bisa dilakukan oleh perangkat smartphone. kebajikan, dan keluhuran budi yang akan
Hal ini menjadikan remaja asyik dengan selalu dikejar oleh seseorang agar ia menjadi
dunianya dan dirinya sendiri dengan manusia yang sebenarnya; yakni manusia
mengabaikan lingkungan di sekitar. Ia yang mampu memberi kebaikan pada orang
fokus pada permainan game, menonton lain.
video, atau membuka akses lain di internet. Berbicara tentang nilai, maka setiap
Remaja menjadi kecanduan gadget yang masyarakat memilikinya. Selanjutnya nilai
bukan sebatas pada alat komunikasi semata. ini akan mengatur sistem kehidupan
Menengarai persoalan atas fenomena berdasarkan sistem nilai yang diberlakukan.
perilaku remaja yang kurang baik di atas, Keadaan inilah yang melahirkan kearifan
berbagai penyebab dapat diidentifikasi lokal di setiap masyarakat yang memiliki
akibat pengaruh gadget, lingkungan, ataukah sistem nilai yang berbeda. Setiap
pendidikan di sekolah yang kurang masyarakat memiliki kearifan lokal yang
menumbuhkan karakter positip bagi anak. berbeda. Keraifan lokal dibangun dan
Untuk itu, pendidikan karakter perlu ditumbuhkan dari pandangan hidup dan
dikuatkan dalam upaya mencegah nilai-nilai yang menjadi pedoman
tumbuhnya karakter yang kurang baik bagi masyarakat dalam menyelenggarakan
generasi muda, khususnya melalui kehidupannya. Oleh karena itu, kearifan
pengenalan nilai-nilai budaya berkearifan lokal merupakan salah satu bentuk budaya.
lokal. Kearifan lokal oleh Akhmar dan Syarifudin
(2007) diartikan sebagai tata nilai atau
PEMBAHASAN perilaku hidup masyarakat lokal dalam
Nilai-Nilai Kearifan Lokal berinteraksi dengan lingkungan tempat
Nilai merupakan suatu hal yang hidupnya secara arif bijaksana. Secara
diyakini seseorang maupun kelompok dalam substantif kearifan lokal merupakan nilai-
menggerakkan tindakan dan perilaku. Nilai nilai yang berlaku dalam tatanan
yang tumbuh dalam masyarakat dan masyarakat, yang kebenarannya menjadi
diterima dengan baik akan menjadi suatu pedoman dalam bertingkah laku sehari-hari
pedoman dalam menjalani kehidupan (way of life). Kearifan lokal biasanya

Daroe Iswatiningsih. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Kearifan Lokal 156
Jurnal Satwika (Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial)
Vol. 3, No. 2, Oktober 2019, pp. 155-164

