Anda di halaman 1dari 13

PERATURAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK PERMATA BUNDA


NOMOR:
TENTANG: 063/SK-DIR/PB/III/2022
PANDUAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN BANTUAN HIDUP
LANJUTAN (BHL)

Menimbang : a. Bahwa Rumah Sakit mempunyai kewajiban


memberi pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, anti diskrimasi dan efektif
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan
standar pelayanan Rumah Sakit;
b. Bahwa Rumah Sakit membuat, melaksanakan,
dan menjaga mutu Panduan Resusitasi RSKIA
PERMATA BUNDA Yogyakarta.
c. Bahwa Rumah Sakit wajib menyusun
Panduan Resusitasi RSKIA PERMATA BUNDA

Mengingat : 1. UU RI Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek


Kedokteran
2. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
3. UU RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1165.A/MenKes/SK/X/2004 Tentang Komisi
Akreditasi Rumah Sakit
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 512/ Menkes/
Per/ IV/ 2007 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan
Praktik Kedokteran

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PANDUAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN


BANTUAN HIDUP LANJUTAN (BHL) DI RSKIA
PERMATA BUNDA
Pertama : Peraturan Direktur tentang Panduan BHD dan BHL
RSKIA PERMATA BUNDA
Kedua : Panduan Resusitasi di RSKIA PERMATA BUNDA
sebagaimana tercantum dalam lampiran peraturan ini.
Ketiga : Peraturan Direktur ini berlaku sejak tanggal
ditetapkannya, dan apabila dikemudian hari temyata
terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan : Yogyakarta
Tanggal : 14 Maret 2022
DIREKTUR UTAMA

drg. Wiwik Lestari, MPH


Lampiran I : Peraturan Direktur RSKIA PERMATA BUNDA
Nomor : 85/PER-DIR/PB/III/2022
Tentang : Panduan Bantuan Hidup Dasar dan Bantuan Hidup
Lanjutan

PANDUAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN BANTUAN HIDUP


LANJUTAN (BHL)

RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK


PERMATA BUNDA

EDISI 1

RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK PERMATA BUNDA


JL. Ngeksigondo No 56 Prenggan Kotagede Yogyakarta 551712
Telp: 0274-376092 email: rskiapermatabunda@gmail.com
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah Nya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan Panduan Pelayanan
Pasien Resusitasi Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Permata Bunda.
Buku ini dibuat dengan harapan dapat mejadi panduan/ pedoman dalam
memberikan Pelayanan Pasien Resusitasi kepada pasien di rumah sakit ini. Di
dalam Panduan ini berisi hal – hal yang berkaitan dengan kegiatan pemberian
asuhan pasien baik rawat inap maupun rawat jalan yang diharapkan dapat
membantu meningkatkan mutu pelayanan, efisiensi dan keselamatan pasien di
RSKIA PERMATA BUNDA
Kami menyadari bahwa terselesaikannya ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak baik itu langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu kami
mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan Panduan Pelayanan Pasien Resusitasi di RSKIA
PERMATA BUNDA
Dalam pembuatan Panduan ini kami menyadari masih jauh dari sempurna
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun buku ini sangat kami harapkan
demi kesempurnaan dan perbaikan di masa mendatang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Tim
Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Pengertian ..................................................................................... 1
BAB II RUANG LINGKUP ........................................................................ 3
BAB III KEBIJAKAN ................................................................................. 4
BAB IV TATA LAKSANA .......................................................................... 5
BAB V DOKUMENTASI ............................................................................ 8
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan
yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu sarana
pelayanan kesehatan yang mempunyai peran yang sangat penting dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah rumah
sakit. Rumah sakit merupakan lembaga dalam mata rantai Sistem
Kesehatan Nasional dan mengemban tugas untuk memberikan
pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat.

