PENAWARAN TEKNIS
5. URAIAN PENDEKATAN METODOLOGI DAN
PROGRAM KERJA
P
ada uraian pendekatan dan metodologi, merupakan pembahasan dalam usulan teknis ini yang
menjelaskan tentang pandangan konsultan tentang pendekatan dan metode apa yang akan
digunakan, sehingga dapat menyelesaikan kegiatan tersebut yang berkualitas sesuai dengan apa
yang diinginkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Untuk lebih jelasnya, sebagaimana pada pembahasan
A. URAIAN PENDEKATAN
Jaringan perpipaan merupakan suatu sarana fisik yang bertujuan untuk mentransportasikan air
bersih dari tempat penampungan, dalam hal ini adalah reservoir, menuju menara-menara air di
daerah pelayanan.
Jaringan perpipaan air minum harus dapat melayani kebutuhan air bersih konsumen yang telah
sesuai dengan syarat-syarat dalam hal kuantitas, kualitas, dan kontinuitas. Air yang didistribusikan
ini harus sesuai jumlahnya dengan kebutuhan air pada masing-masing jenis pelayanan pada
setiap tahap perencanaan. Selain kriteria tersebut, air yang akan dialirkan tidak boleh mengalami
kontaminasi selama perjalanan serta dengan kebocoran teknis yang dapat ditekan seminimal
mungkin.
B. METODOLOGI
Kapasitas aliran air yang melalui perpipaan menggunakan debit pada saat jam puncak
untuk setiap daerah pelayanan. Besarnya diameter pipa yang digunakan pada pipa
transmisi didasarkan atas kebutuhan air untuk masing-masing daerah pelayanannya.
Kecepatan aliran minimal di dalam pipa distribusi adalah 0,3 m/s, sedangkan kecepatan
aliran maksimal antara 3–5 m/s[Sukarmadijaya, et al, 1978], tergantung dari jenis pipa
yang digunakan.
1
b. Tekanan Air
Pada saat merencanakan pengembangan dari suatu jalur perpipaan maka perlu
diusahakan agar diperoleh sistem pengaliran yang baik ke konsumen. Penyampaian air
secara baik dan optimum kepada konsumen memerlukan perencanaan sistem jaringan
perpipaan yang akurat dengan memperhatikan beberapa hal, diantaranya :
Untuk itu terdapat beberapa kriteria teknis yang perlu diperhatikan, yaitu :
Jalur pipa sedapat mungkin mengikuti pola jalan seperti jalan yang berada di atas
tanah milik pemerintah, sepanjang jalan raya atau jalan umum, sehingga
memudahkan dalam pemasangan dan pemeliharaan pipa.
Lokasi jalur pipa dipilih dengan menghindari medan yang sulit, seperti bahaya
tanah longsor, banjir 1-2 tahunan atau bahaya lainnya yang dapat menyebabkan
lepas atau pecahnya pipa. Evaluasi dan Pengembangan Sistem Distribusi Air
Bersih Utama Kota Niamey, Niger Muhammad Taufik-15303029 VI-3
Jalur pipa diusahakan sesedikit mungkin melintasi jalan raya, sungai, dan lintasan
kereta, jalan yang kurang stabil untuk menjadi dasar pipa, dan daerah yang dapat
menjadi sumber kontaminasi.
Jalur pipa sedapat mungkin menghindari belokan tajam baik yang vertikal maupun
horizontal, serta menghindari efek syphon yaitu aliran yang berada diatas garis
hidrolis.
d. Sistem Pengaliran
1) Sistem Makro
Sistem ini berfungsi sebagai penghantar jaringan perpipaan. Jaringan penghantar ini
tidak dapat langsung melayani konsumen karena dapat berakibat pada penurunan
energi yang cukup besar. Sistem ini juga disebut sebagai sistem jaringan pipa hantar
atau feeder, yang terdiri atas pipa induk (primary feeder) dan pipa cabang (secondary
feeder). Pipa induk merupakan pipa yang memiliki diameter terbesar dan jangkauan
terluas, serta dapat melayani dan menghubungkan daerah-daerah (blok) pelayanan
dan di setiap blok memiliki satu atau dua penyadap yang dihubungkan dengan pipa
cabang. Pada setiap tempat bersambungnya pipa sekunder atau cabang dari pipa
induk maupun pada pipa pelayanan dengan pipa sekunder atau cabang, selalu
dilengkapi dengan penyadapan (tapping).