diajarkan secara turun temurun dan edukatif adalah tuturan yang mengandung
diwariskan dari generasi ke generasi, nilai-nilai pendidikan, baik yang
dimulai dari kelauarga hingga di dalam dimaksudkan oleh penutur maupun mitra
masyarakat. Adapun kearifan lokal dapat tutur. Nilai-nilai pendidikan tersebut
diwujudkan dalam bentuk benda (tangible) ditumbuhkan selama berlangsungnya
dan tak benda (intangible), misalnya bahasa, komunikasi, baik dari aspek religi, sosial,
sastra, kesenian, upacara, adat istiadat, keris, moral, emosional, intelektual, dan kultural
dan sebagainya. pada mitra tutur, khususnya dalam keluarga
Pengenalan terhadap kearifan lokal, (Iswatiningsih, 2016).
seperti berupa benda keris berdasarkan Mengingat masyarakat Indonesia yang
nama, bentuk, fungsi, manfaat, serta majemuk/ multikultural, maka pemahaman
maknanya sejak kecil yang ditumbuhkan masyarakat terhadap kearifan lokal dalam
dari keluarga akan menjadikan anak menguatkan kebersamaan dan persatuan
mengenal, memahami dan mencintai benda bangsa ini perlu dipahamkan, diwariskan,
yang dimaksud. Demikian halnya dan diajarkan dalam pendidikan, baik formal
pengenalan terhadap kesenian, tari misalnya. maupun informal. Keluarga, masyarakat,
Dengan mengenalkan anak pada sebuah dan sekolah mampu menyosialisasikan serta
kesenian tari tertentu akan membangun menginternalisasikan kearifan lokal secara
karakternya. Hasil penelitian Iryanti (2017) nyata melalui tindak berbahasa santun dan
menunjukkan bahwa siswa yang dikenalkan edukatif.
dan diajarkan terhadap sebuah kesenian tari,
seperti Tari Manggala Yudha yang Tujuan Melestarikan Kearifan Lokal
mengandung nilai filsafat nasionalis akan Berdasarkan cakupan ruang lingkup
terbawa dalam kehidupannya. Menurut kearifan lokal yang luas, maka tak mudah
penciptanya Tari Maggala Yudha secara tegas menyebutkan tujuan
menggambarkan para pasukan perang yang melestarikan kearifan lokal. Namun
sedang menjalankan perintah raja untuk demikian, secara umum kearifan lokal
berperang mempertahankan keraton. merupakan keberagaman produk budaya
Gerakan terian sangat menggambarkan yang secara potensi perlu dilestarikan. Oleh
sikap sesuai karakter cerita, yakni tegas. Jadi karena itu, tujuan melestarikan kearifan
karakter dalam Tari Manggala Yudha lokal dapat dilihat dari kepentingan estetis,
memiliki nilai-nilai seperti kepatriotan, fungsional, ekonomi dan nilai produktif
tanggung jawab serta kewibawaan. lainnya.
Kearifan lokal juga dapat berupa Tujuan melestarikan kearifan lokal
bahasa. Berbahasa bukan sebatas berkata- dalam perspektif perencanaan dan
kata untuk menyampaikan maksud dan perancangan kota (Respandi, 2009)
pesan yang diwadahinya. Berbahasa juga dimaksudkan untuk (1) menjaga kelestarian
mengandung maksud berinteraksi dan kearifan lokal dengan menjaga norma adat
bersosialisasi antar individu, dengan dan tradisi budaya sebagai bagian dari
kelompok dan masyarakat. Untuk itu, dalam peraturan perundangan, (2) proses
berbahasa juga dimaksudkan untuk menjaga perencanaan penataan lingkungan hunian
keharmonisan hubungan dalam bertetangga, dan kawasan produktif lainnya, (3)
dalam keluarga, dan sistem kemasyarakatan menetapkan kawasan pusaka budaya sebagai
yang berlaku. Berbahasa yang santun adalah kawasan strategis untuk kepentingan sosial-
berbahasa yang menempatkan diri pada budaya sesuai dengan kriteria yang
masing-masing kedudukannya, yang tidak ditetapkan, dan (4) mendorong
menyinggung perasaan orang lain, serta berkembangnya kegiatan yang dapat
yang menjadikan mitra bicara menjadi menunjang karakter dan kualitas kawasan
nyaman dan senang untuk melakukan pusaka.
sesuatu hal. Adapun berbahasa yang

Daroe Iswatiningsih. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Kearifan Lokal 157
Jurnal Satwika (Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial)
Vol. 3, No. 2, Oktober 2019, pp. 155-164