B. Pengertian
1. Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan darurat sebagai usaha yang
dilakukan untuk mengembalikan keadaan henti napas atau henti jantung
(kematian klinis) ke fungsi optimal, guna mencegah kematian biologis.
2. Resusitasi jantung paru terdiri dari 2 yaitu bantuan hidup dasar dan bantuan
hidup lanjut yang masing-masing keduanya tidak dapat dipisahkan.
3. Henti jantung adalah keadaan terhentinya sirkulasi normal dari darah akibat
kegagalan jantung dalam berkontraksi secara efektif, didiagnosis secara
klinis dengan tidak terabanya nadi besar (arteri karotis, femoralis, radialis
pada dewasa dan arteri brachialis pada bayi).
4. Henti napas adalah kegagalan total fungsi pernapasan, ditandai tidak
adanya pernapasan pada seseorang.
5. Penyebab henti jantung :
a. Penyakit kardiovaskuler : infark myokard akut (acute coronary
syndrome), emboli paru
b. Kekurangan oksigen akut : henti napas, sumbatan jalan napas
c. Obat-obatan : digitalis, anti depresan, adrenalin
d. Gangguan asam basa atau elektrolit : hipo/hiperkalemia, asidosis
e. Trauma : syok elektrik, tenggelam
f. Reflek vagal : peregangan sfingter ani, penekanan/penarikan bola mata
g. Anestesia dan pembedahan
h. Terapi dan tindakan diagnostik medik
i. Syok (hipovolumik, neurogenik, anafilaktik)

6. Penyebab henti napas :


a. Sumbatan jalan napas : benda asing aspirasi, lidah yang jatuh ke
belakang
b. Depresi pernapasan sentral : obat-obatan, intoksikasi, tumor otak,
tenggelam
c. Depresi pernapasan perifer : penyakit miastenia gravis, guillain bare
syndrome
7. Sistem code blue merupakan strategi pencegahan kejadian henti jantung,
aktivasi sistem emergency dan resusitasi kejadian henti jantung di rumah
sakit yang melibatkan seluruh komponen sumber daya manusia (medis dan
non medis), sarana (peralatan dan obat-obatan), sistem serta mekanisme
kontrol dan evaluasi.
BAB II
RUANG LINGKUP

1. Tindakan resusitasi yang dilakukan oleh tim code blue terdiri dari bantuan
hidup dasar dan bantuan hidup lanjut
2. Bantuan hidup dasar dilakukan oleh semua petugas di RSKIA PERMATA
BUNDA baik medis maupun non medis terlatih yang pertama kali
menemukan kejadian, sedangkan bantuan hidup lanjut hanya dapat
dilakukan oleh petugas medis.
3. Panduan ini diterapkan pada semua pasien rawat inap maupun rawat jalan,
pengunjung, karyawan atau siapa saja di lingkungan rumah sakit yang
mengalami kegawatan henti napas, henti jantung maupun kegawatan lain
yang memerlukan bantuan resusitasi
BAB III
KEBIJAKAN

1. Tindakan resusitasi dilaksanakan secara seragam di seluruh rumah sakit,


berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan.
2. Semua komponen rumah sakit terlibat dalam proses resusitasi, sehingga
bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut dapat dilaksanakan secara
simultan dan efektif.
3. Tim code blue terdiri dari :
a. Petugas non medis terlatih, yaitu petugas non medis dengan
keterampilan bantuan hidup dasar dan aktivasi sistem code blue.
b. Tim medis primer, yaitu petugas medis dengan kemampuan bantuan
hidup dasar dan lanjut (merupakan personel/tim medis yang pertama
kali menjumpai dan melakukan resusitasi pada korban kritis, henti
nafas atau henti jantung.
c. Tim medis sekunder, yaitu petugas medis dengan komponen dokter
(leader) dan perawat dengan kemampuan bantuan hidup dasar dan
lanjut dan didukung peralatan yang lebih lengkap (termasuk peralatan
jalan nafas definitif, defibrilator) maupun obat-obatan emergency.
4. Kriteria aktivasi sistem code blue :
a. Pasien kritis atau potensial kritis (obstruksi jalan nafas, jika respirasi >
36 kali/menit atau < 5 x/menit, jika nadi >140 kali/menit atau < 40
kali/menit, jika tekanan darah sistole > 220 mHg atau < 80 mmHg,
penurunan kesadaran, kejang)
b. Pasien henti napas atau henti jantung (terutama kasus-kasus di mana
angka harapan keberhasilan tindakan resusitasi jantung paru tinggi
(reversibel).
5. Aktivasi sistem code blue dengan menghubungi nomor telepon tim code
blue sekunder UGD : 25, sesuai dengan lokasi kejadian ditemukan korban
kritis.
BAB IV
TATALAKSANA

