Disusun Oleh :
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rudi rusdiyanto yang telah
membimbing selama melaksanakan praktikum, dan saya juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan semua atas
bantuannya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis
harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, penulis sampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan laporan ini
dari awal sampai akhir. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca dan Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Dosen Pembimbing
Rudi Rusdiyanto
Anggota Kelompok
Adit Bastiar Dani Muslihat Teguh Prasetio Wahyu Setiawan Ade Hasan
ii | P a g e
DAFTAR ISI
iii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
Pada zaman modern ini kehidupan manusia yang begitu berkembang pesatmenurut
manusia itu tersendiri untuk menciptakan alat alat kebutuhan sehari hari yang dapat
membantu dalam melakukan suatu pekerjaan.Dalam pengklasifikasiannya, pesawat
terbagi menjadi 2 jenis yaitu pesawat sederhana dan pesawat rumit. Pesawat sederhana
adalah alat mekanikyang dapat mengubah arah atau besaran dari suatu gaya kerja yang
timbul atashasil gaya dan jarak. Secara tradisional pesawat sederhana terdiri atas
bidangmiring, roda dan gandar, kuas, katrol, baji, sekrup, berporos dan kerekan
(Ishaq,2007).Sedangkan pesawat rumit yaitu alat yang dapat membantuh pekerjaan
manusia yang tersusun dari gabungan beberapa pesawat sederhana. Pesawatsederhana
bidang miring adalah bidang yang permukaannya miring. Bidangmiring ini dapat
mempermudah pekerjaaan manusia karena gaya yang kitabutuhkan lebih kecil daripada
mengangkat langsung.
1|P ag e
BAB II
LANDASAN TEORI
2|P ag e
Untuk mencari keuntungan mekanis pada bidang miring :
KM = s/h (Keuntungan Mekanis)
Ket w = berat beban
F = Gaya (N)
h = Tinggi bidang miring dari pemukaan tanah (m)
s = panjang bidang miring (m)
Gerak kereta dinamika pada bidang miring diduga berupa gerak dipercepat. Ada dua
jenis gerak dipercepat, yaitu (a)untuk gerak dipercepat, atau (b) untuk gerak diperlambat
beraturan. Jika dalam sebuah percobaan diperoeh gerak yang mempunyai kurva laju-waktu
dapat diambil kesimpulan bahwa gerak benda (atau sebagian dari kurva tersebut) adalah
gerak dipercepat beraturan atau gerak diperlambat beraturan. Pada percobaan ini, kita akan
mengamati gerak kereta dinamika pada bidang miring.
Gerak kereta dinamika pada bidang miring merupakan konsep dari hukum newton III
yang berbunyi” Apabila benda pertama mengerjakan pada benda kedua, maka benda kedua
akan mengerjakan gaya pada benda prtama yang besarnya sama, tetapi arahnya
berlawanan”. Dalam gerak benda terdapat gaya gesek yang akan terjadi jika kedua
permukaan benda bersentuhan secara langsung.
Gaya gesek adalah gaya yang berarah melawan gerak benda atau arah kecenderungan
benda akan bergerak. Gaya gesek muncul apabila dua benda bersentuhan. Benda-benda yang
dimaksud disini tidak harus berbentuk padat, melainkan dapat pula berbentuk cair, ataupun
gas. Gaya gesek antara dua buah benda padat, misalnya, gaya gesek statis dan kinetis,
sedangkan gaya antara benda padat dan cairan serta gas adalah gaya stokes. Dimana suku
pertama adalah gaya gesek yang dikenal sebagai gaya gesek statis dan kinetis, sedangkan
suku kedua dan ketiga adalah gaya gesek pada bena dalam fluida. Gaya gesek dapat
merugikan dan juga dapat bermanfaat. Panas pada poros yang berputar, engsel pintu, dan
sepatu yang aus adalah contoh kerugian yang disebabkan oleh gaya gesek. Akan tetapi tanpa
gaya gesek manusia tidak dapat berpindah tempat karena gerakan kakinya hanya akan
menggelincir diatas lantai.