Pengelompokan kearifan lokal lokal yang penting dilestarikan karena di


berdasarkan jenisnya, dibedakan menjadi dalamnya tentu memuat nilai-nilai karakter.
lima kategori, yakni (a) makanan, (b)
pengobatana (c), teknik produksi, (d) Pendidikan Karakter
industri rumah tangga, dan (e) pakaian. Karakter menurut Kamus Bahasa
Untuk itu, tujuan melestarikan kearifan lokal Indonesia (2008) merupakan sifat-sifat
pada kategori iniadalah mengembangkan kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
dan mendayagunakan untuk kepentingan membedakan seseorang dengan orang lain.
masyarakat. Dalam lingkup budaya, dimensi Samani (2014) menyatakan bahwa karakter
fisik dari kearifan lokal lebih komprehensif, dapat dimaknai sebagai cara berpikir dan
yakni meliputi aspek: (1) upacara adat, (2) berperilaku yang khas pada setiap individu
cagar budaya, (3) pariwisata alam, (4) untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam
transportasi tradisional, (5) permainan lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa
tradisional, (6) prasarana budaya, (7) dan negara. Seorang yang berkarakter baik,
pakaian adat, (8) warisan budaya, (9) maka ia mampu membuat keputusan dan
museum, (10) lembaga budaya, (11) siap mempertanggungjawabkannya.
kesenian, (12) desa budaya, (13) kesenian Karakter senantiasa dikaitkan dengan
dan kerajinan, (14) cerita rakyat, (15) perilaku seseorang dalam hubungannya
dolanan anak, dan (16) wayang (Wagiran, dengan Tuhan, diri sendiri, sesama,
2012). Untuk itu, tujuan melestarikan lingkungan, kebangsaan yang terwujud
kearifan lokal adalah upaya menjaga, dalam pikiran, perasaan, perkataan, dan
melestarikan, dan mengembangkan aspek- perbuatan menurut norma yang berlaku.
aspek rincian budaya tersebut. Tujuan secara Dengan demikian, karakter merupakan
hakiki dari upaya pelestarian budaya representasi dari nilai-nilai baik seseorang
kearifan lokal adalah memberikan nilai yang ditampilkan dalam perilaku atau sikap
pendidikan dan pegetahuan pada generasi sehari-hari, dengan siapa, dimana dan dalam
selanjutnya. Selain itu, juga mendukung kegiatan apa.
nilai kebudayaan dan pariwisata apabila Karakter menurut Lickona (1991:22)
dapat mengelola dan mempromosikan adalah sifat alami seseorang dalam
dengan baik. merespon situasi secara bermoral.
Beberapa kearifan lokal yang sampai Pendidikan karakter menurut Lickona
saat ini masih dipertahankan di masing- adalah pendidikan untuk membentuk
masing masyarakat adalah bercocok tanam/ kepribadian seseorang melalui pendidikan
bertani secara tradisional. Di beberapa budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam
wilayah pedesaan, masyarakat yang masih tidakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku
berprofesi sebagai etani akan melakukan yang baik, jujur, bertanggung jawab,
tradisi saat akan memulai bercocok tanam. menghormati hak orang lain, kerja keras dan
Mereka berharap untuk keselamatan dan sebagainya.
hasil padi yang melimpah (Novella, 2018). Karakter seseorang ditumbuhkan,
Para petani di Desa Lambeyan Wetan, ditanamkan dan dikuatkan dalam waktu
Kecamatan Lambeyan, Kabupaten Magetan yang cukup lama. Untuk itu, pendidikan
tersebut melakukan serangkaian tahapan karakter umumnya dimulai dalam keluarga.
acara demi untuk memuji pada Tuhan Sang Keluarga merupakan fondasi utama dalam
Pencipta Alam. Jika sebelumnya, ritual yang membangun karakter anak (Lestari, 2013).
dilakukan tersebut ditujukan ada Dewi Sri, Namun apa yang terjadi saat ini, banyak
saat ini mengalami pergeseran keyakinan, keluarga yang mengalihkan perannya
yakni hanya kepada Tuhan. Demikian kepada asisten rumah tangga atau pengasuh
halnya ritual atau tradisi-tradisi lain yang anak dan lembaga pendidikan karena tututan
masih berlangsung di masyarakat untuk pekerjaan. Orang tua tidak mampu
dijalani. Semua ini merupakan kearifan sepenuhnya melaksanakan perannya

Daroe Iswatiningsih. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Kearifan Lokal 158
Jurnal Satwika (Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial)
Vol. 3, No. 2, Oktober 2019, pp. 155-164