Tata laksana pada korban henti jantung :


a. Pastikan lingkungan aman. Petugas non medis yang menemukan
korban (pasien, keluarga, pengunjung, atau petugas) dengan henti
jantung segera berteriak minta tolong orang lain untuk membantu
memberikan bantuan hidup dasar dan mengaktivasi sistem code blue
(telepon ke nomor 25) atau langsung menuju ke petugas medis terdekat
(tim medis primer). Telepon secara jelas menyebutkan lokasi kejadian,
jumlah korban, kasus anak atau dewasa.
- Telepon dari petugas non medis akan diterima oleh tim sekunder
dan secara simultan sambil menyiapkan peralatan resusitasi, tim
sekunder akan mengaktifkan (via telepon) perawat terdekat (tim
primer) dengan lokasi korban untuk membantu memberikan
bantuan hidup dasar.
- Jika penolong non medis langsung meminta bantuan tim primer
(tidak via telepon), tim primer secara simultan datang memberikan
bantuan hidup dasar dan mengaktifkan tim sekunder (telepon ke 25)
b. Resusitasi jantung paru harus dilakukan dengan kualitas tinggi.
Bantuan hidup dasar dengan kualitas tinggi dilakukan terus sambil
menunggu tim sekunder datang. Respon maksimal tim sekunder untuk
kasus henti jantung adalah 5 menit untuk seluruh area rumah sakit.
c. Tim sekunder datang dengan personel dokter dan perawat terlatih
bantuan hidup lanjut dengan membawa peralatan resusitasi termasuk
defibrilator. Tim sekunder bekerja simultan bersama tim primer
melakukan bantuan hidup lanjut termasuk pemberian obat-obatan dan
penggunaan defibrilator apabila diindikasikan.
d. Jika resusitasi jantung paru berhasil, ditandai dengan kembalinya
fungsi sirkulasi dan pernapasan korban, maka korban akan dirujuk.

Tata laksana pada korban kegawatan medis :


a. Jika ada korban/pasien dengan tanda-tanda kegawatan pasien kritis atau
potensial kritis, maka petugas medis akan menelepon nomor 25 untuk
mengaktifkan code blue. Untuk petugas non medis terlatih, keluhan
korban dengan sesak napas, penurunan kesadaran, pingsan, kejang
merupakan kriteria untuk dapat mengaktifkan sistem code blue.
b. Tim sekunder akan memberikan arahan penatalaksanaan korban,
sambil menunggu tim sekunder datang, yaitu membebaskan jalan napas
korban, oksigenasi, dan ventilasi yang optimal serta memasang jalur
intravena.
c. Tim sekunder datang (respon maksimal 10 menit) dengan membawa
peralatan emergency (obat-obatan dan defibrilator), melakukan
assesmen awal pada pasien dan melakukan resusitasi yang diperlukan.
d. Jika kondisi pasien sudah membaik dan layak transport maka pasien
dipindahkan ke Unit Perawatan Intensif (HCU) untuk monitoring lebih
ketat.
e. Tim sekunder melaporkan kondisi pasien kepada Dokter
Penanggungjawab Pelayanan.
6. Peralatan Tim Code Blue
a. Personal Kit
Thermometer 1 buah
Stetoskop 1 buah
Tensimeter 1 buah
Senter Genggam 1 buah
b. Emergency Kit

Airway and Breathing Management Support


1) Laringoskop set 1 set ( bayi,anak,dewasa)
2) Suction 1 set
3) Ambubag 1 set ( bayi,anak,dewasa)
4) Endotracheal tube 1 set ( bayi,anak,dewasa)
5) Stylet ( bayi,anak,dewasa)

Circulation Support
1) Set infuse mikro 1buah
2) Set infuse makro I buah
3) Needle Intraosseus 1 buah
4) Abocath 1 buah

Obat – obatan
1) Lidokain inj I buah
2) Ranitidine inj I buah
3) Kalnex inj I buah
4) Oxy inj 1 buah
5) Metvel inj I buah
6) Diltiazem inj I buah
7) Ceftriaxone inj I buah
8) Asamtranex inj I buah
9) Dopamine inj I buah
10) Dobutamin inj I buah
11) Norepinephrine inj I buah
BAB III
DOKUMENTASI

Semua tindakan resusitasi yang dilakukan oleh tim code blue pada pasien
atau korban didokumentasikan dalam form khusus code blue. Apabila korban
adalah pasien rawat jalan maupun rawat inap atau dirawat inap setelah tindakan
resusitasi berhasil, maka pencatatan juga dilakukan dalam rekam medis (catatan
perawatan pasien terintegrasi).

Anda mungkin juga menyukai