Terdapat dua jenis gaya gesek antar dua benda yang padat saling bergerak lurus, yaitu
gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis yang dibedakan antara titik-titik sentuh antara kedua
permukaan yang tetap atau saling berganti (Tipler, 1991).
3|P ag e
Gaya gesek statis adalah gesekan antara dua benda adat yang tidak bergerak relative satu
sama lainnya. Seperti contoh gesekan statis apat mencegah benda meluncur kebawah pada
bidang miring. Gaya gesek statis dihasilkan dari sebuah gaya yang diaplkisikan tepat sebelum
benda tersebut bergerak. Gaya gesekan maksimum antar dua permukaan sebelum gerakan
terjadi adalah hasil dari koefisien gesekan statis dikalikan dengan gaya normal f = µs.Fn.
Ketika tidak ada gerakan yang terjadi gaya gesek dapat memiliki nilai dari nol hingga gya
gesek maksimum. Setelah gerakan terjadi, gaya gesekan statis tidak ada lagi sehingga
digunakan gay gesek kinetis.
Gaya gesek kinetis terjadi ketika dua benda bergerak reltif satu sama lain dan saling
bergesekan.koefisien kinetis umumnya dinotasikan dengan µk dan pada umumnya selalu
lebih kecil dari gaya gesek statis untuk material yang sama.
Yang mempengaruhi gaya gesek sebagai berikut :
1. Koefisien gesekan(µ) adalah tingakat kekesaran permukaan yang bergesekan. Makin
kasar kontak bidang permukaan yang bergesekan makin besra gesekan yang ditimbulkan.
Jika bidang kasar µ= 1 dan jika bidang halus µ = 0.
2. gaya normal (N) adalah gaya reaksi dari bidang akibat gaya aksi dari benda makin besar
gaya normalnya makin besar gaya gesekannya. Cara merumuskan gaya normal adalah
dengan memakai memakai hukum Newton I Yaitu:
a. Benda diatas bidang datar ditarik gaya mendatar N= w=m.g
b. Benda diatas bidang miring membentuk sudut.
Gambar : 1.3
4|P ag e
Gambar di atas menunjukkan sebuah balok yang bermassa m bergerak menuruni bidang
miring yang licin membentuk sudut α. Gaya yang bekerja pada sumbu x yakni:
∑F = N – mg cos α
∑F = 0
N – mg cos α = 0
N = mg cos α
Benda bergerak tehadap bidang miring (sumbu x) maka resultan gaya yang bekerja
pada bidang tersebut yakni:
∑F = ma
mg sin α = ma
a = g sin α
Dimana :
5|P ag e
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 ALAT dan BAHAN
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum fisika dasar tentang gerak benda pada bidang
miring, antara lain:
1. Dasar statif
2. Kaki statif
3. Batang statif pendek
4. Batang statif panjang
5. Balok penahan
6. Beban 50 gram
7. Jepitan penahan
8. Stopwatch
9. Dinamometer 1,5N/Neraca pegas
10. Bidang miring
11. satu set peralatan gerak bidang miring
12. Penggaris
6|P ag e
3.2 PROSEDUR PERCOBAAN
7|P ag e
A. Prosedur Percobaan Usaha Pada Bidang Miring
METODE PERCOBAAN
B. Prosedur percobaan
Buatlah rangkaian percobaan seperti pada Gb 1 dengan sudut 0°
1. Catatlah panjang lintasan dan catat waktu yang di perlukan untuk menempuh panjang
lintasan tersebut
2. Catatlah panjang lintasan dan catat berapa gaya yang ada pada benda tersebut.
3. Ulangi langkah ( 1 ) sampai dengan ( 5 ) kali dengan tinggi yang berbeda – beda.
8|P ag e
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
Keterangan:
W = Usaha (Joule) = Fr x s
9|P ag e
Gambar : 1.12
KESIMPULAN :
Berdasarkan dari hasil praktikum hubungan antara sudut dengan kecepatan laju gerak
benda yang meluncur pada bidang miring terletak pada sudut yang ditentukan. Semakin besar
sudut yang dibentuk, kecepatan gerak benda yang meluncur pada bidang miring akan
semakin cepat. Karena jika sudut yang dibentuk besar, maka bidang miring yang dibentuk
semakin tinggi. Jika bidang miring yang dibentuk semakin tinggi maka kecepatan yang
dihasilkan akan semakin besar dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik acuan sudut
akan semakin cepat. Sebaliknya jika bidang miring yang dibentuk semakin rendah maka
kecepatan yang dihasilkan akan semakin kecil dan waktu yang dibutuhkan benda untuk
mencapai titik acuan sudut akan semakin lambat. Sehingga pada praktikum ini sudut yang
10 | P a g e
dibentuk pada bidang miring sangat mempengaruhi nilai kecepatan dan waktu yang
dibutuhkan benda untuk dapat mencapai titik acuan sudutnya.
Namun pada praktikum kali ini terjadi kesalahan pada proses pengerjaan. Sehingga hasil
yang didapatkan pada praktikum kali ini tidak sesuai dengan hasil yang seharusnya. Karena
terdapat perbedaan pada beberapa hasil praktikum yang cukup besar seper nilai waktu yang
didapat pada percobaan dengan sudut yang sama tetapi waktu yang ditempuh untuk mencapai
titik acuan sudut berbeda cukup jauh. Hal ini disebabkan kesalahan yang dilakukan manusia
saat menggunakan alat-alat praktikum seperti kesalahan pada saat menentukan sudut
kemiringan sebuah bidang miring.
11 | P a g e
BAB V
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan
makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis
pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang kami lakukan dapat diambil beberapa kesimpulan :
1. Gaya Gesek Statis, adalah gesekan antara dua benda padat yang tidak bergerak
relatif satu sama lainnya / ketika benda cenderung akan bergerak tetapi belum
bergerak.
2. Gaya Gesek Kinetis/Dinamis, adalah gaya gesek yang terjadi ketika dua benda
bergerak relatif satu sama lainnya dan saling bergesekan , ketika benda sudah
dalam keadaan bergerak.
3. Panjang pendeknya sebuah lintasan mempengaruhi koefisien gesek dan massa.
4. Besarnya sudut kemiringan juga mempengaruhi besarnya gaya gesekan, sebab
semakin besar sudut kemiringan atau sudut bidang, maka semakin kecil gaya
gesek yang terjadi. Dan sebaliknya semakin kecil sudut kemiringan suatu bidang,
maka semakin besar gaya gesekan yang terjadi.
12 | P a g e
5. Hubungan antara jarak (x), waktu (t) dan gaya gesek (F)
dapat dikatakan bahwa semakin besar jarak dan waktu yang digunakan, maka
semakin besar gaya gesek yang terjadi. Dan sebaliknya semakin kecil atau
pendek jarak dan waktu yang digunakan, maka semakin kecil gaya gesekan yang
terjadi
6. Semakin dekatnya jarak yang ditempuh, maka waktu yang diperlukan untuk
benda atau glider bergerak juga sedikit dan sebeliknya semakin jauh jarak yang
ditempuh, maka waktu yang diperlukan untuk benda atau glider bergerak juga
banyak atau besar.
5.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber
yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk bagian
terakhir dari makalah adalah daftar pustaka.
Alat peraga atau yang berhubungan dengan praktikum agar lebih disempuranakan,
dilengkapi, dan di perbanyak lagi, sehingga dalam praktikum seorang praktikan mendapatkan
hasil yang sebaik mungkin.
Ketelitian saat menggunakan stopwatch atau event timer saat praktikum harus dilakukan .
13 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Halliday, David. 1985.
Fisika Jilid 1.
Erlangga. Jakarta.Ishaq, Muhammad. 2007.
Fisika Dasar Edisi 2.
Graha Ilmu. Yogyakarta.Tipler, Paul A. 1998.
Fisika Untuk Sains dan Teknik.
Erlangga. Jakarta.Zemansky, Sears. 1962.
Fisika Untuk Universitas 1.
Bina Cipta. Jakarta
14 | P a g e