2) Sistem Mikro
Sedangkan sistem mikro adalah sistem yang berfungsi sebagai pipa pelayanan yaitu
pipa yang melayani sambungan air bersih ke konsumen dengan memperoleh air dari
pipa sekunder. Sistem mikro dapat membentuk jaringan pelayanan yang terdiri dari
atas pipa pelayanan utama (small distribution mains) dan pipa pelayanan ke rumah-
rumah (house connection).
3. Tekanan pada sistem harus dapat menjangkau titik kritis dengan sisa tekanan
tidak kurang dari 10 m.
6. Pipa ini dapat mengalirkan air sampai akhir tahap perencanaan dengan debit
puncak.
d. Kekuatan dan daya tahan pipa terhadap tekanan dari dalam seperti tekanan statis dan
water hammer, dan tekanan dari luar seperti tekanan geologis tanah, tekanan air
tanah, dan tekanan lalu lintas.
e. Daya tahan terhadap kualitas air yang dialirkan. 6 Ketersediaan diameter maksimum
dan minimum di pasaran.
2. Pipa Induk
Jenis ini tersedia dalam kisaran diameter 100-1350 mm. Pipa jenis DIP digunakan baik
untuk jaringan distribusi kecil dan juga untuk jaringan distribusi utama.
Terbuat dari bahan besi tuang dengan sifat tahan terhadap tekanan yang besar, daya
mekanis lebih baik, mampu menahan getaran, berat, dan tahan lama. DIP mudah
terkena korosi terutama pada bagian permukaan dan sambuangan, oleh karenanya
ada jenis tertentu yang diberi lapisan anti korosif seperti pada jenis DCIP. Batas
toleransi, kekuatan tahan tekan, pelapisan, penyambungan dan ketahanan terhadap
beban tanah galian secara lengkap terdapat di dokumen ANSI/AWWA C150/A21.50.
Untuk DIP, rubber gasket push-on dan mechanical adalah jenis sambungan yang
umum digunakan untuk keperluan konstruksi. Sambungan jenis ini dapat mentolerir
apabila terjadi defleksi pipa ( 2 o - 5o tergantung dari ukuran pipa) tanpa
mempengaruhi kondisi aliran. Kedua sambungan ini memerlukan thrust block pada
setiap belokan dan lokasi dimana terjadi perubahan arah aliran.
Flanged Joints (AWWA C115 atau ANSI B16.1) terkadang digunakan pada
sambungan pipa dengan valve. Grooved End Joints (AWWA C606) biasanya
digunakan untuk sambungan pipa yang dipasang diatas permukaan tanah. Flanged
Joints tidak fleksibel sedangkan Grooved End Joints cukup fleksibel, namun keduanya
tidak memerlukan thrust block pada setiap belokan yang ada.
sambungan flanges sebaiknya terbuat dari karet dengan ketebalan 3,2 mm.
Gasket untuk sambungan Grooved End dapat digunakan gasket yang terbuat dari
ethylene propylene diene monomer (EPDM), nitrile (Buna-N), halogenated butyl
rubber, Neoprene, silikon, dan fluorelastomers.
Bentuk dan ukuran fitting ditentukan berdasarkan ukuran bukaan dan sudut defleksi.
Reducer, Reducer Tee, dan reducer silang ditentukan berdasarkan ukuran pipa
tersambung yang terbesar terlebih dahulu baru ukuran pipa yang lebih kecil. Tabel 5-1
Dengan mempertimbangkan usia pakai yang panjang dengan biaya yang murah, lining
pipa DIP dengan menggunakan semen dalam sistem distribusi air minum sangat umum
digunakan. Ketebalan standar dari lining ini disajikan pada Tabel 5-2.