mendidik anak. Akibat perubahan zaman ini, lagi mengingat perkembangan teknologi
mau tidak mau sekolah berupaya untuk informasi semakin pesat saat ini.
mewujudkan harapan orag tua dan Sekolah sebagai wadah dalam
masyarakat sebagai lembaga pendidikan penguatan pendidikan karakter sudah tepat.
yang membentuk anak tidak hanya cerdas Sebagai lembaga formal, tentu sekolah
namun juga berkarakter. memiliki rancangan sistem pembelajaran
Karakter pada dasarnya ditumbuhkan, yang menguatkan kompetensi kofnitif,
dikembangkan dan diinternalisasikan afektif, dan psikomotorik. Aspek yang
dengan sengaja dan sungguh-sungguh penting dikuatkan dalam pembelajaran kita
dimulai dari keluarga, berlanjut di saat ini adalah memumbuhkan dan
masyarakat dan sekolah. Keluarga menguatakan karakter peserta didik. Hal ini
merupakan unit terkecil dalam masyarakat juga terjadi pada beberapa negara lain yang
yang mendasari pembentukan karakter anak. membangun karakter melalui pembiasaan,
Namun apa yang dapat kita lihat dalam aktivitas bebrsama teman serta belajar di
keluarga-keluarga di ligkungan kita. kelas. Lickona (2013) memaparan dengan
Berbeda dengan keluarga pada masa dulu, terinci dan jelas pentingnya karakter bagi
dimana orang tua mencurahkan waktu dan anak, keluarga serta sistem yag dibangun
perhatiannya hanya untuk keluarga. Ayah dalam sekolah. Secara luas dan teknis,
menghabiska waktu bekerja di luar rumah Lickona menjelaskan materi atau konten
dan ibu mencurahkan segenap jiwa raga karakter yang penting dikembangkan di
untuk memperhatikan tumbuh kembang sekolah dan keluarga. Tentu saja dibutuhkan
anak. Orang tua mengenalkan dan kesungguhan dan pendampingan yang terus
mempraktikkan nilai-nilai kebajikan dalam menerus kepada anak dalam menguatkan
berbagai kesempatan melalui cerita, petuah, pendidikan karakter agar benar-benar
teladan, dan kebiasaan sehari-hari. Waktu terinternalisasikan dalam kehidupan sehari-
anak banyak dihabiskan di lingkungan hari.
rumah - bermain dengan sebaya – serta
dengan keluarga. Tujuan Penguatan Pendidikan Karakter
Zaman telah berubah, keluarga pun Dalam upaya menjawab berbagai
mengalami perubahan mendasar. Tuntutan persoalan yang muncul, tantangan, tuntutan
ekonomi, menjadikan orang tua memiliki serta orientasi pendidikan dan pembelajaran,
sedikit waktu dengan anak. Para orang tua maka perlu dilakukan penataan kembali atau
kadang membuat alasan bahwa quality time transformasi pendidikan dengan
dengan anggota keluarga lebih penting. mendasarkan pada karakter. Hal ini
Kadang waktu khusus bersama keluarga dimaksudkan guna memberikan
hanya di hari libur saja. Dengan tuntutan kebermaknaan hidup bagi peserta didik,
kebutuhan hidup pula menjadikan orang tua tenaga pendidik, serta stakeholder yang
tidak hidup satu atap. Mereka berpisah terkait dengan kependidikan. Untuk itu,
sementara, semata-mata hanya demi penguatan pendidikan karakter ini
pekerjaan yang menuntutnya. Tentu hal ini dicanangkan sebagai sebuah program dalam
akan berdampak pada pendidikan karakter meningkatkan kompetensi siswa dan tenaga
anak dalam keluarga. Terlebih lagi apabila kependidikan abad 21 dalam menjawab
orang tua kurang memahami peran dan berbagai kebutuhan. Untuk itu, tujuan PPK
fungsi terhadap pendidikan karakter anak. adalah:
Sekolah dan guru dianggap orang yang (1) Mengembangkan platform pendidikan
berkompeten dan bertanggung jawab nasional yang meletakkan makna dan
terhadap pendidikan anak. Oleh karena itu, nilai karakter sebagai jiwa atau
penting sekali menyadarkan dan generator utama penyelenggaraan
memahamkan orang tua dalam pegasuhan pendidikan.
dan penguatan pendidikan karakter. Terlebih

Daroe Iswatiningsih. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Kearifan Lokal 159
Jurnal Satwika (Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial)
Vol. 3, No. 2, Oktober 2019, pp. 155-164

