Anda di halaman 1dari 20

ACC 1, 5 APRIL 2022

ACC 2, 6 APRIL 2022


LAPORAN PRAKTIKUM II

OSEANOGRAFI KIMIA

PENENTUAN KADAR ALKALINITAS DI PERAIRAN

DERMAGA KAYU BANGKOWA

DI SUSUN OLEH:

NAMA : SISILIA SRIKURNIA SUKAK

NIM : L011201014

KELOMPOK : 5 (LIMA) A

ASISTEN : INDRA KURNIAWAN

LABORATORIUM OSEANOGRAFI KIMIA


DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022
I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Secara umum, oseanografi dapat dikelompokkan ke dalam 4 (empat) bidang ilmu


utama yaitu geologi oseanografi yang mempelajari lantai samudera atau litosfer di bawah
laut, fisika oseanografi yang mempelajari masalah-masalah fisis laut seperti arus,
gelombang, pasang surut dan temperatur air laut, kimia oseanografi yang mempelajari
masalah-masalah kimiawi air laut dan yang terakhir biologi oseanografi yang mempelajari
masalah-masalah yang berkaitan dengan flora dan fauna di laut (Paul, 2011).
Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau biasa
disebut Acid Neutralizing Capacity (ANC) yaitu kuantitas anion di dalam air yang dapat
menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas juga diartikan sebagai kapasitas penyangga
terhadap perubahan pH perairan. Sebagai media hidup ikan, kondisi alkalinitas air perlu
diketahui karena alkalinitas merupakan salah satu parameter kimia yang dapat dipakai
untuk mengetahui kebasaan air. Kisaran pH suatu perairan kadang mengalami fluktuasi
atau perubahan cukup drastis. Fluktuasi atau perubahan nilai pH yang drastis di suatu
perairan dapat dicegah apabila perairan tersebut mempunyai sistem buffer yang memadai.
Apabila suatu perairan mengandung mineral karbonat, bikarbonat, borat, dan silikat, maka
pada perairan tersebut akan memiliki ph diatas netral dan sekaligus dapat mencegah
terjadinya penurunan pH secara drastis (Mubarak,2009).
Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu
menetralisir keasamaan dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai
besaran yang menunjukkan kapasitas pembufferan dari ion bikarbonat, dan sampai tahap
tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan
bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan keasaman dan menaikkan pH.
Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO3). Air
dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin,
sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat
alkalinitas sedang. Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah
dengan nilai alkalinitas diatas 20 ppm (Lesmana, 2005).
Praktikum penentuan kadar nilai alkalinitas ini dilakukan untuk menentukan
konsentrasi asam dan basa yang terkandung didalam perairan, dimana kita ketahui
alkalinitas didalam perairan memiliki nilai yang berbeda-beda oleh karena itu, praktikum ini
penting untuk dilakukan.
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022
B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan kadar salinitas yag terkadung
di dalam perairan, sehingga diharapkan melalui praktikum ini mahasiwa dapat
menentukan nilai alkalinitas didalam perairan.
Kegunaan praktikum ini adalah untuk mengetahui cara dalam menentukan nilai
salinitas didalam perairan dan mahasiswa mampu mengetahui alata apa saja yang
digunakan dalam menetukan nilai alkalinitas perairan.
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Alkalinitas

Alkalinitas adalah pengukuran kapasitas air untuk menetralkan asam-asam lemah,


meskipun asam lemah atau basa lemah. Penyusun alkalinitas perairan adalah anion
bikarbonat, karbonat, dan hidroksida. Garam dari asam lemah lain seperti : Borat, silikat,
fosfat, sulfida, dan amonia juga memberikan kontribusi terhadap alkalinitas dalam jumlah
sedikit (Aquarina, 2008).
Alkalinitas juga diartikan sebagai kapasitas penyangga terhadap perubahan pH
perairan. Kondisi alkalinitas air perlu diketahui karena alkalinitas merupakan salah satu
parameter kimia yang dapat dipakai untuk mengetahui kebasaan air. Kisaran pH suatu
perairan kadang mengalami fluktuasi atau perubahan cukup drastis. Apabila suatu
perairan mengandung mineral karbonat, bikarbonat, borat, dan silikat, maka pada perairan
tersebut akan memiliki ph diatas netral dan sekaligus dapat mencegah terjadinya
penurunan pH secara drastis (Mubarak, 2009).
Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan asam tanpa penurunan nilai PH
larutan. Alkanitas merupakan hasil dari reaksi-reaksi dalam larutan sehingga merupakan
sebuah analisa “makro” yang menggabungkan beberapa reaksi. Alkalinitas dalam air
disebabkan oleh ion-ion karbonat (CO), bikarbonat (HCO), hidroksida (OH -) dan juga borat
(BO), forfat (PO), silikat dan sebagainya. Dalam air sifat alkalinitas sebagian besar
disebabkan oleh adanya bikarbonat (HCO) dan sisanya oleh karbonat (CO) dan hidroksida
(OH-) (Irianto, 2005).
Nilai alkalinitas perairan alami hampir tidak pernah melebihi 500 mg/liter CaCo 3 .
perairan dengan nilai alkalinitas yang terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh organisme
akuatik karena biasanya diikuti dengan nilai kadar natrium yang tinggi (Effendi, 2008).