5-2 Ketebalan semen mortar untuk DIP baru (Dieter, 1999)
Dikarenakan ketebalan lining yang tipis, terkadang digunakan ketebalan dua kali lipat
dari ketebalan lining minimum untuk menjamin keberlangsungan pemakaian pipa.
Walaupun semen merupakan bahan lining yang tahan lama, bahan semen tidak bisa
bertahan lama apabila mengalirkan air yang sangat sadah dengan total padatan
terlarut yang rendah, tidak bisa mengalirkan air dengan konten sulfat yang tinggi dan
air yang “dibawah jenuh” (Undersaturated). Tabel 5-3 memuat bahan lain yang dapat
digunakan sebagai bahan lining.
5-3 Bahan lining untuk DIP baru (Dieter, 1999)
Walaupun DIP resisten terhadap korosi, beberapa jenis tanah dapat merusak pipa
jenis ductile ini. Untuk mencegah hal tersebut, beberapa studi mensarankan
pemakaian selongsong setebal 0,2 mm terbuat dari bahan polyethylene yang elastis.
Penyelongsongan ini kerap disebut sebagai “baggies”. Apabila jenis tanah tempat
pemasangan pipa termasuk jenis yang korosif, beberapa bahan pelapis dibawah dapat
digunakan;
a. Bahan perekat, extruded polyethylene wrap
b. Bungkus plastik (AWWA C203)
c. Coal-tar enamel panas (AWWA C203)
d. Coal-tar epoxy (MIL-P-23236)
e. Fusion bonded epoxy (AWWA C213)
Jenis ini terbuat dari bahan asbes dengan permukaan bagian dalam yang halus
meskipun telah berusia lama, tahan terhadap korosi, besifat isolator, ringan,
pemasangannya mudah, penyambungannya sederhana dengan menggunakan
coupling, ring tittle, dan mechanical joint. Tetapi pipa ini tidak elastis dan tidak tahan
terhadap benturan dan beban berat. Tersedia dalam ukuran 50 - 600 mm.
c. Steel Pipe
Terbuat dari baja dengan sifat tidak tahan terhadap korosi elektris dan tekanan atau
benturan, tipis dan ringan, pembuatannya mudah, tetapi sulit dalam pemasangan
karena membutuhkan waktu yang banyak, serta penyambungan dapat dilakukan
dengan pengelasan dan mahal. Tersedia dalam ukuran 75 -1500 mm.
Terbuat dari beton atau tanah liat dengan sifat tahan tehadap korosi, tidak mengalami
perubahan kekasaran di dinding pipa untuk waktu yang lama, tetapi cukup berat dan
sukar dalam pemasangan. Biasanya diperuntukkan dalam kondisi khusus. Tersedia
dengan diameter 500 - 2000 mm.
Terbuat dari serat fiber dengan sifat tahan tehadap korosidan tanah yang agresif,
isolator, menghambat pertumbuhan bakteri, tidak merubah sifat air, ringan,
pemasangannya mudah yaitu dengan sistem rubbering, dan umumnya mudah didapat
serta banyak tersedia di pasaran. Dengan sistem pemasangan dengan menggunakan
rubbering ini, pipa tidak perlu lagi dilem dan sambungan antar pipa akan fleksibel
terhadap gerakan pipa. Tetapi kekuatan mekanisnya rendah, koefisien muai panasnya
besar, dan tidak tahan terhadap sinar matahari. Tersedia dengan diameter 50 - 400
mm.