(2) Membangun dan membekali Generasi personality. Yang menentukan seseorang


Emas Indonesia 2045 menghadapi berkarakter dapat dilihat dari personality,
dinamika perubahan di masa depan yaki hal-hal yang melekat pada dirinya.
dengan keterampilan abad 21. Seseorang baru bisa disebut ‘orang yang
(3) Mengembalikan pendidikan karakter berkarakter’ (a person of character) apabila
sebagai ruh dan fondasi pendidikan tingkah lakunya sesuai kaidah moral.
melalui harmonisasi olah hati (etik dan Sikap karakter yang diharapkan
spiritual), olah rasa (estetik), olah pikir dimiliki oleh masyarakat Indonesia meliputi
(literasi dan numerasi), dan olah raga cinta kepada Allah dan melaksanakan
(kinestetik). ajarannya, bertanggung jawab, sikap
(4) Merevitalisasi dan memperkuat disiplin, mandiri, jujur, hormat dan santun,
kapasitas ekosistem pendidikan kasih sayang, peduli dan kerja sama, bekerja
(kepala sekolah, guru, siswa, keras dan pantang menyerah, percaya diri,
pengawas, dan komite sekolah) untuk kreatif dan inovatif, bersikap adil dan
mendukung perluasan implementasi bijaksana, rendah hati, toleransi, cinta damai
pendidikan karakter. dan persatuan. Saat ini beberapa sikap
(5) Membangun jejaring pelibatan karakter disederhanakan menjadi lima
masyarakat (publik) sebagai sumber- aspek, yakni karakter religius, nasionalis,
sumber belajar di dalam dan di luar percaya diri, mandiri, dan integritas.
sekolah. Adapaun Character Counts di Amerika
(6) Melestarikan kebudayaan dan jati diri meliputi karakter: dapat dipercaya, rasa
bangsa Indonesia dalam mendukung hormat dan perhatian, tanggung jawab,
Gerakan Nasional Revolusi Mental jujur, peduli, nasionalis, ketulusan, berani,
(GNRM) tekun, dan integritas. Karakter kuat yang
melekat pada sebagian besar masyarakat
Dari keenam tujuan Penguatan Indonesia sampai saat ini adalah ‘gotong
Pendidikan Karakter tersebut, melestarikan royong’, ‘musyawarah untuk mufakat’,
kebudayaan turut menentukan dalam ‘sikap toleransi’, dan ‘sopan santun’.
memperkuat karakter remaja dan generasi
muda. Kebudayaan yang merepresentasikan Prinsip Pendidikan Karakter
nilai-nilai kearifan lokal merupakan salah Pendidikan karakter di sekolah akan
satu aspek penting untuk ditumbuhkan dan terlaksana dengan lancar, jika guru dalam
dilestarikan guna membangun generasi yang pelaksanaannya memperhatikan beberapa
berkarakter dan mencirikan jati diri bangsa. prinsip pendidikan karakter. Kemendiknas
Sebuah bangsa tentu harus dibangun dari memberikan rekomendasi 11 prinsip untuk
individu-individu yang memiliki personality mewujudkan pendidikan karakter sebagai
yang bagus. Hal ini sebagaimana hasil berikut.
penelitian Fajarini (2014), terdapat dua a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika
indikator yang menunjukkan seseorang sebagai basis karakter
berkarakter. Pertama, dari aspek bertingkah b. Mengidentifikasi karakter secara
laku. Bagaimana seseorang bertingkah laku komprehensif supaya mencakup
dalam kesehariannya, apakah ia pemikiran, perasaan dan perilaku.
menunjukkan berperilaku tidak jujur, kejam c. Menggunakan pendekatan yang tajam,
dan rakus? Tentulah orang tersebut proaktif dan efektif untuk membangun
memanifestasikan dengan perilaku yang karakter
buruk, yang secara normatif tidak berlaku di d. Menciptakan komunitas sekolah yang
dalam masyarakat. Sebaliknya, apabila memiliki kepedulian
seseorang berperilaku jujur, suka menolong, e. Memberi kesempatan kepada peserta
tentulah orang tersebut memanifestasikan didik untuk menunjukkan perilaku yang
karakter mulia. Kedua, dari aspek baik