B. Faktor yang Mempengaruhi Alkalinitas

Alkalinitas sangat dipengaruhi oleh pH dikarenakan pH air ini akan menunjukkan


apakah suatu perairan itu asam atau basa. Selain bergantung pada pH, alkalinitas juga
dipengaruhi oleh komposisi mineral, suhu, dan kekuatan ion. Nilai alkalinitas alami tidak
pernah melebihi 500 mg/liter CaCO 3. Perairan dengan nilai alkalinitas yang terlalu tinggi
tidak terlalu disukai oleh organisme akuatik karena biasanya diikuti dengan nilai kadar
garam natrium yang tinggi (Effendi, 2007).
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022
Faktor-faktor yang mempengaruhi alkalinitas diterbagi atas faktor fisika, faktor kimia,
dan faktor biologi, antara lain (Limbong, 2008) :

1. Faktor fisika

a. Cahaya Matahari
Cahaya matahari dalam alkalinitas akan meningkatkan intensitas fotosintesis,
dimana plankton menggunakan cahaya matahari sebagai sumbar fotosintesis. Apabila
fotosintesis maksimum, dimana jumlah CO2 lebih kecil dibandingkan dengan O2, maka pH
akan meningkat.

b. Tekanan gas / udara dan temperatur


Mekanisme fisis yang sama berlangsung dengan menaikkan temperatur yang akan
mengurangi tekanan gas CO2 (pCO2)dalam air, hingga kelarutannya berkurang.

c. Suhu
Nilai suhu berbanding terbalik dengan konsentrasi oksigen terlarut. Semakin tinggi
suhu maka kadar oksigen terlarut semakin rendah, begitupun sebaliknya (Mubarak et al.,
2009).

2. Faktor kimia

a. pH (penambahan bahan bersifat asam atau basa)


Nilai pH dibawah 7,4 merupakan zone korosi / acidosis yang dapat merugikan ikan
karena terjadi acidosis (seperti fenomena shoft shell syndrome pada udang). Nilai pH 7,4
– 7,7 merupakan pH ideal untuk alkalinitas 100 ppm sebagai CaCO 3. Nilai pH di atas 7,7
merupakan zone karbonat / kalsifikasi dimana nilai alkalinitas akan jatuh dan terbentuk
presipitasi CaCO3.
b. Karbon Dioksida (CO2)
 CO2 melarutkan CaCO3 :
CO2 + H2O + CaCO3 ↔ Ca2+ + 2 HCO3-
CaCO3 ↔ Ca2+ + CO32-
 CO2 membentuk asam lemah H2CO3 yang dapat terdisosiasi dengan melepaskan 1
H+ hingga 2H+ yang dapat menurunkan pH dan membawa sistem ke zone korosi/
acidosis jika jumlah CO2 terlarut dalam air tinggi.
c. Aerasi / pengadukan
Aerasi tambahan pada sistem air laut/payau yang terdapat banyak CO 2 baik berasal
dari sedimen, aktifitas oksidasi bakteri organotroph, respirasi plankton dan biota budidaya
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022
(ikan/udang) akan menyebabkan pH naik tanpa merubah nilai alkalinitas dengan
mekanisme pelepasan ekses CO2 ke atmosfir dan menggantikannya dengan lebih banyak
gas nitrogen dan oksigen terlarut dalam air.
d. Kesadahan (Ca dan Mg)
Kalsium (Ca2+) dalam konsentrasi tinggi akan menurunkan alkalinitas air laut/payau
dengan jalan melangsungkan proses kalsifikasi :
OH- + HCO3- -----> CO32- + H2O
Ca2+ + CO32- -----> CaCO3 (solid) ↓
Terlihat pada persamaan reaksi di atas, bahwa kalsifikasi akan mengakibatkan efek
ganda berupa turunnya alkalinitas (HCO3-) dan kesadahan (Ca2+). Magnesium
menghambat proses kalsifikasi yang dilangsungkan oleh kalsium dengan proses
pengikatan OH- menjadi Mg(OH)2 pada pH > 9.

