LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh:
NIM : D1A020042
Kelompok :1
Gerak refleks merupakan gerak yang terjadi tanpa disadari dan terjadi secara
tiba-tiba. Pada bayi gerak refleks tersebut sangat penting untuk diketahui terutama
oleh ibunya. Karena gerakan itu merupakan indikator perkembangan seorang bayi,
apakah ia berkembang dengan baik atau tidak. Pada awalnya sebagian besar
gerakan bayi dipicu oleh refleks, gerakan naluriah sebagai tanggapan terhadap
rangsangan. Perilaku gerak pada anak sudah muncul saat masih dalam kandungan
ibu dan bulanpertama setelah lahir. Sebagian besar gerak yang dilakukan anak
masih bersifat refleks artinya setiap gerakan dilakukan tidak secara sukarela, namun
sebagai respon terhadap rangsangan tertentu (Gultom dkk, 2018).
System saraf merupakan salah satu system dalam tubuh yang dapat
berfungsi sebagai media untuk berkomunikasi antar sel maupun organ dan dapat
berfungsi sebagai media pengendali berbagai system organ lain serta dapat pula
memproduksi hormone. Berdasarkan struktur dan fungsinya, system saraf secara
garis besar dapat dibagi dalam system saraf pusat dan system saraf tepi (Singgih,
2003).
Otot merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh dapat
bergerak ini adalah suatu sifat penting bagi organisme. Gerak sel terjadi karena
sitoplasma merubah bentuk. Pada sel-sel, sitoplasma ini merupakan benang-benang
halus yang panjang disebut miofibril. Kalau sel otot mendapat rangsangan maka
miofibril akan memendek, dengan kata lain sel otot akan memendekkan dirinya ke
arah tertentu (berkontraksi) (Wulangi, 2000).
Sistem otot adalah sistem tubuh yang memiliki fungsi untuk alat gerak,
menyimpan glikogen dan menentukan postur tubuh. Terdiri atas otot polos, otot
jantung dan otot rangka. Otot polos adalah salah satu otot yang mempunyai bentuk
yang polos dan bergelondong. Cara kerjanya tidak disadari (tidak sesuai kehendak) /
invontary, memiliki satu nukleus yang terletak di tengah sel. Otot ini biasanya
terdapat pada saluran pencernaan seperti: lambung dan usus. Otot Lurik (otot
rangka). Jaringan otot merupakan kumpulan dari sel sel yang serabut otot. Selama
perkembangan embrionik, serabut otot dibentuk melalui peleburan ekor dengan
ekor dari banyak sel menjadi struktur yang seperti pipa. Di dalam sel serabut otot ini
terdapat unit kontaksi berupa protein yang trerdiri atas miofibrilmiofibril. Miofibril
ini merupakan kumpulan dari lapis tebal (miosin) dan lapis tipis (aktin) (Syaifuddin,
1997).
III. MATERI DAN CARA KERJA
4.1.2 PEMBAHASAN
Perusakan otak katak memberikan respon positif pada perlakuan pembalikan
tubuh, penarikan kaki depan, penarikan kaki belakang dan pada saat ditetesi larutan
H2SO4. Hasil tersebut tidak sesuai dengan pernyataan Gordon (1972), yaitu
pembentukan refleks sudah tidak ada dengan rusaknya otak, karena hubungan antara
alat-alat vesicular dengan sumsum tulang belakang sudah tidak lengkap, namun hasil
tersebut sesuai dengan pernyataan Ville et al (1988), yang berpendapat meskipun
otak telah dirusak, gerakan refleks masih bisa terjadi karena aktivitas caudal tidak
memerlukan kontrol kesadaran, tetapi hanya karena corda spinalis, jadi tidak
berhubungan lagi dengan otak. Hasil tersebut diperkuat dari penelitian sebelumnya
oleh Djuhanda (1982), yang menyatakan bahwa perusakan otak tidak berakibat
langsung terhadap respon gerak refleks yang diberikan oleh suatu hewan, ketika otak
dirusak serabut-serabut saraf penghubung yang berada di sumsum tulang belakang
masih terhubung sehingga masih dapat menghantarkan impuls untuk memberikan
respon dari perlakuan yang diberikan. Gerak refleks merupakan respons sel saraf
motorik, sensorik, interneuron, efektor, dan organ-organ sensor secara cepat dalam
waktu bersamaan. Gerak refleks berada di dalam jalur saraf tepi di bawah kendali
sistem saraf somatik yang bekerja dalam kondisi tak sadar. Jalur penghantaran
impuls pada gerak refleks dipersingkat sehingga tidak perlu ada regulasi dari sistem
saraf di otak.