Daroe Iswatiningsih. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Kearifan Lokal 160
Jurnal Satwika (Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial)
Vol. 3, No. 2, Oktober 2019, pp. 155-164

f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum kearifan lokal. Misalnya pada


yang bermakna dan menantang yang pembelajaran Bahasa indonesia di SD
menghargai semua peserta didik, dengan kompetensi Dasar “Memahami
membangun karakter dan membantu kedudukan, fungsi, dan ragam bahasa
mereka untuk sukses. Indonesia”, maka guru dapat membuat
g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri apersepsi tentang keragaman bahasa
pada para peserta didik daerah di Indonesia, menunjukkan bentuk-
h. Menfungsikan seluruh staf sekolah bentuk pengucapan angka 1-10 denga
sebagai komunitas moral yang berbagi menggunakan berbagai daerah. Siswa
tanggung jawab untuk pendidikan diminta mengulangi secara bersama-sama.
karakter dan setia pada nilai dasar yang Dalam pelaksanaan pembelajaran inti, guru
sama juga dapat membuat materi dengan
i. Adanya pembagian kepemimpinan moral mencontohkan macam-macam bahasa
dan dukungan luas dalam membangun daerah di Indonesia dan meminta siswa
inisiatif pendidikan karakter memeragakan percakapan dari masing-
j. Menfungsikan keluarga dan anggota masing daerah yang berbeda bahasa.
masyarakat sebagai mitra dalam usaha Demikian halnya pada pembelajaran
membangun karakter PKn, misalnya pada tema
k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi “Kemajemukan”, maka guru dapat
staf sekolah sebagai guru karakter dan menyiapkan materi berbasis kearifan lokal
manifestasi karakter positif dalam masyarakat Indonesia yang berbeda-beda
kehidupan peserta didik. suku, agama, bahasa, pendidikan,
pekerjaan, status sosial, dan sebagainya
Dari kesebelas prinsip mewujudkan demi menumbuhkan kesadaran kepada
sikap berkarakter siswa di sekolah dapat peserta didik adanya perbedaan.
dikeleompokkan menjadi lima hal utama, Selanjutnya hal dengan mengetahui
yakni adanya sikap keteladanan pihak perbedaan, guru berupaya untuk
sekolah; sistem dan kebijakan yang membangun kesatuan dan persatuan
diberlakukan oleh sekolah yang meliputi (a) bangsa.
memberi kesempatan dan kepercayaan pada Dari contoh di atas, pendidikan
siswa serta memotivasi dan (b) evaluasi karakter yang dikembangkan dalam
yang efektif; menjalin kemitraan dengan pembelajaran di kelas adalah karakter
keluarga dalam menguatkan pendidikan nasionalis, kerja sama, dan integritas
karakter anak. Apabila sekolah dan keluarga (pernyataan dan tindakan sesuai)
bersinergis dalam menguatkan pendidikan Contoh lain pada pembelajaran IPS
karakter anak, memotivasi, memberikan di SMP dengan KD berikut.
kepercayaan, dan senantiasa mengevaluasi 3.1 Memahami konsep ruang (lokasi,
perkembangan karakter anak tentu distribusi, potensi, iklim, bentuk
penguatan pendidikan karakter iniakan muka bumi, geologis, flora, dan
berjalan efektif. fauna) dan interaksi antarruang di
Indonesia serta pengaruhnya
Implementasi Pendidikan Karakter terhadap kehidupan manusia dalam
Berbasis Kearifan Lokal aspek ekonomi, sosial, budaya, dan
Di Kelas pendidikan.
Pendidikan karakter yang 4.1 Menjelaskan konsep ruang (lokasi,
ditanamkan guru saat berlangsung distribusi, potensi, iklim, bentuk
pembelajaran di kelas berbasis kearifan muka bumi, geologis, flora dan
lokal dapat dilakukan guru dengan fauna) dan interaksi antarruang di
menyusun rencana pelaksanaan Indonesia serta pengaruhnya terhadap
pembelajaran (RPP) yang memperhatikan kehidupan manusia Indonesia dalam