3. Faktor biologi
a. Fotosintesis
Aktifitas plankton (fitoplankton) yang mempengaruhi alkalinitas adalah saat plankton
Fotosintesis mengambil CO2 dari badan air berupa gas CO2 terlarut (available) dan
mengubahnya menjadi sel plankton dan cairan sel berupa karbohidrat, lemak dan protein
beserta pelepasan oksigen di siang hari saat terdapat cukup cahaya matahari dan
mensintesis protein di dalam selnya. Ketika memanfaatkan ion ammonium sebagai
sumber nitrogen (N) plankton akan mengkonsumsi alkalinitas hingga alkalinitas turun.
Namun jika menggunakan ion nitrat sebagai sumber nitrogennya, plankton berkontribusi
menaikkan alkalinitas.
b. Aktifitas bakteri kimia (chemothroph bacteria)
Bakteri kimia (chemothroph) yang paling kuat dalam dalam menurunkan alkalinitas
adalah bakteri Nitrifikasi karena memproduksi asam kuat berupa HNO 2 dan HNO3 dan
berperan serta pula dalam menurunkan pH.
c. Aktifitas organisme pembentuk cangkang kalsium karbonat

OH- + HCO3- -----> CO32- + H2O

Ca2+ + CO32- -----> CaCO3 (solid) ↓

Gologan organisme pembentuk cangkang kasium karbonat mengkombinasi


kesadahan (Ca) dan alkalinitas (HCO3-) untuk berpresipitasi membentuk hablur halus
CaCO3 yang dibinder dengan silikat dan Borat dari air kolam membentuk cangkang yang
keras.
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022
C. Standar baku mutu

Berdasarkan standar baku mutu perairan di wilayah Dermaga Kayu Bangkowa


digunakan rujukan dari KepMen Lingkungan Hidup Nomor: 51 Tahun 2004 Tentang Baku
Mutu Air Laut di mana baku mutu air laut untuk wilayah wisata bahari dijelaskan di bawah
ini (Kementerian Lingkungan Hidup, 2004).

Tabel 1. Standar Baku Mutu Air Laut untuk Wilayah Bahari


No. Parameter Satuan Baku Mutu
  FISIKA    
1. Kecerahana m >3
2. Kebauan - tidak berbau
3. Padatan tersuspensi totalb mg/l 80
4. Sampah - nihil 1(4)
5. Suhuc ˚C alami3( c)
6. Lapisan minyak5 - nihil 1(5)
       
  KIMIA    
1. pHd - 6,5 – 8,5 ( d)
2. Salinitase %о alami3( e)
3. Ammonia total (NH3-N) mg/l 0,3
4. Sulfida (H2S) mg/l 0,03
5. Hidrokarbon total mg/l 1
6. Senyawa fenol total mg/l 0,002
7. PCB (poliklor bifenil) μg/l 0,01
8. Surfaktan (deterjen) mg/l MBAS 1
9. Minyak dan Lemak mg/l 5
10. TBT (tri butyl tin)6 μg/l 0,01
  Logam terlarut :    
11. Raksa (Gg) mg/l 0,003
12. Kadmium (Cd) mg/l 0,03
13. Tembaga (Cu) mg/l 0,05
14. Timbal (Pb) mg/l 0,05
15. Seng (Zn) mg/l 0,1
       
  BIOLOGI    
1. Coliform (total)f MPN/100 ml 1000 (f )

Keterangan:
1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan (sesuai dengan
metode yang digunakan)
2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah ada, baik
internasional maupun nasional.
3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang, malam
dan musim)
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022
4. Pengamatan oleh manusia (visual).
5. Pengamatan oleh manusia (visual). Lapisan minyak yang diacu adalah lapisan tipis
(thin layer) dengan ketebalan 0,01mm
a. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman euphotic
b. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata2
musiman
c. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2C dari suhu alami
d. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pH
e. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata musiman
f. Berbagai jenis pestisida seperti: DDT, Endrin, Endosulfan dan Heptachlor
g. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-rata
musiman