Perlengkapan perpipaan diperlukan untuk menjaga agar sistem distribusi dapat berfungsi
dengan baik. Aksesoris atau perlengkapan pipa yang dipakai dalam perencanaan ini adalah
sebagai berikut :
1. Sambungan (Fitting)
a. Menyambung dua atau lebih pipa yang berukuran dan jenis yang sama, seperti
mechanical joint, coupling joint, dan terkadang dipakai flexible joint.
b. Untuk menyambung dua atau lebih pipa yang berlainan diameter, dengan
menggunakan reducer atau increaser.
c. Untuk merubah dan membagi aliran, menggunakan elbow atau bend dan tee atau
cross.
d. Untuk menghentikan aliran (dead ends), dengan caps, plug, dan blindflange.
Fungsi katup ini adalah untuk membuka atau menutup aliran serta mengatur aliran
terutama saat satu bagian jalar pipa akan diuji, diperiksa, dibersihkan, atau diperbaiki.
Perlengkapan ini diperlukan untuk memisahkan statu blok pelayanan atau jalur pipa. Katup
ini biasanya diletakkan pada tempat tertentu, seperti pada :
3. Titik pengurasan.
Berguna untuk mencegah tidak bergeraknya fitting atau sambungan jika beban tekanan air
dialirkan melaluinya. Blok penahan ini biasanya diletakkan pada :
dalam pipa. Katup diletakkan setiap jarak 3 km pada jalar pipa yang menurun atau menaik.
7. Manhole
Manhole merupakan sarana yang dapat dimasuki manusia untuk dapat memeriksa dan
memperbaiki peralatan pembantu distribusi yang ditempatkan didalamnya.
8. Meter Air
Air yang keluar mengalir dapat diketahui jumlahnya dengan cara memasang meter air.
Peralatan ini selain ditempatkan pada reservoir untuk mengetahui pola pemakaian air
penduduk dan jumlah kebocoran yang terjadi, tetapi juga ditempatkan pada rumah
konsumen dan kran umum untuk mengetahui jumlah pemakaiannya setiap bulan.
11
5-4 Ketebalan pasir untuk tiap jenis dasar galian (Hardie, 1978)
12
• Ketersediaan
- Ketersediaan di dekat wilayah perencanaan
- Ukuran dan ketebalan
- Kecocokan dengan fittings yang tersedia
• Ekonomi
- Biaya (pembelian, instalasi, transportasi)
- Umur pakai
- Harga operasi dan perawatan
Hal-hal yang disebutkan diatas merupakan faktor-faktor yang menjadi pertimbangan
umum dalam memilih jenis pipa yang akan digunakan dalam perencanaan konstruksi
jaringan air. Tabel 6-5 menyajikan perbandingan beberapa jenis pipa.
Tabel 5-5 Perbandingan jenis pipa
13
6. Reservoir Distribusi
1. Pengertian Umum
Reservoir distribusi mempunyai fungsi penting bagi sistem penyediaan air bersih di suatu
kota. Perbedaan kapsitas pada jaringan transmisi yang menggunakan kebutuhan
maksimum per hari dengan kebutuhan pada jam puncak untuk sistem distribusi,
menyebabkan dibutuhkannya reservoir distribusi. Saat pemakaian air berada di bawah rata-
rata, reservoir akan menampung kelebihan air untuk digunakan saat pemakaian air
maksimum. Beberapa fungsi reservoir yang lain diantaranya yaitu :
1. Mengumpulkan air bersih.
14
2. Menyimpan air untuk mengatasi fluktuasi pemakaian air yang berubah tiap jam.
3. Meratakan aliran dan tekanan air bila pemakaian air daerah pelayanan bervariasi.
4. Mendistribusikan air ke daerah pelayanan.
5. Menyimpan cadangan air untuk pemadam kebakaran.
2. Kapasitas Reservoir
Kapasitas reservoir ditentukan dari grafik fluktuasi pemakaian air selama sehari penuh (24
jam) dengan mengambil jumlah persentase dari surplus maksimum dan defisit minimum.
Ditambah dengan sejumlah cadangan untuk keperluan mendadak yang nantinya dapat
dipakai untuk mengatasi bahaya kebakaran. Kapasitas reservoir ini juga harus mampu
mengatasi kebutuhan air di saat puncak. Besarnya suplai ke reservoir merupakan debit
rata-rata yaitu sebesar 4,17 %, sehingga disaat pemakaian berada di bawah rata-rata
reservoir akan menampung kelebihan air untuk digunakan saat pemakaian maksimum.