Daroe Iswatiningsih. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Kearifan Lokal 161
Jurnal Satwika (Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial)
Vol. 3, No. 2, Oktober 2019, pp. 155-164

aspek ekonomi, sosial, budaya, dan dalam durasi tertentu terjadi transformasi
pendidikan. diri berkarakter yang seutuhnya.
Pada dasarnya ada lima prinsip
Di Sekolah transformasi yaitu: (1) meyakini dan
Di sekolah perlu diciptakakan budaya mendayagunakan kekuatan dan anugerah
sekolah yang mampu menguatkan karakter Tuhan dalam diri; (2) membuat pilihan dan
baik/ positif pada peserta didik. Dalam buku keputusan dalam diri; (3) melakukan
Panduann PPK bagi Guru (Kemdikbud, kebiasaan-kebiasaan baik secara terus
2017) dipaparkan bahwa kegiatan yang menerus dalam kehidupan ini; 4) mampu
dapat dikembangkan dalam membangun membangun interaksi dengan orang lain; (5)
budaya sekolah adalah 1) pembiasaan dalam mampu bekerja secara sinergis dan kreatif
kegiatan literasi; 2) kegiatan ekstrakurikuler, dengan orang lain dalam organisasi. Dalam
yang mengintegrasikan nilai-nilai utama pelaksanaan pelatihan harus diperhitungkan
PPK, dan 3) menetapkan dan mengevaluasi efisiensi dan efektivitasnya.
tata tertib atau peraturan sekolah. Budaya
sekolah yang baik dapat mengembangkan Di Masyarakat
iklim akademik yang kompetitif dan Penguatan pendidikan karakter berbasis
kolaboratif, yang diperlukan sekolah dalam kearifan lokal yang bekerja sama dengan
menetapkan atau memperkuat branding komunitas, misalnya mendatangkan
sekolah. kesenian tari topeng Malangan. Komunitas
Dalam upaya mengimplementasikan ini beratraksi di sekolah. Dengan melihat
penguatan pendidikan karakter berbasis langsung para pelaku seni dalam
budaya sekolah melalui pembiasaan dalam mempersiapkan hingga pelaksanaan
kegiatan berliterasi, guru atau sekolah dapat kegiatan, seperti alat musik, kostum dan
memanfaatkan kearifan lokal dari berbagai aksesoris yang dipakai, media topeng serta
budaya yang ada di Indonesia sebagai gerakan yang ditampilkan akan membuat
sumber literasi. Dengan demikian, siswa peserta didik terpesona. Mereka akan turut
menjadi mengenal, memahami dan yang menjiwai karena merasa dekat dan tahu
memiliki nilai-nilai luhur yang akan persis kesenian tari di sekolahnya.
ditampilkan dalam sikap dan perilaku Contoh lain penguatan karakter berbasis
sehari-hari. kearifan lokal adalah program Siswa Bakti
Pendidikan karakter berbasis budaya di Desa, sebagaimana yang dilakukan oleh
sekolah misalnya kegiatan yang dilakukan SMAN 3 Malang bagi siswa kelas X.
Unit Kegiatan Siswa (UKS) seperti yang Mereka datang ke masyarakat di sebuah
diselenggarakan oleh berbagai satuan desa dan menginap di rumah-rumah warga
pendidikan formal dan nonformal pada selama 3 hari. Selama itu peserta didik
dasarnya sudah bermuatan pedidikan bergaul dekat degan masyarakat. Mereka
karakter yang dapat dikembangkan pada membantu mengolah makanan,
peserta didik. Contoh: unit kegiatan bela diri membersihkan rumah dan halaman, juga
(Pencak Silat), apabila dihayati dan benar- berakivitas bersama teman dan warga desa
benar ditujukan untuk pengembangan seperti kerja bakti. Mereka merasakan
pendidikan karakter peserta didik, dapat kebersamaan itu dan telah berbuat sesuatu
diarahkan untuk memperkuat atribut untuk masyarakat. Kegiatan lain yang para
komitmen, bersemangat, mandiri, dan siswa lakukan sesuai dengan program yang
tangguh. Kegiatan pelatihan harus telah direncanakan.
terprogram dengan baik, ada durasi, capaian, Pendidikan karakter yang dapat
dan keberlanjutan. Pelatihan seharusnya dikembangkan pada kedua contoh di atas
diarahkan pada transformasi keyakinan, adalah mencintai budaya setempat, kerja
motivasi, karakter, impian, sampai akhirnya sama (gotong royong), menumbuhkan