D. Sumber alkalinitas di perairan

Alkalinitas adalah suatu parameter kimia perairan yang menunjukan jumlah ion
karbonat dan bikarbonat yang mengikat logam golongan alkali tanah pada perairan tawar.
Nilai ini menggambarkan kapasitas air untuk menetralkan asam, atau biasa juga diartikan
sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH. Perairan
mengandung alkalinitas ≥20 ppm menunjukkan bahwa perairan tersebut relatif stabil
terhadap perubahan asam/basa sehingga kapasitas buffer atau basa lebih stabil. Selain
bergantung pada pH, alkalinitas juga dipengaruhi oleh komposisi mineral, suhu, dan
kekuatan ion. Nilai alkalinitas alami tidak pernah melebihi 500 mg/liter CaCO 3. Perairan
dengan nilai alkalinitas yang terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh organisme akuatik
karena biasanya diikuti dengan nilai kesadahan yang tinggi atau kadar garam natrium
yang tinggi (Effendi, 2007).
Air dengan alkalinitas tinggi jarang dijumpai dalam akuakultur, penggunaan kolam
semen baru memang akan menyebabkan pH meningkat, sehingga untuk pengoprasian
kolam semen diperlukan tindakan pengisian air dan pengurasan berulang-ulang sebelum
kolam semen siap digunakan untuk budidaya. Lanjut dikatakan bahwa pemberian kapur
atau atau aliran air yang tidak baik setelah pemberian kapur dapat berakibat alkalinitas air
tinggi dan dapat bersifat fatal terhadap ikan Alkali ialah zat yang melepaskan ion hidroksil
dalam air dan mempunyai pH lebih besar dari 7, antara lain kapur (kalsium hidroksil) yang
ditambahkan pada tanah untuk menetralkan sifat asam yang berlebihan (Irianto, 2005).
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022

E. Distribusi alkalinitas berdasarkan waktu musiman

Distribusi nilai alkalinitas yang diperoleh diduga dipengaruhi secara tidak langsung
oleh beberapa parameter lainnya seperti suhu dan salinitas. Dugaan tersebut diperkuat
hasil penelitian JGFOS yang tertuang dalam Millero (2006) yang mengungkapkan bahwa
variasi nilai salinitas permukaan di samudera atlantik dan samudera oseanik sama dengan
variasi nilai alkalinitas. Selain itu karakter suhu di perairan telah mempengaruhi aktivitas
biologis organisme salah satunya adalah proses formasi atau pembentukan CaCO 3 oleh
foraminifera dan pteripoda. Kolom permukaan perairan umumnya memiliki suhu yang lebih
hangat sehingga organisme pembentuk cangkang akan meningkatkan formasi CaCO 3
sehingga menurunkan nilai alkalinitas. Bertambahnya kedalaman maka akan dijumpai
suhu yang semakin dingin (colder) memiliki nilai alkalinitas yang lebih tinggi karena
adanya proses dissolasi CaCO3 (Triyulianti et al., 2012).

F. Distribusi Alkalinitas secara vertikal dan horizontal

Distribusi nilai alkalinitas yang diperoleh diduga dipengaruhi secara tidak langsung
oleh beberapa parameter lainnya seperti suhu dan salinitas. Dugaan tersebut diperkuat
hasil penelitian yang tertuang dalam Millero (2006) yang mengungkapkan bahwa variasi
nilai salinitas permukaan di samudera atlantik dan samudera oseanik sama dengan variasi
nilai alkalinitas. Selain itu karakter suhu di perairan telah mempengaruhi aktivitas biologis
organisme salah satunya adalah proses formasi atau pembentukan CaCO 3 oleh
foraminifera dan pteripoda. Kolom permukaan perairan umumnya memiliki suhu yang lebih
hangat sehingga organisme pembentuk cangkang akan meningkatkan formasi CaCO 3
sehingga menurunkan nilai alkalinitas. Bertambahnya kedalaman maka akan dijumpai
suhu yang semakin dingin (colder) memiliki nilai alkalinitas yang lebih tinggi karena
adanya proses dissolasi CaCO3 (Triyulianti et al., 2012).
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan tempat

Pengambilan sampel air laut dilakukan pada hari jumat, 01 April 2022 pukul 14.00
di Perairan Dermaga Kayu Bangkowa. Praktikum penentuan nilai alkalinitas dalam air laut
dilakukan pada hari jumat, 01 April 2022 pukul 15.00-14.00 bertempat di Laboratorium
Oseanografi Kimia, Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Universitas Hasanuddin, Makassar.