Namun bila data fluktuasi pemakaian air tidak tersedia, maka perhitungan kapasitas
reservoir dapat langsung dihitung dengan memperkirakannya sebesar 15 - 30 % [Steel,
1989] atau 15 - 20 % [Hammer, 1986] dari debit rata-rata. Kapasitas reservoir dihitung
sebesar : (15-30 %) x Q rata-rata x 1 hari.
3. Kriteria Teknis
Peletakkan reservoir distribusi perlu diperhatikan dalam suatu sistem jaringan distribusi.
Reservoir distribusi dapat ditempatkan di lokasi yang relatif tinggi pada daerah perencanaan
dan sedapat mungkin terletak di pusat atau di lokasi yang terdekat dengan daerah
pelayanan. Jika sistem distribusi air tidak dapat dilakukan secara gravitasi akibat tidak
adanya lokasi yang tidak cukup memadai, maka tipe reservoir yang dipilih dapat merupakan
kombinasi antara reservoir yang ditempatkan di dalam tanah (ground reservoir) dengan
menara air (elevated reservoir) yang terletak di permukaan tanah dengan ketinggian
tertentu.
Beberapa kriteria perencanaan untuk reservoir distribusi seperti yang disarankan oleh
Sukarmadijaya, et. al,1978 diantaranya adalah :
a. Ambang Bebas dan Dasar Bak
Diperlukan ambang bebas minimum 30 cm di atas permukaan air tertinggi
Dasar bak minimum 15 cm dari muka air terendah
Kemiringan dasar bak sebaiknya antara 1/100 hingga 1/500 ke arah pipa
15
pengurasan
b. Inlet dan Outlet
Posisi dan jumlah pipa inlet ditentukan berdasarkan pertimbangan bentuk dan
struktur tangki sehingga tidak ada daerah aliran yang mati
Pipa outlet dilengkapi dengan saringan (screen) dan diletakkan minimal 10 cm di
atas lantai atau pada muka air terendah
Perlu diperhatikan penempatan pipa yang melalui dinding reservoir, karena harus
dapat dipastikan dindingnya kedap air dan diberi flexible joint
Pipa inlet dan outlet dilengkapi dengan gate valve
Pipa peluap dan penguras memilki diameter yang mampu mengalirkan debit air
maksimum secara gravitasi dan saluran outlet harus terjaga dari kontaminasi dari
luar
c. Ventilasi dan Manhole
Reservoir harus dilengkapi dengan ventilasi, manhole, dan alat ukur tinggi muka air
inggi ventilasi lebih kurang 50 cm dari tiap atap bagian dalam
Ukuran manhole harus cukup besar agar mudah dimasuki petugas dan
konstruksinya harus kedap air agar tidak terjadi rembesan air dari luar
Ventilasi harus mampu memberikan sirkulasi udara yang cukup ke dalam reservoir
sesuai dengan volumenya
d. Ventilasi dan Manhole
Reservoir bawah (ground reservoir) memilki kapasitas standar diantaranya sebesar
100, 300, 500, 750, dan 1000 m3
Reservoir atas (elevated reservoir) memilki kapasitas standar diantaranya sebesar
300, 500, dan 750 m3 dengan muka air maksimum sekitar 20 - 25 m dari
permukaan tanah
16
Besar diameter pipa yang digunakan Kehilangan tekanan akibat friksi dalam pipa
Kehilangan tekanan akibat perlengkapan pipa (fitting).
EPANET dapat memodelkan sistem distribusi air sebagai kumpulan dari link yang
dihubungkan oleh node sehingga sistem distribusi ini akan terdiri berbagai komponen fisik.
Yang dimaksud sebagai link adalah pipa, pompa, dan valve. Sedangkan node disini
mewakili junction, tangki, dan reservoir.