Daroe Iswatiningsih. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Kearifan Lokal 162
Jurnal Satwika (Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial)
Vol. 3, No. 2, Oktober 2019, pp. 155-164

kepedulian (empati), tanggung jawab, Iswatiningsih, D. (2016). Tindak Tutur


mandiri, religius, dan disiplin. Berdimensi Edukatif dalam
Komunikasi Keluarga. Disertasi,
PENUTUP Universitas Negeri Malang. Laman.
Penguatan pendidikan karakter berbasis http://karya-
kearifan lokal penting dilakukan saat ini. ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/artic
Hal ini sebagai upaya bangsa Indonsia le/view/52714
dalam melestarikan budaya lokal yang ada.
Budaya lokal di masing-masing wilayah Julaiha, S. (2014). Implementasi Pendidikan
sangat beragam dan banyak. Jika tidak kita Karakter dalam Pembelajaran.
lestarikan dan kembangkan dikhawatirkan Dinamika Ilmu, Vol. 14. No 2,
akan punah atau diakui dan diambil oleh Desember.
bangsa lain. Salah satu upaya melestarikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
budaya berkearifan lokal dengan meguatkan
(2017). Modul Pelatihan Penguatan
pendidikan karakter peserta didik dan
Pendidikan Karakter bagi Guru.
bangsa melalui penguatan pendidikan
karakter nasionalis, religius, gotong royong, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
mandiri, dan integritas dan (2017). Modul Pelatihan Penguatan
menginternalisasikan dalam sikap dan Pendidikan Karakter bagi Kepala
perilaku hidup sehari-hari. Sekolah.

REFERENSI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.


Adisusilo, S. (2012). Pembelajaran Nilai (2017). Modul Pelatihan Penguatan
karakter. Jakarta: Rajawali Pers. Pendidikan Karakter bagi Komite.

Akhmar, A. M., & Syarifuddin. (2007). Lestari, Sri. 2013. Psikologi Keluarga.
Mengungkap Kearifan Lingkungan Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sulawesi Selatan. PPLH Regional Lickona, T. (1991). Educating For
Sulawesi, Maluku dan Papua, Character: How Our School Can Teach
Kementerian Negara Lingkungan Hidup Respect and Rresponsibility. New York:
RI dan Masagena Press, Makasar Bantam Book.
Esteban, E. J. (1990). Education in Values: Lickona, T. (2013). Character Matters:
what, why, and for whom. Manila: Persoalan Karakter. Jakarta: Bumi
Sinag-tala Publisher, Inc. Aksara.
Fajarini, U. (2014). Peranan Kearifan Lokal Novella, Y. W. (2018). “Upacara Menanam
Dalam Pendidikan Karakter. Sosio Padi Di Desa Lembeyan Wetan,
Didaktika: Vol. 1, No. 2 Des 2014. Kecamatan Lembeyan, Kabupaten
Iryanti, I. (2017). Kajian Tentang Nilai- Magetan”. Haluan Sastra Budaya,
Nilai Kearifan Lokal Yang Volume 2, No. 1 Juni 2018.
Dikembangkan Sanggar Seni Sekar Samani, M., & Hariyanto. (2014). Konsep
Pandan Untuk Menumbuhkan dan Model Pendidikan Karakter.
Nasionalisme. Jurnal Pendidikan Bandung: Remaja Rosdakarya.
Kewaraganegaraan dan Hukum, FIS-
UNY. Suhartono, S. (2007). Filsafat Pendidikan.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Daroe Iswatiningsih. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Kearifan Lokal 163
Jurnal Satwika (Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial)
Vol. 3, No. 2, Oktober 2019, pp. 155-164

Wagiran. (2012). Pengembangan Karakter


Berbasis Kearifan Lokal. Hamemayu
Hayuning Bawana: Identifikasi Nilai-
nilai Karakter Berbasis Budaya. Jurnal
Pendidikan Karakter, Tahun II, No.3,
Oktober 2012.
Wikantiyoso, R., & Tutuko, p (Ed.). (2009).
Kearifan Lokal: Dalam Perencanaan
dan Perancangan Kota. Malang: Group
Konservasi Arsitektur & Kota.

Daroe Iswatiningsih. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Kearifan Lokal 164

Anda mungkin juga menyukai