Refleks merupakan respon yang tidak disadari terhadap stimulus. Refleks dapat
dikatakan sebagai jawaban yang tidak disadari terhadap suatu rangsangan. Refleks
secara sederhana dibagi menjadi 2, yaitu bagian afferent yang bersifat dan afferent
yang terdiri dari neuron-neuron dan efferent (otot/kelenjar) (Frandson, 1992).
Sejumlah refleks akan menghubungkan hubungan antara banyak sel interneuron
dalam sumsum tulang belakang. Diagram mekanisme refleks adalah stimulus →
reseptor → neuron afferent → mengalami integrasi → neuron efferent → efektor →
respon. Stimulus yang datang akan diterima reseptor yang kemudian disalurkan pada
bagian neuron sensori. Neuron sensori menyalurkan informasi dari ujung reseptor
yang kemudian dibawa ke neuron motorik yang sebelumnya mengalami integrasi
yang dihubungkan oleh sinapsis. Neuron motorik kemudian menyalurkan informasi
ke efektor dan menghasilkan suatu respon atau tanggapan (Ville et al, 1988).
Hasil percobaan sesuai dengan penelitian Pearce (1989), yang menyatakan
bahwa sumsum tulang belakang merupakan pusat gerak refleks, sehingga semakin
tinggi tingkat perusakan sumsum tulang belakang maka semakin lemah respon yang
diberikan. Hal ini yang akan menyebabkan refleks pembalikkan tubuh, penarikkan
kaki depan dan kaki belakang serta penetesan larutan H2SO4 semakin melemah
seiring dengan tingkat perusakan. Fungsi dari larutan H2SO4 itu sendiri adalah untuk
mempercepat rangsang saraf spinal. Perusakan tulang belakang juga merusak tali
spinal sebagai jalur saraf, namun dengan adanya respon refleks yang sederhana dapat
terjadi melalui aksi tunggal dari tali spinal meskipun adanya perusakkan sumsum
tulang belakang.
Menurut Djuhanda (1988), mengatakan bahwa sumsum tulang belakang yang
dirusak dengan menusukan jarum sedalam 1 cm ke sumsum tulang belakang atau
columna vertebralis, maka refleks pada kaki depan masih ada, begitu pula kaki
belakang. Hal ini dikarenakan kerusakan neuron motorik atas atau dimana otot
sebenarnya bukan lumpuh tetapi lemah dan kehilangan kontrol, disamping itu sudah
tidak adanya hubungan antara interneuron dengan sumsum tulang belakang,
kemudian juga sudah tidak ada refleks pembalikan badan meskipun ada tetapi sudah
lambat, namun masih ada saraf terhadap rangsang asam sulfat yang dinamakan
refleks melarikan diri. Perusakan total sumsum tulang belakang secara otomatis
berakibat ke seluruh sistem saraf yang menyebabkan refleks spinal akan kehilangan
respon, sebab tonus otot sudah tidak ada lagi dan tubuh hewan (katak) menggantung
lemah berakibat respon negatif terhadap semua perlakuan yang diuji, baik itu respon
pembalikan badan, respon kaki depan, respon kaki belakang ataupun respon terhadap
larutan H2SO4. Hal ini terjadi karena refleks spinal sudah tidak ada lagi.