Junction merupakan titik dalam jaringan tempat terjadinya pertemuan antar link, disini air
dapat memasuki atau meninggalkan jaringan. Input data utama yang diperlukan untuk
komponen fisik ini adalah data tentang elevasi dan debit air yang akan disuplai oleh node
ini. Sedangkan output yang dihasilkan adalah berupa head hidrolik dan besarnya tekanan
pada junction tersebut. Selain input data yang telah disebutkan
sebelumnya, juga terdapat beberapa input pelengkap diantaranya adalah debit air yang
bervariasi terhadap waktu, kategori dari debit air, dan bila nilai debit ini dinyatakan sebagai
negatif maka hal ini menunjukan bahwa air memasuki jaringan.
Komponen fisik berikutnya adalah reservoir. Reservoir merupakan node yang mewakili
sumber eksternal atau sumber air yang masuk ke dalam jaringan. Input utama yang
diperlukan adalah head hidrolik yang nilainya akan sebanding dengan elevasi permukaan
air bila reservoir tersebut tidak memiliki tekanan. Reservoir tidak memberikan hasil output
tertentu, tetapi headnya dapat berubah terhadap waktu sesuai dengan time pattern yang
dijadikan acuan.
Berikutnya adalah tank yang merupakan node yang memiliki kapasitas penyimpanan dan
volume air yang tersimpan bervariasi terhadap waktu selama simulasi. Input data yang
diperlukan adalah:
Elevasi dasar, dengan level air adalah 0
Diameter atau bentuk tangki bila non-silindris
Initial, minimum, dan level maksimum dari tangki
Sedangkan output yang dihasilkan adalah head hidrolik yang menunjukkan ketinggian muka
air. EPANET akan menghentikan outflow bila tangki berada pada level air minimum, dan
sebaliknya inflow akan dihentikan bila air berada pada level maksimum.
Emitter merupakan junction yang memodelkan aliran melalui nozzle atau orifice yang akan
dikeluarkan ke atmosfer. Komponen ini biasa digunakan memodelkan aliran melalui sistem
sprinkler dan jaringan irigasi. Namun bisa juga digunakan untuk simulasi kebocoran pada
pipa. EPANET akan membaca emitter sebagai property dari junction dan bukan sebagai
komponen jaringan tersendiri. Pipa adalah link yang mengalirkan air dari satu bagian ke
18
bagian yang lainnya pada suatu jaringan. EPANET akan mengasumsikan bahwa pipa terisi
penuh setiap saat. Arah aliran akan berasal dari titik yang memiliki head hidrolik lebih besar.
Beberapa parameter yang digunakan sebagai input data untuk pipa adalah :
Start dan end node
Diameter
Panjang pipa
Koefisien kekasaran untuk menghitung headloss
Status (open, closed , atau check valve)
Sedangkan output dari pipa adalah :
Flow rate
Kecepatan aliran
Headloss
Faktor friksi Darcy-Weisbach
Untuk kehilangan tekan akibat gesekan air dengan dinding pipa dapat dihitung
menggunakan persamaan Hazen Williams, Darcy-Weisbach, dan Chezy-Manning. Namun
persamaan Hazen Williams hanya dapat digunakan untuk aliran air yang turbulen dan
persamaan Chezy-Manning lebih banyak digunakan untuk aliran pada saluran terbuka.
Persamaan yang secara teoritis lebih baik untuk digunakan adalah persamaan Darcy-
Weisbach dan dapat digunakan untuk jenis liquid lainnya selain air. Pompa merupakan link
yang memberikan energi pada fluida dengan cara meningkatkan head hidroliknya. Input
yang sangat penting adalah start dan end node serta kurva pompa yang digunakan. Untuk
output utamanya adalahflow dan head yang diperoleh. Flow melalui pompa adalah tidak
berarah dan EPANET akan menghentikan kerja pompa apabila pompa bekerja diluar
batasan yang tertera pada kurva pompa. Kecepatan pompa dapat diset pada nilai tertentu
dan apabila pompa bekerja dengan kecepatan yang lebih besar sebesar dua kalinya mak a
speed pompa dapat diset pada angka dua. Perubahan ini dapat ikut merubah kurva pompa
yang digunakan. Seperti pada pipa, pompa juga dapat diatur on dan off . Operasi pompa
juga dapat disesuikan dengan time pattern atau relative speed setting. EPANET juga dapat
menghitung konsumsi energi dari pompa.