B. Prinsip Analisis

Pada penentuan alkalinitas digunakan 2 jenis indikator yaitu : Phenolpthalein (pp)


dan Methyl Orange (MO). Perubahan warna pada titik akhir titrasi dengan menggunakan
indikator MO. Biasanya agak sulit diamati (tidak jelas) atau campuran Bromresol Green
dan Methyl Red (BCG+MR) yang memberikan perubahan warna yang lebih jelas pada
akhir titrasi. Indikator pp berubah warna pada pH 8.3 untuk menentukan alkalinitas
karbonat. Sedangkan indikator MO, Atau penggantinya berubah warna pada pH 4,5 untuk
menentukan alkalinitas bikarbonat (alkalinitas total). Satuan alkalinitas dinyatakan dalam
ppm CaCO3 atau mg CaCO3/L.
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022

C. Alat dan bahan

Adapun alat yang digunakan pada saat mengukur nilai alkalinitas yaitu :

Tabel 2. Alat praktikum


No Gambar Nama Alat Fungsi
1.

Buret Asam Untuk melakukan


titrasi

2
Erlenmeyer Sebagai wadah
untuk mencampur
samper agar
homogen
3

Gelas Ukur Untuk mengukur


volume sampel air
4

Gelas Piala Sebagai wadah


sementara larutan

5
Pipet Tetes Untuk menuangkan
cairan dalam volume
yang sedikit
6
Pipet Skala Untuk menuengkan
cairan dengan
volume yang tepat
Karet Bulp Membantu
mengambil cairan
kimia yang
berbahaya dengan
di sambungkan pada
pipet ukur atau pipet
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022
No Gambar Nama Alat Fungsi
volume

Tabel 3. Bahan praktikum


No Gambar Nama Bahan Fungsi

Asam Sulfat Untuk mentitrasi cairan

Asam Klorida Untuk mentitrasi cairan

Indikato Indikator pembanding dalam


Phenolpthaelein proses titrasi

Indikator Methyl Untuk mentitrasi asam


Orange mineral dan basah kuat

Indikator Sebagai indikator pH


Bromoresol Green
dan Methyl

D. Prosedur kerja
Langkah pertama yang harus dikerjakan adalah menggunakan gelas ukur untuk
mengambil air sampel sebanyak 25 mL, kemudian masukkan ke dalam erlenmeyer. Ambil
indikator phenolpthalein (pp) dengan menggunakan pipet tetes lalu tuangkan 2-3 tetes ke
dalam erlenmeyer. Amati yang terjadi di dalam erlenmeyer, apabila terjadi perubahan
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022
warna menjadi warna pink maka titrasikan dengan larutan H 2SO4 0,02N dan
dihomogenkan hingga kembali menjadi tak berwarna, kemudian catat berapa mL larutan
H2SO4 0,02N yang digunakan. Apabila cairan tidak berubah warna maka langsung menuju
langkah selanjutnya, yaitu menambahkan indikator BCG + MR secukupnya dan
dihomogenkan hingga warna air sampel pada erlenmeyer berubah menjadi warna biru.
Titrasikan kembali menggunakan H2SO4 0,02N hingga warna biru pada sampel air
berubah menjadi warna merah kebiruan, kemudian catat berapa mL larutan H 2SO4 0,02N
yang digunakan.

E. Pengolahan data

Untuk menghitung alkalinitas yang mengandung karbonat dan bikarbonat maka


digunakan persamaan sebagai berikut :
100
Aml × Ntitran × × 1000
Alkalinitas Karbonat = 2
volume sampel
100
Bml × Ntitran × × 1000
Alkalinitas Bikarbonat = 2
volume sampel

100
( A+ B)ml × Ntitran × ×1000
Alkalinitas Total = 2
volume sampel
Keterangan :
A : Jumlah titran yang digunakan
B : Jumlah titran yang digunakan
N : Konsentrasi bahan yang akan digunakan
Dimana :

N Titran = 0,02 N
Berat Molekul CaCO3 = 100//2
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi

Sampel air laut di ambil di Dermaga Kayu Bangkowa, yang terletak di kota
Makassar, Sulawesi Selatan. Sampel diambil dengan tiga titik yang berbeda. Letak
Dermaga Kayu Bangkowa tepat berada di tengah keramaian pantai Losari Makassar,
lokasinya terhimpit antara gedung-gedung disepanjang pantai. Dermaga Kayu Bangkowa
merupakan salah satu fasilitas tertua di kota Makassar dan menjadi akses penting keluar
masuknya masyarakat pulau.