4.2 MEMACU SYARAF OTOT
4.2.1 HASIL
4.2.2 PEMBAHASAN
Hewan mempunyai susunan saraf yang dapat menerima rangsang,
meneruskan dan mempengaruhi jawaban. Sistem saraf terdiri dari sel-sel saraf
neuron dengan procesus nya disebut dendrit dan akson. Setiap neuron merupakan
unit anatomi, tidak berprotoplasma yang berhubungan dengan neuron lain dan
fisiologinya tertentu. Sistem saraf representatif pada vertebrata misalnya sistem saraf
pada katak terdiri dari sistem saraf pusat dengan otak besar dan serabut spinal di
bagian belakangnya. Kedua sistem saraf tepi terdiri dari 10 sampai 12 pasang nevi
cranial, sepasang nervi spinalis dan sistem saraf otonomi atau simpatik
(Hadikastowo, 1982). Sistem saraf memberikan pada hewan suatu sarana untuk
menerima berbagai macam informasi dari lingkungan luar maupun lingkungan
dalam. Sistem saraf tersebut berfungsi sebagai pengubah dan penguat, mengubah
bentuk energi ke bentuk lain dan menerima suatu isyarat kecil serta mengeluarkan
isyarat yang lebih besar (Ville et al., 1988).
Sel otot dapat dirangsang dengan berbagai cara misalnya secara kimia, listrik,
Hal tersebut sejalan dengan Ganong (1995) Sel-sel otot (seperti neuron) dapat
dirangsang secara kimia, secara listrik dansecara mekanik untuk menimbulkan suatu
potensial aksi yang dihantarkan sepanjang membran selnya. Ia mengandung protein
kontraktil dan (berbeda dari neuron) ia mempunya mekanisme kontraktil yang
diaktivasi oleh potensial aksi.
Menurut Guyton (1995) Mekanisme umum terhadap terjadinya kontraksi otot
dimulai saat potensial aksi terjadi dari saraf motorik berjalan sampai ujung saraf
terminal pada serat otot yang akan mengeluarkan asetilkolin dalam jumlah sedikit,
asetilkolin ini digunakan untuk membuka banyak saluran-saluran bergerbang
asetilkolin melalui molekul-molekul protein dalam membran serat otot, setelah
terbukanya saluran tersebut, ion natrium mengalir ke dalam otot pada titik terminal
saraf otot. Potensial aksi masuk ke dalam serat otot dan potensial aksi pun berlanjut
pada serabut otot dan mengakibatkan depolarisasi membran sel otot, potensial aksi
juga mempengaruhi retikulum sarkoplasma untuk melepaskan sejumlah ion kalsium
yang telah disimpan di dalam retikulum menuju miofibril. Ion-ion kalsium
menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin yang
menyebabkannya bergerak bersama-sama. Setelah kurang dari satu detik, ion
kalsium dipompa kembali ke dalam retikulum sarkoplasma, tempat ion-ion ini
disimpan sampai potensial aksi otot yang baru datang kembali, Kembali kembalinya
ion kalsium dari miofibril akan menyebabkan kontraksi otot terhenti.
V. PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
5.1.1 REFLEKS PADA KATAK DAN PENGARUH MACAM-MACAM PACU
Refleks merupakan respon yang tidak disadari terhadap stimulus. Refleks
dapat dikatakan sebagai jawaban yang tidak disadari terhadap suatu rangsangan.
5.1.2 MEMACU SYARAF OTOT
Sistem saraf representatif pada vertebrata misalnya sistem saraf pada katak
terdiri dari sistem saraf pusat dengan otak besar dan serabut spinal di bagian
belakangnya. Kedua sistem saraf tepi terdiri dari 10 sampai 12 pasang nevi cranial,
sepasang nervi spinalis dan sistem saraf otonomi atau simpatik.
5.2 SARAN
1. Semoga tahun depan tidak daring lagi
DAFTAR PUSTAKA