Valve adalah link yang membatasi tekanan atau aliran pada nilai tertentu dalam sebuah
jaringan. Input yang penting untuk komponen ini adalah:
Start dan end node
Diameter
19
Setting
Status
Dan output dari valve adalah flow rate dan headloss.
Dalam penerapan rumus di atas maka perlu diperhatikan bahwa harga koefisien
Hazen-Williams (C) yang berbeda-beda tergantung dari jenis pipa dan lama pipa
tersebut telah digunakan. Besarnya minor losses dapat diabaikan karena nilainya yang
relatif kecil bila panjang pipa lebih besar dari 500 kali diameter pipa. Rumus yang
digunakan untuk menghitung besarnya minor losses ini adalah rumus Darcy-
Weisbach. Persamaan untuk menghitung kehilangan tekan ini adalah dengan
menggunakan rumus Darcy-Weisbach (Fair, Geyer, and Okun, 1971). Pada Tabel 5-6
dapat dilihat nilai K yang dapat digunakan untuk berbagai jenis perlengkapan pipa.
Metode lain yang juga dapat digunakan dalam menentukan besarnya minor losses
adalah dengan prinsip ekivalensi terhadap panjang pipa. Dalam aplikasinya, akan
20
8. Profil Hidrolis
Profil hidrolis adalah gambar yang menunjukkan posisi ketinggian pipa dan garis hidrolisnya
pada titik di suatu jalur perpipaan. Profil hidrolis digambarkan dengan menempatkan panjang
pipa sebagai sumbu absis dan tinggi perletakkan pipa atau kontur tanah serta ketinggian
hidrolis pada sumbu ordinat. Profil hidrolis ditunjukkan dalam bentuk Hydraulic Grade Line
(HGL). HGL adalah garis yang menunjukkan efek dari gesekan yang terjadi di dalam pipa,
perubahan kecepatan dan perubahan energi dalam pipa tersebut, sehingga HGL merupakan
garis yang jarak vertikalnya di suatu titik pada saluran tertutup proporsional terhadap tekanan
pada pipa di titik tersebut, dengan satuan meter kolom air (mka). Jika tekanan di dalam pipa
lebih kecil dari tekanan atmosfer, maka garis gradien hidrolis akan terletak di bawah garis jalur
21
pipa. Hal ini akan menimbulkan terjadinya tekanan negatif. Sedangkan EGL merupakan
penjumlahan nilai HGL dengan nilai v2 /2g.
C. RENCANA KERJA
Rencana Kerja adalah tahapan atau Langkah-langkah yang di lakukan oleh konsultan dalam rangka
mengukur progres pelaksanaan kegiatan, lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut :
1. Melakukan Persiapan
2. Membuat Daftar Inventaris Kebutuhan Peralatan
3. Membuat Daftar Kebutuhan Data Yang Akan Dibutuhkan
4. Membuat Metode Pelaksanaan Survey Primer & Sekunder
5. Mobilisasi Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung
6. Melakukan Survey Pengambilan Data Instansional (Sekunder) dan Data Hasil Pengukuran
Dilapangan (Primer)
7. Melakukan Kompilasi Dari Hasil Survey
8. Penyusunan Laporan Pendahuluan
9. Melakukan Anilisis Data
10.Menyusun Konsep Sistem Transmisi Jaringan Perpipaan
11.Penyusunan Laporan Antara
12.Penyusunan Laporan Draft Akhir
13.Penyusunan Laporan Akhir
14.Penyerahan 100% Hasil Pekerjaan
22