B. Hasil dan Pembahasan


a. Hasil

Berdasarkan paktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4. Data Alkalinitas Total


Ulangan Alkalinitas pp Alkalinitas BCG+MR
Alkalinitas Total
(Karbonat) (Bikarbonat)

I 36 mg/l 484 mg/l 520 mg/l


II 20 mg/l 384 mg/l 404 mg/l
III 56 mg/l 316 mg/l 372 mg/l
Rata-rata 37,33 mg/l 394,67 mg/l 432 mg/l

b. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengujian/pengukuran alkalinitas sampel air yang diambil di Dermaga


Kayu Bangkoa didapatkan hasil perhitungan alkalinitas karbonat pada sampel 1 bernilai
36 mg/l, alkalinitas bikarbonat 484 mg/l, dan alkalinitas total bernilai 520 mg/l. Pada
sampel 1 larutan mengalami perubahan setelah ditetesi indikator PP, sehingga dilakukan
titrasi menggunakan asam klorida. Hasil pengukuran alkalinitas karbonat pada sampel 2
bernilai 20 mg/l, alkalinitas bikarbonat bernilai 384 mg/l, dan alkalinitas total bernilai 404
mg/l. Pada sampel 2 larutan juga mengalami perubahan setelah ditetesi dengan indikator
PP, sehingga dilakukan titrasi menggunakan HCl. Hasil pengukuran alkalinitas karbonat
pada sampel 3 bernilai 56 mg/l, alkalinitas bikarbonat bernilai 316 mg/l, dan alkalinitas
total bernilai 372 mg/l. Pada sampel 3 larutan juga mengalami perubahan setelah ditetesi
dengan indikator PP, sehingga dilakukan titrasi menggunakan HCl. Dari data yang
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022
diperoleh, maka didapatkan keseluruhan rata-rata dari alkalinitas karbonat sebesar 37,33
mg/l, alkalinitas bikarbonat sebesar 394,67 mg/l, dan alkalinitas total bernilai 432 mg/l.
Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa air sampel mengandung bikarbonat (HCO3),
karbonat (CO32-), setelah dilakukan pengujian menggunakan indikator PP sebanyak 2
tetes dan indikator BCG+MR sebanyak 3-4 tetes. Hal ini menandakan air sampel yang
diamati mengandung pH sekitar 8,3 (bersifat basa) seiring berubahnya warna air sampel
menjadi berwana pink setelah diberikan indikator PP. Hasil pengukuran tersebut sesuai
dengan pernyataan Limbolon, 2008, bahwa indikator PP akan merubah warnah air sampel
pada pH 8,3 untuk alkalinitas yang mengandung senyawa karbonat. Selain itu, ditemukan
juga senyawa bikarbonat di dalam air sampel, hal ini ditandai dengan adanya reaksi
perubahan saat ditambahkannya indikator BCG+MR, yakni berwarna merah kebiruan.
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022
V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa untuk


menentukan kadar alkalinitas diperairan dalam air laut menggunakan indikator
Phenolpthalein (pp) untuk mendapatkan alkalinitas karbonat dan indikator Bromresol
Green dan Methyl Red (BCG+MR) untuk mendapatkan alkalinitas bikarbonat.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan menggunakan indikator
Phenolpthalein (pp) untuk mendapatkan alkalinitas karbonat dan indikator Bromresol
Green dan Methyl Red (BCG+MR) untuk mendapatkan alkalinitas bikarbonat. Maka
didapatkan hasil karbonat sebanyak 36, bikarbonat 484 dan alkalinitas total sebanyak 520
pada ulangan pertama. Pada ulangan kedua didapatkan hasil karbonat sebanyak 20,
bikarbonat 384 dan alkalinitas total sebanyak 404. Pada ulangan ketiga didapatkan hasil
karbonat sebanyak 56, bikarbonat 316 dan alkalinitas total sebanyak 372.

B. Saran

Saran dari saya semoga kedepannnya waktu praktikum bisa diitambahkan sehingga
praktikan tidak terburu-buru saat melakukan praktikum didalam laboratorium.
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022
DAFTAR PUSTAKA

Bahar, A. (2015). Pedoman Survei Laut, Universitas Hasanuddin.

Effendi Hefni. 2008. Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelola Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Effendi, H. 2007. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Kanisius : Yogyakarta

Irianto, A., 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Standar Baku Mutu Air Laut. Menteri Lingkungan
Hidup : Jakarta

Limbong, A. 2008. Alkalinitas : Analisa dan Permasalahannya Untuk Air Industri. USU
Respository Lingkungan Hidup : Jakarta.

Mubarak, Shofy. 2009. Pemberian Dolomit Pada Kultur Daphnia Spp. Sistem Daily
Feeding Pada Populasi Daphnia Spp Dan Kestabilan Kualitas Air. Jurnal Ilmiah
Perikanan Dan Kelautan Vol. 1 No. 1:80-93.

Triyulianti, I., Wijaya, D., Era, W., Arief, T., Widagti, N., Dipo, P., dan Trenggono, M. 2012.
Distribusi Vertikal pH dan Alkalinitas Perairan Selatan Jawa dan Samudra Hindia.
Jurnal. Balai Penelitian dan Observasi Laut. Jembrana Bali.
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022
LAMPIRAN

A. Hasil Perhitungan

1. Alkalinitas Karbonat
A mL x N titran x 100 /2 x 1000− Alkalinitas pp
Sampel 1 =
volume Sampel( 25 ml)
0,9 mL x 0,02 titran x 100 /2 x 1000
=
25 ml
= 36 ml
A mL x N titran x 100 /2 x 1000− Alkalinitas pp
Sampel 2 =
volume Sampel( 25 ml)
0,5 mL x 0,02 titran x 100 /2 x 1000
=
25 ml
= 20 ml
A mL x N titran x 100 /2 x 1000− Alkalinitas pp
Sampel 3 =
volume Sampel( 25 ml)
1,4 mL x 0,02titran x 100/2 x 1000
=
25 ml
= 56 ml

2. Alkalinitas Bikarbonat

A mL x N titran x 100 /2 x 1000− Alkalinitas pp


Sampel 1 =
volume Sampel( 25 ml)
12,1mL x 0,02 titran x 100/2 x 1000
=
25 ml
= 484 ml
A mL x N titran x 100 /2 x 1000− Alkalinitas pp
Sampel 2 =
volume Sampel( 25 ml)
9,6 mL x 0,02titran x 100/2 x 1000
=
25 ml
= 384 ml
A mL x N titran x 100 /2 x 1000− Alkalinitas pp
Sampel 3 =
volume Sampel( 25 ml)
7,9 mL x 0,02 titran x 100 /2 x 1000
=
25 ml
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022
= 316 ml

3. Alkalinitas Total

( A+ B)mL x N titran x 100 /2 x 1000


Sampel 1 =
volume Sampel (25 ml)
(0,9+12,1)mL x 0,02 titran x 100 /2 x 1000
=
25
13 mL x 0,02 titran x 100 /2 x 1000
=
25
13.000
=
25
= 520 mg/L
( A+ B)mL x N titran x 100 /2 x 1000
Sampel 2 =
volume Sampel (25 ml)
(0,5+ 9,6)mL x 0,02 titran x 100/ 2 x 1000
=
25 ml
10,1mL x 0,02 titran x 100/2 x 1000
=
25 ml
10.100
=
25
= 404 mg/L

( A+ B)mL x N titran x 100 /2 x 1000


Sampel 3 =
volume Sampel (25 ml)
(1,4+ 7,9)mL x 0,02titran x 100/ 2 x 1000
=
25 ml
9,3 mL x 0,02 titran x 100/ 2 x 1000
=
25 ml
9300
=
25
= 372 mg/L
B. Dokumentasi
ACC 1, 5 APRIL 2022
ACC 2, 6 APRIL 2022

Gambar 1. Proses titrasi asam klorida Gambar 2. Menghomogenkan cairan

Gambar 3. Cairan setelah dititrasi Gambar 4. Mengamati perubahan warna

Anda mungkin juga menyukai